sel darah tanpa nucleus ang bebentuk bi-concave disc shaped cell.
Berwarna merah karena ada hemoglobin yang berwarna merah. RBC tidak
bisa dilihat dengan mata telanjang tetapi dapat dilihat dengan mikroskop.
Morfologi Sel Darah Merah untuk Dewasa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3.Dihapuskan gelas penghapus kearah tetesan darah sehingga menyentuhnya dan tetesan
darah tadi akan merata antara ujung gelas penghapus dan objek
4.Digeser gelas penghapus sedemikian rupa kearah yang bertentangan degan arah pertama.
Dengan demikian tetesan darah tadi akan merata di atas gelas obyek sebagai lapisan yang
tipis
5.Hapusan ini segera dikeringkan dengan menggerak-gerakkan di udara tetapi jagan ditiup
dengan hembusan nafas.
b.Pewarnaan Hapusan Darah Tepi
1.Difiksasi hapusan yang tleah kering dengan alcohol
2.Didiamkan selama 3 menit
3.Ditetesi larutan giemsa pada seluruh hapusan
4.Didiamkan 30 menit
5.Diambil hapusan dan dibiarkan kering
6.Diamati dengan mikroskop
VII.Data Hasil Praktikum
Morfologi leukosit
a. Adanya limfosit, stab, segmen dengan bentuk, ukuran dan warna yang normal
b. Adanya eritrosit dengan bentuk dan warna yang normal
VIII. Pembahasan
Ditemukan :
a.Eritrosit dengan ciri-ciri
1.Bentuk : bulat
2.Warna sitoplasma : merah jambu
3.Granularitas : tidak ada
b.Netrofil batang atau stab dengan ciri-ciri:
1.Bentuk sel : oval atau bulat
2.Warna sitoplasma : pink
3.Granularitas : sedikit
4.Bentuk inti : setengah lingkaran
c.Neutrofil segmen
1.Bentuk sel : oval atau bulat
2.Warna sitoplasma : pink
3.Granularitas : sedikit
4.Bentuk inti : berlobus
d.Limfosit
1.Bentuk sel : bulat, kadang-kadang oval
2.Warna sitoplasma : biru
3.Granularitas : tidak ada
4.Bentuk inti : bulat
Berdasarkan bentuk, warna dan jenis sel yang ditemukan adalah sel yang normal. Ini
menunjukkan pasien ini memiliki sel-sel darah normokromik normositer.
IX. Kesimpulan
Setelah melakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan yang didapat, pasien ini memiliki sel-
DIFFERENTIAL COUNT I
(HITUNG JENIS LEUKOSIT)
I.Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis lekosit, jumlah, bentuk dan kesan
II.Metode
Metode yang digunakan dengan sediaan kering
III.Prinsip
Dalam evaluasi HDT dengan cara menghitung jenis lekosit dalam 100 lekosit dan dinyatakan
dengan %
IV.Dasar Teori
Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit (differential count) adalah mengidentifikasi dan
menghitung jenis leukosit sekurang kurangnya 100 sel dan dinyatakan dalam persen (%).
Dalam penghitungan harus mengikuti tata cara pelaporan sebagai berikut:
Eosinofi
Basofil
Stab
Segmen
Limfosit
Monosit
Eosinofil pada pemeriksaan dibawah mikroskop akan tampak seperti kaca mata dengan
sitoplasma merah dan bergrandula. Basofil, granulanya memenuhi inti , sangat jarang
ditemukan hanya ditemukan pada mereka yang memiliki penyakit berat. Stab tampak seperti
cekungan atau tapal kuda. Segmen, tampak lobus-lobus yang telah memisahkan diri, minimal
tiga. Limfosit tampak bulat memiliki inti padat. Sedangkan monosit tampak transparan
seperti vakuola. (Oka,2007)
V. Alat dan Bahan
A.Alat
1.Mikroskop
2.Bahan
B.Bahan
1.Oli Imersi
2.Sampel 5
VI.Cara Kerja
a.Dihidupkan mikroskop
b.Diperiksa hapusan untuk memeriksa tebah tipisnya hapusan dengan perbesaran 100x
c.Diperiksan jenis-jenis lekosit dengan perbesaran 1000x
d.Dihitung jenis-jenis lekosit
e.Disajikan dalam table
DIFFERENTIAL COUNT II
(HITUNG JENIS LEUKOSIT)
I.Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis lekosit, jumlah, bentuk dan kesan dari jenis-jenis leukosit
II.Metode
Metode yang digunakan hapusan kering
III.Prinsip
Pemeriksaan ini dengan menghitung jenis lekosit dalam 100 lekosit dengan perbesaran 100 x
IV.Dasar Teori
Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x
kemudian dengan pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit
hapusan darah tepi yang aakn digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis
sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh
mengandung cat,eritrosit tidak boleh bergerombol (Ripani,2010).
