Anda di halaman 1dari 2

TUBERCULOSIS (TB) PARU

No. Dokumen

SOP

No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

PUSKESMAS
SEULIMEUM
Pengertian

1-2

dr. Syamsyuddin
NIP. 197306062003121017
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis

Tujuan
Kebijakan
Referensi

Penatalaksanaan Tuberkulosis (TB) paru sesuai standar terapi


SK Kepala Puskesmas No.001/PKM/AB/2016

Anamnesa

Keluhan Pasien datang dengan batuk berdahak 2 minggu. Batuk


disertai dahak, dapat bercampur darah atau batuk darah. Keluhan
dapat disertai sesak napas, nyeri dada atau pleuritic chest pain
(bila disertai peradangan pleura), badan lemah, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari 1 bulan

Pemeriksaan Fisik

Permenkes No.5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi


Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

Pemeriksaan
Penunjang

Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa juga


tinggi sekali), respirasi meningkat, berat badan menurun
(BMI pada umumnya <18,5).
Pada
auskultasi
terdengar
suara
napas
bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di
apex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien
Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun
Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/
BTA) dari specimen sputum/ dahak sewaktu-pagi-sewaktu
Tes tuberkulin (Mantoux test). Pemeriksaan ini merupakan
penunjang utama untuk membantu menegakkan Diagnosis
TB pada anak
Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik. Pada
TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran bercakbercak awan dengan batas yang tidak jelas atau bila dengan

batas jelas membentuk tuberkuloma. Gambaran lain yang


dapat menyertai yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin
berdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura), efusi pleura
(sudut kostrofrenikus tumpul)

Penegakan Diagnosis

Penatalaksanaan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang (sputum untuk dewasa, tes
tuberkulin pada anak).
Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak
pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB
(OAT) lini pertama sesuai ISTC
1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan
Rifampisin
3. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk
penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose
combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3
tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA, EMB)
Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB
Harian
3x seminggu
IHH
5(4-6)
max 10(8-12) max 900
300mg/hr
mg/dosis
RIZ
10 (8-12) max 600 10 (8-12) max 600
mg/hr
mg/dosis
PZA
25
(20-30)
max 25
(20-30)
max
1600 mg/hr
1600 mg/hr
EMB
15
(15-20)
max 30
(25-35)
max
1600 mg/hr
2400 mg/dosis
TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan
komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan
penyakit metabolik
TB anak
Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan
spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di fasilitas
pelayanan primer
Suspek TB MDR harus dirujuk ke layanan sekunder
Obat

Kriteria Rujukan

Unit Terkait

Laboratorium, Gizi

Anda mungkin juga menyukai