Oleh:
Jordy Oktobianobel, S.Ked
Widya Rizki Adzani , S.Ked
Preseptor:
dr. R.A Neilan Amroisa, Sp.S, M.Kes
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU KEDOKTERAN NEUROLOGI
RS. PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur :42 tahun
Alamat : Kutoarjo RT 001 Gedong Tataan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status :Menikah
Suku bangsa :Jawa
Tanggal masuk : 23 Februari 2017
Ruang : Lantai 3
MR :084441
ANAMNESA
Keluhan utama :Lengan dan tungkai
sebelah kanan terasa lemah sejak 6 jam
SMRS
Keluhan tambahan :Tidak dapat
berbicara,mulut miring ke kanan (+).
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Pertamina Bintang Amin
dengan keluhan Lengan dan tungkai sebelah kiri
terasa lemah sejak 6 jam sebelum masuk RS.
Keluhan ini dirasakan tiba-tiba saat os sedang
berbaring menonton televisi. Os juga tiba-tiba
tidak bisa berbicara dan bibir mencong ke kiri.
Keluhan ini disertai nyeri kepala, Os tidak
mengeluhkan kesulitan dalam menelan makanan
maupun minuman. Os mengaku belum pernah
mengalami hal seperti ini. Os tidak mengeluh ada
muntah setelah kejadian tersebut atau pingsan
sebelumnya, riwayat terjatuh (-), kejang (-),
demam (-),BAB (n), BAK (n)
Riwayat Penyakit
Dahulu
Pasien baru pertama kali mengalami hal yang seperti ini.
Os memiliki darah tinggi dan hanya sesekali minum obat
dari puskesmas dan tidak rutin kontrol.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
Riwayat Pengobatan
1 bulan yang lalu os pernah dirawat di
rumah sakit karena darah tinggi.
STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9oC
Status Generalis
Kepala
Rambut : Normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor 3mm/3mm
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-),
pendengaran (+/+) , Serumen (+/+)
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-),
deviasi septum (-),Sekret (-/-).
Mulut : Asimetris, mukosa kering (-), lidah tertarik
kesebelah kanan.
Leher
Pembesaran KGB : tidak terdapat pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid : tidak terdapat pembesaran Tiroid
JVP : 5-2 cmH2O
Trachea : tidak terdapat deviasi trachea
Thorak
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : redup
Kanan : Batas atas, ics II linea
parasternalis dextra
Batas bawah, ics IV linea parasternalis
dextra
Kiri : Batas atas, ics II linea parasternalis sinistra
Batas bawah, ics V linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal,
regular, murmur (-), gallop (-)
PULMO
Inspeksi: Dinding thoraks
simetris pada saat statis dan
dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Simetris, Fremitus
taktil simetris kanan kiri
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Vesikuler/Vesikuler
ABDOMEN
Inspeksi : Dinding perut
cembung, asistes -, pulsasi abnormal
(-), massa (-)
Auskultasi: Peristaltik (+) 8x/menit\
Palpasi : Nyeri tekan
epigastrium (+)
Perkusi : Timpani
EKSTREMITAS
Superior : Kekuatan otot 5/4,
Inferior : kekuatan otot 5/3,
PEMERIKSAAN
NEUROLOGIS
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Gerakan abnormal : Tidak ada
RANGSANG MENINGEAL
1. Kaku kuduk : - (tidak ditemukan tahanan pada
tengkuk)
2. Brudzinski I : -/- (tidak ditemukan fleksi pada
tungkai)
3. Brudzinski II : -/- (tidak ditemukan fleksi pada
tungkai)
4. Kernig : -/- (tidak terdapat tahanan sblm mencapai
135/tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135 )
5. Laseque : -/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai
70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o)
Saraf Cranialis
N. Olfaktorius (N.I)
Daya penciuman hidung : Normosmia
N. Opticus (N.II)
Tajam penglihatan : 1/60, 1/60
Lapang penglihatan : Normal
Tes Warna : Tidak buta
warna
Fundus Oculi : tidak
dilakukan
N. Occulomotorius, N. Trochealis, N. Abducen
(N.III-N.IV-N.VI)
Kelopak mata
Ptosis : (-/-)
Endoftalmus : (-/-)
Exsoftalmus : (-/-)
Pupil
Diameter : 3mm/3mm
Bentuk : Bulat
Isokor/anisokor : Isokor
Posisi : Ditengah, simetris
Reflek Pupil
Refleks cahaya direk : +/+
Refleks cahaya indirek : +/+
Gerakan bola mata
Media : +/+
Lateral : +/+
Superior : +/+
Inferior : +/+
Obliqus, superior : +/+
Obliqus, inferior : +/+
4. N-V (Trigeminus)
Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) : + (simetris
pada kedua sisi merasakan rangsangan)
N-V2 (maksilaris) : + (simetris pada
kedua sisi merasakan rangsangan)
N-V3 (mandibularis) :+ (simetris pada
kedua sisi merasakan rangsangan)
Motorik :
M. maseter : -(mengalami kelemahan pada
sisi kanan)
M. temporalis: -(mengalami kelemahan pada
sisi kanan)
M.pterigoideus: -(mengalami kelemahan pada
sisi kanan)
Refleks
Refleks Kornea (Sensoris N.V, Motoris N.VII) :
+/+
N. Vestibulocochlearis (N.
N. Fascialis (N.VII)
VIII)
Inspeksi wajah sewaktu
Diam N. cochlearis :
: Asimetris
Meringis : Asimetris Ketajamam pendengaran : +/+
Bersiul : Asimetris Tinitus : -/-
Menutp Mata : Simetris Tes Rinne : n/n
Pasien disuruh untuk : Tes Weber : bunyi sama pada
Mengerut dahi : Asimetris kedua telinga
Menutup mata kuat-kuat :
Tes Swabach : n/n
Mata kanan tidak dapat
menutup dengan kuat N. vestibularis :
Mengembungkan pipi : Tes Past Pointing : normal
Asimetris
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah :
Normal
N. Glossopharingeus dan N. Vagus
(N.IX dan N.X)
Babinsky (+/-)
Chaddock (+/-)
Oppenheim (+/-)
R. Patologis Hoffman trommer (-/-)
Schafner (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
Eksteroseptif/ rasa permukaan (Superior/inferior )
Rasa raba : (+/+)
Rasa nyeri : (+/+)
Rasa suhu panas : (+/+)
Rasa suhu dingin : (+/+)
Propioseptif/ rasa dalam
Rasa sikap : Normal
Rasa getar : Normal
Rasa nyeri dalam :tidak dilakukan
Koordinasi dan Keseimbangan
Tes Pronasi-Supinasi : normal
Tes past Pointing : (+)
Susunan saraf otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Fungsi luhur
Fungsi bahasa : Afasia
Fungsi orientasi : sulit dinilai
Fungsi memori : sulit dinilai
Fungsi emosi : sulit dinilai
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan Kesadaran :-
Nyeri kepala :+
Refleks babinsky :-
Hasil:
Stroke Non hemoragik
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Hasil CT-Scan
Kesan :
Tidak tampak tanda-tanda SOL maupun
perdarahan intrakranial
Tampak kalsifikasi fisiologis di daerah
pineal body, gangglia basalis bilateral, dan
plexus koroideus bilateral
RESUME
Pasien datang ke IGD RS Pertamina Bintang Amin dengan
keluhan lengan dan Tungkai kanan terasa lemah sejak 6
jam sebelum masuk RS. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba
saat os sedang menonton tv.. Os juga tiba-tiba langsung
mengeluhkan tidak bisa berbicara dan bibir mencong ke
kiri sejak tangan dan kakinya lemah. Os tidak
mengeluhkan kesulitan dalam menelan makanan maupun
minuman Os mengaku belum pernah mengalami hal
seperti ini. Os tidak mengeluh ada muntah setelah
kejadian tersebut atau pingsan sebelumnya, riwayat
terjatuh (-), kejang (-), demam (-), sakit kepala (-), BAB
(n), BAK (n)
Pasien baru pertama kali mengalami hal yang seperti ini.
Os memiliki darah tinggi dan hanya sesekali minum obat
dari puskesmas dan tidak rutin kontrol. Satu bulan yang
lalu os pernah dirawat di rumah sakit karena darah tinggi.
Pemeriksan fisik kesadaran compos mentis,
Tekanan darah : 130/90 mmHg, Nadi 84 x/menit,
RR 20 x/menit dan Suhu 36,9 0C. Pemerikasan
motorik kekuatan otot 5/4, 5/3, dan sensorik
tidak ada kelainan, refleks patologis anggota
gerak kanan babinski (-), chadock (-),
oppeinheim (-), refleks fisiologis anggota kerak
kiri (++), rangsang meingeal (-), pemeriksaan
saraf cranial nervus facialis asimetris,
pemeriksaan saraf cranial nervus assesorius
terdapat kelemahan pada otot
sternokleidomastoizeus,
DIAGNOSIS
Klinis : Hemiparese Dextra
Topis : Hemisfer Cerebri
dextra
Etiologi : Stroke Non Hemoragik
DIAGNOSIS BANDING
Stroke Hemoragik
pentalaksanaan
Medikamentosa
IVFD RL xx tpm
Citicholin 2x1 tab
Neurotam 12 gr/hr
Disolf 3x1
Mecobalamin 2x1 tab
Neurosid 3x1
Atrovastatin 1x1
Micardis 1x1 tab
Follow Up
Kamis, 12 /01 / 2017
S : Badan lemah sebelah kanan, bicara tidak jelas, kepala pusing (+)
O : KU : tampak sakit sedang, Kesadaran compos mentis, GCS : E4V5M6, TD : 170/100 mmHg, N :
80x/m, R: 20x/m, S : 36,60, GDS: 110, reflek fisiologis (-/+), reflek patologis: babinski (+), openheim
(+), chadock (+)
Pharese N. VII, N. XI, N. XII, kekuatan otot atas: 3/5, bawah: 3/5
O : KU : tampak sakit sedang, Kesadaran compos mentis, GCS : E4V5M6, TD : 180/100 mmHg, N :
82x/m, R: 18x/m, S : 36,80, reflek fisiologis (-/+), reflek patologis: babinski (+), openheim (+), chadock
(+)
Pharese N. VII, N. XI, N. XII, kekuatan otot atas: 4/5, bawah: 4/5
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Fungtionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : ad bonam
Analisis Kasus
Kasus Teori
Diagnosis hemiparesis
Hal ini sesuai dengan teori bahwa otot-otot dahi mendapatkan persarafan supranuklearnya dari kedua hemisfer
serebri, tetapi otot-otot ekspresi wajah lainnya hanya dipersarafi secara unilateral yaitu oleh korteks presentralis
kontralateral. Jika terjadi lesi sentral atau UMN kelumpuhan wajah yang timbul tidak mengganggu otot-otot
dahi. Seperti pada kasus ini, pasien masih dapat menaikkan alisnya dan memejamkan matanya dengan kuat dan
hanya mengeluhkan mulut mencong. Hal ini dikarenakan otot dahi dipersarafi oleh dua hemisfer serebri
sehingga walaupun terkena lesi masih ada satu hemisfer serebri lain yang mempersarafinya. Namun pada lesi
perifer semua otot-otot ekspresi wajah pada sisi lesi menjadi lumpuh dan mungkin juga termasuk cabang saraf
yang mengurus pengecapan dan salivasi yang berjalan bersama dengan nervus fascialis. Dengan demikian dapat
di bedakan antara kelumpuhan fasialis sentral dari kelumpuhan fasialis perifer. Pada kasus ini merupakan
Hal ini sesuai dengan teori jika pada stroke juga dapat mengenai N.
hipoglosus (XII) tipe sentral yang ditandai dengan bicara pelo dan
deviasi lidah bila dikeluarkan dari mulut. Dari anemnesis kasus ini
ditemukan jika pasien bicara pelo dan dari pemeriksaan N.XII tetapi
terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun
Penyebabnya :
1. Stroke iskemik
-Trombosis Serebri
- Embolia Serebri
2. Stroke hemoragik
- Perdarahan Intraserebral
- Perdarahan Subarachnoid
Hal ini sesuai dengan teori jika Hipertensi merupakan
kurang lebih 1 tahun stroke makin besar karena terjadinya kerusakan pada
terjadinya penyumbatan.
Teori
Dimana faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan kemungkinannya untuk
wajah seperti saat diam, tertawa, meringis. Namun Pasien mampu menutup
- Ras
2. Dapat dirubah :
N. hipoglossus ( N.XII ) : Terdapat bicara yang pelo. Hal ini sesuai
- Hipertensi
dengan teori jika kelainan dapat melibatkan lebih dari 1 nervus cranial.
-CT Scan
- Merokok
Tampak lesi hipodens, batas tidak tegas, substansia alba
- Diabetes periventrikuler lateralis cornu anterior
kiri
- Fibrilasi atrium
Kesan :
- Kelainan jantung Infark serebri a/r substansia alba periventrikuler lateralis
cornu anterior Kiri
- Hiperlipidemia
Tidak tampak tanda-tanda SOL maupun perdarahan intra
kranial
- Terapi pengganti hormon
- Anemia sel sabit Hal ini sesuai dengan teori jika pada stroke iskemik, tampak gambaran
- Nutrisi hipodens, batas dapat tegas dan tidak tegas sesuai daerah yang
- Obesitas divaskularisasi.
Berdasarkan Skor Sirriraj 7
Rumus : (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x penanda atheroma) 12
Keterangan:
Aspilet adalah obat anti agregasi platelet berfungsi untuk mencegah terjadinya
platelet ini terutama berguna untuk mencegah terjadinya stroke ulang. Hal ini
hendaknya juga disertai dengan mengontrol faktor resiko yang dtemukan pada
pasien.
Berdasarkan Guidline stroke 2011 pemberian aspirin dengan dosis awal 325mg
dalam 24-48jam setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut.
(2) Pemberian Neuroprotektan
Pada kasus ini diberikan citicolin 2x1 tablet. Penggunaan neuroprotektan dapat
bermanfaat dalam memperbaiki deficit neurologi yang terjadi dan dapat memperbaiki
menunjukkan hasil yang efektif, sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun,
Penggunaan citicolin pada stroke iskemik akut dengan dosis 2x1000mg intravena 3
Berdasarkan Guidline stroke 2011 penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut
sebagai tindakan rutin tidak dianjurkan, karena kemungkinan dapat memperburuk keluaran
neurologis.
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistol maupun
diastol) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila TDS >220 mmHg atau TDS>120 mmHg.
Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi trombolitik TD harus diturunkan TDS
<185 mmHg dan TDD <180 mmHg selanjutnya TD harus dipantau hingga TDS <180mmHg
Obat yang digunakan labetolol, nitroprusid, nikardipin atau diltiazem IV. Berdasarkan
Guidline Stroke obat anti hipertensi yang dianjurkan golongan : tiazid, ACEI, CCB, B-blocker,
vasodilator langsung.
Berdasarkan Etiologi:
Infark : aterotrombotik, kardioembolik, lakunar
Perdarahan : Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan Subarahnoid,
Perdarahan Intracranial et causa AVM
Berdasarkan Lokasi :
Sistem Karotis
Sistem Vertebrobasiler
Berdasarkan waktu terjadinya
Transient Ischemic Attack (TIA)
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
Completed stroke
Faktor Resiko
1. Unmodifieable
Usia, jenis kelamin, ras
2. Modifieable
hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes
melitus, obesitas, alkohol, dan dislipidemia
Gejala Klinis (umum)
Kelemahan atau kelumpuhan dari anggota badan yang
dipersarafi.
Kesulitan menelan
Kehilangan kesadaran (Tidak mampu mengenali bagian
dari tubuh)
Nyeri kepala
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
Penglihatan ganda.
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang
tepat.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.
Stroke Hemoragik
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya
darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan
serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf
otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom
yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya.
Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan
menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang
otak.
Etiologi Stroke Hemoragik
1) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke,
terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan
serebelum.3
Gejala klinis :
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan
aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan
tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan
memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai
hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks
pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK),
misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid.
2) Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi
perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak,
dramatis, berlangsung dalam 1 2 detik sampai 1 menit.
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah
terangsang, gelisah dan kejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar
dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningeal
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan
gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid.
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi,
hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan
meningkat, atau gangguan pernafasan.2
Stroke Non-Hemoragik
Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada
pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan
otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau
ketidakstabilan hemodinamik.
Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah
kepala dan leher dan dapat juga mengenai pembuluh arteri
kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi
terjadi akibat penyempitan pembuluh darah oleh plak
aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada
bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis
yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah otak
yang terkena
Pembuluh darah
Oklusi
Iskemia
Hipoksia
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
7. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg
dan diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus
dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
8. Pengendalian Suhu Tubuh
Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 oC
(AHA/ASA Guideline)1 atau 37,5 oC (ESO Guideline).
9. Pemeriksaan Penunjang
EKG
Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal
hemostasis, kadar gula darah, analisis urin, analisa gas darah, dan
elektrolit)
Bila perlu pada kecurigaan perdarahan subaraknoid, lakukan
punksi lumbal untuk pemeriksaan cairan serebrospinal
Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen dada
CT Scan
TERAPI KHUSUS (stroke
1. Trapi trombolisis
Obatiskemik akut)
yang diakui FDA sebagai standar ini adalah pemakaian
r-TPA (recombinant tissue plasminogen activator) yang
diberikan pada penderita stroke akut baik i.v maupun intra
arterial dalam waktu kurang dari 3 jam setelah onset stroke.
Terapi reperfusi lainnya adalah pemberian antikoagulan pada
stroke iskemik akut. Obat-obatan yang diberikan adalah
heparin atau heparinoid (fraxiparine). Obat ini diharapkan
akan memperkecil trombus yang terjadi dan mencegah
pembentukan thrombus baru.
Pengobatan anti platelet pada stroke akut.
Pengobatan dengan obat antiplatelet pada fase akut stroke
sangat dianjurkan. Uji klinis pemberian aspirin pada fase
akut menurunkan frekuensi stroke berulang dan menurunkan
mortalitas penderita stroke akut.
2. Terapi neuroprotektif
Pengobatan spesifik stroke iskemik akut yang
lain adalah dengan obat-obat neuroprotektor
yaitu obat yang mencegah dan memblok
proses yang menyebabkan kematian sel-sel
terutama di daerah penumbra.
obat-obat yang dianggap mempunyai efek
neuroprotektor antara lain: citicoline,
pentoxyfilline, pirasetam. Penggunaan obat-
obat ini melalui beberapa percobaan
dianggap bermanfaat, dalam skala kecil.
Penatalaksanaan umum di
ranap
1. Cairan
a. Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga
euvolemi. Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg.
b. Pada umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral
maupun enteral).
2. Nutrisi
a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam,
nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik.
b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan,
nutrisi diberikan melalui pipa nasogastrik.
c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan
komposisi:
Karbohidrat 30-40 % dari total kalori
Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55 %)
Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-2.0
g/kgBB/hari (pada gangguan fungsi ginjal <0.8 g/kgBB/hari)
3. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi
Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah
komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi, pneumonia,
thrombosis vena dalam, emboli paru, dekubitus,
komplikasi ortopedi dan kontraktur) perlu dilakukan