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relative dari masing- masing jenis sel.
Untuk mendapatkan jumlah absolute dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total. Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak
limfosit lebih banyak dari neutrofil segmen sedangkan pada orang dewasa kebalikannya.
Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan hapus ke sediaan lainnya, dari satu
lapang pandang ke lapang pandang yang lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai
15%. Bila pada hitung jenis leukosit didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 1000
leukosit maka jumlah leukosit per mikro liter perlu dikoreksi. (dr. Boy,2010)
Hitung jenis leukosit(differential count) adalah nilai komponen-komponen sel penyusun sel
darah putih. Jadi sel darah putih terdiri dari beberapa jenis sel yaitu eosinofil, basofil, stab,
segmen, monosit, limfosit. Peningkatan leukosit biasanya disertai peningkatan salah satu atau
lebih satu komponen. Mengetehui jenis komponen sel darah putih yang meningkat dapat
membantu menentukan penyebab leukositosis.
Penyebab leukositosis berdasarkan hitung jenis: (Anonim, 2010)
Neutrofilia
Adalah jumlah neutrofil yang meningkat melebihi nilai normal. Neutrofilia sebagian besar
diakibatkan oleh infeksi bakteri. Selain itu neutrofilia dapat disebabkan oleh inflamatori
bowel disease., rheumatoid arthritis, vaskulitis(Kawasaki syndrom), keganasan, pemberian
kortikosteroid, splenektomi
Limfositosis
Limfositosis adalah jumlah limfosit meningkat melebihi nilai normal. Penyebab limfositosis
biasanya infeksi virus.
Monositosis
Monositosis adalah monosit meningakat melebihi nilai normal. Monositosis biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri.(tuberkolosis, endokarditis bakterial subakut, brucellosis,
infeksi virus, sifilis, infeksi protozoa, infeksi riketsia, keganasan, sarkoidosis)
Basofilia
Adalah jumlah basofil meningkat melebihi normal disebabkan oleh keganasan.
Eosinofilia
Eosinofilia adalah jumlah eosinofil meningkat melebihi normal. Disebabkan oleh alergi,
hipersensitivitas terhadap obat, infeksi parasit, infeksi virus, keganasan.
V.Alat dan Bahan
A.Alat
1.Mikroskop
B.Bahan
1.Oli imersi
2.Sampel 5
VI.Cara Kerja
1.Dihidupkan mikroskop
2.Diperiksa hapusan untuk memeriksa tebal tipisnya hapusan dengan perbesaran 100x
3.Diperiksa dengan perbesaran 100x
4.Dihitung jenis-jenis lekosit
5.Disajikan dalam tabel
VII.Data Hasil Praktikum
Jenis Sel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml
Eosinofil 1 1 2 4
Basofil 0
Stab 2 1 2 5
Segmen 1 2 1 1 1 3 2 2 13
Limfosit 6 7 6 8 7 9 8 5 8 8 72
Monosit 2 2 1 1 6
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
VIII.Pembahasan
Pada sampel 5 (hapusan yang telah disesiakan) didaptkan jumlah limfosit yang melebihi
normal yaitu 72%. Sedangkan batas normal limfosit adalah 40%. Pasen ini mengalami
limfositosis.
Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili mononukleosisinfeksiosa,
infeksi kronik seperti tuberculosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limpoliferatif seoerti
leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia perifer.
