Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp.

A DENGAN
MASALAH UTAMA HALUSINASI PADA KASUS SKIZOFRENIA
DI RUANG GERANIUM RUMAH SAKIT RSJD. DR. RM. SOEJARWADI
PROPINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh:
Yulisa Tri Wiryanti
(1304040)

PROGRAM STUDI NERS STIKES BETHESDA YAKKUM


YOGYAKARTA
2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp.A DENGAN


MASALAH UTAMA HALUSINASI PADA KASUS SKIZOFRENIA
DI RUANG GERANIUM RUMAH SAKIT RSJD. DR. RM. SOEJARWADI
PROPINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh:
Yulisa Tri Wiryanti
(1304040)

PROGRAM STUDI NERS STIKES BETHESDA YAKKUM


YOGYAKARTA
2014

LEMBAR PEGESAHAN

Preceptor Akademik

Preceptor Klinik

Ns. Ike Kritina H., S. Kep

Ns. Sri Suyani, S. Kep

Mengetahui,
Ketua STIKES Bethesda Yakkum

Niken W. N. Palupi, S. Kp., M. Kes.


NIK. 96.0004

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode pegumpulan Data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
B. Terori Keperawatan
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa data, daftar masalah, pohon masalah
C. Rumusan masalah
D. Rencana keperawatan
E. Catatan perkembangan
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Pengumpulan Data

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
B. Teori Keperawatan
1. Pengertian
Menurut Cook dan Fontaine (1987), perubahan persepsi sensori :
halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Individu
mengintepretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari lingkungan
(Depkes RI, 2000).
2. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang berada
dalam rentang respon neurobiology (Stuart dan Lavala, 2001). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaplive. Iika klien yang schat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprelasikan
stimulius berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra
(pendengaran, penglihatan, pengindung, pengecap, dan perata). Klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walau
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut
adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan
persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang
disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi dilakukannya
terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima
rentang respon tersebut digambarkan seperti di bawah ini :
Respon Adaptif
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pikiran logis
Distorsi pikiran
Gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat
Ilusi
Emosi konsisten
Reaksi emosi berlebihan
Halusinasi

Respon Maladaftivc

i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

Dengan pengalaman atau kurang


Sulit berespon emosi
Perilaku sesuai
Perilaku aneh/tidak biasa
Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial tidak biasa nisasi
Menarik diri
Perilaku disorganisasi isolasi sosial (Stuart dan Sundeen, 2001, hal
302).
3. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart dan Sundcn, 1995, hal 306 mcmbagi halusinasi menjadi 6
jenis halusinasi, yaitu :
a. Halusinasi Pendengaran / Audiotori
1) Karakteristik
Mendengar suara, paling sering suara orang. Suara dapat berkisar
dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai
pasien, untuk meyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih
tentang orang yang sedang berhalusinasi. Kadang-kadang
melakukan hal yang berbahaya.
2) Perilaku pasien yang teramati
a) Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau
apa yang sedang berbicara.
b) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang
yang sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel.
c) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengar seseorang
yang tidak tampak.
d) Mengerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau
sedang menjawab suara.
b. Halusinasi Visual/Penglihatan
1) Karakteristik
Simulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar
geometric, gambar karton. Dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan
atau yang menakutkan.

2) Perilaku pasien yang teramati


Tiba-tiba tampak tergagap ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,
benda mati atau oleh stimulus yang tidak terlihat. Tiba-tiba berlari
ke ruang lain
c. Halusinasi Penghidung/Orlifaktori
1) Karakteristik
Bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti darah, urin, atau
feses. Kadang-kadang terhidung bau harum. Halusinasi
penghidung khususnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan demcnsia.
2) Perilaku pasien yang teramati
a) Hidung yang dikerutkan seperti menghidung bau yang sangat
tidak enak.
b) Berespon terhadap bau dengan panik, seperti menghidung api
atau darah.
c) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan
sedang memadamkan api.
d. Halusinasi Pengecap/Gustotorik
Karakteristik
1) Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan seperti rasa
darah atau feses.
2) Perilaku pasien yang teramati
3) Melempar diri sendiri seakan sedang memadamkan api
4) Melompat-lompat di lantai seperti sedang menghindari nyeri atau
simulus lain di kaki.
e. Halusinasi Sinestetik
1) Memverbalisasi dan atau obsesi terhadap proses tubuh
2) Menolak untuk menyelesaikan tugas yang memalukan tubuh
pasien yang diyakini pasien tidak berfungsi.
f. Peraba/Taktil
Klien merasakan sesuat pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
Karakteristik :

1) Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat,
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
2) Perilaku : menampar diri sendiri seakan sedang memadamkan api,
melompat-lompat di lanatai seperti menghindari nyeri atau
stimulus lain pada kaki
4. Fase-fase Halusinasi
Ada 4 fase proses terjadinya halusinasi :
a. Fase pertama : sleep disorder
Fase awal sesorang sebelum muncul halusinasi.
Perilaku :
1) Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan,
takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
2) Masalah mungkin terasa sulit karena berbagai stresor terakumulasi,
misal terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah kampus,
penyakit, hutang, dan lain-lain.
3) Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support
sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.
4) Sulit tidur yang berlangsung lama sehingga terbiasa menghayal.
5) Menganggap lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
b. Fase kedua : Comforting
Pada fase ini mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah,
kesepian. Klien mulai melamun dan memfokuskan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara
ini menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya
yang mengenal pikirannya tapi persepsi meningkat.
c. Fase ketiga : Condemning (hukuman)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman pada
internal dan eksternal. Klien berada pada tingkat listening pada
halusinasi pada pemikiran internal menjadi menonjol. Gambaran suara
dan sensasi halusinasinya dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien
takut apabila mendengar klien merasa tidak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara halusinasi dan dirinya dengan

memproyeksikan seolah-olah halusinasinya dengan memproyeksikan


halusinasinya datang dari orang lain atau tempat lain.
d. Fase keempat : Controlling (Pengawasan)
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrolnya. Klien
menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Klien mungkin
mengatasi kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
e. Fase kelima: Conquering (Kekalahan)
Klien terpalu dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasi. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi memerintah dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan
dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya.
5. Etiologi
Penyebab terjadinya halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Teori ini mengemukakan bahwa halusinasi terjadi karena respon
metabolic terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat
halusinogen neurokin dan dimetil transference.
b. Teori Psikoanalisa
Teori ini mengemukakan bahwa halusinasi merupakan pertahanan ego
untuk melawan rangsangan dan luar yang ditekan tetapi mengancam
dalam alam dasar.
Selain penyebab di atas halusinasi dapat muncul karena penyebab sebagai
berikut:
a. Gejala yang meningkatkan kccemasan, kemampuan untuk memisahkan,
dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan
dan perasaanya sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dengan
perasaan rasionalisasi tidak efektif lagi, hal ini mengakibatkan lebih
sukar lagi membedakan mana rangsangan yang bersal dari pikirannya
sendiri dan mana yang dari lingkungannya.
b. Panik
c. Menarik diri
d. Stress berat (mengancam ego yang lemah)
Rangsangan primer yang muncul sebagai penyebab adalah kebutuhan
perlindungi secara psikologis terhadap kejadian traumatic, rasa
bersalah, rasa gembira, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai,
tidak dapat mengendalikan dorongan ego pikiran dan perasaan sendiri.

Hal-hal yang juga mempengaruhi halusinasi sebagai berikut : Keadaan


efek seseorang waham, indera kurang dirangsang adanya kerusakan
pada otak
6. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang memperngaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.
a. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan.
b. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
d. Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
e. Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dakam skizofrenia belum diketahui, hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
7. Faktor Presipitasi
Respons klien terhadapo halusinasi dapat berusaha rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku merusak diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan
keadaaan nyata dan tidak nyata. Rawlin dan Heacock (1993) mencoba
memecahkan amsalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan
seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur
bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi, yaitu :

a. Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi rangsangan
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisifisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena problem atau masalah yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga berbuat sesuatu
terhadap ketakutannya.
c. Dimensi Intelektual
Dimensi intelektual menerangkan bahwa individu yang mengalami
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, tetapi pada saat tertentu menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu yang mengalami halusinasi
menunjukkan kecenderungan untuk menyendiri. Individu lebih asyik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interkasi sosial, kontrol diri, dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, maka hal tersebut dapat mengancam dirinya atau
orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan pada klien yang mengalami halusinasi adalah
dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan agar
klien tidak menyendiri. Jika klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya diharapkan halusinasi tidak terjadi.
e. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien
yang mengalami halusinasi cenderung menyendiri hingga proses di

atas tidak terjadi. Individu tidak sadar dengan keberadaannya dan


halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat
halusinasi menguasai dirinya, individu kehilangan kontrol terhadap
kehidupan nyata.
8. Gejala
a. Gejala halusinasi pendengaran adalah memutarkan mata ke kiri dan ke
kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara.
b. Perubahan sensorik
c. Perubahan proses piker
d. Gangguan orientasi waktu, tempat, orang dan suasana perubahan
besar, penurunan kemampuan memecahkan masalah.
e. Perubahan emosi
f. Respon emosi yang berlebihan, cemas, takut, apatis, efek datar, marah
g. Penurunan perhatian
h. Gelisah, kurang konsentrasi dan melamun terus
i. Perubahan pola lingkah laku
j. Penurunan terhadap respon, perubahan pola tidur dan komunikasi.
9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
meliputi :
a. Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
10. Prognosis
Klien dengan halusinasi bisa menjadi baik atau semakin buruk. Klien
dikatakan berat atau ringan yaitu halusinasi klien sedang bekerja atau
bicara untuk penetapan diagnosis kita harus mempertimbangkan semua
faktor ini:
a. Kepribadian prepsikotik, bila skizoid hubungan antara manusia kurang
memuaskan berarti prognosis jelek.

b. Bila skizofemia timbul secara akut, maka prognosis lebih dari pada
penyakit itu muncul secara pelan-pelan.
c. Jika prognosis katatonik adalah yang paling baik disemua jenis.
d. Umur semakin muda umur permulaannya maka semakin jelek
prognosisnya
e. Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus seperti penyakit
bawaan, prognosa lebih baik.
f. Faktor keturunan lebih di keluarga ada yang menderita skizotrenia 1-2
orang.
11. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Jenis obat psikofarma antara lain :
1) Chlopromazin
2) Halloperidol
3) Trihexylphenidil
4) Arr itriptilin
5) Psikoterapi
6) Therapi Ocupasi
7) Terapi Kelompok.
C. Proses Keperawatan

1. Pengkajian
a. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis sosial dan
kultural. Yang ditemukan pada klien perubahan sensori persepsi antara
lain :
1) Bicara, senyum, dan tertawa sendiri.
2) Mengatakan, mendengar suara.
3) Merusak diri sendiri, orang lain/lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata. .
5) Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi.
6) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7) Sikap curiga dan bermusuhan.
8) Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9) Sulit membuat keputusan.
10)
Ketakutan.

11) Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri, mandi, sikat gigi,

ganti pakaian, berhias yang rapi.


12) Mudah tersinggung, jengkel, marah.
13) Menyalahkan diri sendiri/orang lain.
14) Muka merah, kadang pucat.
15) Ekspresi wajah tegang.
16) Tekanan darah meningkat.
17) Nafas terengah-engah
18) Nadi cepat
19) Keringat banyak
b. Perumusan masalah
Untuk merumuskan masalah, klien dapat mertgacu pada pohon
masalah:
1) Daftar masalah yang ada
2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3) Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
4) Kerusakan interaksi sosial.
5) Harga diri rendah.
6) Intoleransi aktivitas.
7) Sindrom defisit perawatan diri : mandi, kebersihan, berpakaian,
berhias.
2. Pohon Masalah
Akibat

Resiko tinggi
Menciderai
diri, orang
lain, dan
lingkungan

Masalah
Utama

Penyebab

Perubahan
sensori
persepsi :
halusinasi
pendengar
an

Menarik diri
Harga
diri
rendah

Sindrom defisit
perawatan
dari
:
mandi/kebersih
an/ berpakaian,
berhias

Intoleransi
aktivitas

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa dari pohon masalah yang ada adalah sebagai berikut:
a. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
b. Perubahan persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri.
c. Kerusakan interaksi sosial manarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
d. Sindrom defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berpakaian,
berhias, berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

4. Rencana Keperawatan
a. Rencana tindakan keperawatan untuk pasien perubahan persepsi sensori : halusinasi
Tgl

No
Dx

Diagnosis
Tujuan
keperawatan
Perubahan
SP 1: pasien dapat
persepsi
mengidentifikasi
sensori
: jenis halusinasi
halusinasi

Perencanaan
Kriteria evaluasi
Intervensi
Setelah 1x interaksi, Identifikasi
pasien
dapat halusinasi pasien
mengidentifikasi
jenis
halusinasi

SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi,


mengidentifikasi isi pasien
dapat
halusinasi
mengidentifikasi
isi
halusinasi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi,
mengidentifikasi
pasien
dapat
waktu halusinasi
mengidentifikasi waktu
halusinasi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi,
mengidentifikasi
pasien
dapat
frekuensi halusinasi mengidentifikasi
frekuensi
waktu
halusinasi
SP 1 : pasien dapat Setelah 1x interaksi,
mengidentifikasi
pasien
dapat
situasi
yang mengidentifikasi situasi
menimbulkan
yang
menimbulkan
halusinasi
halusinasi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi,
mengidentifikasi
pasien
dapat

Rasional

jenis Ungkapan
dari
pasien
mengenai jenis halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
isi Ungkapan
dari
pasien
halusinasi pasien
megenai
isi
halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien.
Identifikasi
waktu Ungkapan
dari
pasien
halusinasi
mengenai waktu halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
frekuensi Ungkapan
dari
pasien
halusinasi pasien
mengenai
frekuensi
halusinasi menunjukkan apa
yang
dibutuhkan
dan
dirasakan oleh pasien.
Identifikasi situasi yang Ungkapan
dari
pasien
menimbulkan halusinasi mengenai situasi halusinasi
pada pasien.
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
respon Ungkapan
dari
pasien
pasien
terhadap mengenai respon pasien saat

respon
pasien mengedentifikasi repson halusinasi
terhadap halusinasi pasien terhadap halusinasi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi, Latih
pasien
untuk
menghadrik
pasien dapat menghardik mampu
menghardik
halusinasi
halusinasi
halusinasinya
SP 1: pasien dapat
memasukkan cara
menghardik
halusinasi
dalam
jadwal
kegiatan
harian

Tgl

No.
Dx.

Diagnosa
Keperawatan

Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
cara
menghardik
halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.

Tujuan
SP 2:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien.
SP 2:
Pasien dapat
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakapcakap dengan orang
lain.
SP 2:
Pasien dapat

Kriteria Evaluasi
Setelah ....x interaksi
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.

Masukkan
cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian

Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.

halusinasi menunjukkan apa


yang
dibutuhkan
dan
dirasakan oleh pasien
Tindakan
menghardik
merupakan salah satu upaya
untuk
mengontrol
halusinasinya
Memasukkan
kegiatan
menghardik halusinasi ke
dalam jadwal harian pasien
membantu
mempercepat
pasien dalam mengintrol
halusinasi

Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.

Setelah ..... x interaksi,


pasien dapat
mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakapcakap dengan orang lain.

Latih pasiaen untuk


mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain.

Bercakap-cakap dengan orang


lain merupakan salah satu
tindakan yang dapat
mengendalikan halusinasi.

Setelah ..... x interaksi,


pasien dapat memasukkan

Masukkan bercakapcakap dengan orang lain

Memasukkan kegiatan
menghardik halusinasi ke

memasukkan dalam
jadwl kegiatan
harian.

Tgl

No.
Dx.

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan
SP 3:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
SP 3:
Pasien dapat
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
di RSJ yang sesuai
dengan kegiatan
yang biasa
dilakukan pasien di
rumah.
SP 3:
Pasien
memasukkan
kegiatan diatas ke
dalam jadwal
kegiatan harian.

Tgl

No.
Dx.

Diagnosa
Keperawatan

dalam jadwal kegiatan


harian.

Kriteria Evaluasi
Setelah .... x interaksi,
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan hariannya.

ke dalam jadwal
kegiatan harian pasien.

Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.

dalam jadwal harian pasien


membantu mempercepat
pasien dapat mengontrol
halusinasi.

Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.

Setelah ....x interaksi,


pasien dapat
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan
kegiatan di RSJ yang
sesuai dengan kegiatan
yang biasa dilakukan
pasien dirumah.

Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan di
RSJ yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan pasien di
rumah.

Melakukan kegiatan di RSJ


yang sesuai dengan kegiaan
yang biasa dilakukan pasien
di rumah merupakan salah
satu tindakan yang dapat
mengendalikan halusinasi

Setelah .... x interaksi,


pasien dapat memasukkan
kegiatan diatas ke dalam
jadwal kegiatan harian.

Masukkan kegiatan
yang dilakukan pasien
di RSJ ke dalam jadwal
kegiatan harian.

Memasukkan kegiatan pasien


di RSJ ke dalam jadwal harian
pasien membantu
mempercepat pasien dapat
mengomtrol halusinasi.

Tujuan
Kriteria Evaluasi

Perencanaan
Intervensi

Rasional

SP 4:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
SP 4:
Pasien dapat
menggunakan obat
secara teratur
SP 4:
Pasien dapat
memasukkan
kegiatan
menggunakan obat
secara teratur ke
dalam jadwal
kegiatan harian.

Setelah .... x interaksi,


pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan hariannya.

Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.

Evaluasi akan membantu


untuk merencanakan
selanjutnya.

Setelah ... x interaksi,


pasien dapat
menggunakan obat secara
teratur.
Setelah .... x interaksi,
pasien dapat memasukkan
kegiatan menggunakan
obat secara teratur ke
dalam jadwal kegiatan
harian.

Dorong pasien untuk


mengguakan obat secara
teratur.

Menggunakan obat secara


teratur merupakan salah satu
tindakn yang dapat
mengendalikan halusinasi.
Memasukkan kegiatan
menggunakan obat secara
teratur ke dala jadwal harian
pasien membantu
mempercepat pasien dapat
mengontrol halusinasi.

Masukkan kegiatan
mengguankan obat
secara teratur ke dalam
jadwal kegiatan harian.

b. Rencana tindakan keperawatan untuk pasine dengan isolasi sosial


Tgl

No
Dx

Diagnosis
keperawatan
Isolasi sosail

Perencanaan
Rasional
Kriteria evaluasi
Intervensi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi, Dorong pasien untuk Dengan
mengetahui
menyebutkan
pasien dapat menyebutkan mampu
menyebutkan penyebab pasien menarik diri
penyebab menarik penyebab menarik diri
penyebab menarik diri
dapat ditemukan mekanisme
diri
koping
pasien
dalam
berinteraksi sosial, serta
strategi apa yang akan
diterapkan kepada pasien
SP 1: berdiskusi Setelah 1x interaksi, Diskusikan
bersama Dengan
mengetahui
Tujuan

dengan
pasien pasien dapat menyebutkan pasien
tentang
tentang keuntungan keuntungan berinteraksi keuntungan berinteraksi
berinteraksi dengan dengan orang lain
dengan orang lain
orang lain

Tgl

No
Dx

Diagnosis
keperawatan

SP 1: berdiskusi
dengan
pasien
tentang
kerugian
tidak berinteraksi
dengan orang lain

Setelah 1x interaksi,
pasien dapat menyebutkan
kerugian
tidak
berinteraksi dengan orang
lain

SP
1:
pasien
diajarkan
oleh
perawat
tentang
cara
berkenalan
dengan satu orang

Setelah 1x interaksi, Ajarkan pasien cara


pasien mengetahui cara berkenalan dengan satu
berkenalan dengan satu orang
orang

SP 1 : pasien dapat
memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
dalam
kegiatan
harian

Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
kegiatan
berbincangbincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian

Tujuan

Kriteria evaluasi

Diskusikan
bersama
pasien tentang kerugian
berinteraksi
dengan
orang lain

Masukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain dalam
kegiatan harian

Perencanaan
Intervensi

keuntungan
berinteraksi
dengan orang lain, maka
pasien akan
termotivasi
untuk berinteraksi dengan
orang lain.
Dengan mengetahui kerugian
berinteraksi dengan orang
lain, maka pasien akan
termotivasi
untuk
berinteraksi dengan orang
lain
Melibatkan pasien dalam
interaksi
sosial
akan
mendorong pasien untuk
melihat
dan
merasakan
secara langsung keuntungan
dari berinteraksi sosial serta
meningkatkan konsep diri
pasien
Memasukkan
kegiatan
berboncang-bincang dengan
orang lain ke dalam kegiatan
harian akan membantu pasien
mencapai interaksi sosial
secara bertahap.

Rasional

Isolasi sosail

Tgl

No
Dx

Diagnosis
keperawatan
Isolasi sosail

SP
2:
jadwal
kegiatan
harian
pasien
dapat
terevaluasi
mengenai kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
SP 2: pasien dapat
mempraktekkan
cara
berkenalan
dengan satu orang

Setelah 1x interaksi,
pasien
dapat
mengevaluasi
kegiatan
harian pasien mengenai
kegiatan
berbincangbincang dengan orang
lain.
Setelah 1x interaksi,
pasien
dapat
mempraktekkan
cara
berkenalan dengan satu
orang

SP 2: pasien dapat
memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
sebagai salah satu
kegiatan harian

Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
kegiatan
berbincangbincang dengan orang lain
sebagai
salah
satu
kegiatan harian

Evaluasi kegiatan harian Evaluasi sebagai upaya untuk


pasien
mengenai merencanakan
kegiatan
kegiatan
berbincang- selanjutnya apakah pasien
bincang dengan orang bisa melakukan interaksi
lain
sosail dengan dua orang atau
lebih
Dorong pasien untuk
mempraktikan
cara
berkenalan dengan satu
orang

Melibatkan pasien dalam


interaksi
sosail
akan
mendorong pasien untuk
melihat
dan
merasakan
secara langsung keuntungan
dari berinteraski sosial serta
meningkatkan konsep diri
pasien.
Masukkan
kegiatan Memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang
berbincang-bincang dengan
dengan
orang
lain orang lain ke dalam kegiatan
sebagai
salah
satu harian akan membantu pasien
kegiatan harian
mencapai interaksi sosial
secara bertahap.

Perencanaan
Kriteria evaluasi
Intervensi
SP 3: pasien dapat Setelah 1x interaksi, Evaluasi
jadwal
mengevaluasi
pasien
dapat kegiatan harian pasien
jadwal
kegiatan mengevaluasi
jadwal
harian pasien
kegiatan harian pasien
Tujuan

Rasional
Evaluasi sebagai upaya untuk
merencanakan
kegiatan
selanjutnya apakah pasien
bisa melakukan interaksi
sosial dengan dua orang atau

SP 3: pasien dapat
berkenalan dengan
dua orang atau
lebih

Setelah 1x interaksi, Dorong pasien untuk


pasien dapat berkenalan dapat berkenalan dengan
dengan dua orang atau dua orang atau lebih
lebih

SP 3: pasien dapat
memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan dua orang
atau lebih dalam
jadwal
kegiatan
harian

Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
kegiatan
berbincangbincang dengan dua orang
atau lebih dalam jadwal
kegiatan harian.

Masukkan
kegiatan
berbincang-bincang
dengan dua orang atau
lebih ke dalam jadwal
kegiatan harian

lebih
Melibatkan pasien dalam
interaksi
sosial
dan
mendorong pasien untuk
melihat
dan
merasakan
secara langsung keuntungan
dari berinteraksi sosial serta
meningkatkankonsep
diri
pasien
Memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain ke dalam kegiatan
harian akan membantu pasien
mencapai interkasi sosial
secara bertahap

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama
: Bp.A
Umur
: 33 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:Alamat
: Kebumen
Tanggal masuk RS
: 30 Oktober 2014
Ruang
: Geranium
Nomor CM
: 016884
2. Alasan masuk
Bp. A senang mengganggu anak-anak kecil lingkungan sekitarnya.
3. Faktor predisposisi
a. Bp.A pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
b. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
c. Bp.A tidak pernah mengalami trauma.
d. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
4. Pemeriksaan fisik
TTV 110/90 mmHg; Nadi 78x/menit
Berat badan 62 kg, tinggi badan 168 cm.
Bp.A tidak mengeluhkan ada keluhan fisik.
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. Spiritual
6. Status mental
a. Penampilan
Bp A berpakaian sesuai dengan ketentuan yang ada di ruangan tetapi
tidak rapi dalam berpakaian. Bp.A bisa makan sendiri, tidak belepotan.
Bp.A mengatakan mandi 2x-3x sehari.
b. Pembicaraan
Bp.A berbicara pelan, terkadang lambat dan membisu di tengah
pembicaraan. Kata-kata yang digunakan oleh Bp.A terkadang tidak
ada hubungan dengan topik pembicaraan.
c. Aktivitas motorik

d.

e.

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Bp.A terkadang terlihat lesu dan tidak bersemangat. Sering kali Bp A


menguap ketika sedang diajak berbicara. Bp.A tenang, tidak kejang
atau gelisah.
Afek dan emosi
Bp.A tersenyum ketika bertemu dan disapa oleh preceptee. Bp A tidak
pernah menunjukkan rasa sedihnya kepada preceptee, apabila ada hal
yang menurut Bp A luca maka Bp A tersenyum.
Interaksi selama wawancara
Bp A kooperatif tetapi sesekali akan diam ketika diwawancara. Dalam
berkomunikasi, kontak mata agak kurang karena biasanya Bp A
memperhatikan hal lainnya.
Persepsi sensori
Bp A mengatakan bahwa beberapa kali melihat bayangan putih.
Proses pikir
Tingkat kesadaran
Memori
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan penilaian
Daya tilik diri

7. Kebutuhan perencanaan pulang


a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Kemampuan memenuhi kebutuhan
Makanan
Keamanan
Perawatan kesehatan
Pakaian
Transportasi
Tempat Tinggal
Keuangan

Ya

Tidak

b. Kegiatan hidup sehari-hari


1) Perawatan diri
Kegiatan hidup sehari-hari
Mandi
Kebersihan
Makan
Buang Air Kecil
Buang Air Besar
Ganti pakaian

Bantuan total

Bantuan minimal

2) Nutrisi
Bp.A mengatakan bahwa puas dengan pola makan yang ada. Pada
saat makan Bp A bergabung dengan teman-temannya. Frekuensi
makan Bp A 3x sehari.
3) Tidur
Bp A tidak memiliki masalah tidur. Tidak memiliki bantuan untuk
tidur. Bp A mengatakan sering merasa ngantuk.
c. Kemampuan pasien dalam hal-hal berikut
1) Bp A mampu mengantisipasi kehidupan sehari-hari.
2) Bp A membuat keputusan berdasarkan keputusan sendiri.
3) Bp A dibantu oleh keluarga dalam mengatur penggunaan obat.
4) Bp A melakukan pemeriksaan kesehatan apabila timbul gejala.
d. Pasien memiliki sistem pendukung
Pasien memiliki keluarga yang mendampingi, memiliki terapis yang
mengawasi.
e. Apakah pasien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi
Bp. A menikmati waktu-waktu bekerja, kegiatan produktif dan
hobinya.
8. Mekanisme koping
Adaptif
Bicara dengan orang lain
Mampu menyelesaikan masalah
Teknik relaksasi
Aktivitas konstruktif
Olahraga

Maladaptif
Minum alkohol
Reaksi lambat
Bekerja berlebihan
Menghindar
Menciderai diri

9. Masalah psikososial dan lingkungan


a. Bp.A mengatakan tidak memiliki masalah dengan dukungan kelompok
b. Bp.A mengatakan tidak memiliki masalah dengan lingkungan.
c. Bp A mengatakan tidak memiliki masalah dengan pendidikan.
d. Bp.A mengatakan tidak memiliki masalah dengan pekerjaan.
e. Bp.A mengatakan tidak memiliki masalah dengan perumahan
f. Bp.A mengatakan tidak memiliki masalah dengan ekonomi
g. Bp.A mengatakan tidak memiliki masalah dengan pelayanan
kesehatan.
10. Pengetahuan kurang tentang
Bp.A tidak memiliki masalah yang berkaitan dengan kurang pengetahuan.
11. Aspek medis
a. Diagnosa medis
: Skizofrenia
b. Terapi medis
:
1) Hisperidan 2x2
2) Triheksiperidin 2x2

3) Haloperidol 2x5
4) Chlorparmasin 1x50mg
B. Analisa data, Daftar Masalah, Pohon Masalah
No
1.

2.

Data
DS: Bp.A mengatakan terkadang melihat
bayangan putih
DO: Bp.A sering terlihat duduk diam dengan
pandangan kosong.
DS: Bp.A mengatakan jarang berbicang
dengan teman-teman karena sering merasa
capek dan mengantuk
DO: BP.A sering terlihat duduk sendiri dan
diam.

C. Daftar masalah keperawatan


1. Halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
D. Pohon masalah

Masalah
Halusinasi penglihatan

Isolasi sosial

E. Rencana Keperawatan
1. Rencana tindakan keperawatan untuk pasien perubahan persepsi sensori : halusinasi
Tgl

No
Dx

Diagnosis
Tujuan
keperawatan
Perubahan
SP 1: pasien dapat
persepsi
mengidentifikasi
sensori
: jenis halusinasi
halusinasi

Perencanaan
Kriteria evaluasi
Intervensi
Setelah 1x interaksi, Identifikasi
pasien
dapat halusinasi pasien
mengidentifikasi
jenis
halusinasi

SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi,


mengidentifikasi isi pasien
dapat
halusinasi
mengidentifikasi
isi
halusinasi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi,
mengidentifikasi
pasien
dapat
waktu halusinasi
mengidentifikasi waktu
halusinasi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi,
mengidentifikasi
pasien
dapat
frekuensi halusinasi mengidentifikasi
frekuensi
waktu
halusinasi
SP 1 : pasien dapat Setelah 1x interaksi,
mengidentifikasi
pasien
dapat
situasi
yang mengidentifikasi situasi
menimbulkan
yang
menimbulkan
halusinasi
halusinasi
SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi,
mengidentifikasi
pasien
dapat
respon
pasien mengedentifikasi repson

Rasional

jenis Ungkapan
dari
pasien
mengenai jenis halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
isi Ungkapan
dari
pasien
halusinasi pasien
megenai
isi
halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien.
Identifikasi
waktu Ungkapan
dari
pasien
halusinasi
mengenai waktu halusinasi
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
frekuensi Ungkapan
dari
pasien
halusinasi pasien
mengenai
frekuensi
halusinasi menunjukkan apa
yang
dibutuhkan
dan
dirasakan oleh pasien.
Identifikasi situasi yang Ungkapan
dari
pasien
menimbulkan halusinasi mengenai situasi halusinasi
pada pasien.
menunjukkan
apa
yang
dibutuhkan dan dirasakan
oleh pasien
Identifikasi
respon Ungkapan
dari
pasien
pasien
terhadap mengenai respon pasien saat
halusinasi
halusinasi menunjukkan apa

terhadap halusinasi

pasien terhadap halusinasi

SP 1: pasien dapat Setelah 1x interaksi, Latih


pasien
untuk
menghadrik
pasien dapat menghardik mampu
menghardik
halusinasi
halusinasi
halusinasinya
SP 1: pasien dapat
memasukkan cara
menghardik
halusinasi
dalam
jadwal
kegiatan
harian
Tgl

No.
Dx.

Diagnosa
Keperawatan

Setelah 1x interaksi,
pasien dapat memasukkan
cara
menghardik
halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.

Tujuan
SP 2:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien.
SP 2:
Pasien dapat
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakapcakap dengan orang
lain.
SP 2:
Pasien dapat
memasukkan dalam
jadwl kegiatan
harian.

Kriteria Evaluasi
Setelah ....x interaksi
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.

Masukkan
cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian

Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.

yang
dibutuhkan
dan
dirasakan oleh pasien
Tindakan
menghardik
merupakan salah satu upaya
untuk
mengontrol
halusinasinya
Memasukkan
kegiatan
menghardik halusinasi ke
dalam jadwal harian pasien
membantu
mempercepat
pasien dalam mengintrol
halusinasi

Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.

Setelah ..... x interaksi,


pasien dapat
mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakapcakap dengan orang lain.

Latih pasiaen untuk


mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain.

Bercakap-cakap dengan orang


lain merupakan salah satu
tindakan yang dapat
mengendalikan halusinasi.

Setelah ..... x interaksi,


pasien dapat memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.

Masukkan bercakapcakap dengan orang lain


ke dalam jadwal
kegiatan harian pasien.

Memasukkan kegiatan
menghardik halusinasi ke
dalam jadwal harian pasien
membantu mempercepat
pasien dapat mengontrol

halusinasi.
Tgl

No.
Dx.

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan
SP 3:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
SP 3:
Pasien dapat
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
di RSJ yang sesuai
dengan kegiatan
yang biasa
dilakukan pasien di
rumah.
SP 3:
Pasien
memasukkan
kegiatan diatas ke
dalam jadwal
kegiatan harian.

Tgl

No.
Dx.

Diagnosa
Keperawatan

Kriteria Evaluasi
Setelah .... x interaksi,
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan hariannya.

Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.

Setelah ....x interaksi,


pasien dapat
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan
kegiatan di RSJ yang
sesuai dengan kegiatan
yang biasa dilakukan
pasien dirumah.

Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan di
RSJ yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan pasien di
rumah.

Melakukan kegiatan di RSJ


yang sesuai dengan kegiaan
yang biasa dilakukan pasien
di rumah merupakan salah
satu tindakan yang dapat
mengendalikan halusinasi

Setelah .... x interaksi,


pasien dapat memasukkan
kegiatan diatas ke dalam
jadwal kegiatan harian.

Masukkan kegiatan
yang dilakukan pasien
di RSJ ke dalam jadwal
kegiatan harian.

Memasukkan kegiatan pasien


di RSJ ke dalam jadwal harian
pasien membantu
mempercepat pasien dapat
mengomtrol halusinasi.

Tujuan
SP 4:
Pasien dapat
mengevaluasi
jadwal kegiatan

Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.

Kriteria Evaluasi
Setelah .... x interaksi,
pasien dapat
mengevaluasi jadwal
kegiatan hariannya.

Perencanaan
Intervensi
Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.

Rasional
Evaluasi akan membantu
untuk merencanakan
selanjutnya.

hariannya.
SP 4:
Pasien dapat
menggunakan obat
secara teratur
SP 4:
Pasien dapat
memasukkan
kegiatan
menggunakan obat
secara teratur ke
dalam jadwal
kegiatan harian.

Setelah ... x interaksi,


pasien dapat
menggunakan obat secara
teratur.
Setelah .... x interaksi,
pasien dapat memasukkan
kegiatan menggunakan
obat secara teratur ke
dalam jadwal kegiatan
harian.

Dorong pasien untuk


mengguakan obat secara
teratur.
Masukkan kegiatan
mengguankan obat
secara teratur ke dalam
jadwal kegiatan harian.

Menggunakan obat secara


teratur merupakan salah satu
tindakn yang dapat
mengendalikan halusinasi.
Memasukkan kegiatan
menggunakan obat secara
teratur ke dala jadwal harian
pasien membantu
mempercepat pasien dapat
mengontrol halusinasi.

F. Catatan Perkembangan
Hari/
tanggal/
jam
Kamis/
27-11-14

Diagnosa
keperawatan/
Tujuan

Tindakan keperawatan

Evaluasi keperawatan

1. Membantu
pasien
mengenal
halusinasi
yang meliputi :
a. Isi halusinasi
b. Waktu
terjadinya
halusinasi
c. Frekuensi halusinasi
d. Situasi pencetus
e. Perasaan saat terjadi
halusinasi
2. Melatih
mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik,
dengan
tahapan:
a. Menjelaskan
cara
menghardik
halusinasi
b. Memperagakan cara
menghardik
c. Meminta
pasien
untuk
memperagakan ulang
1. Mengevaluasi kegiatan
SP 1
2. Menganjurkan
pasien
untuk
bercakap-cakap
dengan orang lain saat
halusinasi muncul
3. Memasukkan bercakapcakap dalam jadwal
kegiatan pasien.

S: Bp.A mengatakan
kadang melihat bayangan
putih, bayangan putih
tersebut munculnya tidak
pasti, bayangan biasanya
muncul saat sendiri.
Bp.A mengatakan bisa
menghardik
halusinasinya.
O:
Bp.A
dapat
menghardik
halusinasinya
dengan
cara
mengatakan
pergi..pergi..saya tidak
mau lihat
A: masalah halusinasi
belum teratasi
P: perawat: mengevalusi
SP1 dan melanjutkan SP
2
S: Bp.A mengatakan
kadang
melihat
bayangan
putih,
bayangan
putih
tersebut
munculnya
tidak pasti, bayangan
biasanya muncul saat
sendiri.
Bp.A
mengatakan
bisa
menghardik
halusinasinya.
O:
Bp.A
dapat
menghardik
halusinasinya dengan
cara
mengatakan
pergi..pergi..saya
tidak mau lihat
A: masalah halusinasi
belum teratasi

Paraf

P:
perawat:
mengevalusi SP1 dan
melanjutkan SP 2

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai