PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah saat ini merupakan salah satu penyebab
utama dan pertama kematian di Negara-negara maju dan berkembang termasuk
Indonesia.Salah satunya yaitu penyakit jantung coroner (PJK) / coronary artery
disease (CAD). Diperkirakan bahwa di seluruh dunia, PJK/CAD pada tahun 2020
menjadi pembunuh pertama tersering yakni sekitar 36% dari seluruh kematian,
angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia
sendiri angka kematian sebesar 26,4% yakni empat kali lebih tinggi dari angka
kematian yang disebabkan oleh kanker (6%).Oleh karena itu untuk mengurangi
kasus ini dilakukanlah penanganan yang berupa operasi bypass arteri koroner yang
merupakan jenis operasi dimana darah dilewati sekitar arteri tersumbat sehingga
aliran darah dan oksigen ke jantung meningkat.
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner,
arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung.Bila aliran darah melambat, jantung
tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi.Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri
dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama
sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) merupakan salah satu penanganan
intervensi dari PJK. CABG adalah jenis tindakan operasi jantung yaitu dengan
membuat saluran baru melewati bagian arteri coronaria yang mengalami
penyempitan. Operasi Coronary Artery Bypass Graft pertama kali dilakukan di
Amerika Serikat pada tahun 1960, sedangkan penggunaan mesin jantung paru
sudah terlebih dahulu dilakukan pada tahun 1954 (Brunner&Suddarth, 2002).
Rumah Sakit Jantung Harapan Kita sebagai rumah sakit rujukan nasional sejak
tahun 1986 telah mulai melakukan melakukan operasi Coronary Artery Bypass Graft
dan pada awal tahun 2000 telah diperkenalkan juga teknik operasi tanpa mesin
jantung paru (off pump cardio pulmonal). Namun tidak semua pasien dapat
dilakukan metode ini tergantung indikasi pada masing-masing pasien
Keberhasilan bedah jantung ini sangat dipengaruhi oleh persiapan pra bedah,
disamping prosedur bedah itu sendiri dan perawatan pasca bedah.Yang dimaksud
pra bedah adalah periode sejak diambilnya keputusan bedah sampai dengan
pengiriman pasien ke ruang bedah.Dalam hal pra bedah tentunya diperlukan
diagnostic yang akurat, selanjutnya persiapan yang menyangkut persiapan pasien
dan persiapan administrasi.
Menurut data dari ruangan CICU (Cardio Intensive Care Unit) RS Hasan
Sadikin Bandung, jumlah pasien yang masuk dengan diagnosa CAD (Coronary
Artery Disease) untuk 3 bulan terakhir, dari bulan Mei sampai Juli sebanyak 46
Page 1
pasien sedangkan yang melakukan operasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
atas indikasi CAD sebanyak 4 pasien.
Ketika seseorang memiliki penyumbatan arteri koroner, ia akan mengalami
nyeri di dada atau mengembangkan serangan jantung. Namun, dengan melakukan
operasi bypass arteri koroner, aliran darah ke jantung membaik dan akhirnya
mengurangi nyeri dada dan risiko serangan jantung.Namun demikian tentu saja
dalam penggunaan bypass arteri koroner tidak mudah, tentu saja diperlukan tenaga
ahli dalam pemasangannya. Namun dalam perawatannya sudah menjadi tugas
seorang perawat untuk mengetahui bagaimana cara memberikan perawatan yang
baik untuk pasien yang menggunakan bypass arteri koroner tersebut.
Oleh karena itu maka dengan adanya makalah ini penulis akan memberikan
penjelasan mengenai pemasangan dan asuhan keperawatan yang dapat diberikan
pada pasien yang dipasang bypass arteri koroner ini. Agar dapat dipahami oleh
semua perawat khususnya mahasiswa.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk
memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan post CABG di ruang
CICU, RS. Hasan Sadikin Bandung tahun 2013.
1. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian CAD dan CABG
b. Mengetahui anatomi fisiologis CAD dan CABG
c. Mengetahui etiologi CAD dan CABG
d. Mempelajari patofisiologi dari CAD dan CABG
e. Mengetahui manifestasi klinik CAD dan CABG
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang CAD dan CABG
g. Mengetahui kompilkasi CAD dan CABG
h. Mengetahui penatalaksanaan CAD dan CABG
i. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus Post CABG
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan post CABG
2) Menentukan masalah keperawatan pada klien post CABG
3) Merencanakan Asuhan keperawatan pada klien post CABG
4) Pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai perencanaan pada post
CABG
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien post CABG
6) Mengidentifikasikan kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktek
pada klien dengan post CABG
7) Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan post
CABG
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Instansi
Bagi institusi khususnya Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dimana
laporan ini akan menjadi sumber masukan dan informasi dari program
kesehatan dalam rangka perawatan pasien post op CABG.
2. Bagi Masyarakat
Page 2
khususnya
dalam
bidang
keperawatan.Laporan
ini
juga
manifestasi
pencegahan,
klinis,
pemeriksaan
pemeriksaan
penunjang,
penunjang.
Bab
komplikasi,
III:
asuhan
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
Page 3
Page 4
Page 5
Proses
Secara
spesifik,
faktor-faktor
yang
meningkatkan
resiko
terjadinya penyakit arteri koroner adalah : factor risiko yang dapat dirubah
antara lain: Mayor; Peningkatan lipid serum, Hipertensi, Merokok, Gangguan
toleransi glukosa, Diet tinggi lemak jenuh, kelesterol dan kalori. Minor; Gaya
hidup yang kurang bergerak, Stress psikologik, Type kepribadian. Dan factor
risiko yang tidak dapat dirubah adalah Usia, Jenis kelamin, Riwayat keluarga
dan Ras.
1) Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2) Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai
akibat operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara
fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena
penyakit janting koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak
usila (usia lanjut).
Page 6
penderita
diabetes
meninggal
bukanlah
karena
Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima
arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu
absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam
Page 7
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol
ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan
menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan
aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar,
akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan
bagaimana
terjadinya
koagulasi
intravaskuler,
diikuti
oleh
penyakit
darah
yang
cukup.Jenis
dan
beratnya
nyeri
atau
ringan.Untuk
mengatasinya,
penderita
biasanya
mengurangi
aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari
penuaan.
Page 8
berat
yang
memerlukan
obat
antiolitik
(pengurang
kecemasan).
4) Henti jantung.
5) Pada Post Operasi.
6) Komplikasi jantung, yaitu gagal jantung kongesif, infark miokardium,
henti jantung, disritmia.
7) Komplikasi paru, yaitu edema paru, emboli paru, efusi pleura, pneumo
atau hematotoraks, gagal napas, sindrom distress napas dewasa.
8) Perdarahan.
9) Komplikasi neurologis, yaitu cedera serebrovaskuler, emboli udara.
10) Nyeri.
11) Gagal ginjal, akut atau kronis
12) Ketidakseimbangan elektrolit.
13) Gagal hati.
14) Koagulopati.
15) Infeksi, sepsis
f.
Pemeriksaan Penunjang
1) Hb / Ht.
2) Hitung trombosit, masa perdarahan, masa pembekuan.
3) Elektrolit.
4) Analisa Gas Darah (ABGS) : Identifikasi status oksigen, efektifitas fungsi
pernapasan, keseimbangan asam-basa.
5) Pulse olimetri.
6) BUN / Kreatinin.
7) Glukosa.
8) Amilase.
9) Enzym.
10) Chest X Ray.
11) Elektrokardiografi (EKG).
12) Angiografi.
Page 9
ketidakseimbangan
yang
memungkinkan
terjadinya
miokardium
secara
farmakologik
seperti:
Nitrogliserin,
dengan
pemberian
Nitrogliserin,
pemberian
oksigen,
Page 10
2.
selama
operasi
jantung.
Komunitas
medis
percaya
Page 11
yang
tidak
dapat
ditangani
dengan
terapi
PTCA
c.
Kontra indikasi
Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner
kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak, sehingga
mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi
bekuan pada CABG, sehingga hasil operasi menjadi sia-sia (Muttaqin,
2009).
d. Komplikasi CABG
1) Post perfusion sindrom. Kerusakan sementara pada neurokognitif,
namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa penurunan kognitif tidak
disebabkan oleh CABG tetapi lebih merupakan konsekuensi dari
penyakit vaskuler
2) Infeksi luka operasi
3) Infark miokard akibat emboli, hipoperfusi atau kegagalan cangkok
4) Stenosis pada cangkokan terutama yang menggunakan vena saphena
akibat aterosklerosis sehingga menyebabkan angina atau infark miokard
5) Gagal renal akut akibat emboli atau hipoperfusi.
Page 12
: 5 unit.
Pre Operasi
Tujuan utama mencakup: Pengurangan ketakutan, mempelajari
mengenai prosedur pembedahan, tidak adanya komplikasi, Persiapan
penderita Pre Operasi
g. Persiapan Mental
Menyiapkan
pasien
secara
mental
siap
menjalani
operasi,
Page 13
: 750 cc
: 1000 cc
: 3 unit
j.
Fisioterapi Dada
Berguna untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU
dan untuk mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum.Bila
menderita asthma dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) maka
fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang spirometri juga
membantu
untuk
melihat
kelainan
yang
dihadapi.Jika
diperlukan,
l.
Post Operasi
Tujuan utama meliputi restorasi curah jantung, pertukaran gas yang
adekuat, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, berkurangnya
gejala penginderaan yang berlebihan, penghilangan nyeri, usaha untuk
beristirahat, pemeliharaan perfusi jaringan yang memadai, pemeliharaan
perfusi ginjal yang memadai, pemeliharaan suhu tubuh normal, mempelajari
Page 14
aktivitas perawatan diri dan tidak adanya komplikasi. Perawatan ini dimulai
pada saat pasien di ruang ICU. Perawatan pada post Operasi meliputi:
1) Perawatan di ICU
a) Monitoring Hermodinamik
Setiap pasien dianjurkan 1 perawat yang bertanggungjawab
menangani selama 24 jam. Pemantantauan yang dikerjakan harus
secara sistematis dan mudah: CVP, RAP, LAP, Denyut Jantung,
Wedge pressure dan PAP, Tekanan Darah, Curah jantung, Obatobatan inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosis,
rute dan lain-lain, Alat lain seperti IABP, pach jantung untuk
membantu.
b) EKG
Pemantauan ini harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AV, VES, blok
atrioventrikel. Pencatatan EKGini harus lengkap minimal 1 kali sehari
dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada
perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.
c) Sistem Pernapasan
Biasanya pasien dari kamar operasi masih belum sadar.
Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat:
1) Tube dan ukuran yang dipakai, melalui mulut atau hidung
2) Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.
3) Dilihat aspirat yang keluar dari bronchus atau tube, apakah
lendirnya normal, kehijauan, kental, atau berbusa kemerahan
sebagai tanda edema paru.
d) Sistem Neurologis
Kesadaran dilihat dari atau waktu pasien mulai bangun atau
masih diberikan obat-obatan sedative pelumpuh obat.Bila pasien
mulai
bangun
maka
disarankan
untuk
menggerakan
ke
ekstremitasnya.
e) Sistem Ginjal
Dilihat produksi urin tiap jam dan perubahan warna yang terjadi
akibat hemolisis dan lain-lain.
f)
Gula Darah
Page 15
Bila pasien diabet maka kadar gula darah harus di kerjakan tiap
6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infuse insulin.
g) Laboratorium
Setelah di ICU perlu diperiksa: HB, HT, trombosit, ACT, Analisa
gas darah, LFT/ Albumin, Ureum, kretinin, gula darah, Enzim CK dan
CKMB untuk penderita bintas koroner
h) Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari
mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap waktu biasanya tiap
jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap jam
atau jam.
i)
Foto Thoraks
Pemeriksaan ini segera setelah di ICU untuk melihat ke CVP,
kateter swan ganz.Bila jantung normal, penyapihan terhadap
respirator segera di mulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam
setelah pasca bedah.
j)
Fisioterapi
Harus
segera
dikerjakan
termasuk
penderita
dengan
Page 16
lain seperti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai,
expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan
sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai pasien pulang. Pada
perawatan luka, bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan
bengkok pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka
luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa keluar.Dan
dikompres dengan antiseptik.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Demografi
a) Biodata pasien yang meliputi Identitas pasien : Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal
Masuk, No. Register, Diagnosa medis.
b) Penanggung jawab: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Pekerjaan, Hubungan dengan pasien
b. Riwayat Kesehatan
Pengkajian harus lengkap dan didokumentasikan dengan baik
karena merupakan landasan sebagai pembanding post operasi.
Melakukan anamnesa mengenai riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan lalu dan riwayat kesehatan keluarga. Serta mengamati
simtomatologi pasien tentang adanya nyeri dada, hipertensi, berdebardebar, sianosis, dispneu, nyeri tungkai, edema dan mengeksplorasi
mengenai terapi obat-obatan, penggunaan obat, alkohol dan tembakau.
c.
jantung,
mencatat
frekuensi
Page 17
nadi,
irama,
dan
Page 18
gangguan
berkurangnya
curah
perfusi
ginjal
jantung,
berhubungan
hemolisis,
atau
dengan
terapi
obat
vasopresor.
e) Risiko terjadi hipertermia berhubungan dengan terjadinya infeksi
atau sindrom panca perikardium.
f)
f.
Rasional
berulan, gelisah
perhatian
tindakan
mengarahkan
kembalidan
meningkatkan
relaksasi,
gosokan
meningkatkan
kemampuan
2. Berikan
perubahan posisi).
punggung,
koping.
3. Mekanisme adaptif perlu untuk
mengkoping pasien yang akan
Page 19
penyakit-efeknya
terhadap
status
pola
hidup
kesehatan
datang.
Kaji
dan
akan
keefektifan
sehari-hari.
4. Keterlibatan
akan
membantu
dalam
pasien/orang
terdekat
dalam
rencana
dan
dorong
perawatan
dalam,
dan
rencana pengobatan.
relaksasi,
positif
teknik
arti
perhatian.
Meningkatkan
relaksasi
meningkatkan
kemampuan koping
contoh
bimbingan
kebiasaan
Rasional
tidur
biasanya
1. Mengkaji
dan
perlunya
mengidentifikasi
dan
intervensi
yang tepat
2. Meningkatkan
kenyamanan
pribadi,
psikologis
misalnya
bantal,
guling
3. Buat
rutinitas
tidur
baru
Page 20
yang dimasukkan
dalam
aspek
sebanyak
kebiasaan
baru.
4. Instruksikan
tindakan
relaksasi.
5. Dorongposisi
dan
meningkatkan istirahat.
nyaman,
bantudalam
tekanan
mengubah
posisi.
Intervensi
Rencana Intervensi
1. Kaji
kapasitas
Rasional
fisiologis
1. Sakit
kepala
(prosesakut/kronis)
dapat
mengurangikemampuan
koping.
2. Menemukan
kebutuhanpsikologis
yang
keuntungan
dan
dari
kegiatan
meningkatkan
kesempatan
yang diajarkan.
untuk
cara-cara
belajar
dalammengatadi
keadaan.
3. Pasien
3. Sarankan
pasien
untuk
prosedur operasi.
perasaannya
Page 21
untuk
mengekspresikan
mampu
dengan
2) Post Operasi
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah
dan gangguan fungsi miokardium.
Tujuan : Penurunan Curah Jantung Teratasi
Kriteria hasil :
Intervensi:
Rencana Intervensi
1. Pantau
kasus
Rasional
kardiovaskuler,
1. Efektivitas
curah
jantung
oleh
tekanan
hermodinamika.
baji
arteri
pulmonalis,
ditentukan
pemantauan
vaskuler
sistemik
dan
adanya
perdarahan
atrium
kiri,
takikardi,
dan
Membedakan
isoenzim
nyeri
berkala.
miokardium
2. Perdarahan
terjadi
dapat
akibat
insisi
jantung,
kerapuhan
jaringan,
trauma
jaringan,
gangguan
pembekuan.
3. Gagal
jantung
terjadi
yang
akibat
penurunan
pemompaan
aksi
jantung
dapat mengakibatkan
berkurangnya
perfusi
kejaringan organ.
4. Gejala
bisa
ditutup
Page 22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A (65 THN) DENGAN
GANGGUAN PADA SISTEM CARDIOVASCULER AKIBAT POST CABG
ATAS INDIKASI CAD DI RUANG CARDIO INTENSIVE CARE UNIT
(CICU) RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG
TAHUN 2013
Ruangan
: CICU
Kamar
:8
IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Inisial
Umur
: Tn. A
: 65 Tahun
Page 23
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Status Perkawinan
: Menikah
Jumlah Anak
:Agama/Suku
: Katolik/Sunda
Warga Negara
: Indonesia
Bahasa Yang dugunakan : Indonesia dan sunda
Pendidikan
: S2
Pekerjaan
: Dosen
Alamat Rumah
: Jl.A. Yani, Bandung
No. Registrasi
: 13025040
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Ny. S
Alamat
: Jl.A. Yani, Bandung
Hubungan Dengan Pasien : Istri
II. DATA MEDIC
Diagnosa Medic
Saat Masuk
: CAD UAP
Saat Pengkajian
: Post Operasi CABG atas indikasi CAD UAP
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Pasien Tampak sakit berat.
Alasan : Klien post operasi masih dalam pengaruh obat, terpasang ventilator
dengan RR=12, TV=500, FiO2=40%, Mode PEEP=5, PS=5, terpasang monitor
EKG= sinus rithem.
Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran
Skala Koma Glasgow
a. Respon Motorik
: Nilai 6 (mengikuti perintah)
b. Respon Bicara
: T (Tidak Terkaji)
c. Respon Membuka Mata : Nilai 4 (membuka secara spontan)
Kesimpulan
2. Tekanan Darah
: 130/70 mmHg
MAP ( Mean Artery Preasure) : 56 mmHg
Kesimpulan : tekanan darah dan MAP dalam batas normal. Tidak ada tandatanda gangguan sirkuler dan tidak ada tanda-tanda gangguan
perfusi jaringan.Tekanan darah normal untuk orang dewasa
yaitu 100-140/60-90 mmHg. MAP normal 70-110 mmHg.
3. Suhu
: 350C, di
Oral
Axilla
4. Pernapasan : 33 x/menit
Irama
:
Teratur
Kusmaul
Cheynes-stokes
Jenis
:
Dada
Perut
5. Nadi
: 120x/menit, saat suhu meningkat nadi juga meningkat.
Irama
:
Teratur
Tachicardi
Bradicardi
Kuat
Lemah
B. PENGUKURAN
1. Tinggi Badan
: 171 cm
2. Berat Badan
: 68 Kg.
3. IMT (Indeks Massa tubuh) : 23
Kesimpulan : perbandingan berat badan dan tinggi badan dalam meter
kuadrat dalam kategori overweight, dimana IMT untuk BBI adalah 20,5-22.
Page 24
C. GENOGRAM
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-Laki Sudah Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturuna
: Tinggal Satu Rumah
Page 25
19 Juli 2013, masuk ke poli jantung RSHS, setelah itu dirawat di Ruang
CICU pada tanggal 21 Juli 2013 untuk mempersiapkan operasi CABG.
Operasi dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2013 pukul 08.00 WIB dan
selesai operasi pada jam 14.33 WIB. Klien dijemput dari ruang operasi
pukul 14.35 WIB ke ruang CICU utntuk dilakukan perawatan. Klien sudah
terintubasi, terpasang NGT, Terpasang CVp, Terpasang Arteri Line,
Infuse ditangan kanan, drain substernal dan pleura, serta klien terpasang
c.
berdasarkan
status
keluarga
yang
pernah
menderita
penyakit
kardiovaskuler
b. Kebersihan kulit
line
pada arteri brachialis di tangan sebelah
kiri. CVP di vena subclavikula sinistra.
Terpasang drain pleura dan drain
substernum di dada sebelah kiri.
c. Higiene rongga mulut
: Terpasang ETT, bibir Nampak kering.
d. Kebersihan genitalia dan anus : alat genitalia terpasang kateter, anus
dan
genitalia bersih.
5. Pemriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Tanggal
20/7/2013
Jenis Pemeriksaan
Kimia Klinik:
GDS
Na
Kalium
Calsium
Magnesium
Hematologi :
Bt
PT
INR
APTT
Fibrinogen
Darah Rutin :
HB
Hasil
Pemeriksaan
100
136
4.7
5.28
2.17
200
14.3
1.14
19.6
457.4
14.3
Interpretasi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Menurun
Meningkat
Page 26
Nilai Normal
Satuan
<140
135-145
3.6-5.5
4.7-5.2
1.70-2.55
mg/dl
mEq/L
mEq/L
mg/dl
mg/dl
1-3
11.1-15.1
0.81-1.2
22.4-42.4
200-400
Menit
Detik
Detik
Detik
Mg/dl
13.5-17.5
Gr/dl
Hematokrit
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
Indeks Eritrosit:
MCV
MCH
MCHC
Kimia Klinik :
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Ureum
Kratinin
Kolesterol Total
HDL
LDL
Trigliserida
42
6300
5.08
206.000
82.5
28.1
34.1
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
16
24
28
1.20
115
31
66
123
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Menurun
Meningkat
Normal
40-52
4400-11300
4.5-6.5
150.000-400.000
%
/mm3
Juta/Ul
/mm3
80-100
26-36
32-36
Fl
Pg
%
S/d 37
s/d 40
15-50
0.7-1.2
<200
>45
<35
<160
U/L
U/L
Mg/dl
Mg.dl
Mg.dl
Mg.dl
Mg.dl
Mg.dl
b. Radiologi
Foto thoraks : 20 Juli 2013
Hasil :Jantung dan paru dalam batas normal, CTR 48%.
EKG : tgl 20 Juli 2013
Hasil :HR: 62 x/menit; ST depresi di Lead I, AvL; T inverted di V1-V5,
RBBB (+).
USG Jantung : tgl 20 Juli 2013
Hasil : EF 45%; Hipokinetik anteroseptal dan apical; Tapse 2,9; MR
Trivial.
6. Terapi
Jenis Terapi
dan
kandungan
Mitronidazole
IV
Ranitidin
IV
Ceftazidime
IV
Ranitidin
2x500 mg
3x2 gr
Pantoprazole
IV
1x40 mg
Cifroploxicam
IV
1x400 mg
Gelofusin
IV Line
CVP
15 tts/menit
Morfina
(Morfin)
IV
(siring
Pump)
CVC
IV Line
CVP
2.5 ml/jam
(10
mg
morfin+30 cc
NaCl)
1 ml/jam
Rute
Terapi
Dosis dan
waktu
pemberian
1x500 mg
Page 27
Indikasi
Terapi
Antiangina
Kontra
Indikasi
NTG
(Nitrogliserin)
(siring
Pump)
IV Line
CVP
(siring
Pump)
Dobutamin
()
Oral
Insulin
IV
(siring
Pump)
Furosemid
NaCl
(Na = 154, Cl
= 154)
RL + meropan
(mengandung
400 kcal/L)
Futrolit
(mengandung
Na 130 mEq, K
4 mEq, Cl 109
mEq, Ca mEq,
Asetat 28 mEq)
RL
(mengandung
400 kcal/L)
Futrolit
(mengandung
Na 130 mEq, K
4 mEq, Cl 109
1
x
pemberian
pada
hari
minggu
(16/12/2012)
IV
(siring
Pump)
Antipiretik
Disfungsi ginjal
atau hati.
Analgetik dan
antipiretik
hipersensitif
terhadap
parasetamol,
dan penderita
dengan
gangguan
fungsi
hati
yang berat.
Diuretik
Hipersensitif
terhadap
furosemid,
atau
komponen lain
dalam sediaan
atau
sulfonil
urea,
anuria,
pasien koma
hepatik
atau
keadaan
penurunan
elektrolit parah
sampai
keadaannya
membaik.
IV
line
CVP
IV Line
Vena
Jugularis
IV
line
Perifer
25 tts/menit
(1500/24 jam)
25 tts/menit
(1500/24 jam)
Page 28
Memenuhi
kebutuhan
cairan,
karbohidrat
dan elektrolit
mEq, Ca mEq,
Asetat 28 mEq)
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
1. Keadaan sebelum sakit
: Keluarga klien mengatakan biasanya klien
makan
3 kali sehari dengan porsi yang cukup
(sedang),
dengan menu makanan lauk dan pauk seperti
tempe/ikan/daging dan sayur, sering minum
susu
dan juga sering mengkonsumsi buah. Nafsu
makan baik, memiliki kebiasaan minum air putih
yang baik (>6 gelas sehari).
: Klien makan melalui NGT, dengan diet
makanan
cair.
3. Observasi
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan rambut
b. Hidrasi kulit
:
: warna hitam dan sedikit beruban, penyebaran
merata, tidak mudah rontok (tidak menunnjukkan
tanda-tanda malnutrisi kurang).
: kulit sedikit kering. Kulit wajah terlihat merah.
Saat
c.
Palpebra/conjungtiva
anemia.
d. Sclera
e. Hidung
: tidak ikterik
: simetris, tidak ada pendarahan, terpasang
NGT.
f. Rongga mulut
g. Gigi
palsu
h. Lidah
i. Pharing
j. Kelenjar getah bening
k.
l.
: tidak ada.
: Tidak terkaji. Pasien menggunakan ETT.
: Tidak Terkaji. Pasien Menggunakan ETT.
: tidak ada pembengkakan/pembesaran pada
kelenjar getah bening.
: tidak ada pembesaran
Kelenjar parotis
Abdomen
:
1) Inspeksi
: Bentuk
: Soeple
Bayangan Vena : tidak ada
2) Auskultasi : Peristaltik Usus 6 x/menit
3) Palapasi
: Nyeri
: tidak ada
Benjolan
: tidak ada
4) Perkusi
: Ascites :
Positif
Negatif
m. Kulit :
1) Edema
: Negatif
2) Turgor Kulit
: Kurang Elastis
3) Icterik
: Negatif
4) Tanda-tanda radang : tidak ada
4. Pemeriksaan Diagnostik
:
Page 29
a. Laboratorium
b. USG
c. Lain-lain
5. Therapi
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit
hari,
Keadaan sejak sakit
menggunakan
kateter urine.
: Jumlah urine yang keluar dan BAB untuk
menghitung jumlah kehilangan cairan dan
mencegah terjadinya dehidrasi. Pantau terus
tanda-tanda dehidrasi. Kaji IWl dan SWL untuk
Observasi
:
:
:2
:2
:2
Page 30
0 : Mandiri
1 : Dibantu
sebagian
2 : Dibantu
Bunyi jantung II P
Bunyi jantung I T
Bunyi jantung I M
dan
dan
dapat pula terdengar di ICS 5
midklavikula kiri (Lup)
Bunyi jantung II irama gallop : tidak ada
Murmur
: tidak ada
Heart rate
: 120 x/menit
d. Lengan dan tungkai
1) Atrofi otot
: Negatif
2) Rentang Gerak
: terbatas/sempit
Kaku sendi
: Negatif
3) Uji Kekuatan Otot
: Tidak Terkaji
1
2faring
3 (++),
4 bisep
5
4) Refleks fisiologi
: reflex kornea (++/++),
(++/++), trisep (++/++), abdominal (++/++),
+
: Hiporefleks
Patella (++/++) dan tendon achiles (++/++).
++
: Normal
+++ : diatas normal
++++ : Hiperrefleks
Page 31
5) Reflex patologi
:
Babinski, Kiri
:
Positif
Negatif
Kanan
:
Positif
Negatif
6) Clubing jari-jari
: tidak ada
7) Varises tungkai
: tidak ada
e. Columna vertebralis
:
1) Inspeksi
: Kelainan Bentuk
: Tidak Terkaji
2) Palpasi
: Nyeri Tekan
: Tidak Terkaji
Tidak Terkaji
Kaku kuduk
: Tidak Terkaji
3. Pemeriksaan Diagnostik
:
Laboratorium
: Tidak ada
Lain-lain
: Radiologi :Foto thoraks :Hasil : -Belum Keluar.
4. Terapi Medis
: Tidak ada
E. POLA TIDUR DAN ISTRAHAT
1. Keadaan Sebelum Sakit : klien biasa tidur 8 jam/hari. Klien biasa tidur
pada pukul 23.00 atau pada pukul 24.00 WIB. Bangun pada pukul 05.00
WIB. Pola tidur normal bisanya seseorang akan berada pada fase REM
(Rapid Eye Movement) setiap 75/90 menit dan siklus tersebut berulang 4-5
kali pada pola tidur (7-8 jam).
Keadaan sejak sakit : menurut keluarga klien, sebelum masuk rumah sakit,
saat sakit dirumah, klien sampai tidak bias tidur karena nyeri pada dadanya.
Observasi
: Klien Nampak tertidur karena masih
dalam pengaruh obat..
Ekspresi wajah mengantuk
Banyak menguap
Palpebral inferior berwarna gelap
2. Therapi
:-
:
:
:
Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Page 32
2) Membran timpani
3) Test pendengaran
c. N.I
d. N.II
e. N.V sensoris
f. N.VII sensoris
g. N.VIII pendengaran
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
b. Lain-lain
4. Therapi : Tidak ada
dalam
pengaruh obat.
I.
Page 33
a. Laboratorium
b. Lain-lain
4. Therapi
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
obat..
:
: 130/70 mmHg (Normal)
: 120 x/menit (Normal)
: keringat dingin : tidak
:Tidak ada
ANALISA DATA
Nama pasien
No. Reg
: Tn. H
: 13025040
Ruang/ Unit
: CICU
Dx medis
CAD
NO
1
DATA
Data Subjektif :Data Objektif :
a. Klien nampak menggunakan ventilator
dengan RR=12, TV=500, FiO2=40%,
Mode PEEP=5, PS=5, terpasang
monitor EKG= sinus ritehm.
b. Observasi temperature : 38,10C-: 400C
c. Akral teraba dingin.
ETIOLOGI
Post Operasi CABG
PROBLEM
Pola Nafas tidak
efektif
Penurunan
kontraktilitas
miokardium
sekunder akibat pembedahan dinding
ventrikel, MI, respon pengobatan.
Penurunan preload (hipovolemia)
Suplai oksigen ke jaringan berkurang
Kompensasi paru : nafas menjadi cepat
Page 34
Resiko
penurunan kardio
output
Penurunan
(dysritmia)
dalan
konduksi
elektrikal
Nyri akut
4.
Nyeri
Post Operasi CABG
Hipertermi
(menekan
operasi,
Gangguan
Mobilitas Fisik
napas
cepat,
diet
Page 35
Resiko infeksi
tangan kiri.
d. Terdapat CVP di Sublavicula kiri.
e. Klien terpasang kateter dan NGT.
f. Terdapat luka operasi pada dinding
sternum.
g. Suhu meningkat 380C-400C, leukosit
masih dalam batas normal.
h. Klien Nampak bedrest total.
Data subjektif :Data objektif :
a. Terdapat luka operasi pada dinding
sternum dan terdapat drain 2 selang
yang berasal dari pleura dan
substernal.
b. Klien Nampak bedrest total dengan
kesadaran DPO.
Data Subjektif :Data objektif :
a. Kulit kepala klien terlihat kotor
b. Terdapat darah rembesan pada baju
pasien dan tempat tidur klien Nampak
kotor.
c. Badan sedikit berbau.
resiko infeksi
Proses Penyakit
Kerusakan
integritas kulit
Defisit perawatan
diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama pasien
No. Reg
: Tn. H
: 13025040
Ruang/ Unit
: CICU
Dx medis
CAD
No
Diagnos
a
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Diagnosa Keperawatan
Pola
Nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
hiperventilasi,
Page 36
: Tn. H
: 13025040
Ruang/ Unit
: CICU
Dx medis
CAD
No.
Dx
1
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Page 37
Intervensi
NIC:
1.
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2.
Ajarkan klien cara batuk
efektif paska operasi jika
klien telah diekstubasi.
3.
Keluarkan
sekret
dengan batuk atau suction
4.
Auskultasi suara nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
5.
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
6.
Monitor respirasi dan
status O2
a.
Bersihkan
daerah mulut, hidung dan
ETT
b.
Pertahankan
jalan nafas yang paten
c.
Observasi
adanya
tanda
tanda
hipoventilasi
d.
Monitor adanya
kecemasan
pasien
terhadap oksigenasi.
e.
Monitor
vital
sign
f.
Informasikan
pada pasien dan keluarga
tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola
nafas.
g.
Ajarkan
Page 38
m.
Pain Level,
1.
Lakukan
pengkajian
nyeri secara komprehensif
pain control,
termasuk lokasi, karakteristik,
comfort level
durasi, frekuensi, kualitas dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
faktor presipitasi
selama 3x24 jamPasien tidak mengalami
2.
Observasi
reaksi
nyeri atau nyeri berkurang, dengan kriteria
nonverbal
dari
hasil:
ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
3.
Kontrol lingkungan yang
nyeri, mampu menggunakan tehnik
dapat
mempengaruhi nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
seperti
suhu
ruangan,
mencari bantuan)
pencahayaan dan kebisingan
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
4.
Kaji tipe dan sumber
dengan menggunakan manajemen nyeri
nyeri
untuk
menentukan
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
intervensi
frekuensi dan tanda nyeri)
5.
Berikan analgetik untuk
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
mengurangi nyeri
berkurang
6.
Tingkatkan istirahat
Tanda vital dalam rentang normal
7.
Berikan
informasi
Tidak mengalami gangguan tidur
tentang
nyeri
seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang
dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari
prosedur
8.
Monitor
vital
sign
sebelum
dan
sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
Page 39
Hipertermia
Berhubungan
dengan
penyakit,
peningkatan
metabolisme
NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam pasien menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas normal dengan
kreiteria hasil:
Suhu 36 370C
Nadi (60-100 x/i) dan RR (16-24 x/i)
dalam rentang normal.
Tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada pusing, merasa nyaman.
Page 40
NIC :
1. Monitor
suhu
sesering
mungkin
2. Monitor warna dan suhu
kulit
3. Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
4. Monitor penurunan tingkat
kesadaran
5. Monitor Hb, dan Hematokrit
6. Monitor intake dan output
cairan
7.
Selimuti
pasien,
tingkatkan sirkulasi udara
8.
Kompres
pasien
dengan air dingin pada
daerah dahi (area frontalis)
9.
Tingkatkan
intake
cairan dan nutrisi
10.
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
11.
Monitor
hidrasi
seperti
turgor
kulit,
kelembaban
membran
mukosa
12.Kolaborasi
pemberian
antipiretik
dan
cairan
intravena
NOC :
NIC :
Joint
Movement
: Exercise
ther
ambulation
Active
1.
Observas
Mobility Level
pembatasan
Self care : ADLs
dalam
m
Transfer performance
mobilitas
Setelah dilakukan tindakan
Kaji adan
keperawatan selama 3 x24 2.
yang
men
jam gangguan mobilitas
kelelahan
fisik teratasi dengan kriteria
3.
Monitor n
hasil:
sumber ene
Klien meningkat dalam
adekuat
aktivitas fisik
4.
Monitor
Mengerti tujuan dari
kardivaskuler
peningkatan mobilitas
terhadap
Memverbalisasikan
(takikardi,
perasaan
dalam
sesak
meningkatkan
diaporesis,
kekuatan
dan
perubahan
kemampuan
hemodinamik
berpindah.
5.
Monitor p
dan
6.
7.
8.
9.
Risiko
infeksi NOC :
Berhubungan Dengan : Immune Status
Prosedur
Infasif Knowledge : Infection control
(Pemasangan
kateter Risk control
intravena).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jampasien tidak mengalami infeksi dengan
kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria
dalam batas normal
Page 41
tidur/istirahat
Bantu kli
mengidentifik
aktivitas yan
dilakukan
Bantu
memilih
konsisten ya
dengan ke
fisik
Bantu
mengidentifik
mendapatkan
yang diperluk
aktivitas
diinginkan
Bantu
pasien/keluar
mengidentifik
kekurangan
beraktivitas.
NIC :
1.
Pertahanka
aseptif
2.
Batasi pe
bila perlu
3.
Cuci tanga
sebelum dan
tindakan kepe
4.
Gunakan
sarung tangan
alat pelindung
5.
Ganti letak
dan dressing
dengan petunj
6.
Tingkatkan
nutrisi
7.
Monitor ta
gejala infeksi
dan lokal
8.
Inspeksi
membran
terhadap
ke
panas, drainas
9.
Dorong
cairan
10.
Dorong isti
11.
Ajarkan pa
keluarga tan
gejala infeksi
12.
Kaji suhu
Page 42
pada
neutropenia
jam
NIC : Pressure Man
1.
Hindari
pada tempat tid
2.
Jaga
k
kulit agar teta
dan kering
3.
Mobilisasi
(ubah posisi
setiap dua jam
4.
Monitor k
adanya kemera
5.
Oleskan lo
minyak/baby
derah yang tert
6.
Monitor akt
mobilisasi pasie
7.
Monitor
nutrisi pasien
8.
Memandika
dengan sabun
hangat
9.
Gunakan p
risiko untuk m
faktor
risiko
(Braden Scal
Norton).
10.
Inspeksi
terutama pada
tulang yang
dan titik-titik
ketika meruba
pasien.
11.
Jaga
k
alat tenun
12.
Kolaborasi
ahli
gizi
pemberian ting
mineral dan vita
13.
Monitor
albumin dan tra
NIC :
Self Care assistan
1.
Monitor ke
klien untuk p
diri yang mand
2. Monitor kebutu
untuk alat-al
untuk kebers
berpakaian,
toileting dan
Bantu peraw
klien jika kl
3.
4.
5.
6.
mampu.
Sediakan
sampai klien
secara
utuh
melakukan se
Dorong klie
melakukan
sehari-hari yan
sesuai
ke
yang dimiliki.
Dorong
melakukan
mandiri,
ta
bantuan keti
tidak
melakukannya
Ajarkan klien/
untuk
m
kemandirian,
memberikan
hanya jika pa
mampu
melakukannya
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien
No. Reg
: Tn. H
: 13025040
Ruang/ Unit
: CICU
Dx medis
CAD
Tanggal
Waktu
(selasa)
30 Juli 2013
Sesuai
Jam
Dinas
No
Dx.
1
Implementasi Keperawatan
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
2. Ajarkan klien cara batuk
efektif paska operasi jika
klien telah diekstubasi.
3. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
4. Auskultasi suara nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
5. Atur intake untuk cairan
Page 43
Respon Klien
1. Klien tampak rileks
saat proses respirasi
dan ekspirasi.
2. Ekstubasi dilakukan
pada hari ke dua post
operasi yaitu pada
tangal 22 Juli 2013.
Setelah
ekstubasi
klien
dapat
melakukan
batuk
TTD/
Paraf
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2
Bersihkan daerah mulut,
hidung dan ETT
Pertahankan jalan nafas
yang paten
Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi.
Monitor vital sign
Informasikan pada pasien
dan keluarga tentang tehnik
relaksasi
untuk
memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk
efektif
Monitor pola nafas
Kolaborasi pemberian terapi
oksigen jika pernafasan
sudah mulai stabil dengan
vintilator. Memonitor hidrasi
seperti
turgor
kulit,
kelembaban
membran
mukosa.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Page 44
efektif
untuk
mengeluarkan dahak
dengan
menggunakan nafas
dari perut.
Secret
dikeluarkan
dengan suction, klien
tampak rileks.
Suara
nafas
vesikuler, terdengar
bunyi ronchy saat
auskultasi.
Diberikan
cairan
sesuai
indikasi.
Diberikan
Lasix/furosemide
untuk diuretic.
RR berkisar antara
28-33. Pada hari
keperawatan
keempat dan kelima,
rr
mulai
normal.
Saturasi
O2=98100%
ETT
bersih
saat
sedang
terpasang,
mulut dan hidung
bersih
setelah
ekstubasi.
Jalan napas bebas
Tidak ada tandatanda hipoventilasi.
Tidak
tampak
kecemasan klien.
Pada tanggal 22-23,
TD berkisar antara
120-150
mmHg,
N=100-128 x/menit,
RR=28-35
x/menit,
T=37,5-39oC.
CVP=7-17.
Pada
tanggal 24 dan 25
TTV mulai normal.
Suhu mulai turun
sampai 36.90C, Nadi
mulai normal 6089x/menit, respirasi
mulai normal 20-24
x/menit, TD mulai
normal 110-130/6090 mmHg. CVP 7-14
cmH2O.
Sesuai
Jam
Dinas
1.
Evaluasi
adanya nyeri dada
2.
Catat
adanya disritmia jantung
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Catat
adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output
Monitor
status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
Monitor
balance cairan
Monitor
respon
pasien
terhadap
efek
pengobatan
antiaritmia/antiangina
(Morfin).
Atur
periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan.
Monitor
toleransi aktivitas pasien
Monitor
adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
ortopneu
Anjurkan
untuk menurunkan stress
Monitor
TD, nadi, suhu, dan RR
Auskultasi
TD
pada
kedua
lengan
dan
bandingkan.
Monitor
TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas.
Monitor
jumlah, bunyi dan irama jantung
Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
Monitor
Page 45
1.
Nyeri dada masih terasa
pada hari pertama
sampai hari ke tiga
post operasi. Pada
hari ke 4 dan ke 5
nyeri dada sudah
terkontrol
atau
berkurang.
2.
Distritmia jantung tidak
terjadi.
3.
Tidak terjadi penurunan
cardioc output.
4.
Pernafasan
berangsur
normal.
5.
Cairan balance.
6.
Klien Nampak ingin tidur
setelah
diberikan
obat anti angina.
7.
Klien mulai latihan kaki
dan tangan setiap
pagi dan sore hari.
8.
Pasien masih mentolerir
aktifitas yang berat
9.
Tidak terjadi dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu.
10.
Klien
tidak
Nampak
stress
selama
20.
21.
22.
23.
(selasa)
30 Juli 2013
Sesuai
Jam
Dinas
Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor
sianosis perifer
Monitor
adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
Sediakan
informasi untuk mengurangi stress
Kelola
pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
Kelola
pemberian vit. K, untuk mengurangi
perdarahan.
Minimalka
n stress lingkungan.
1.
Page 46
dirawat.
11.
TTV berangsur normal.
12.
TD pada lengan dan
arteri line tidak jauh
berbeda.
13.
Nadi meningkat setelah
aktifitas.
14.
Irama jantung regular,
dengan sinus rhitem.
15.
Sampai pada hari kelima
frekuensi dan irama
pernapasan
dalam
batas normal.
16.
Tidak
ada
pola
pernapasan
abnormal.
17.
Suhu berkisar 370C, kulit
lembab, warna sawo
matang.
18.
Tidak terjadi sianosis
perifer.
19.
Tidak terjadi cushing
triad.
20.
Klien
mengerti
dan
paham untuk tidak
memikirkan masalah
pekerjaannya.
21.
Obat diberikan.
22.
Vit.K
diberikan,
perdarahan
mulai
berkurang. Hari ke 4
postoperasi
drain
dibuka.
23.
Lingkungan tetap tenang.
1.
n
yeri
sudah
dapat
terkontrol,
namun
nyeri luka operasi
masih terasa saat
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ketidaknyamanan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri (pada hari pertama
diberikan gelofusin, dan morfin sampai
hari keempat).
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
aktifitas.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
(selasa)
30 Juli 2013
Sesuai
Jam
Dinas
1. Monitor
suhu
sesering mungkin
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor
tekanan
darah, nadi dan RR
4. Monitor penurunan
tingkat kesadaran
5. Monitor Hb, dan
Hematokrit
6. Monitor intake dan
output cairan
7. Selimuti
pasien,
tingkatkan sirkulasi
udara
8. Kompres
pasien
dengan air dingin
pada daerah dahi
(area frontalis)
9. Tingkatkan
intake
cairan dan nutrisi
10. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
11. Monitor
hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban
membran mukosa
12. Kolaborasi
pemberian
antipiretik
Page 47
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
K
lien
mengatakan
susah bergerak dan
nyeri luka operasi
saat belajar untuk
duduk.
L
ingkungan terkontrol
dan tenang.
N
yeri
akibat
luka
operasi.
N
yeri sedikit berkurang.
K
lien dapat istrahat
K
lien mengerti
V
ital sign, tidak banyak
berubah.
S
uhu menurun pada
hari
keempat
postoprasi.
W
arna
kulit
sawo
matang, suhu kulit
mulai menurun dan
normal.
T
TV
dalam
batas
normal
T
ingkat
kesadaran
kompos mentis
H
B
mulai
normal
setelah
diberikan
transfuse labu hari
pertama sebanyak 1
labu dan hari ketiga
sebanyak 4 labu gol
darah A.
I
ntake dan output
balance.
P
asien
dapat
terselimuti.
(Paracetamol 500
mg
DRIP)
dan
cairan intravena (RL
dan NaCl)
8.
9.
10.
11.
12.
(selasa)
30 Juli 2013
Sesuai
Jam
Dinas
Page 48
S
uhu masih panas
setelah dikompres.
K
lien makan sedikit,
dari
porsi
yang
disediakan.
T
TV
beransur-ansur
mulai normal.
K
lien
berkeringat,
mukosa kering, turgor
sedikit menurun.
S
uhu mulai normal
setelah
diberikan
PCT.
1.
Klien aktifitas dibatasi
2.
Kelelahan
disebabkan
oleh suplai oksigen
yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
3.
Nutrisi
kurang,
klien
sudah dapat makan
per oral sejak hari ke
tiga post operasi.
4.
Nadi
meningkat
saat
aktifitas
5.
Pola tidur dipengaruhi
oleh obat, kebutuhan
tidur terpenuhi.
6.
Klien
dapat
menggerakkan
tangan dan kaki serta
dapat duduk dengan
bantuan.
7.
Klien dapat minum sendiri
dan makan sendiri
dengan
bantuan
minimal. Klien belum
dapat berpindah.
8.
Klien mudah lelah saat
aktifitas.
(selasa)
30 Juli 2013
(selasa)
30 Juli 2013
Sesuai
Jam
Dinas
Sesuai
jam
dinas.
Page 49
1.
tidak
ada
infeksi
Infeksi
terjadi, tidak
tanda-tanda
2.
Perawat
menggunakan
tekhnik bersih dan
steril sesuai dengan
SOAP tindakan yang
akan dilakukan.
1
2
Kulit lembab,
Tidak ada tandatanda infeksi pada
luka operasi.
Luka operasi mulai
kering, luka drain
mulai kering.
Tidak
terjadi
decubitus.
transferin.
(selasa)
30 Juli 2013
Sesuai
Jam
Dinas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Monitor
kemempuan klien untuk perawatan
diri yang mandiri.
Monitor
kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan. Bantu
perawatan diri klien jika klien tidak
mampu.
Sediakan bantuan
sampai klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.
Dorong
klien
untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Dorong
untuk
melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan
klien/
keluarga
untuk
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan
bantuan hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukannya.
1
2
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien
No. Reg
: Tn. H
: 13025040
Ruang/ Unit
: CICU
Dx medis
CAD
Tanggal/waktu
Rabu
31 Juli 2013
No.D
x
Dx.1
Rabu
31 Juli 2013
Dx.2
Rabu
31 Juli 2013
Dx.3
Evaluasi Keperawatan
S :klien mengatakan sudah merasa tidak sesak lagi.
O :klien telah diekstubasi, menggunakan O2 nasal kanul=4
liter/menit, tidak ada pernafasan cuping hidung atau otot bantu
pernafasan laninnya.
A :masalah teratasi sebagian.
P : rencana tindakan dilanjutkan pada point 1-6
S : klien mengatakan merasa sedikit lemas.
O : klien masih Nampak lemah, nadi=89x/menit, TD=120/70 mmHg,
RR=22, T=36,50C, CRT normal, <2 detik.
A : masalah teratasi sebagian.
P : rencana tindakan dilanjutkan pada point 1-6
S : klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri dada lagi. Nyeri
yang dirasakan pada luka operasi dapat terkontrol.
O: klien Nampak nyaman dan dapat tersenyum. Skala nyeri =4, nyeri
Page 50
Paraf/TT
D
Rabu
31 Juli 2013
Dx.4
Rabu
31 Juli 2013
Dx.5
Rabu
31 Juli 2013
Dx.6
Rabu
31 Juli 2013
Dx. 7
Rabu
31 Juli 2013
Dx. 8
BAB IV
PEMBAHASAN
Page 51
CAD adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan atau
sumbatan pada liang arteri koroner oleh karena proses atherosklerosis. Pada proses
artherosklerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah terjadi sejak
usia muda sampai usia lanjut. Proses ini umumnya normal pada setiap orang. Terjadinya
infark dapat disebabkan beberapa faktor resiko, hal ini tergantung dari individu
(soeparman, 2002).Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) merupakan salah satu
penanganan intervensi dari PJK. CABG adalah jenis tindakan operasi jantung yaitu
dengan membuat saluran baru melewati bagian arteri coronaria yang mengalami
penyempitan
Proses pengkajian dilakukan pada hari senin, tanggal 29 Juli 2012 di Ruangan
CICU Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pukul 09.00 WIB. Tidak ada rintangan yang
berarti saat melakukan pengkajian karena klien sangat kooperatif dalam menjawab
pertanyaan dan mau mengikuti instruksi dalam kegiatan pengkajian.Dari pengkajian yang
dilakukan didapatkan 8 masalah keperawatan dan dapat dilakukan intervensi pada hari
itu juga.
Diagnosamedik yang ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang dirasakan
oleh Tn.A Tanda dan gejala yang khas pada klien post op CABG seperti Nyeriyang
bersifat continue. Diagnosa diperkuat pula dengan hasil pemeriksaan Laboratorium
lengkap,EKG,ECHO, foto thorax. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan melihat dari
masalah yang didapatkan dari Tn.A saat dilakukan pengkajian pada hari senin, tanggal
29Juli 2013 pukul 09.00 WIB serta berdasarkan hasil perawatan yang tertulis pada status
Tn.A. pada saat pengkajian didapatkan 8 masalah keperawatan sehingga ditegakkan 8
diagnosa keperawatan. Dari 8 diagnosa keperawatan yang diangkatyaitu:
a. Pola
Nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
hiperventilasi,
penurunan
energi/kelelahan, nyeri
b. Resiko penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre
load dan afterload, kontraktilitas jantung.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
d. Hipertermi b/d peningkatan metabolisme.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman, nyeri dan penurunan
stamina.
f. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur Infasif .
g. Kerusakan integritas kulit b/d faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat
menimbulkan luka, tekanan, restraint)
h. Defisit perawatan diri : mandi dan berpakaian berhubungan dengan kelemahan,
nyeri.
Terdapat 3 diagnosa yang sesuai dengan teory yaitu diagnosa :
- Resiko penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
- Hipertermi b/d peningkatan metabolisme.
Dan terdapat 5 diagnosa yang diangkat tidak ada dalam tinjauan teory yaitu
Gangguan mobilitas fisik, pola nafas tidak efektif, resiko infeksi, deficit perawatan diri,
Page 52
kerusakan integritas kulit. Terdapat 2 diagnosa dalam teory yang tidak diangkat dalam
kasus yaitu Risiko gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit dan kurang
pengetahuan.. Dignosa tersebut tidak diangkat karena berdasarkan pengkajian, bahwa
input dan output cairan pasien seimbang (Balance), shingga diagnose tersebut tidak
perlu diangkat, begitu pula dengan diagnosa kurang pengetahuan tidak perlu diangkat
karena masalah pengetahuan,klien sangat baik, bisa mengikuti semua instruksi yang
diberikan Oleh karena itu, penulis tidak mengangkat diagnose kekurangan volume cairan,
dan kurang pengetahuan. Masalah keperawatan yang diprioritaskan adalah pola nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
hiperventilasi,
penurunan
energi/kelelahan,
nyeri.Sesuai dengan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29 Juli 2013 pada Tn.
A, didapatkan bahwa Klien nampak menggunakan ventilator dengan RR=12, TV=500,
FiO2=40%, Mode PEEP=5, PS=5, terpasang monitor EKG= sinus ritme.Observasi
temperature : 38,10C-: 400C dan Akral teraba dingin.Dengan adanya berbagai data yang
didapat, mahasiswa dapat menarik kesimpulan bahwa pola nafas yang dialami klien
sangat berpengaaruh untuk menyebabkan masalah pada klien, karena seperti yang kita
ketahui, dengan pola nafas yang baik maka oksigen dalam tubuh juga pasti akan
seimbang. Oleh karena itu, pada intervensi diagnosa ini, sangat ditekankan pada upaya
untuk dapat mencegah adanya pola nafas yang tidak efektif.
Rasional dari tindakan yang diambil adalah sehubungan dengan gejala klinis pada
klien CAD dan CABG yaitu sesak nafas, maka pola nafas
karena pada saat terjadi pola nafas tidak efektif, maka dapat mempengaruhi suplai
oksigen ke miokardium/otot jantung sehingga membutuhkan pantauan dari perawat
karena dapat menimbulkan komplikasi lain seperti nyeri.Kekuatan dari rencana tindakan
yang dilakukan yaitu dapat membuat pola nafas kembali ke normal.Hasil evaluasi dari
tindakan yang telah diberikan adalah, klien menunjukkan pola nafas yang sudah mulai
membaik dengan RR = 22 x/mnt, dilakukan ekstubasi, dan akral hangat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. CAD adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan atau
sumbatan pada liang arteri koroner oleh karena proses atherosklerosis. Pada
proses artherosklerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang
sudah terjadi sejak usia muda sampai usia lanjut
Page 53
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Smeltzer, SC & Bare, BG. 2006.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Edisi 8.Volume 2. Jakarta. EGC
Ruhyanudin, Faqih.2007.AsuhanKeperawatan pada klien dangan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta:Salemba Medika
Graf, H. Huon. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Erlangga
Page 54
Page 55