86 PDF
86 PDF
1 Februari 2015
26
Kesehatan adalah hak dan investasi setiap orang. Semua warga negara
berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin. Dalam rangka
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan sebagai kebutuhan dasar,
khususnya bagi masyarakat miskin, Kementerian Kesehatan sejak tahun 2005
telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, dimulai dengan program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin/JPKMM atau lebih
dikenal dengan program Askeskin (2005-2007) yang kemudian berubah nama
menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sejak tahun 2008
sampai dengan sekarang. Askeskin maupun Jamkesmas kesemuanya memiliki
tujuan yang sama yaitu melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat miskin dan tidak mampu dengan menggunakan prinsip asuransi
kesehatan sosial (Depkes RI, 2011).
Salah satu masalah kesehatan tercakup dalam penjaminan pelayanan
kesehatan program Jamkesmas yang menjadi beban ekonomi bagi individu,
keluarga, dan negara adalah penyakit kanker. Program Jamkesmas tahun 2010
mengeluarkan dana sebesar lebih dari Rp 143 milyar untuk rawat inap penderita
kanker di ruang kelas III rumah sakit. Sedangkan data PT Askes tahun 2010
menunjukkan pengobatan kanker menempati urutan ke-4 dalam penyerapan biaya.
Pada tahun 2011, terjadi lonjakan bermakna dalam pembiayaan kanker program
Jamkesmas sebesar 8%. Jenis kanker yang dibiayai didominasi oleh kanker
payudara (30%) dan kanker serviks (24%) (Puskom Publik Kemenkes RI, 2012).
Kanker adalah salah satu penyakit katastropik. Penyakit katastropik
berasal dari catastrophic yang berarti bencana atau malapetaka, merupakan
penyakit yang high cost, high volume dan high risk sehingga banyak para
penentu kebijakan mengkhawatirkan terjadinya pembengkakan biaya penyakit
sehingga penyelenggaraan asuransi kesehatan tidak mencantumkan penyakit
tersebut ke dalam paket manfaatnya (Budiarto, 2012).
Pembiayaan kesehatan pasien kanker rawat inap Jamkesmas di salah satu
rumah sakit di Kota Semarang pernah mengalami masalah pembengkakan biaya
kesehatan di tahun 2008. Pembengkakan pembiayaan ini membutuhkan dana
untuk menutup kekurangan pembiayaan klaim Jamkesmas tersebut. Kurangnya
dana operasional pemeliharaan kesehatan akibat pembengkakan pembiayaan
kesehatan pasien Jamkesmas di rumah sakit menyebabkan terhambatnya kegiatan
penyediaan layanan kesehatan pasien termasuk layanan selama rawat inap kepada
pasien kanker payudara program Jamkesmas yang notabene menghabiskan biaya
yang tidak sedikit. Pembengkakan pembiayaan pelayanan kesehatan disebabkan
oleh ketidaklengkapan pencatatan diagnosa sekunder yang menjadi pendukung
bagi diagnosa utama dalam catatan rekam medis. Hal ini menyebabkan
pembayaran klaim hanya ditujukan pada diagnosa utama yang tercatat dalam data
rekam medis, sedangkan pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan yang
dilakukan untuk diagnosa sekunder tidak mendapatkan ganti pembiayaan dari
dana klaim. Hal ini menyebabkan pembiayaan kesehatan rawat inap Jamkesmas
membengkak dan memerlukan covering pembiayaan (Abdullah, 2013).
Catatan rekam medis ini digunakan sebagai dasar pengajuan klaim dan
bahan analisis biaya pelayanan kesehatan pasien Jamkesmas termasuk untuk
pelayanan rawat inap. Data yang bersumber dari rekam medis di masa kini
semakin penting dengan berkembangnya pengelolaan data rekam medis
elektronik, dimana setiap entry data secara langsung menjadi masukan (input) dari
27
28
29
jalan harian. 7) Bagian Rawat Inap dan Rawat Jalan. 8) Dokter Laboratorium. 9)
Bagian Radiologi, 10.) Bagian Humas. 11) Bagian Farmasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama yakni :
1)
Koordinator Internal Tim BPJS Kesehatan. 2) Seorang Petugas rekam medis rawat
inap pasien kanker BPJS Kesehatan. 3) Seorang Kepala perawat ruang rawat inap
Bangsal Mawar 3, dan informan triangulasi adalah seorang verifikator BPJS
Kesehatan di rumah sakit maka kegiatan Tim BPJS Kesehatan dalam mengelola
dan mengendalikan pembiayaan pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan
catatan dalam rekam medis. Kegiatan yang dilakukan oleh team BPJS Kesehatan
tersebut dalam melaksanakan pengelolaan program BPJS Kesehatan rawat inap
pasien kanker di Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta adalah dengan
melakukan verifikasi print out lampiran BPJS Kesehatan berdasar resume, tanggal
dirawat, resume ulang, dan tindakan. Verifikasi dilakukan untuk mengetahui print
out lampiran BPJS Kesehatan lengkap atau tidak lengkap sebagai syarat
pengajuan klaim. Kegiatan yang dilakukan waktu pengelolaan program BPJS
Kesehatan rawat inap pasien kanker adalah kegiatan pemberian SEP mulai dari
Poliklinik/IGD sesuai hak yang dimiliki apabila belum membawa persyaratan
2x24 jam maka harus sudah ada dan menyatakan pasien pulang berdasar rekam
medis, melakukan coding, dan grouping serta jika ada kelebihan pasien disuruh
cossering (jika pasien non PBI). Tindakan yang dilakukan ataupun disarankan
kepada pasien jika selain terdaftar sebagai pasien BPJS pasien juga memiliki kartu
keanggotaan Jamkesda/PKMS, Jasaraharja, atau asuransi swasta lainya maka
menyarankan dan memberitahu dampaknya. Dampak kalo Jamkesda/PKMS maka
belum tentu semua dijamin bahkan bisa nombok, Jasaraharja maka hanya pasien
kecelakaan dan terkait dengan kepolisian (jika pasien kecelakaan jaminan yang
dituju pertama adalah jasaraharja baru yang dituju kedua adalah BPJS Kesehatan),
dan Asuransi Swasta lain hanya beberapa persen yang ditanggung.
Pengendalian pasien kanker rawat inap terhadap keikutsertaan BPJS
Kesehatan untuk mencegah pembengkakan pembiayaan tidak ada. Tetapi sejak
tanggal 1 Januari 2014 ada pengendalian pasien kanker rawat inap BPJS
Kesehatan yang Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Non Penerima Bantuan Iuran
(Non PBI) yang menerima pemberian obat disesuaikan dengan Formularium
Nasional (Fornas) dan pemberian obat kankernya diusahakan first line.
Perbedaan yang dirasakan secara mencolok terhadap pekerjaan yang
dilakukan antara pasien rawat inap penyakit kanker sebelum dan sesudah adanya
BPJS Kesehatan yaitu petugas team BPJS Kesehatan harus lebih teliti terhadap
diagnosa pasien berdasarkan hasil PA yang ada karena tidak bisa semua pasien
kanker mendapatkan obat yang diadviskan. Pelaksanaan program BPJS Kesehatan
pada pasien rawat inap penyakit kanker dirasakan masih belum memadai
dibuktikan dengan tidak semua obat pasien kanker di acc BPJS Kesehatan dan
belum ada tim BPJS Kesehatan yang khusus menangani penyakit kanker.
Gambaran Kegiatan Pengelolaan Rekam Medis Rawat Inap Pasien Kanker
BPJS Kesehatan untuk Pengelolaan Pembiayaan Kesehatan Pasien Di
Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta
Pencatatan
Data pencatatan yang dilakukan untuk pasien rawat inap umum maupun
pasien rawat inap BPJS Kesehatan adalah sama. Data sosial yang dicatat yaitu
30
data yang menjelaskan tentang sosial, ekonomi dan budaya dari pasien seperti
agama, pendidikan, pekerjaan, identitas orang tua, identitas penanggung jawab
pembayaran (BPJS Kesehatan). Identitas individu yaitu data mengenai identitas
pribadi pasien baik nama, jenis kelamin, nomor rekam medis, tempat tinggal,
tanggal lahir, dll. Perbedaan hanya terletak pada cap stempel asuransi BPJS
Kesehatan di lembar awal rekam medis pasien.
Secara umum, pencatatan data sosial dan identitas individu pasien di TPPRI
oleh petugas rekam medis ini sudah cukup baik dan memenuhi syarat mutu rekam
medis yakni lengkap, akurat dan terintegrasi. Pencatatan data pelayanan berupa
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis, terapi dan tindakan medis
bagi pasien kanker BPJS Kesehatan dilakukan di bagian Unit Rawat Inap (URI)
yakni Bangsal Rawat Inap Ruang Mawar 3 sebagai bangsal pusat pelayanan bagi
pasien kanker. Pencatatan dilakukan pada formulir rekam medis rawat inap pasien
bedah dengan format rekam medis berbasis masalah. Secara umum pada tahun
2014, pencatatan data pelayanan kesehatan pasien kanker BPJS Kesehatan di URI
oleh tenaga kesehatan yang merawat ini sudah memadai. Kelengkapan data
mengenai diagnosis utama dan sekunder sudah ditulis secara lengkap.
Pengarsipan
Kegiatan pengarsipan terdiri dari perakitan, analisis berkas, dan
penyimpanan. Pada pelaksanaan assembling ini dilakukan penyusunan rekam
medis dengan mengurutkan nomor urut lembaran rekam medis dan apabila
ditemukan berkas rekam medis yang masih kosong maka petugas berwenang
untuk melengkapi. Kegiatan analisis kuantitatif dan kualitatif diantaranya dengan
melakukan pengecekan kelengkapan data dan jumlah berkas rekam medis, apakah
terdapat data yang belum lengkap, lembaran yang rusak ataupun hilang. Selama
tahun 2014 masih ditemui catatan- catatan rekam medis yang masih belum
lengkap dan bagian Unit Rekam Medis (URM) mengembalikan berkas untuk
dilakukan pencatatan secara lengkap sesuai kebutuhan. Tidak pernah terjadi
kerusakan ataupun kehilangan terhadap lembaran rekam medis BPJS Kesehatan.
Pada rekam medis rawat inap, setelah koding-indeksing dan input data ke
dalam komputer selesai dilaksanakan maka berkas rekam medis diberi map yang
ditulisi nama dan nomor rekam medis kemudian disimpan dalam rak sementara di
bagian URM untuk kemudian dilakukan proses verifikasi yang bertujuan untuk
proses pengajuan klaim. Setelah dilakukan verifikasi terhadap berkas rekam medis
rawat inap BPJS Kesehatan, barulah dilakukan penyimpanan rekam medis dalam
raknya sesuai dengan angka akhir.
Pengolahan Data Koding yang dilaksanakan dengan diagnosis penyakit
Pemberian kode kepada semua kasus pasien kanker BPJS Kesehatan
dilakukan karena diagnosa yang ditulis oleh dokter dalam berkas rekam medis
dengan spesifikasi stadium, penyebab, atau bagian yang menjadi serangan kanker.
Pembuatan indeks terkait dengan kanker pada pasien BPJS Kesehatan yang
dilakukan diantaranya indeks rawat inap, indeks penyakit, indeks pasien, indeks
kunjungan, indeks operasi, indeks kematian. Penyusunan laporan-laporan rumah
sakit seperti laporan jumlah dan jenis penyakit, operasi dan sebab kematian
disusun berdasarkan kegiatan indeksing.
Verifikasi merupakan kegiatan menguji kebenaran administrasi untuk
pertanggungjawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh rumah sakit dan
31
dilakukan oleh petugas yang disebut Verifikator Independen. Rekap data pasien
termasuk rawat inap BPJS Kesehatan biasanya dilakukan dalam bentuk distribusi
data sensus harian, sensus penyakit, sensus pembiayaan tertinggi. Analisis statistik
dilaksanakan mengenai distribusi-distribusi data statistik yang digunakan dalam
pelaporan rumah sakit seperti laporan mortalitas, morbiditas, NDR.
Perbedaan yang didapati dalam kegiatan pengelolaan rekam medis BPJS
Kesehatan adalah kegiatan verifikasi dalam pengolahan data yang diolah dengan
INA-CBGs sebagai syarat pengajuan klaim. Pengelolaan rekam medis sebagai
data untuk pemberlakuan INA-CBGs dalam pengelolaan tarif BPJS Kesehatan di
rumah sakit meliputi berbagai aspek sebagai satu kesatuan yakni penyiapan
software dan aktivasinya, administrasi klaim dan proses verifikasi. Petugas
administrasi klaim rumah sakit melakukan entri data klaim dengan lengkap dan
menggunakan software INA-CBGs. Pembayaran atas klaim-klaim dilakukan
berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan Verifikator independen.
Pengelolaan pembiayaan pelayanan kesehatan pasien miskin dilaksanakan
melalui data case-mix yang diaplikasikan berdasar pada catatan rekam medis yang
berguna untuk evaluasi perawatan medis. Data akan memungkinkan bagi komite
yang sesuai untuk membuat perbandingan untuk pembiayaan, beban/ongkos
(charge), lama tinggal, dan pelayanan individual menurut kelompok penyakit di
rumah sakit. Permasalahan dapat dideteksi melalui diagnosis dalam case-mix
tersebut.
Termasuk juga dalam sistem case-mix adalah sistem INA CBGs yang
digunakan dalam program tarif BPJS Kesehatan. Kegiatan pengelolaan rekam
medis yang baik sangatlah penting. Rekam medis membutuhkan informasi
mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, bilamana dan bagaimana pelayanan yang
diberikan kepada pasien selama masa perawatannya. Agar lengkap maka rekam
medis harus berisi informasi yang cukup dan secara jelas menerangkan identitas
pasien, mendukung diagnosa, membenarkan pengobatan yang diterimanya serta
mencatat hasil-hasil pemeriksaan secara tepat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Tahapan kegiatan pengelolaan rekam medis rawat inap pasien kanker BPJS
Kesehatan sama dengan tahapan kegiatan pengelolaan rekam medis rawat inap
pasien bedah umum dengan satu tahap tambahan yakni kegiatan verifikasi
sebagai syarat pengajuan klaim.
b. Masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pengelolaan rekam medis
yaitu mengenai ketidaklengkapan data rekam medis dan juga ketidakspesifikan
pencatatan data diagnosa.
Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut yang
tidakdibahasdalampenelitianini yaitu:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan rekam medis petugas RM.
2. Peran petugas rekam medis dalam pengelolaan rekam medis rawat inap
pasien penyakit katastropik selain kanker yaitu stroke dan jantung .
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Hana. 2013. Analisis Kegaiatan Pengelolaan Rekam Medis Rawat Inap
Pasien Kanker Payudara Program Jamkesmas Untuk Mendukung
Pengelolaan Pembiayaan Kesehatan Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP. Vol. 2,
No. 1, Januari 2013: 2-3
Adji. 2001. Sistem dan Informasi Manajemen Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Azwar, Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa
Aksara
Budi, Savitri. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta: Quantum
Sinergis Medis
Budiarto, Wasis. 2012. Biaya Klaim Dan Biaya Penyakit Katastropik Rawat Inap
Peserta Jamkesmas. Jakarta : Kemenkes
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Rekam Medik. Jakarta:
Departemen Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Ernawati. 2012. Sistem Manajemen Kesehatan Rumah Sakit. Jakarta : Gunung
Mulia
Jacobalis. 2000. Kumpulan Tulisan Terpilih Tentang Rumah Sakit Indonesia dan
Dinamika Sejarah, Transparansi, Globalisasi dan Krisis Nasional. Jakarta
: Yayasan Penerbit IDI
Kartono. 2011. Penyakit Katastropik. Bandung : Grasindo
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Perubahan Grouper Klaim Jamkesmas dengan
INA-CBG's. Jakarta :. Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Pegangan Sosial Jaminan Kesehatan
Nasional Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.. Jakarta :. Kemenkes RI
Murti, B., 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Nanang, Budiono. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Puskom Publik Kemenkes RI. 2012. Dana Jamkesmas untuk Biaya Rawat Inap
Pengobatan Kanker. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses
pada
tanggal
8
Februari
2014.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1831-143milyardana-jamkesmas-untuk-biaya-rawat-inap-pengobatan-kanker.html
Revans. 2012. Pengelolaan Sistem Manajaemen Rumah Sakit. Yogyakarta:
Pustaka Grhatama
Santoso. 2000. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suryoprajogo. 2009. Patologi Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Thabrany, Hazbullah, 2011. Penatalaksanaan dan Pembiayaan Kanker di
Indonesia. (Thesis). Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia & Roche Indonesia
Wike. 2009. Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perawat Di
RSUD Tuguhrejo Semarang. (Thesis). Semarang : Program Studi Magister
Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro
33
34