Anda di halaman 1dari 4

Oleh: Uzersyah Sutan Batuah, Pengamat Ekonomi Umat dan Pemerhati UMKM di

Kepri, Sumber: www.haluankepri.com jiwa enterpreneur rasulullah muhammad


saw

Apa yang anda tahu tentang Nabi Muhammad SAW? Hampir semua umat akan menjawab
tentang Kerasullan serta perjuangannya untuk syiar Islam. Jawaban tersebut tidak salah
karena memang demikian adanyanya. Namun itu belum mewakili keseluruhan kehidupan
seorang Nabi Muhammad SAW. Karena ada masa kecilnya, masa remajanya, dan masa
dewasanya dengan prestasi yang gemilang. Masa-masa tersebut belum banyak
diungkapkan oleh para juru dakwah. Sehingga sisi kegemilangan hidup Nabi Muhammad
sebelum menjadi Rasullullah kurang terekspos dengan maksimal. Akibatnya keteladanan
beliau kurang banyak diambil manfaat oleh umatnya. Pada hal disitu banyak keteladanan
hidup yang dapat ditiru. Sebelum menjadi Rasullullah beliau seorang hartawan yang
dermawan. Beliau memiliki harta melimpah dari hasil kerja kerasnya sebagai pedagang
besar antar bangsa kala itu. Hartanya yang melimpah itu sebagian digunakan untuk
membantu orang yang tidak mampu dan sebagian digunakan untuk mas kawin ketika
meminang janda kaya yang berhati mulia Siti Chadidjah. Terakhir hartanya yang banyak
itu digunakan untuk syiar Islam terutama membantu para mualaf. Sampai akhir hayatnya
harta beliau habis untuk syiar agama, dipenghujung usianya ada kisah beliau kelaparan
karena
belum
makan.
Sebelum menjadi Rasulullah beliau sukses berdagang, karena kesuksesannya berdagang
tersohor keseluruh masyarakat Arab, maka banyak pengusaha yang bergabung berbisnis
dengan beliau. Ada yang ikut dalam bentuk modal, ada pula yang menitipkan barang
dagangan untuk dibantu menjualkannya kenegeri lain. Artinya pada masa itu Nabi
Muhammad telah mempraktekan bisnis penyertaan (sharing modal) dan konsinyasi (nitip
barang). Saat sekarang bisnis seperti ini sangat populer di masyarakat. Kepiawaian Nabi
Muhammad dalam berdagang itu, saat sekarang kurang diteladani umat dewasa ini.
Akibatnya, banyak jamaah yang tidak memilih profesi sebagai pedagang tetapi lebih
memilih
profesi
pegawai
atau
karyawan.
Melalui tulisan singkat ini penulis mencoba mengangkat kembali sisi-sisi kewirausahaan
Nabi Muhammad. Mulai dari kecil sebagai pengembala kambing/domba, masa remaja ikut
berdagang dengan keluarga, dan setelah dewasa menjalankan sendiri usaha dagang
tersebut. Keteladanan berwirausaha ini sangat relevan dengan kondisi saat ini karena
dunia sekarang adalah dunia perniagaan. Dunia perniagaan butuh latihan, butuh
pengalaman untuk berbagai kondisi yang dihadapi. Sebagai pengusaha, butuh kejujuran
untuk dapat dipercaya oleh rekanan, butuh kerajinan dan kegigihan untuk dapat berhasil.
Semua
itu
dimiliki
oleh
seorang
Nabi
Muhammad.
Muhammad kecil terlahir sebagai yatim karena bapaknya (Abdullah) wafat ketika beliau
masih dalam kandungan ibunya (Aminah). Bayi Muhammad disusui oleh ibu susunya
Halimah Tusadiayah hal ini karena telah menjadi tradisi masyarakat Arab ketika itu. Lagi
pula pada masa itu tradisi dan budaya masyarakat Arab menganggap lumrah
menyerahkan anak untuk disusui ibu susunya. Setelah berhenti menyusu atau setelah
berumur lebih dari dua tahun Muhammad kembali kepangkuan ibu kandungnya. Tidak

berapa tahun kemudian ibu kandungnya wafat, sehingga beliau diasuh oleh kakeknya
(Abdul Muthalib). Selanjutnya tidak beberapa lama kemudian kakeknyapun meninggal
dunia,
dan
beliau
diasuh
pamannya,
Abu
Thalib.
Pada usia sekitar enam tahunan Muhammad mulai dibawa menggembala domba di
padang rumput dan diajarkan cara mengembala yang benar. Mencari loksai padang
rumput yang subur dan tempat minum ternak yang banyak airnya. Mengusir serigala jika
datang mengganggu ternaknya dan mencari tempat berteduh jika tiba-tiba hujan datang.
Latihan atau pembelajaran mengembala domba ini dijalani dengan baik dan tekun, beliau
terkenal
sebagai
anak
gembala
yang
rajin
dan
jujur.
Awalnya Muhammad hanya mengembalakan domba milik keluarga, atas kerajinan dan
kejujurannya beliau mendapat keprcayaan menggembalakan domba milik orang lain.
Sebagai imbalannya beliau memperoleh bagian dari anak-anak domba yang lahir dari
hasil gembalaannya. Bagian anak domba yang menjadi haknya sebagai imbalan
pengembala merupakan aset pertama yang dimilikinya. Dari sini Muhammad mulai
mengenal imbalan sebagai hasil usaha atau kerja kerasnya selama ini.
Pernah beliau didatangi orang yang ingin membeli beberapa ekor domba yang
digembalakannya, tetapi beliau tidak mau karena bukan miliknya. Orang itu terus
merayunya dengan mengatakan tidak ada orang lain yang melihatnya. Walaupun tidak
ada orang yang melihat namun beliau tidak mau melakukannya karena takut kepada
Tuhan
katanya.
Dari pengalaman menggembala domba Muhammad memperoleh pembelajaran tentang
arti kejujuran, kerja keras, dan tanggungjawab. Beliau mengenal pula tentang perilaku
tidak baik dari orang-orang dewasa, seperti menipu, berbohong, dan berkolusi untuk
memperoleh penghasilan tambahan. Dengan keteguhan pendirian dan keyakinan yang
kuat beliau menolak semuanya, sehingga terhindar dari sifat-sifat buruk itu.
Pembelajaran seperti ini tidak akan pernah didapat seorang anak kalau anak tersebut
tidak pernah dilatih dan diserahi tugas seperti yang dijalankannya sebagai pengembala.
Dari sini mulai tertanam jiwa wirausaha, kejujuran, ketekunan, kegigihan dan kerja keras
menjalankan
usaha.
Pembelajaran wirausaha semenjak dini kurang didapat anak-anak sekarang. Mereka lebih
banyak menghabiskan waktunya belajar secara reguler dan bermain ketika tidak
bersekolah. Kecuali anak orang tidak mampu yang terpaksa berjualan kue atau makanan
kecil untuk membantu keuangan keluarga. Dan kecuali lagi anak orang Tionghoa yang
diajak ke toko atau ke tempat usaha ketika diluar jam sekolah. Di toko atau dibengkel
anak-anak orang Tionghoa memperoleh pembelajaran kewirausahaan sejak dini, sehingga
setelah dewasa mereka muncul sebagai pengusaha yang sukses. Sikap mental seperti ini
seharusnya diamalkan oleh kaum muslimin yaitu memberi pembelajaran kewirausahaan
semenjak dini kepada anak-anak mereka. Karena hal ini telah dicontohkan Nabi
Muhammad
yang
semasa
kecil
bekerja
sebagai
pengembala.
Setelah berumur belasan tahun dan dianggap sanggup berjalan jauh Muhammad mulai
diajak pamannya (Abu Thalib) berniaga ke negeri Syam, yaitu sebuah negara tetangga
yang saat ini dikenal Syria. Dari berniaga jauh antarnegara itu semakin banyak
pembelajaran yang diperoleh Muhammad. Mulai dari persiapan bekal sebelum berangkat,