Jumlah eosinofil dan monosit dalam keadaan normal. Pasien ini juga mengalami neropenia
karena netrofil berjumlah kurang dari normal.
IX.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, pasien ini memiliki jumlah limfosit yang lebih dari normal
(limfositosis). Jumlah eosinofi, basofil dan monosit dalam keadaan normal.
B.Bahan
1.Oli imersi
2.Sampel 5
VI.Cara Kerja
a.Dihidupkan mikroskop
b.Diperiksa hapusan untuk memeriksa tebal tipisnya hapusan dengan perbesaran 100x
c.Diperiksa dengan perbesaran 100x
d.Dihitung jenis-jenis lekosit
e.Disajikan dalam tabel
VII.Data Hasil Pengamatan
Jenis Sel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml
Eosinofil 4 2 2 1 2 4 1 4 1 3 24
Basofil 0
Stab 1 1 2 1 2 7
Segmen 2 5 2 4 5 2 6 3 5 5 39
Limfosit 1 2 3 1 3 4 3 2 2 2 33
Monosit 2 3 2 7
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
VIII.Pembahasan
Pada pemeriksaan hitung jenis lekosit, didapat:
a.Eosinofil yang berjumlah 24 dalam 100 lekosit
Ciri-cirinya:
1.Benuk sel : oval
2.Warna sitoplasma : merah
3.Terdapat benang kromatin
4.Jumlah normal 1-3%
Pada praktikum ini ditemukan eosinofil sebanyak 24 buah dalam 100 lekosit. Ini menandakan
pasien ini mengalami eosinofilia. Eosinofilia sering dijumpai pada keadaan alergi. Histamine
yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang
menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofil adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan
infestasi dari parasit. Kelainan-kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia
granulositik kronik.
b.Stab yang berjumlah 7
Ciri-cirinya:
1.Bentuk sel : bulat atau oval
2.Warna sitoplasma : pink
3.Granularitas : sedikit
4.Bentuk ini :setengah lingkaran
5.Jumlah normal : 0-1%
c.Segmen yang berjumlah 39 dalam 100 lekosit
Ciri-cirinya:
1.Bentuk sel : bulat atau oval
2.Warna sitoplasma : pink
3.Granularitas : sedikit
PEMERIKSAAN ERITROSIT
I.Tujuan
Untuk mengetahui kelainan-kelaian bentuk sel darah merah (eritrosit) pada sampel (sediaan
yang telah disediakan)
II.Metode
Metode yang digunakan metode sediaan kering
III.Prinsip
Pemeriksaan eritrosit dilakukan pada pembesaran 100 x, diamati bentuk-bentuk eritrosit
IV.Dasar teori
Eritrosit atau sering disebut sel darah merah merupakan sel yang berbentuk bikonkaf dengan
jumlah: 4,5-6.100.000 per mikro liter, berat jenis 1,090 dengan pH 7,33-7,51 (rata- rata 7,4).
Komposisi eritrosit terdiri dari 60% air, 28% hemoglobin ynang terdiri dari pigmen darah,
sarana transport O2, 96% rantai globin dan 4% heme, 7% lemak serta sisa yang ada
merupakan karbohidrat, elektrolit, enzim, metabolit.
Jumlah eritrosit dalam darah ditentukan oleh:
1.Mikroskop
B.Bahan
1.Sediaan kering
2.Oli Imersi
VI.Cara Kerja
1.Disipakan mikroskop
2.Diletakkan sediaan di meja sediaan
3.Diperiksa dengan perbesaran 100x
4.Diamati kenampakan yang terlihat
5.Dicatat hasilnya
VII.Data Hasil Pengamatan
Ditemukan:
a.Hipokrom
b.Burr Cell
c.Eliptosit
d.Sperosit
e.Tear Drop Cell
f.Basopilic stippling
g.Akantosit
VIII.Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan sel darah merah ini ditemukan:
a.Hipokrom
Ciri-cirinya pucat berlebihan pada bagian tengah, eritrosit melibihi sepertiga diameternya.
Disebabkan hemolobinasi yang tidak ade kuat. Distribusi dalam darah <10% dari eritrosit
dalam darah normal. Hal in dijumpai pada pasien yang kekurangan Hb dan pada anemia
defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan
besi tubuh sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini ditandai oleh anemia hipokromik
mikrositer, besi serum menurun, TIBC meningkat, saturasi, tranferin menurun, ferin serum
menurun, pengecatan besi sumsum tulang negated dan adanya respon terhadap pengobatan
dengan preparat besi.
b.Burr Cell
Ciri-cirinya eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang teratur, sel biasanya bikonkaf.
Distribusi dalam darah normal tidak ada. Ditemukan sel ini pada darah menunjukkan efek
dari passage through fibri network.
Eritrosit dengan granula biru hitam, granula ini dari kondensasi atau presitipasi RNA ribosom
akibat dari defective hemoglobin sintesis. Adanya basofil pada sel darah menandakan pasien
tersebut mengalami talassemia. Talasemia adalah kelainan darah yag ditandai dengan sintesis
hemoglobin abnormal.
c.Eliptosit
Ciri-cirnya eritrosit berbentuk lonjong atau elips. Distribusi dalam darah < 10% dalam darah
normal. Dijumpai eliptosit pada darah menunjukkan pasien mengalami suatu penyakit.salah
satunya sindroma mielodiplasi yaitu suatu kelainan sel induk hematopoiesis dengan
karakterisktik adanya manifestasi kegagalan sumsum tulang dan kecendrungan mengalami
transformasi leukemi akut disetai manifestas patologis morfologi (diplasi) dalam darah tepid
dan sumsum tulang. Ditemukan pada pasien yang mengalami eliptositosis herediter.
d.Sperosit
Sperosit adalah eritrosit yang berbentuk lebih bulat,lebih kecil dan lebih tebal dari eritrosit
normal. Ciri-cirinya: sperosit memiliki diameter lebih kecil daripada normal. Tanpa halo di
tengah dan berwara lebih gelap. Dalam darah normal tidak ditemukan sperosit. Sperosit
timbul akibat dari development defect. Ditemukan pada pasien yang menderita sperosit
herediter.
e.Akantosit
Akantosit dengan ciri-ciri: eritrosit dengan tonjolan sitoplasma runcing dan tidak teratur
seperti duri. Adanya dari sitoplasma mengakibatkan berkurangnya daerah pucat di tengah sel.
Pada darah normal tidak ditemukan akantosit. Pada praktikum ini ditemukan akantosit yang
merupakan akibat dari defisiensi low-dencity betha lipoproptein. Pasien yang mengalami
sindroma meilodisplasi juga ditemukan akantosit. Penyebab sindroma mielodisplasi belum
diketahui dengan pasti diduga karena apasan senyawa mutagen (benzene, obat-obatan
akilating) dan radiasi.
f.Basofilic Stippling
Cirri-cirnya granula sitoplasma halus yang tersebar rata. Distribusi dalam darah <0,1% dari
eritrosit dalam darah normal. Eritrosit dengan granula biru hitam, granula ini dari kondensasi
atau presipitasi RNA Ribosom akibat defective hemoglobin sintesis. Adanya basofilik pada
sel darah menandakan pasien tersebut mengalamai talasemia. Talasemia adalah kelainan
darah yang ditandai dengan sintesis hemoglobin abnormal.
g.Tear Drop Cell
Ciri-cirina bentuk sel ini seperti tetes air mata. Pada darah normal tidak dijumpai sel ini.
Hasil pemeriksaan menemukan tear drop sel, ini menunjukkan pasien mengalami sindrom
hemolitik uremik (SHU) merupakan sekelompok gangguan heterogen dengan gejala klinis
yang beragam dan berat.
Dengan ditemukan sel-sel ditas, darah penderita mengalami hipokrom mikrositer anisositosis.
IX.Kesimpulan
Pada praktikum ini ditemukan kelainan-kelainan eritosit antara lain:
1.Hipokrom
2.Burr Cell
3.Basofilic Stippling
4.Eliptosit
5.Sperosit
6.Akantosit
7.Tear drop sel