Nama
Umur
Diagnosis ibu
Diagnosis awal masuk
Diagnosis akhir
Tanggal kematian
Penyebab kematian
Tim I
Tim II
: Bayi Ny. LH
: 5 hari
: APH e/c plasenta previa totalis, letak lintang (kepala di kiri punggung di atas) pada sekundigravida hamil preterm dp dengan riwayat SC
: Neo, laki-laki, BBLR, KB, SMK lahir SC a/i riw SC sebelumnya + APH, asfiksia ringan
: Neonatus, laki-laki, BBLR, Kurang Bulan, SMK, lahir SC a/i APH dengan riwayat SC, sepsis early onset, gangguan nafas berat
: 22 September 2014
: Syok sepsis
: dr. Aan/dr. Nila/dr. Gunawan/dr. Anton /dr. Is/dr. Mia/dr. Dije/dr. Ikhsan/dr. Ronald/dr. Anti
: dr. Donny/dr. Sari/dr. Nengah/dr. Aini/dr. Dije/dr. Yasir/dr. Iqbal
OK IGD
LABORATORIUM &
PENUNJANG LAIN
DIAGNOSIS
Kronologis :
Seorang G2P1A0, 39 tahun, umur kehamilan 36 minggu
datang sendiri dengan keterangan perdarahan dari jalan
lahir dan kenceng-kenceng. Pasien merasa hamil 9
bulan, gerakan janin masih dirasakan, kenceng-kenceng
teratur sudah dirasakan, air kawah belum dirasakan
keluar. Darah sudah dirasakan keluar.
RPD : Riwayat mondok (+) 2x dengan APH tanggal 3-6
agustus 2014 dan 4-6 september 2014.
Riwayat penyakit DM/HT/asma/alergi/jantung
disangkal
KU : Baik, CM
VS : TD : 130/80, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, s : 36.80C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : C/P dbN
Abdomen : Supel, NT (-), teraba janin tunggal,
intrauterin, melintang, kepala di kiri punggung di
atas, bagian terbawah janin belum masuk
panggul, HIS (+) 2-3x/10'/30" sedang, DJJ (+)
145/144/145/reguler. TFU 27 cm, TBJ 2478
gram
Genital : Inspekulo : V/U tenang, dinding vagina dbN,
portio livide, OUE terbuka, darah (+), discharge (-)
17/09/2014
Hb 11,4, Ht 33, Al 7,5, At
213, Ae 3,91, Gol darah O
PT/APTT 13,6/32,8, INR
1,100
GDS 105
TERAPI
- Usul re- SCTP em + insersi IUD
- Informed consent
- Konsul anestesi
- Inj. ceftriaxon 1 g i.v --> skin test
- CST negatif
USG :
Tampak janin tunggal,
intrauterin,
melintang,
DJJ (+) dengan BPD :
8,59, AC : 31,50.08, FL :
6,30, EFBW : 2090 gram
Plasenta insersi di SBR
meluas menutupi OUI
Air ketuban kesan cukup.
Tak tampak jelas kelainan
kongenital mayor.
Kesan : Saat ini janin
dalam
keadaan
baik
dengan plasenta previa
totalis
1. Neo, laki-laki, BBLR, KB, SMK
1. Resusitasi
Rabu /
17/09/2014
12.20 WIB
HCU Neo
13.30 WIB
2. O2 nasal 2 lpm
3. Pasang umbilical cateter --> loading NaCl
0,9% 45 cc/jam
4. Inj vit K im
5. Pasang OGT --> cek residu (-) --> TF 8x510 cc
6. Imunisasi Hep B di bangsal
7. Inj ampicillin 110 mg/12 jam
8. Inj gentamicin 11 mg/24 jam
S : Syok
O : ADP tak teraba< CRT > 2 detik, sianosis (+)
HR : 165x/mnt, RR : 63x/mnt, SpO2 80%
Syok
1. O2 nasal 2 lpm
2. Loading NaCl 0,9% 44 20 cc/KgBB
3. Evaluasi tiap 1 jam
15.30 WIB
16.30 WIB
Syok teratasi
HCU Neo
Kamis /
18/09/2014
07.00 WIB
1. Asfiksia ringan
2. Neonatus, laki-laki, BBLR, KB,
SMK, lahir SC a/i riwayat SC
sebelumnya + APH
3. Riw syok hipovolemik
HCU Neo
Jumat-Minggu
19-21 /09/2014
07.00 WIB
336, Ae 3.70
MCV 109.0, MCH 38.1,
MCHC 34.9, RDW 16.4,
MPV 8.6 PDW 16
Gran 33.30, Limf 57.40,
Mon/Eos/Bas 9.30
Gol darah O, GDS 61,
Albumin 3.5
Na/K/Cl 136/5.2/1.09
21.09.2014 (8.47) :
pH 7.290, BE -8.5, PCO2
36.7, PO2 158.8, Ht 21,
HCO3 17.5, Total CO2
16.9, O2 saturasi 99.0
21.09.2014 (14.55) :
Hb 9.5, Ht 27, Al 5.6, At
12, Ae 2.53
1. Potensial infeksi
2. Gangguan nafas ringan
3. Neonatus, laki-laki, BBLR, KB,
SMK, lahir SC a/i APH, re-SC
Abd : dbn
Ekstremitas : akral hangat (+/+), sianosis ()
NICU
Senin / 22
September
2014
05.00 WIB
ml/jam
7. Eritromicin 4x10 mg per oral
8. Tranfusi per 6 jam selama 24 jam
bergantian :
PRC 44 cc/TC I 44 cc/FFP I 44 cc/TC II
44cc/FFP II44 cc
9. Tranfusi albumin 20% 21 cc
Tranfusi albumin 25% 17 cc
10. Light teraphy bila KU memungkinkan
Monitoring :
KU/VS per jam
BCD per 8 jam
1. Ventilator mode PC
FiO2 100% PC above 17
PEEP 5
RR : 40x/mnt
2. IVFD D1/4 NS 98 ml + D40% 27 ml +
KCl 4 ml + ca gluconas 10 ml --> 6.7
ml/jam
3. Inj cefotaxim 116 mg/12 jam
4. Inj gentamicin 11.6 mg/24 jam
5. Inj dobutamin 16 mg + NaCl 0,9% s/d 24
ml --> 1 ml/jam
6. Inj aminofusin 140 ml/hr --> 5.8 ml/jam
7. Eritromisin 4x10 mg per oral
Plan :
- Cek PT/APTT
- LT jika KU memungkinkan
- Ro thorax tersangka pneumonia + evaluasi
ET
Monitoring :
- KU/VS/SiO2/jam
- BCD/8 jam
11.30 WIB
S : Lemah
HR : 88x/mnt, RR : 42x/mnt, SiO2 67%, t : 36.5oC
Bradikardi
12.00 WIB
S : Lemah
HR : 68x/mt, RR : 40x/mnt, SiO2 tidak terbaca, t :
36.50C
Bradikardi
13.00 WIB
S : Apneu
HR : (-), RR : (-), SiO2 (-), t : 35.0oC
Meninggal
ANALISA KASUS
Melaporkan kasus kematian perinatal dalam 5 hari perawatan di HCU neonatus dan NICU dengan sepsis. Bayi lahir secara spontan laki-laki, BB : 2200 gr, LK :
33 cm LD : 28 cm PB : 45 cm, AS : 6-8-9 Anus (+), cacat (-) dalam umur kehamilan 36 minggu. Di ruang NICU, pasien menunjukan penurunan kondisi. Pada pasien ini
faktor resiko terjadinya sepsis adalah umur kehamilan 36 minggu (bayi kurang bulan) dan riwayat APH pada ibu.
Sepsis pada kasus ini adalah sepsis awitan dini yang kemungkinan disebabkan infeksi. Faktor resiko awitan dini maupun lambat ini disebabkan karena pada bayi
kurang bulan mudah terjadi proses infeksi, dimana bisa didapatkan saat pre partum, intra partum, maupun post partum. Pada pasien ini terdapat resiko infeksi saat intra
partum dan post partum, dapat terjadi dari infeksi ascending secara transplasental, adanya paparan mikroorganisme dari traktus urogenitalis ibu atau melalui cairan amnion.
Diagnosa infeksi sistemik sulit ditegakkan apabila hanya berdasarkan riwayat pasien dan gambaran klinis saja. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu konfirmasi diagnosis. Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berbentuk pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan khusus yang lainnya, termasuk
pemeriksaan biakan darah. Hasil biakan darah sampai saat ini masih menjadi baku emas dalam menentukan diagnosis , tetapi hasil pemeriksaan membutuhkan waktu minimal
2-5 hari. Pada pasien prematur, awitan lambat infeksi diperoleh pada bayi yang dirawat di ruang HCU neonatus, bayi kurang bulan yang mengalami lama rawat, akan
meningkatkan risiko infeksi nosokomial. Faktor resiko awitan dini maupun awitan lambat ini walaupun tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan
perhatian khusus terutama bila terjadi gejala klinis. Hal ini akan meningkatkan identifikasi dini dan tatalaksana yang lebih efisien pada sepsis neonatal sehingga dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien. Interpretasi hasil kultur perlu pertimbangan dengan hati-hati khususnya bila kuman yang ditemukan berlainan jenis dari
kuman yang biasa ditemukan di kamar bayi. Selain itu hasil kultur dipengaruhi pula oleh kemungkinan pemberian antibiotika sebelumnya atau adanya kemungkinan
kontaminasi kuman nosokomial.
Pada sepsis awitan dini respons sistemik mungkin terjadi saat bayi masih dalam kandungan, di mana keadaan ini dikenal dengan Fetal inflammatory response
syndrome (FIRS), yang kemudian berlanjut dengan sepsis, sepsis berat, syok septik, MODS, dan akhirnya kematian. FIRS terjadi akibat adanya kuman (infeksi) di dalam
darah pada neonatus. Infeksi dapat terjadi secara antenatal, selama persalinan, ataupun postnatal. Infeksi selama persalinan dapat terjadi melalui trauma kulit dan pembuluh
darah selama persalinan.