pengepul barang dagang yang akan dibawa nanti, serta persiapan armada angkut (unta)
yang kuat. Semua pembelajaran itu menyangkut kepada suatu perencanaan yang
matang, supaya tidak mengalami hambatan dalam perjalanan dan menghasilkan
keuntungan dari perniagaan. Dari Makkah mereka membawa banyak barang dagangan
untuk dijual di Syam dan pulangnya mereka membawa barang dagangan lain dari manca
negara yang waktu itu memang banyak terkumpul disana, seperti sutera Tiongkok,
permadani Persia dan lain-lain. Waktu itu terkenal dengan rombongan kafilah Arab yang
sering
bepergian
jauh
untuk
berniaga.
Tidak beberapa lama kemudian Abu Thalib pun meninggal dunia, sehingga Muhammad
melanjutkan sendiri usaha dagang keluarga tersebut. Berkat pengalaman masa kecilnya
yang sudah terlatih bekerja keras dan kejujuran yang dimilikinya, membuat usaha
dagangnya tidak mundur, malah maju pesat. Kemajuan yang diperolehnya mengundang
pemodal lain ikut berdagang dengan Muhammad termasuk seorang janda kaya. Dari
perniagaan yang sukses itu Muhammad memperoleh harta melimpah namun beliau tetap
rendah hati dan suka membantu. Untuk transportasi beliau memiliki kendaraan pilihan
berupa kuda putih yang menjadi idaman setiap orang ketika itu. Artinya Muhammad itu
seorang pengusaha yang sukses, kaya raya, dan terhormat. Semua itu diraihnya dengan
kerja keras, jujur dan gigih dalam berusaha. Harusnya hal seperti ini diteladani oleh umat
Islam sekarang supaya mau kerja keras, tekun, gigih dan jujur sehingga menjadi
pengusaha
sukses
dan
terhormat.
Kesuksesan Muhammad sebagai hartawan ditunjukan beliau ketika meminang Siti
Chadijah, beliau mampu memberi mas kawin berupa 40 ekor unta. Kalau untuk ukuran
sekarang 40 ekor unta setara dengan nilai Rp1 miliar, karena harga seekor unta setara
Rp25 juta. Coba pembaca bandingkan dengan mas kawin yang pembaca serahkan ketika
berkawin dulu. Tapi Muhammad pengusaha sukses mampu memberi mas kawin dengan
nilai sangat tinggi. Hal ini bisa beliau lakukan karena beliau punya dari hasil kerja keras
sebelumnya. Keteladanan seperti ini tidak banyak diberitakan penceramah sekarang,
penceramah lebih suka menceritakan Nabi Muhammad yang kelaparan tidak makan dan
perutnya diganjal dengan batu. Pada hal itu kejadiannya adalah ketika Nabi Muhammad
diusia senja setelah menjadi kakek, dimana hartanya yang melimpah ketika muda dulu
sudah habis dibelanjakan untuk syiar agama dan membantu para mualaf.
Adakah hubungan antara mundurnya ekonomi umat saat ini dengan kurang digalinya
keteladanan Nabi Muhammad dibidang kewirausahaan? Pertanyaan inilah yang perlu kita
renungkan, mengapa kantong-kantong kemiskinan itu adanya di kampung kampung kita
umat Islam. Kenapa yang antri berpanjang-panjang dalam memperoleh raskin, daging
kurban, pembagian zakat, BLT dan sumbangan adalah warga kita? Barangkali ada
kaitannya dengan kondisi umat yang kere, jiwa kewirausahaan umat tidak terbina, umat
pemalas lebih suka meminta dari pada memberi. Sikap mental pemalas ini yang harus
diperangi bersama. Pada hal Nabi Muhammad telah menegaskan bahwa tangan di atas
lebih baik dari tangan di bawah, tetapi kenapa mereka memilih tangan di bawah?
Selanjutnya Muhammad juga mengingatkan bahwa kemiskinan itu akan mendekatkan
orang
kepada
kekufuran,
tetapi
kenapa
mereka
memilih
miskin?
Namun apabila ditanyakan kepada mereka mengapa memilih miskin, mereka akan
menjawab ini adalah nasib. Betulkah miskin itu nasib? Sudah seberapa jauh dan gigih

usaha anda dalam membebaskan diri dari kemiskinan, coba dievaluasi sudah seberapa
maksimal
ikhtiar
anda?
Lihatlah konglomerat itu kakinya dua, tangannya dua, kupingnya dua, matanya dua,
kepalanya satu, mulutnya satu, sama dengan anda. Artinya anda berpeluang untuk
mengubah keadaan lebih baik dari sekarang. Ingat pesan Tuhan, Tuhan tidak akan
mengubah nasib suatu kaum apabila kaum itu sendiri tidak berusaha mengubahnya.
Artinya perubahan itu akan ada kalau diusahakan, harus ada ikhtiar dari umat untuk
mengubah nasibnya. Dan jangan pula menghibur umat dengan mengatakan bahwa orang
miskin itu nanti bahagianya di akhirat, ini jelas menyesatkan. Rebutlah duniamu dan
raihlah
akhiratmu
dengan
ridha
Allah.
Oleh sebab itu mari kita bangun ekonomi umat dengan membangunkan jiwa
kewirausahaannya sejak dini. Ingatlah Nabi Muhammad itu seorang pengusaha sukses,
semenjak kecil telah dilatih berwirausaha. Tentang perlunya anak dilatih sejak dini ada
nasehat dari Gurindam 12 yang ditulis Raja Ali Haji, beliau mengatakan, jika anak tidak
dilatih setelah besar orang tuanya kan letih. Mari para orang tua bijak latihlah anak-anak
anda semenjak kecil, tanamkan jiwa kewirausahaan kepada mereka, tanamkan kejujuran
kepada mereka. Insya Allah setelah besar kelak dia tidak akan membuat letih para
orang tuanya

Anda mungkin juga menyukai