NEGARA (APBN)
Mata Kuliah
Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara
2016
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL
......................................................................... i
DAFTAR ISI
......................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah
......................................................................... 2
C. Tujuan
......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ....................4
B. Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara .........................9
C. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ......................11
D. Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ......................15
E. Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara .........19
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
.........................................................................27
28
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada era orde baru (1969 1998) bangsa Indonesia memiliki
pola perencanaan pembangunan dalam rangka mencapai masyarakat
adil dan makmur sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945 melalui
Pembangunan jangka menengah sesuai masa kepresidenan yaitu 5
tahun terkenal dengan sebutan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN). GBHN memberikan arah dan pedoman bagi pembangunan
negara
untuk
mencapai
cita-cita
bangsa
sebagaimana
yang
B.
Rumusan Masalah
Setelah memaparkan
latar
belakang
lahirnya
sistem
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai
melalui penulisan paper ini adalah :
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)
Perencanaan, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang
Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan Pembangunan
Nasional (SPPN) merupakan suatu proses untuk mementukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan
sangat penting sebagai salah satu proses dalam pengelolaan
keuangan negara. Perencanaan sangat bermanfaat dalam (a)
mengurangi ketidakpastian serta perubahan di masa datang; (b)
mengarahkan semua aktivitas pada pencapaian visi dan misi
organisasi; (c) sebagai wahana untuk mengukur tingkat keberhasilan
atau kegagalan kinerja suatu organisasi.
Dalam cakupan waktu, SPPN disusun dalam cakupan tiga
periode perencanaan, yaitu:
a.
b.
Jangka
menengah
a.
b.
c.
d.
e.
a.
penyusunan rencana;
b.
penetapan rencana;
c.
d.
partisipatif dengan
melibatkan seluruh
unsur pelaku
pembangunan.
Penyusunan RPJP dilakukan dalam 4 tahap, yaitu
dari
seluruh
pemangku
kepentingan/stakeholders
hasil
Musrenbang
menjadi
masukan
utama
penyempurnaan rancangan.
d. Penetapan undang-undang tentang RPJP, di bawah koordinasi
Bappenas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas
dan fungsi hukum. Rancangan akhir RPJP beserta lampirannnya
disampaikan kepada DPR sebagai inisiatif Pemerintah, untuk
diproses lebih kanjut menjadi undang-undang tentang RPJP
Nasional.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program kepala negara terpilih yang wajib disusun dalam waktu tiga
bulan setelah dilantik. Dalam penyusunannya, RPJMN harus
berpedoman
pada
RPJP
Nasional,
yang
memuat
strategi
Rancangan
awal
RPJM
Nasional
oleh
Menteri
rancangan
RPJM
Nasional
oleh
Kementerian
Musyawarah
jangka
Perencanaan
menengah
nasional.
Pembangunan
Kegiatan
yang
keenterian
yang
bertanggung
jawab
terhadap
Kementerian/Lembaga
(Renja-KL).
Renja-KL
disusun
pedoman
untuk
menyusun
Rencana
Kerja
dan
Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL).
mengenai
penyusunan
dan
penetapan
APBN
sistem
akuntabilitas
kinerja
dalam
sistem
dan
penggunaan
kerangka
pengeluaran
jangka
anggaran
belanja,
dan
anggaran
pembiayaan.
Belanja
penyelenggaraan
negara
tugas
dipergunakan
pemerintah
untuk
pusat
dan
keperluan
pelaksanaan
negara
negara.
dan
kemampuan
Rancangan APBN
dalam
menghimpun
berpedoman
kepada
10
tujuan
bernegara.
Tentang
pembiayaan
isinya
antara
lain
disebutkan, dalam hal APBN diperkirakan defisit, ditetapkan sumbersumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam UUAPBN. Defisit anggaran dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik
Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk
Domestik
Bruto.
Dalam
hal
anggaran
diperkirakan
surplus,
prinsip
pertanggungjawaban
antargenerasi
untuk
dijadikan
acuan
bagi
setiap
kementerian
disampaikan
kepada
DPR
untuk
dibahas
dalam
11
mengakibatkan
perubahan
jumlah
penerimaan
dan
pengeluaran dalam RUU-APBN. Perubahan Rancangan Undangundang tentang APBN dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak
mengakibatkan
peningkatan
defisit
anggaran
Pengambilan
sebesar
angka
APBN
tahun
anggaran
sebelumnya.
12
mendapat
persetujuan
DPR.
Selanjutnya
UU
APBN
juga
meliputi
provinsi/kabupaten/kota
alokasi
dan
dana
alokasi
perimbangan
subsidi
sesuai
untuk
dengan
menyampaikan
konsep
DIPA
yang
berisi
rencana
13
mengajukan
rancangan
undang-undang
tentang
14
dan
penetapan
rancangan
undang-undang
Perubahan
APBN
tahun
anggaran
berjalan
untuk
15
16
Perintah
Membayar
(SPM)
mengenai
proyek
dalam
17
pemeriksaan
tersebut
yaitu
proses
identifikasi
kebenaran,
kecermatan,
kredibilitas,
dan
keandalan
18
19
hasil
E. Pertanggungjawaban
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
Menurut
Mustopadidjaja
(2003),
pertanggungjawaban
kinerja,
dan
akuntabilitas.
Dalam
Dasar.
Dalam
Presiden
(dalam
melaksanakan
hal
ini
tugas
Pemerintah)
RI
kepada
Pemerintah
untuk
melakukan
penerimaan
20
yang
diberikan
oleh
DPR
itu
harus
2003,
pertanggungjawaban
atas
pelaksanaan
APBN
anggaran
bersangkutan,
menyampaikan
pertanggungjawaban
Presiden
rancangan
pelaksanaan
berkewajiban
undang-undang
APBN
berupa
untuk
tentang
Laporan
Keuangan.
21
atas
Laporan
Keuangan
sebagai
pelaksanaan
APBN.
Sebelumnya
22
Menteri
pertanggungjawaban
Keuangan
pengguna
laporan-laporan
anggaran/pengguna
atas
barang
atas
RUU
tersebut
kepada
Pemerintah
untuk
diundangkan.
Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi pemerintah
23
informasi
tentang
sumber,
alokasi,
dan
c. menyediakan
bagaimana
entitas
24
realisasi
APBN
mengungkap
berbagai
kegiatan
terhadap
ketentuan
perundang-undangan
melalui
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
anggaran
seperti
menggambarkan
posisi
keuangan
suatu
entitas
merupakan
konsolidasi
dari
neraca
tingkat
pusat/
daerah
untuk
kegiatan
penyelenggaraan
langsung
dalam
Laporan
Operasional,
terdiri
dari
pembiayaan,
dan
transaksi
non-anggaran
yang
26
informasi
lain
yang
diharuskan
dan
dianjurkan
untuk
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa orde baru
27
(Presiden)
Pembangunan
Jangka
Menengah
(RPJM)
Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran 2014.Pokokpokok Siklus APBN di Indonesia.Jakarta:Kementerian Keuangan.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
28
29