Anda di halaman 1dari 5

Topik: Eklampsia

Tanggal (kasus): 6 mei 2016


Presenter : dr. Ira Srihartini
Tanggal presentasi :23 mei 2016
Pendamping : dr. iznih Maricar
Tempat presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Tulehu
Obyektif presentasi:
A Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
A Diagnostik
A Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
A Bumil
Deskripsi: Ibu hamil, 29 tahun, G3 P2 A0 hamil 32-33 minggu, riwayat kejang berulang .
Tujuan: Mengatasi kejang, mengakhiri persalinan dengan trauma sekecil-kecilnya,
melahirkan janin dengan kemungkinan hidup besar, mencegah komplikasi (sindroma HELLP,
IUFD, dll). .

Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka
Cara membahas :
Diskusi
Data pasien:
Nama: Ny. S.N
Nama klinik: Bangsal Obstetri RSUD
Tulehu
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/gambaran Klinis:

Riset
A Kasus
Audit
A Presentasi dan diskusi
Email
Pos
No. Registasi: 00.38.**
Telp:
Terdaftar sejak: 6 mei 2016

G3P2A0 Hamil 34 minggu dengan eklampsia,belum inpartu dengan riwayat kejang berulang dan
riwayat sc 1x.

2. Riwayat pengobatan:
(-)
3. Riwayat kesehatan/penyakit:
Hipertensi sejak kelahiran anak 1. Kejang seperti ini juga pernah terjadi pada kehamilan sebelumnya
yaitu kelahiran anak pertama dan kedua, dengan gejala yang mirip dengan kehamilan yang sekarang.
Riwayat operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.

4. Riwayat keluarga:
Ayah pasien menderita Hipertensi dan DM.

5. Riwayat sosial, pekerjaan :


Ibu rumah tangga

6. Riwayat KB :
KB suntik di Puskesmas

7. Lain-lain :
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
:
KU / Kes : SS / CM
TD
: 170/100 mmHg,.
Nadi : 100 x/mnt,
Suhu : 36,7 C,
RR
: 20 x/mnt
Ekstremitas
: Edema +/+, akral hangat

Status Obstetri :

Inspeksi : Simetris, membesar sesuai dengan kehamilan, striae gravidarum (+), scar / bekas
operasi (+)
Palpasi : Leopold I : TFU 27 cm, teraba satu bagian besar, bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin.
Kiri: teraba bagian keras seperti papan.
Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras dan melenting
Leopold IV : kepala belum masuk PAP
TFU 27 cm, HIS (-), DJJ 134 dpm, teratur.
VT : Portio kaku, tebal 2 cm, Pembukaan (-), Ketuban(+), Kepala Hodge I.
Pemeriksaan Laboratorium:
LED : 94 mm() , Leukosit : 12.100 /l, Hb : 14,3 gr/dl (), Ht : 43,2 %, Trombosit : 195.000 /l

Daftar pustaka:
1. Cunningham, FG et.al. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Williams Obstetrics, 21st ed. Prentice
Hall International Inc. Appleton and Lange. Connecticut. 2001. 653 - 694.
2. Wiknjosastro, H. Pre-eklampsi Berat. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta 1999. 281-308.
3. Jenklus D. Pre-eclamptic Toxaemia, Interuniversity school for study of pathophysiology of
pregnancy. Dubrovnik,1989.
4. SMF Kebidanan RSUP Fatmawati , Pre-eklampsi, Standard Operatif Pelaksanaan Medis 1998.
5. Jurnal penatalaksanaan Pre-eklampsi dan Eklampsi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, RS. Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, April 1998.
6. Bagian Obstetri Ginekologi FK Unpad Pre-eklampsi, Obstetri Patologi, 1983.
7. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Preeklampsi berat dan Eklampsi.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Jakarta.2002.
8. Visser, W et.al. Temporising Management of Severe Pre-eclampsia With and Without the HELLP
Syndrome. British Journal of Obstetrics and Gynecology. Volume 102. Number 2, February 1995.
111 117.
9. Martin, JN et.al. Early Risk Assessmentof Severe Pre-eclampsia: Admission Battery of Symptoms
and Laboratory Test to Predict Likelihood of Subsequent Significant Maternal Morbidity. American
Journal of Obstetrics and Gynecology. Part 1. Volume 180. Number 6. 1999. 1407 1414.
10. Anwar, AD et.al. Penggunaan Nifedipin Pada Penderita Preeklampsia Berat. Majalah
Obstetri
dan Ginekologi Indonesia. Volume 22. Nomor 1. Januari 1998. 8 13.
11. Liem, KH et.al. Preeclampsia. 2013. http://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview
12. Ross, MG et.al. Eclampsia. 2012. http://emedicine.medscape.com/article/253960-overview

Hasil pembelajaran :
1. Penegakan diagnosa Eklampsia.
2. Penatalaksanaan wanita hamil dengan pre-eklampsia & eklampsia.
3. Edukasi kepada pasien & keluarga tentang pre-eklampsia & eklampsia.

1. Subjektif :
Keluhan Utama

: Kejang hilang timbul sejak +1 minggu SMRS.

Keluhan Tambahan

: Sakit kepala, mual dan muntah sejak + 1 minggu SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan kejang hilang timbul sejak +1 minggu SMRS.
Pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami kejang pada saat 3 bulan yang lalu.
Kejang seperti ini juga pernah terjadi pada kehamilan sebelumnya yaitu kelahiran anak
pertama dan kedua, dengan gejala yang mirip dengan kehamilan yang sekarang. Pasien
juga mengatakan dirinya saat ini sedang hamil 8 bulan. HPHT : 11-10-2015. Pasien tidak
mengetahui dirinya menderita darah tinggi, ia mengetahui dirinya menderita darah tinggi
ketika pasien hamil anak pertama. Keluar air air disangkal. Keluar lendir darah
disangkal. Adanya mules mules yang menjalar sampai ke pinggang disangkal. Adanya
riwayat keluar darah secara tiba tiba dari kemaluan juga disangkal. Gerakan janin
masih dirasakan pasien. Pasien saat ini mengeluhkan adanya sakit kepala, mual dan
muntah sejak 1 minggu SMRS. Adanya pandangan kabur sejak hamil. Nyeri ulu hati.
Riwayat operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Kepala
Mata
THT
Leher
Cor
Pulmo
Mammae
Abdomen
Ekstremitas
Genitalia

: Tampak Sakit sedang


: Compos Mentis
: 160/100 mmHg
Nadi
: 100x/menit
: 36,7 oC
RR
: 20 x/mnt
: Normochepali, rambut hitam tebal, sukar dicabut.
: CA -/-, SI -/: Faring Hiperemis (-), Tonsil T1 T1 tenang
: KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak membesar.
: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
: Suara nafas vesikuler, Rh-/-, Wh-/: Simetris, hiperpigmentasi pada areola, benjolan (-), retraksi puting (-).
: Lihat status obstetrikus.
: Edema +/+, akral hangat
: Labia Mayor oedema -/-, Bloody Show ( - )

Status Obstetri
Inspeksi
: Simetris, membesar sesuai dengan kehamilan, striae gravidarum (+), scar / bekas
operasi (+)
Palpasi
: Leopold I : TFU 27 cm, teraba satu bagian besar, bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin.
Kiri: teraba bagian keras seperti papan.
Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras dan melenting
Leopold IV : kepala belum masuk PAP
His
:Auskultasi : DJJ : 134 dpm
Pemeriksaan Dalam :
Inspeksi
: v/u tenang.
Inspekulo
: tidak dilakukan
Vaginal Toucher
: Portio kaku, tebal 2 cm, Pembukaan (-), Ketuban(+), Kepala Hodge I.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:

LED : 94 mm() ,

Leukosit : 12.100 /l,

Hb : 14,3 gr/dl (),

Ht : 43,2 %,

Trombosit : 195.000 /l

3. Assessment :
Preeklampsia yang dipersulit oleh kejang tonik-klonik generalisata disebut eklampsia.
Serangan kejang biasanya dimulai disekitar mulut dalam bentuk kedut-kedutan (twitching).
Kejang pertama biasanya menjadi pendahulu kejang-kejang berikutnya. Apabila kejangnya jarang
wanita yang bersangkutan biasanya pulih kesadarannya setelah tiap serangan. Meski jarang, satu kali
kejang dapat diikuti koma yang berkepanjangan walaupun umumnya kematian tidak terjadi sampai
setelah kejang berulang-ulang..
PENATALAKSANAAN
Sebagian regimen eklampsia yang digunakan mempunyai dasar fisiologi yang sama, prinsipprinsipnya mencakup :
1. Pengendalian kejang dengan magnesium sulfat intravena dosis bolus. Terapi magnesium
sulfat ini di lanjutkan dengan infuse kontinu atau dosis bolus intramuskular dan diikuti
oleh suntikan intramuskular berkala
2. Pemberian obat antihipertensi oral atau intravena intermiten utnuk menurunkan tekanan
darah apabila tekanan diastolik dianggap terlalu berbahaya. Sebagian dokter mulai
mengobati pada saat tekanan diastolik mencapai 100 mmHg
3. Menghindari diuretik dan pembatasan cairan intravena kecuali apabila pengeluaran cairan
berlebihan
4. Pelahiran.
Magnesium Sulfat Untuk Mengendalikan Kejang :
Cara pemberian Magnesium Sulfat untuk Preeklampsia Berat dan Eklampsia
Infus intravena kontinu
1. Berikan dosis bolus 6 gram MgSO4 yang di encerkan dalam 100 ml cairan IV dan
diberikan dalam 15-20 menit.
2. Mulai infuse rumatan dengan dosis 2 gram /jam dalam 100 ml cairan IV
3. Ukur kadar magnesium sulfat pada 4-6 jam setelahnya dan sesuaikan kecepatan infuse
untuk mempertahan kadar antara 4 dan 7 mEq/l(4,8-8,4 mg/dl)
4. Magnesium sulfat dihentikan 24 jam setelah bayi lahir
Injeksi intramuscular intermiten
1. Berikan 4 g magnesium sulfat (MgSO 4.7H2O USP) sebagai larutan 20 % secara intravena
dengan kecepatan tidak melebihi 1 gram/menit.
2. Lanjutkan segera dengan 10 gram larutan Magnesium sulfat 50 %, separuhnya (5 g)
disuntikkan dalam-dalam di kuadran lateral atas bokong dengan jarum ukuran 20 dengan
sepanjang 3 inci. Apabila kejang menetap setelah 15 menit, berikan magnesium sulfat
sampai 2 gram dalam bentuk larutan 20 % secara intravena dengan kecepatan tidak
melebihi 1 g/mnt. Apabila wanita tersebut bertubuh besar dapat diberikan sampai 4 g
secara perlahan-lahan.
3. Setiap 4 jam sesudahnya berikan 5 gram larutan magnesium sulfat 50 % yang disuntikkan
dalam-dalam ke kuadran lateral aras bokong bergantian kiri dan kanan, tetapi hanya setelah
dipastikan :
a. reflekS patella masih baik
b. tidak terdapat depresi pernafasan

c. pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml


4. Magnesium sulfat di hentikan setelah 24 jam.
Efektivitas klinis terapi magnesium sulfat
Wanita yang mendapat terapi magnesium sulfat mengalami 50% kejang berulang
dibandingkan dengan mereka yang mendapat diazepam. Pada perbandingan lain wanita yang
mendapat terapi magnesium sulfat lebih kecil kemungkinan memerlukan ventilasi buatan,
terjangkit pneumonia dan dirawat di ruang perawatan intensif daripada mereka yang mendapat
fenitoin.
KOMPLIKASI
Komplikasi terberat kematian pada ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita preeklampsi. Komplikasi yang biasa terjadi : (1,2,5)
1. Solutio plasenta, terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
2. Hipofibrinogenemia, dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara berkala.
3. Nekrosis hati, akibat vasospasmus arteriol umum.
4. Sindroma HELLP, yaitu hemolisis,elevated liver enzymes dan low platelet.
5. Kelainan ginjal
6. DIC.
7. Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterine
PROGNOSIS
Kriteria yang dipakai untuk menentukan prognosis eklampsia adalah kriteria Eden:
1. Koma yang lama.
2. Nadi > 120x/menit.
3. Suhu > 40 C
4. TD sistolik > 200 mmHg.
5. Kejang > 10 kali.
6. Proteinuria > 10 gr/dl.
7. Tidak terdapat oedem.
Dikatakan buruk bila memenuhi salah satu kriteria di atas. (1,2,6)

4. Plan :
Diagnosis :
G3P2A0 Hamil 34 minggu dengan eklampsia, belum inpartu dengan riwayat kejang berulang
dan riwayat sc 1x.

Penatalaksanaan :

Observasi TTV setiap jam, DJJ setiap 30 menit, HIS, dan tanda tanda perburukan PEB.
MgSO4 40% 4 gr diencerkan dalam 20 cc cairan i.v dilanjutkan dengan MgSO4 40% 1
gr/jam s/d 24 jam pasca persalinan, sebagai anti kejang.
Nifedipine 4 x 10 mg oral, sebagai anti hipertensi.
Vit C 2 x 400 mg i.v, sebagai anti oksidan.
Dexamethasone 2 x 6 mg i.v (2 hari), untuk pematangan paru.

Saran : Konsul Spesialis Obsgyn -> Pro Sectio Caesarea (terminasi kehamilan)
Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanam : Dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai