A DENGAN
MASALAH UTAMA HALUSINASI PADA KASUS SKIZOFRENIA
DI RUANG GERANIUM RUMAH SAKIT RSJD. DR. RM. SOEJARWADI
PROPINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh:
Yulisa Tri Wiryanti
(1304040)
LEMBAR PEGESAHAN
Preceptor Akademik
Preceptor Klinik
Mengetahui,
Ketua STIKES Bethesda Yakkum
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode pegumpulan Data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
B. Terori Keperawatan
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa data, daftar masalah, pohon masalah
C. Rumusan masalah
D. Rencana keperawatan
E. Catatan perkembangan
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Pengumpulan Data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
B. Teori Keperawatan
1. Pengertian
Menurut Cook dan Fontaine (1987), perubahan persepsi sensori :
halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Individu
mengintepretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari lingkungan
(Depkes RI, 2000).
2. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang berada
dalam rentang respon neurobiology (Stuart dan Lavala, 2001). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaplive. Iika klien yang schat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprelasikan
stimulius berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra
(pendengaran, penglihatan, pengindung, pengecap, dan perata). Klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walau
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut
adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan
persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang
disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi dilakukannya
terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima
rentang respon tersebut digambarkan seperti di bawah ini :
Respon Adaptif
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pikiran logis
Distorsi pikiran
Gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat
Ilusi
Emosi konsisten
Reaksi emosi berlebihan
Halusinasi
Respon Maladaftivc
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
1) Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat,
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
2) Perilaku : menampar diri sendiri seakan sedang memadamkan api,
melompat-lompat di lanatai seperti menghindari nyeri atau
stimulus lain pada kaki
4. Fase-fase Halusinasi
Ada 4 fase proses terjadinya halusinasi :
a. Fase pertama : sleep disorder
Fase awal sesorang sebelum muncul halusinasi.
Perilaku :
1) Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan,
takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
2) Masalah mungkin terasa sulit karena berbagai stresor terakumulasi,
misal terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah kampus,
penyakit, hutang, dan lain-lain.
3) Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support
sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.
4) Sulit tidur yang berlangsung lama sehingga terbiasa menghayal.
5) Menganggap lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
b. Fase kedua : Comforting
Pada fase ini mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah,
kesepian. Klien mulai melamun dan memfokuskan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara
ini menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya
yang mengenal pikirannya tapi persepsi meningkat.
c. Fase ketiga : Condemning (hukuman)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman pada
internal dan eksternal. Klien berada pada tingkat listening pada
halusinasi pada pemikiran internal menjadi menonjol. Gambaran suara
dan sensasi halusinasinya dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien
takut apabila mendengar klien merasa tidak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara halusinasi dan dirinya dengan
a. Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi rangsangan
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisifisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena problem atau masalah yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga berbuat sesuatu
terhadap ketakutannya.
c. Dimensi Intelektual
Dimensi intelektual menerangkan bahwa individu yang mengalami
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, tetapi pada saat tertentu menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu yang mengalami halusinasi
menunjukkan kecenderungan untuk menyendiri. Individu lebih asyik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interkasi sosial, kontrol diri, dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, maka hal tersebut dapat mengancam dirinya atau
orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan pada klien yang mengalami halusinasi adalah
dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan agar
klien tidak menyendiri. Jika klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya diharapkan halusinasi tidak terjadi.
e. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien
yang mengalami halusinasi cenderung menyendiri hingga proses di
b. Bila skizofemia timbul secara akut, maka prognosis lebih dari pada
penyakit itu muncul secara pelan-pelan.
c. Jika prognosis katatonik adalah yang paling baik disemua jenis.
d. Umur semakin muda umur permulaannya maka semakin jelek
prognosisnya
e. Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus seperti penyakit
bawaan, prognosa lebih baik.
f. Faktor keturunan lebih di keluarga ada yang menderita skizotrenia 1-2
orang.
11. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Jenis obat psikofarma antara lain :
1) Chlopromazin
2) Halloperidol
3) Trihexylphenidil
4) Arr itriptilin
5) Psikoterapi
6) Therapi Ocupasi
7) Terapi Kelompok.
