TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi organ sistem saraf
pusat, yang biasanya dikenal dengan meningens (radang pada arachnoid dan piamater).
Meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi tetapi bahan kimiawi yang mengiritasi
apabila disuntik atau dimauskan ke dalam ruang subaraknoid juga bisa menimbulkan
peradangan pada lapisan pembungkus otak meninges. Meningitis yang disebabkan oleh
infeksi ini diklasifikasikan kepada akut piogenik (biasanya disebabkan oleh bakteri),
aseptik meningitis (biasanya karena viral) dan meningitis kronik (tuberculous,
spirochetal, atau cryptococcal). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan karakteristik dari
eksudat pada pemeriksaan LCS dan evolusi klinis daripada penyakit tersebut.
Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai kasus, seperti agen
infeksi, trauma, kanker, atau penyalahgunaan obat. Agen infeksi dapat berupa bakteri,
virus, ricketsia, protozoa, dan jamur.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan kematian.
Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara akut dan kronis.
B. Antomi Meningen
Meningen adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang,
melindungi struktur halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan
serebro spinal), memperkecil benturan atau getaran.
Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa membran yang menyelubungi seluruh
permukaan otak, batang otak dan medula spinalis. Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu
Piamater, arakhnoid dan duramater.
Durameter
Lapisan paling luar menutup otak dan medula spinalis. Sifat durameter liat, tebal,
tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-abu. Bagian pemisah dura: falx serebri
yang memisahkan kedua hemisfer di bagian longitudinal dan tentorium yang
1
merupakan lipatan dari dura yang membentuk jaring-jaring membran yang kuat. Jaring
ini mndukung hemisfer dan memisahkan hemisfer dengan bagian bawah otak (fossa
posterior).
Arachnoid
Merupakan membran bagian tengah, memran yang bersifat tipis dan lembut ini
menyerupai sarang laba-laba, oleh lkarena itu disebut arakhnoid. Membran ini
berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada dinding arachnoid terdapat flexus
khoroid yang bertanggung jawab memproduksi cairan serebro spinal (CSS). Membran
ini mempunyai bentuk seperti jari tangan yang disebut arakhnoid villi, yang
mengabsorpsi CSS. Pada usia dewasa normal CSS diproduksi 500 cc dan diabsorpsi
oleh villi 150 cc.
Piameter
Membran yang paling dalam, berupa dinding yang tipis,transparan,yang menutupi
otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak. Piameter berhubungan dengan
arakhnoid melalui struktur jaringan ikat yang disebut trabekel.
Piameter merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti
setiap lekukan-lekukan pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga
melekat pada
permukaan batang otak dan medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula
spinalis setinggi korpus vertebra.
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
Enterovirus
Mumps
Herpes virus
Arbovirus
Kasus yang sangat jarang: LMCV (lymphocytic choriomeningitis
virus)
3. Jamur :
a. Cryptococcus neoformans
b. Coccidioides immitris
c. Candida (jarang)
d. Histoplasma (terutama pada kasus immunocompromise)
Age Group
neonatus
Causes
Group B Streptococci, Escherichia coli, Listeria
Bayi
monocytogenes
Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae
Anak anak
N. meningitidis, S. pneumoniae
Dewasa
S. pneumoniae, N. meningitidis, Mycobacteria
Meningitis juga bisa berlaku pada kasus non infeksi terutama pada kasus seperti
AIDS, kanker, diabetes, trauma fisik atau oleh karena obat-obatan yang bisa menurunkan
sistem imunitas tubuh.
1. Meningitis Serosa
pemeriksaan
histologis,
meningitis
serosa
ternyata
merupakan
meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada
batang otak (brain stem) tempat terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang
serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan
mengakibatkan hidrosefalus serta kelainan pada saraf otak. Tampak juga kelainan pada
pembuluh darah seperti arteritis dan flebitis yang menimbulkan penyumbatan. Akibat
penyumbatan ini dapat terjadi infark otak yang kemudian akan mengakibatkan
perlunakan otak.
2. Meningitis Purulenta
Kuman-kuman dapat masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen atau
langsung menyebar dari kelainan di nasofaring, paru-paru, dan jantung. Selain itu
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan di dekat selaput otak seperti abses
otak, otitis media, mastoiditis dan trombosis sinus kavernosus.
D. Gambaran Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda
Kernigs dan Brudzinsky positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus
apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit
kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah,
leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul
bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa
kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak
beraturan.
Gejala meningitis meliputi :
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju
endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
a) Pada Meningitis Serosa tidak hanya didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b) Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
2. Lumbal pungsi / pemeriksaan cairan otak
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi digunakan membedakan antara meningitis serosa
dengan meningitis purulenta.
LP
Warna
Sel
Protein
Glukosa
Klorida
Mikroorganisme
PURULENTA
Keruh
PMN 1000-10000
100-500 mg%
0-40 mg%
650-680
Kultur
PURULENTA
TUBERKULOSA
Tekanan
>180
mm H20
Bila
Keruh
Sel
purulen
Leukosit
terbentuk pelikula
Mikroskopis
meningkat
VIRUS
didiamkan
kuman TBC
Warna
SEROSA
Jernih
MMN 300-500
100-500 mg%
Rendah
510
Khusus/Ziehl-Nielsen
JAMUR
Pemeriksaan
mikroskopik
Biakan
cairan
Kultur
bakteri
negatif
otak
Pemeriksaan
serologik serum dan
cairan otak
Jernih
Jernih
-500
3
1000/mm3
sel/mm
95 % PMN
dengan
dominasi
Protein
Meningkat,
Klorida
mg%
Menurun,
>75 meningkat
<700 menurun
Normal
limfosit
sedikit Meningkat
meningkat
Normal
7
Glukosa
mg%
Menurun, <40 mg menurun
Normal
Menurun,
%, atau < 40 %
sekitar
gula darah
mg
15-35
3. Kultur darah
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang menginfeksi
meningen sehingga dapat diberikan terapi dengan obat yang sesuai oleh penyebabnya.
4. Pemeriksaan Radiologis
a) Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan
CT Scan.
b) Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada
G. Penatalaksanaan
Terapi untuk meningitis ini terbagi menjadi terapi umum dan terapi khusus, yaitu :
1. Terapi Umum
- Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif
- Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein
- Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi dekubitus
- Keseimbangan cairan tubuh
- Perawatan kandung kemih dan defekasi
- Mengatasi gejala demam, kejang
2. Terapi Khusus
a. Penatalaksanaan meningitis serosa meliputi :
1) Rejimen terapi : 2RHZE 7RH
2 bulan pertama
- INH
- INH
- Rifampisisn
2) Steroid
Diberikan untuk :
- Menghambat reaksi inflamasi
- Mencegah komplikasi infeksi
- Menurunkan edem cerebri
- Mencegah perlengketan arachnoid dan otak
- Mencegah arteritis / infark otak
Indikasi :
- Kesadaran menurun
- Defisit neurologi fokal
Dosis : Dexametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena
selama 2-3 minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
b. Penatalaksanaan meningitis purulenta meliputi :
Pemberian antibiotika harus tepat dan cepat, sesuai dengan bakteri penyebabnya
dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya
diberikan antibiotika dengan spektrum luas. Antibiotika diberikan selama 10-14
hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah bebas demam.
Penisilin G dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam untuk infeksi Pneumococcus,
Streptococcus, Meningococcus.
Kloramfenikol dosis 4 x 1 gr/hari atau ampisilin 4 x 3 gr/hari untuk infeksi
Haemophilus.
Gentamisin untuk infeksi E.coli, Klebsiella, Proteus dan kuman-kuman
gram negatif.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. K
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 40 tahun
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
10
Status perkawinan
Alamat
: Menikah
: Saok Laweh
B. ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki umur 40 tahun datang ke IGD RSUD Solok pada tanggal 31
Januari 2015 dengan :
KELUHAN UTAMA :
Demam sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Demam sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, tidak tinggi, hilang timbul, dan
tidak menggigil
Sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu, sakit kepala semakin hari semakin hebat, sakit
dirasakan hampir di seluruh kepala, sakit kepala tidak hilang dengan istirahat.
Kuduk terasa kaku sejak 4 hari yang lalu, kuduk menjadi terasa kaku perlahan-lahan
Mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu, frekuensi 2x/hari, banyaknya
1/4
gelas/kali muntah, isi apa yang di makan dan diminum, muntah tidak menyemprot
Nafsu makan berkurang sejak sakit dan badah terasa lemah lesu.
Riwayat batuk-batuk lama hilang timbul ada sejak 1 bulan yang lalu
Pasien sebelumnya pernah dirawat 2 minggu yang lalu di RST selama 7 hari dengan
keluhan demam dan badan terasa lemah dan lesu. Setelah itu pasien pulang dan
pasien kembali demam, merasa lemah lesu dan sakit kepala di sertai kuduk terasa
kaku.
Riwayat hipertensi, DM, Stroke, penyakit jantung dan paru-paru sebelumnya tidak
ada
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami batuk lama dan sedang mengkonsumsi
OAT
Tidak ada anggota keluarga yang menderita hipertensi, DM dan penyakit jantung,
dan Stroke
RIWAYAT KEBIASAAN :
Tempat tinggal pasien di daerah yang padat penduduk, rumah memiliki ventilasi
yang cukup baik
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80x/ menit
Pernapasan
: 22x/ menit
Suhu
: 38.7 C
Mata
Leher
Dada
Paru
Pe
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba,
Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, udem -/I.
STATUS NEUROLOGIS :
1) KESADARAN
2) FUNGSI LUHUR
Kaku kuduk
(+)
b.
Brudzinskiy I
(+)
c.
Brudzinskiy II
(+)
d.
Laseque
(+)
e.
Kernig
(+)
4) SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius )
Daya pembau
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Keterangan
Baik
2. N.II (Opticus)
Daya penglihatan
Lapang pandang
Pengenalan warna
Kanan
Baik
Baik
Baik
Kiri
Baik
Baik
Baik
Keterangan
Baik
Baik
Baik
3. N.III (Oculomotorius)
Ptosis
Pupil
Bentuk
Ukuran
Kanan
(-)
Kiri
(-)
Keterangan
(-)
Bulat
3 mm
Bulat
3 mm
Normal
Normal
13
Normal
Normal
Normal
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
4. N. IV (Trokhlearis)
Gerak bola mata lateral
bawah
Strabismus Konvergen
Diplopia
Kanan
Normal
Kiri
Normal
Keterangan
Normal
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Normal
5. N. VI (Abduscens)
Gerak bola mata
lateral
Strabismus
Deviasi
Kanan
Normal
Kiri
Normal
Keterangan
Normal
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Normal
Kanan
(+)
(+)
(+/+/+)
(+)
(-)
(-)
Kiri
(+)
(+) (+/
+/+)
(+)
(-)
(-)
Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal
6. N. V (Trigeminus)
Menggigit
Membuka mata
Sensibilitas muka
Refleks kornea
Relfleks maseter
Trismus
7. N. VII (Facialis)
Tic
Motorik:
- sudut mulut
- mengerutkan
dahi
- mengangkat alis
Kanan
(-)
Kiri
(-)
Dalam Batas
Normal
(+)
Dalam Batas
Normal
(+)
Keterangan
Normal
Normal
(+)
(+)
14
- lipatan
nasolabial
- meringis
-kembungkan pipi
Daya kecap 2/3 depan
Tanda chvostek
Normal
Normal
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
8. N. VIII (Akustikus)
Pendengaran
Kanan
Baik
9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan
Arkus farings
Daya kecap 1/3
belakang
Refleks muntah
Kiri
Baik
Keterangan
Baik
Kiri
Keterangan
Uvula di tengah
Normal
Tidak Dilakukan
10. N. X (Vagus)
Kanan
Kiri
Keterangan
Uvula di tengah
(-)
Arkus farings
Dysfonia
11. N. XI (Assesorius)
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bhu
Kanan
(+)
Simetris
(+)
Eutrofi
Kiri
(+)
Simetris
(+)
Eutrofi
Kiri
Keterangan
Normal
Simetris
Normal
Eutrofi
Keterangan
Ditengah
Jelas
(+)
(-)
(-)
(-)
Kiri
Keterangan
15
Ekstremitas atas
Kekuatan
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Ekstremitas bawah
Kekuatan
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Badan
Trofi
Ger. Involunter
5/5/5
5/5/5
Normal
Eutrofi
(-)
Normal
Eutrofi
(-)
5/5/5
5/5/5
Normal
Eutrofi
(-)
Normal
Eutrofi
(-)
Normal
Eutrofi
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Normal
Normal
Eutrofi
V. SISTEM SENSORIK
Raba
Nyeri
Suhu
Propioseptif
Kanan
Baik
Baik
Baik
Baik
Kiri
Baik
Baik
Baik
Baik
Keterangan
Kanan
Kiri
Keterangan
(++)
(++)
(++)
(++)
(++)
(++)
(++)
(++)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
VI. REFLEKS
Fisiologis
Biseps
Triseps
KPR
APR
Patologis
Babinski
Chaddock
Hoffman Tromer
Reflek primitif :
Palmomental
Snout
16
Kiri
Keterangan
Tidak dilakukan
Defekasi
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
(Tanggal 31/1/2015)
Hb
: 15,5 g/dL
Leukosit
: 9.110 /mm3
Ht
: 42 %
: 131 mg/dL
Ureum
: 18,9 mg/dL
Diagnosis Topik
: Leptomeningen
Diagnosis Etiologi
: Micobacterium Tuberculosis
Diagnosis Sekunder
:-
F. PENATALAKSANAAN
1)
Umum
O2 4L/menit
IVFD RL 8 jam/kolf
2)
Khusus
FOLLOW UP
(1 Februari 2015, 21.45WIB)
S : - Penurunan Kesadaran (+)
- Demam (+)
- Kuduk kaku (+)
- Muntah (-)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 80x/menit
Kesadaran
Nafas
: 22x/menit
: Somnolen
GCS 12 (E3M5V4)
Otonom
: Miksi
Defekasi
Reflek fisiologis : ++ ++
- -
18
++ ++
- -
O2 4L/menit
IVFD RL 8 jam/kolf
2)
Khusus
(2 Februari 2015)
S : - Penurunan Kesadaran (+)
- Demam (+)
- Kuduk kaku (+)
- Muntah (-)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 80x/menit
Kesadaran
Nafas
: 22x/menit
: Somnolen
GCS 12 (E3M5V4)
Otonom
: Miksi
Defekasi
: Menggunakan kateter
: (-), sejak dirawat di RS
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
O2 4L/menit
IVFD RL 8 jam/kolf
2)
Khusus
RENCANA TINDAKAN
1) Konsul bagian Neurologi Pasien pindah rawat ke bangsal Neurologi
2) Rontgen thorax PA
3) Pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, HT, LED, trombosit) dan hitung jenis
leukosit
4) Pemeriksaan elektolit (Na, K, Cl)
5) Pemeriksaan Albumin/Globulin
(3 Februari 2015)
S : - Penurunan Kesadaran (+)
20
- Demam (+)
- Kuduk kaku (+)
- Muntah (-)
- Gelisah (+)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 80x/menit
Kesadaran
Nafas
: 22x/menit
Suhu
: 37,8 C
: Somnolen
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
GCS 12 (E3M5V4)
Otonom
: Miksi
Defekasi
: Menggunakan kateter
: (-), sejak dirawat di RS
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
Pemeriksaan Penunjang :
1) Labor
Hb
HT
LED
: 15,5 g/dL
: 42 %
: 72 mm/jam
21
2) Rontgen thorax PA
Hasil Expertise :
- Jantung kesan tidak membesar
- Aorta dan mediastinum superior tidak
melebar
- Trakea ditengah
- Tampak infiltrate di apeks dan lapangan
atas kedua paru dengan curiga
gambaran kavitas
- Diafragma dan sudut kostofrenikus
kanan kiri kesan baik
Kesan : TB Paru
O2 4L/menit
2) Khusus
(4 Februari 2015)
S : - Penurunan Kesadaran (+)
- Demam (+)
- Kuduk kaku (+)
- Muntah (-)
- Gelisah (+)
- BAB (-)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 78x/menit
Kesadaran
Nafas
: 21x/menit
: Somnolen
GCS 12 (E3M5V4)
Otonom
: Miksi
Defekasi
Reflek fisiologis : ++ ++
: Menggunakan kateter
: (-), sejak dirawat di RS
Reflek patologis :
++ ++
O2 4L/menit
2) Khusus
Kejang (+)
Muntah (-)
Gelisah (+)
Demam (+)
BAB (-)
O :
24
Nadi
: 74x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: Somnolen
GCS 12 (E3M5V4)
Otonom
: Miksi
Defekasi
Reflek fisiologis : ++ ++
: Menggunakan kateter
: (-), sejak dirawat di RS
Reflek patologis :
++ ++
- -
O2 4L/menit
2) Khusus
25
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (+)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: Somnolen
GCS 12 (E3M5V4)
Otonom
: Miksi
Defekasi
Reflek fisiologis : ++ ++
++ ++
: Menggunakan kateter
: (+)
Reflek patologis :
- -
- TB Paru
- Hipoalbuminemia
- Hiponatremia
P:
1) Umum
O2 4L/menit
2) Khusus
3) Rencana Tindakan
(6 Februari 2015)
S :
27
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (+)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: Somnolen
GCS 12 (E3M5V4)
Otonom
: Miksi
Defekasi
Reflek fisiologis : ++ ++
: Menggunakan kateter
: (+)
Reflek patologis :
++ ++
- -
O2 4L/menit
Pasang NGT, Diet MCTKTP 2100kkal (6x350kkall) + Diet ekstra putih telur
2) Khusus
(7 Februari 2015)
S :
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (+)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: Somnolen
GCS 12 (E3M5V4)
29
Otonom
: Miksi
Defekasi
: Menggunakan kateter
: (+)
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
- -
O2 4L/menit
Pasang NGT, Diet MCTKTP 2100kkal (6x350kkall) + Diet ekstra putih telur
2) Khusus
(8 Februari 2015)
S :
30
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (+)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: Somnolen
GCS 12 (E3M5V4)
Otonom
: Miksi
Defekasi
: Menggunakan kateter
: (+)
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
- -
Pasang NGT, Diet MCTKTP 2100kkal (6x350kkall) + Diet ekstra putih telur
2) Khusus
3) Rencana Tindakan
(9 Februari 2015)
S :
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (+)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: CMC
GCS 15 (E4M6V5)
32
Otonom
: Miksi
Defekasi
: Menggunakan kateter
: (+)
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
- -
Pasang NGT, Diet MCTKTP 2100kkal (6x350kkall) + Diet ekstra putih telur
2) Khusus
S :
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (-)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Lemah
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: CMC
GCS 15 (E4M6V5)
Otonom
: Miksi
Defekasi
: Menggunakan kateter
: (+)
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
- -
2) Khusus
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (-)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Sedang
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: CMC
GCS 15 (E4M6V5)
35
Otonom
: Miksi
Defekasi
: Menggunakan kateter
: (+)
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
- -
2) Khusus
36
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (-)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Sedang
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: CMC
GCS 15 (E4M6V5)
Otonom
: Miksi
Defekasi
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
- -
2) Khusus
Kejang (-)
Muntah (-)
Gelisah (-)
Demam (-)
BAB (+)
O :
Keadaan Umum : Sedang
Nadi
: 75x/menit
Kesadaran
Nafas
: 20x/menit
: CMC
GCS 15 (E4M6V5)
Otonom
: Miksi
: Baik
38
Defekasi
: (+)
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis :
++ ++
- -
Pasien dipulangkan
Oralit 1x200cc/sach
DAFTAR PUSTAKA
39
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Infeksi. Dalam : Buku Ajar Neurologi
Klinis, edisi pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta 1996 : 161-68, 18187
2. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Infeksi Susunan Saraf. Dalam : Neurologi Klinis
Dasar. Dian Rakyat. Jakarta 2003 : 303-20
3. Price S.A & Willson L.M. Alih bahasa Anugerah P. Infeksi Pada Sistem Saraf.
Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta 1995 :1004-7
4. Duus P. Alih bahasa Ronardy D.H. Meningen, Ventrikel dan Cairan Serebrospinalis.
Dalam : Diahnostik Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1996 : 246-62
5. Groot J & Chusid J. G. Alih bahasa Munandar A. Diskusi Kasus. Dalam :
Neuroanatomi Korelatif , edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1997 :
266
40