C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis sosial dan
kultural. Yang ditemukan pada klien perubahan sensori persepsi antara
lain :
1) Bicara, senyum, dan tertawa sendiri.
2) Mengatakan, mendengar suara.
3) Merusak diri sendiri, orang lain/lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata. .
5) Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi.
6) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7) Sikap curiga dan bermusuhan.
8) Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9) Sulit membuat keputusan.
10)
Ketakutan.
Resiko tinggi
Menciderai
diri, orang
lain, dan
lingkungan
Masalah
Utama
Penyebab
Perubahan
sensori
persepsi :
halusinasi
pendengar
an
Menarik diri
Harga
diri
rendah
Sindrom defisit
perawatan
dari
:
mandi/kebersih
an/ berpakaian,
berhias
Intoleransi
aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa dari pohon masalah yang ada adalah sebagai berikut:
a. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
b. Perubahan persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri.
c. Kerusakan interaksi sosial manarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
d. Sindrom defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berpakaian,
berhias, berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
4. Rencana Keperawatan
a. Rencana tindakan keperawatan untuk pasien perubahan persepsi sensori : halusinasi
Tgl
No
Dx
Diagnosis
Tujuan
keperawatan
Perubahan
SP 1: pasien dapat
persepsi
mengidentifikasi
sensori
: jenis halusinasi
halusinasi
Perencanaan
Kriteria evaluasi
Intervensi
Setelah 1x interaksi, Identifikasi
pasien
dapat halusinasi pasien
mengidentifikasi
jenis
halusinasi
Rasional
jenis Ungkapan
dari
pasien
mengenai jenis halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
isi Ungkapan
dari
pasien
halusinasi pasien
megenai
isi
halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien.
Identifikasi
waktu Ungkapan
dari
pasien
halusinasi
mengenai waktu halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
frekuensi Ungkapan
dari
pasien
halusinasi pasien
mengenai
frekuensi
halusinasi menunjukkan apa
yang
dibutuhkan
dan
dirasakan oleh pasien.
Identifikasi situasi yang Ungkapan
dari
pasien
menimbulkan halusinasi mengenai situasi halusinasi
pada pasien.
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
respon Ungkapan
dari
pasien
pasien
terhadap mengenai respon pasien saat
respon
pasien mengedentifikasi repson halusinasi
terhadap halusinasi pasien terhadap halusinasi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi, Latih
pasien
untuk
menghadrik
pasien dapat menghardik mampu
menghardik
halusinasi
halusinasi
halusinasinya
SP 1: pasien dapat
memasukkan cara
menghardik
halusinasi
dalam
jadwal
kegiatan
harian
Tgl
No.
Dx.
Diagnosa
Keperawatan
Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
cara
menghardik
halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
Tujuan
SP 2:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien.
SP 2:
Pasien dapat
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakapcakap dengan orang
lain.
SP 2:
Pasien dapat
Kriteria Evaluasi
Setelah ....x interaksi
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
Masukkan
cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian
Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.
Memasukkan kegiatan
menghardik halusinasi ke
memasukkan dalam
jadwl kegiatan
harian.
Tgl
No.
Dx.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
SP 3:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
SP 3:
Pasien dapat
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
di RSJ yang sesuai
dengan kegiatan
yang biasa
dilakukan pasien di
rumah.
SP 3:
Pasien
memasukkan
kegiatan diatas ke
dalam jadwal
kegiatan harian.
Tgl
No.
Dx.
Diagnosa
Keperawatan
Kriteria Evaluasi
Setelah .... x interaksi,
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan hariannya.
ke dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.
Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan di
RSJ yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan pasien di
rumah.
Masukkan kegiatan
yang dilakukan pasien
di RSJ ke dalam jadwal
kegiatan harian.
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Perencanaan
Intervensi
Rasional
SP 4:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
SP 4:
Pasien dapat
menggunakan obat
secara teratur
SP 4:
Pasien dapat
memasukkan
kegiatan
menggunakan obat
secara teratur ke
dalam jadwal
kegiatan harian.
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
Masukkan kegiatan
mengguankan obat
secara teratur ke dalam
jadwal kegiatan harian.
No
Dx
Diagnosis
keperawatan
Isolasi sosail
Perencanaan
Rasional
Kriteria evaluasi
Intervensi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi, Dorong pasien untuk Dengan
mengetahui
menyebutkan
pasien dapat menyebutkan mampu
menyebutkan penyebab pasien menarik diri
penyebab menarik penyebab menarik diri
penyebab menarik diri
dapat ditemukan mekanisme
diri
koping
pasien
dalam
berinteraksi sosial, serta
strategi apa yang akan
diterapkan kepada pasien
SP 1: berdiskusi Setelah 1x interaksi, Diskusikan
bersama Dengan
mengetahui
Tujuan
dengan
pasien pasien dapat menyebutkan pasien
tentang
tentang keuntungan keuntungan berinteraksi keuntungan berinteraksi
berinteraksi dengan dengan orang lain
dengan orang lain
orang lain
Tgl
No
Dx
Diagnosis
keperawatan
SP 1: berdiskusi
dengan
pasien
tentang
kerugian
tidak berinteraksi
dengan orang lain
Setelah 1x interaksi,
pasien dapat menyebutkan
kerugian
tidak
berinteraksi dengan orang
lain
SP
1:
pasien
diajarkan
oleh
perawat
tentang
cara
berkenalan
dengan satu orang
SP 1 : pasien dapat
memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
dalam
kegiatan
harian
Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
kegiatan
berbincangbincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian
Tujuan
Kriteria evaluasi
Diskusikan
bersama
pasien tentang kerugian
berinteraksi
dengan
orang lain
Masukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain dalam
kegiatan harian
Perencanaan
Intervensi
keuntungan
berinteraksi
dengan orang lain, maka
pasien akan
termotivasi
untuk berinteraksi dengan
orang lain.
Dengan mengetahui kerugian
berinteraksi dengan orang
lain, maka pasien akan
termotivasi
untuk
berinteraksi dengan orang
lain
Melibatkan pasien dalam
interaksi
sosial
akan
mendorong pasien untuk
melihat
dan
merasakan
secara langsung keuntungan
dari berinteraksi sosial serta
meningkatkan konsep diri
pasien
Memasukkan
kegiatan
berboncang-bincang dengan
orang lain ke dalam kegiatan
harian akan membantu pasien
mencapai interaksi sosial
secara bertahap.
Rasional
Isolasi sosail
Tgl
No
Dx
Diagnosis
keperawatan
Isolasi sosail
SP
2:
jadwal
kegiatan
harian
pasien
dapat
terevaluasi
mengenai kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
SP 2: pasien dapat
mempraktekkan
cara
berkenalan
dengan satu orang
Setelah 1x interaksi,
pasien
dapat
mengevaluasi
kegiatan
harian pasien mengenai
kegiatan
berbincangbincang dengan orang
lain.
Setelah 1x interaksi,
pasien
dapat
mempraktekkan
cara
berkenalan dengan satu
orang
SP 2: pasien dapat
memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
sebagai salah satu
kegiatan harian
Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
kegiatan
berbincangbincang dengan orang lain
sebagai
salah
satu
kegiatan harian
Perencanaan
Kriteria evaluasi
Intervensi
SP 3: pasien dapat Setelah 1x interaksi, Evaluasi
jadwal
mengevaluasi
pasien
dapat kegiatan harian pasien
jadwal
kegiatan mengevaluasi
jadwal
harian pasien
kegiatan harian pasien
Tujuan
Rasional
Evaluasi sebagai upaya untuk
merencanakan
kegiatan
selanjutnya apakah pasien
bisa melakukan interaksi
sosial dengan dua orang atau
SP 3: pasien dapat
berkenalan dengan
dua orang atau
lebih
SP 3: pasien dapat
memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan dua orang
atau lebih dalam
jadwal
kegiatan
harian
Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
kegiatan
berbincangbincang dengan dua orang
atau lebih dalam jadwal
kegiatan harian.
Masukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan dua orang atau
lebih ke dalam jadwal
kegiatan harian
lebih
Melibatkan pasien dalam
interaksi
sosial
dan
mendorong pasien untuk
melihat
dan
merasakan
secara langsung keuntungan
dari berinteraksi sosial serta
meningkatkankonsep
diri
pasien
Memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain ke dalam kegiatan
harian akan membantu pasien
mencapai interkasi sosial
secara bertahap
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama
: Bp.A
Umur
: 33 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:Alamat
: Kebumen
Tanggal masuk RS
: 30 Oktober 2014
Ruang
: Geranium
Nomor CM
: 016884
2. Alasan masuk
Bp. A senang mengganggu anak-anak kecil lingkungan sekitarnya.
3. Faktor predisposisi
a. Bp.A pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
b. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
c. Bp.A tidak pernah mengalami trauma.
d. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
4. Pemeriksaan fisik
TTV 110/90 mmHg; Nadi 78x/menit
Berat badan 62 kg, tinggi badan 168 cm.
Bp.A tidak mengeluhkan ada keluhan fisik.
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. Spiritual
6. Status mental
a. Penampilan
Bp A berpakaian sesuai dengan ketentuan yang ada di ruangan tetapi
tidak rapi dalam berpakaian. Bp.A bisa makan sendiri, tidak belepotan.
Bp.A mengatakan mandi 2x-3x sehari.
b. Pembicaraan
Bp.A berbicara pelan, terkadang lambat dan membisu di tengah
pembicaraan. Kata-kata yang digunakan oleh Bp.A terkadang tidak
ada hubungan dengan topik pembicaraan.
c. Aktivitas motorik
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Ya
Tidak
Bantuan total
Bantuan minimal
2) Nutrisi
Bp.A mengatakan bahwa puas dengan pola makan yang ada. Pada
saat makan Bp A bergabung dengan teman-temannya. Frekuensi
makan Bp A 3x sehari.
3) Tidur
Bp A tidak memiliki masalah tidur. Tidak memiliki bantuan untuk
tidur. Bp A mengatakan sering merasa ngantuk.
c. Kemampuan pasien dalam hal-hal berikut
1) Bp A mampu mengantisipasi kehidupan sehari-hari.
2) Bp A membuat keputusan berdasarkan keputusan sendiri.
3) Bp A dibantu oleh keluarga dalam mengatur penggunaan obat.
4) Bp A melakukan pemeriksaan kesehatan apabila timbul gejala.
d. Pasien memiliki sistem pendukung
Pasien memiliki keluarga yang mendampingi, memiliki terapis yang
mengawasi.
e. Apakah pasien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi
Bp. A menikmati waktu-waktu bekerja, kegiatan produktif dan
hobinya.
8. Mekanisme koping
Adaptif
Bicara dengan orang lain
Mampu menyelesaikan masalah
Teknik relaksasi
Aktivitas konstruktif
Olahraga
Maladaptif
Minum alkohol
Reaksi lambat
Bekerja berlebihan
Menghindar
Menciderai diri
3) Haloperidol 2x5
4) Chlorparmasin 1x50mg
B. Analisa data, Daftar Masalah, Pohon Masalah
No
1.
2.
Data
DS: Bp.A mengatakan terkadang melihat
bayangan putih
DO: Bp.A sering terlihat duduk diam dengan
pandangan kosong.
DS: Bp.A mengatakan jarang berbicang
dengan teman-teman karena sering merasa
capek dan mengantuk
DO: BP.A sering terlihat duduk sendiri dan
diam.
Masalah
Halusinasi penglihatan
Isolasi sosial
E. Rencana Keperawatan
1. Rencana tindakan keperawatan untuk pasien perubahan persepsi sensori : halusinasi
Tgl
No
Dx
Diagnosis
Tujuan
keperawatan
Perubahan
SP 1: pasien dapat
persepsi
mengidentifikasi
sensori
: jenis halusinasi
halusinasi
Perencanaan
Kriteria evaluasi
Intervensi
Setelah 1x interaksi, Identifikasi
pasien
dapat halusinasi pasien
mengidentifikasi
jenis
halusinasi
Rasional
jenis Ungkapan
dari
pasien
mengenai jenis halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
isi Ungkapan
dari
pasien
halusinasi pasien
megenai
isi
halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien.
Identifikasi
waktu Ungkapan
dari
pasien
halusinasi
mengenai waktu halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
frekuensi Ungkapan
dari
pasien
halusinasi pasien
mengenai
frekuensi
halusinasi menunjukkan apa
yang
dibutuhkan
dan
dirasakan oleh pasien.
Identifikasi situasi yang Ungkapan
dari
pasien
menimbulkan halusinasi mengenai situasi halusinasi
pada pasien.
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
respon Ungkapan
dari
pasien
pasien
terhadap mengenai respon pasien saat
halusinasi
halusinasi menunjukkan apa
terhadap halusinasi
No.
Dx.
Diagnosa
Keperawatan
Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
cara
menghardik
halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
Tujuan
SP 2:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien.
SP 2:
Pasien dapat
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakapcakap dengan orang
lain.
SP 2:
Pasien dapat
memasukkan dalam
jadwl kegiatan
harian.
Kriteria Evaluasi
Setelah ....x interaksi
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
Masukkan
cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian
Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
yang
dibutuhkan
dan
dirasakan oleh pasien
Tindakan
menghardik
merupakan salah satu upaya
untuk
mengontrol
halusinasinya
Memasukkan
kegiatan
menghardik halusinasi ke
dalam jadwal harian pasien
membantu
mempercepat
pasien dalam mengintrol
halusinasi
Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.
Memasukkan kegiatan
menghardik halusinasi ke
dalam jadwal harian pasien
membantu mempercepat
pasien dapat mengontrol
halusinasi.
Tgl
No.
Dx.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
SP 3:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
SP 3:
Pasien dapat
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
di RSJ yang sesuai
dengan kegiatan
yang biasa
dilakukan pasien di
rumah.
SP 3:
Pasien
memasukkan
kegiatan diatas ke
dalam jadwal
kegiatan harian.
Tgl
No.
Dx.
Diagnosa
Keperawatan
Kriteria Evaluasi
Setelah .... x interaksi,
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan hariannya.
Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.
Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan di
RSJ yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan pasien di
rumah.
Masukkan kegiatan
yang dilakukan pasien
di RSJ ke dalam jadwal
kegiatan harian.
Tujuan
SP 4:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
Kriteria Evaluasi
Setelah .... x interaksi,
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan hariannya.
Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.
hariannya.
SP 4:
Pasien dapat
menggunakan obat
secara teratur
SP 4:
Pasien dapat
memasukkan
kegiatan
menggunakan obat
secara teratur ke
dalam jadwal
kegiatan harian.
F. Catatan Perkembangan
Hari/
tanggal/
jam
Kamis/
27-11-14
Diagnosa
keperawatan/
Tujuan
Tindakan keperawatan
Evaluasi keperawatan
1. Membantu
pasien
mengenal
halusinasi
yang meliputi :
a. Isi halusinasi
b. Waktu
terjadinya
halusinasi
c. Frekuensi halusinasi
d. Situasi pencetus
e. Perasaan saat terjadi
halusinasi
2. Melatih
mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik,
dengan
tahapan:
a. Menjelaskan
cara
menghardik
halusinasi
b. Memperagakan cara
menghardik
c. Meminta
pasien
untuk
memperagakan ulang
1. Mengevaluasi kegiatan
SP 1
2. Menganjurkan
pasien
untuk
bercakap-cakap
dengan orang lain saat
halusinasi muncul
3. Memasukkan bercakapcakap dalam jadwal
kegiatan pasien.
S: Bp.A mengatakan
kadang melihat bayangan
putih, bayangan putih
tersebut munculnya tidak
pasti, bayangan biasanya
muncul saat sendiri.
Bp.A mengatakan bisa
menghardik
halusinasinya.
O:
Bp.A
dapat
menghardik
halusinasinya
dengan
cara
mengatakan
pergi..pergi..saya tidak
mau lihat
A: masalah halusinasi
belum teratasi
P: perawat: mengevalusi
SP1 dan melanjutkan SP
2
S: Bp.A mengatakan
kadang
melihat
bayangan
putih,
bayangan
putih
tersebut
munculnya
tidak pasti, bayangan
biasanya muncul saat
sendiri.
Bp.A
mengatakan
bisa
menghardik
halusinasinya.
O:
Bp.A
dapat
menghardik
halusinasinya dengan
cara
mengatakan
pergi..pergi..saya
tidak mau lihat
A: masalah halusinasi
belum teratasi
Paraf
P:
perawat:
mengevalusi SP1 dan
melanjutkan SP 2
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN