DEFINISI
Gagal ginjal kronik sebagai abnormalitas struktur dan fungsi ginjal
selama lebih dari tiga bulan yang berimplikasi pada kesehatan pasien.
Penilaian kerusakan ginjal dari gejala klinis pasien tidak sensitif dan spesifik
bisa menunjukkan derajat penurunan fungsi ginjal. Penyakit gagal ginjal
kronik menyebabkan penurunan fungsi ekskresi, endokrin, dan metabolik.
Gromerulous filtration rate (GFR) adalah indeks terbaik untuk menilai fungsi
ginjal.7,8
Gagal ginjal kronik menyebabkan penurunan fungsi imun diperberat
dengan terapi imunosupresif.7 Gagal ginjal kronik dinilai dari beberapa faktor,
yaitu protein urin, kelainan sedimen urin, gangguan elektrolit, abnormalitas
jaringan ginjal, kelainan radiologi ginjal, dan riwayat transplantasi ginjal.
Penurunan GFR kurang dari 60 ml / menit / 1,73 m 2 menunjukkan gagal ginjal
kronik Kriteria penilaian gagal ginjal kronik dapat dilihat pada tabel satu
dibawah ini.8
Tabel 1. Kriteria gagal ginjal kronik
Kriteria GGK ditemukannya : (timbul lebih dari 3 bulan)
Penanda kerusakan 1.Albuminuria (Albumin excretion rate / AER 30
ginjal
mg/24 jam, albumin creatinin ratio / ACR 30mg/g
(satu atau lebih)
[3mg/mmol])
2.Abnormalitas sedimen urin
3.Gangguan elektrolit disebabkan kerusakan tubuler
ginjal
4.Kerusakan histologi ginjal
5.Kelainan radiologis
6.Riwayat transplantasi ginjal
Penurunan GFR
GFR < 60ml/menit/1,73m2
Dikutip dari 8
bakteri.
Mycobacterium
tuberculosis
menghasilkan
reaksi
receptors (PRRS) diekspresikan oleh makrofag, sel dendritik dan sel-sel epitel
berinteraksi dengan permukaan Mtb mengeluarkan sitokin inflamasi dan
kemokin untuk merekrut sel imun lain (neutrofil, monosit, limfosit) ke fokus
infeksi membentukan granuloma. Sel dendritik terinfeksi dibantu oleh
neutrofil bermigrasi ke kelenjar getah bening memicu respon sel T.
Interleukin 12 (IL-12) yang dikeluarkan sel dendritik terinfeksi menyebabkan
sel T dalam kelenjar getah bening mengalami pematangan ke arah Th1.9,11
Sel Th1 bermigrasi ke tempat infeksi mikobakteri dimana efektor sel
Th1 menjalani pematangan fungsional dan meningkatkan produksi kemokin
dan sitokin efektor. Kemokin menarik sel imun lain membentuk reaksi
hipersensitifitas tipe lambat.11 Sitokin Interferon- (IFN-) dan tumor necrosis
factor- (TNF-) mengaktifkan makrofag. Makrofag menghasilkan reactive
nitrogen intermediate (RNI) dan reactive oxygen intermediate (ROI) berfungsi
meningkatkan ekspresi molekul kompleks histokompatibilitas mayor (Major
Histocompatibilitas Complex / MHC) kelas II untuk sekresi mediator
inflamasi membunuh kuman Mtb, dan meningkatkan presentasi antigen dan
menyebarkan peradangan lokal membentukan granuloma.1012
Sel CD8+ T menghasilkan IFN- mempunyai efek sitotoksik terhadap
sel terinfeksi Mtb, sel Th17 mempromosikan pada sel Th1 dan merekrut
neutrofil, granulosit memfagosit mikobakteria mempunyai efek bakterisida
dan berkontribusi terhadap pembentukan granuloma. Sel limfosit B bersama
dengan sel T membentuk struktur folikel (disebut "jaringan limfoid tersier")
mengatur respon imun di paru.9,11
Mekanisme pertahanan terhadap infeksi Mtb ada dua yaitu mekanisme
sitotoksik untuk menghentikan infeksi dan pembentukan granuloma untuk
mencegah penyebaran Mtb yang tergantung pada fungsi sel-sel imun
tubuh.9,11,13 Sel imun bawaan mengenali Mtb ligan dari PRRS termasuk Tolllike reseptor (TLR), C-lektine like receptors (CLRS), reseptor scavenger (SR),
reseptor imunoglobulin Fc (FcRs), NOD-like reseptors (NLRs). Ikatan PRRS
menginduksi ekspresi gen untuk respon sitokin Interleukin IL-1, TNF-, dan
IL-6.9,11
Interleukin-1, TNF-, dan IL-6 mempromosikan Mtb pada makrofag.
Interleukin-1 bersifat kemotaktik terhadap limfosit T merangsang proliferasi
sel CD4 + T dan produksi IFN- mengontrol proses awal pembentukan
granuloma, dan perekrutan neutrofil. Tumor necrosis factor- penting bagi
proses pembentukan lesi granulomatosa dan memiliki sifat imunoregulator.
Interleukin-6 memodulasi respon sel T membentukan antibodi dan
merangsang hematopoiesis myeloid. Ketiga sitokin tersebut (IL-1, TNF-,
dan IL-6) menyebabkan efek trombosis mikrovaskular, kebocoran kapiler dan
kemotaksis neutrofil, disfungsi organ, inflamasi sistemik, respon fase akut,
kakeksia dan demam.11,13,14
Kemokin disekresikan oleh makrofag, neutrofil, limfosit T, sel endotel
dan sel lainnya. Kemokin CC CCL2, CCL3, CCL4, CCL5 menarik monosit,
limfosit, makrofag, sel dendritik, sel NK menuju tempat infeksi dan
membantu respon Th1. Kemokin CXCL10 (IP-10) dan CXCL9 (MIG)
diproduksi sebagai respons terhadap IFN- menarik limfosit-T dan monosit.
Kemokin CXCL8 (IL-8), CXCL2 (MIP-2) dan CXCL1 (KC) menarik sel
punca hematopoietik dan granulosit bertanggung jawab untuk inflamasi
neutrofil pada TB laten. Interferon- mengaktifkan makrofag untuk
memfagosit Mtb. Granzyme dan perforin meningkatkan sitotoksisitas sel T
CD8+ dan sel NK terhadap Mtb. Gambar satu dibawah ini menunjukkan
imunopatogenesis Mycobacterium tuberculosa.14
Gambar 2. Efek uremia pada respon imun bawaan dan dapatan. IFN- :
Interferon Gamma, IL-12 : Interleukin 12, APC = Antigen
Presenting Cell, TLR = Toll Like Receptor, M =
Mikroorganisme
Dikutip dari (15)
Inflamasi sistemik pasien GGK menyebabkan aterosklerosis, penyakit
kardiovaskular, cachexia dan anemia. Kedua hal ini menyebabkan morbiditas
poten respon imun Th1, produksi IFN-, dan sitotoksisitas oleh sel NK dan T
dan dalam proliferasi sel T.19,20
Uremia pada pasien GGK membuat deplesi dan disfungsi sel dendritik
disebabkan oleh penurunan subset plasmasitoid sel dendritik. Hemodialisis
memperburuk proses deplesi DC dan transplantasi ginjal memperbaiki
kelainan ini. Mengingat peran penting dari DC dalam peraturan imunitas
bawaan dan adaptif, Gangguan fungsi DC berkontribusi terhadap pertahanan
infeksi mikroba dan respon vaksinasi pasien GGK.15,17
Polimorfonuklear memfagositosis sel dan antigen berumur pendek (5
hari) mengandung granul protein intraseluler yang bersifat bakteriosid seperti
protein kationik dan defensin, enzim proteolitik dan katepsin G (menguraikan
protein bakteri), lisozim (melisiskan dinding sel bakteri), NAD(P)H oxidase-II
(menghasilkan ROS), myeloperoxidase (menghasilkan HOCl), dan laktoferin
(menghambat
replikasi
bakteri
melalui
pembatasan
zat
besi).
Gambar 3. Hubungan antara penyakit gagal ginjal kronis disertai uremia dan
kelainan imun dan penyakit kardiovaskular.
Dikutip dari 17.
GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Sebanyak 30% sampai 50% pasien gagal ginjal kronis
mengalami infeksi TB. Gejala batuk lebih dari dua minggu, berat badan
menurun, keringat malam, pembesaran kelenjar limfe pada pasien gagal ginjal
kronis harus dicurigai adanya infeksi TB.6 Pasien GGK dengan dialisis dengan
riwayat kontak pasien terinfeksi TB positif ataupun negatif rentan terinfeksi
10
11
12
isoniasid jangka panjang tidak mengingat banyaknya efek samping. 5,6 Tabel
tiga berikut adalah rejimen profilaksis TB untuk pasien GGK.24
Tabel 3. Rejimen profilaksis TB pasien GGK
Rejimen
Dosis
6 INH
Anak: 10 mg/kg/hari
Dewasa:5 mg/kg/hari
Maks: 300 mg
9 INH
Anak: 10 mg/kg/hari
Dewasa:5 mg/kg/hari
Maks: 300 mg
3-4 RIF
Anak : 10 mg/kg/hari
Dewasa : 10 mg/kg/hari
Maks.: 600 mg
3-4 RIF + INH Anak : 10 mg/kg/hari
Anak: 10 mg/kg/hari
Dewasa : 10 mg/kg/hari
Dewasa:5 mg/kg/hari
Maks.: 600 mg
Maks: 300 mg
3 RPT + INH
Rifapentine:
Isoniazid:
10.014.0 kg: 300 mg
Anak: 15 mg/kg/d
14.125.0 kg: 450 mg
Dewasa : 15 mg/kg/d
25.132.0 kg: 600 mg
Maks. : 900 mg
32.149.9 kg: 750 mg
Maks. : 900 mg
Dikutip dari 24.
TERAPI
Terapi TB pasien GGK memperhatikan farmakologi obat anti
tuberkulosis baik yang diekskresikan ginjal dan proses dialisis. Rejimen OAT
6 sampai 9 bulan atau lebih tergantung pemberian terapi imunosupresi dengan
penyesuaian dosis. Hemodialisis mengeluarkan sebagian obat antituberkulosis
diberikan setelah proses dialisis. Efek samping OAT timbul pada 46% pasien
GGK lebih banyak dibanding pasien TB non GGK seperti efek samping
13
14
dan
ginjal
sehingga
15
i
maks.
600mg
Isoniazid
tidak perlu tidak perlu tidak perlu tidak perlu tidak perlu
5mg/kg/hari penyesuaian penyesuaian penyesuaian penyesuaian penyesuaian
maks.
300mg
pad
a
gan
ggu
an
ginj
al
Eks
kres
i
mel
alui
hep
atob
ilier
Inte
raks
i
obat
obat
an
tran
spla
ntas
i
ginj
al
(Sik
losp
orin
atau
Takr
olim
us)
Am
an
pad
a
gan
ggu
16
an
ginj
al
Ek
skr
esi
me
lal
ui
he
par
Re
sik
o
ne
uro
tok
sik
nai
k,
pe
na
mb
ah
an
pir
ido
ksi
n
(25
mg
/ha
ri)
17
Keterangan
A
ma
n
pad
a
gan
gg
uan
gin
jal
Ek
skr
esi
me
lal
ui
hep
ar,
has
il
me
tab
olit
me
lal
ui
gin
jal
Per
lu
pe
me
rik
saa
n
asa
m
18
ura
t
dan
fun
gsi
hep
ar
kar
ena
hep
ato
tok
sik
Pe
mb
eri
an
han
ya
san
gat
dip
erl
uka
n
Ek
skr
esi
me
lal
ui
gin
jal
To
ksi
sita
s
ok
ula
r
seri
19
ng
per
lu
pe
me
rik
saa
n
ma
ta
ber
kal
a
Per
lu
per
hat
ian
pad
a
gan
gg
uan
gin
jal
Ek
sre
si
hep
ato
bili
er
dan
ren
al
Efe
k
sa
mp
ing
neu
20
rot
oks
ik
dan
ten
do
no
pat
i
21
Obat
Streptomisin
15mg/kg/har
i
Amikasin
15mg/kg/har
i
Kapreomisin
15mg/kg/har
i
Dialisis
Peritoneal
Keterangan
Per
lu
per
hat
ian
kh
usu
s
pad
a
gan
gg
uan
gin
jal
Ek
skr
esi
me
lal
ui
gin
jal
Pe
nga
wa
san
dos
is
oba
t
dal
am
pla
sm
a
dan
22
250mg/12
jam
250mg/12
jam
250mg/12
jam
efe
k
sa
mp
ing
Pe
mb
eri
an
set
ela
h
dia
lisi
s
A
ma
n
pad
a
gan
gg
uan
gin
jal
Ek
skr
esi
hep
ati
k
Pe
nga
wa
san
neu
rot
oks
ik
dan
hep
23
Sikloserin
250mg/12
10-15mg/kg/
jam
hari dosis
terbagi
250mg/24
jam
250mg/24
jam
250mg/24
jam setela
dialisis
250mg/24
jam
ato
tok
sik
Pe
mb
eri
an
han
ya
san
gat
dip
erl
uka
n
Ek
skr
esi
me
lal
ui
gin
jal
Pe
nga
wa
san
neu
rot
oks
ik
Pe
nga
wa
san
dos
is
dal
am
pla
sm
24
25
Obat
Asam Para
Aminosilik
(PAS)
8-12mg/hari
dosis terbagi
Dialisis
Peritoneal
4g dibagi
dalam 12
jam
Keterangan
Linezolid
tidak perlu
tidak perlu
tidak perlu
tidak perlu
tidak perlu
Pe
nga
wa
san
pad
a
gan
gg
uan
gin
jal
Ek
skr
esi
me
lal
ui
gin
jal
Re
sik
o
tin
ggi
asi
dos
is
dan
gan
gg
uan
gas
troi
nte
stin
al
A
26
ma
n
pad
a
gan
gg
uan
gin
jal
Ek
skr
esi
hep
ati
k
dan
ren
al
Re
sik
o
tin
ggi
he
ma
tot
oks
ik
dan
neu
rop
ati
per
ifer
27
SIMPULAN
1. Tuberkulosis merupakan masalah di dunia saat ini.
2. Gagal ginjal kronik merupakan penyakit kerusakan ginjal secara
fungsional.
3. Imunodefisiensi merupakan gambaran klinis GGK meningkatkan resiko
infeksi tuberkulosis.
4. Gejala klinis infeksi TB pada penderita GGK sering kali tidak tampak
5. Pasien GGK dengan batuk lebih dua minggu, keringat malam, penurunan
berat badan, dan adanya kelainan radiologis dicurigai terinfeksi TB.
6. Diagnosis TB dilakukan dilakukan pasien GGK dicurigai TB dengan
kultur sputum BTA, biopsi jaringan.
7. Kemoprofilaksis diberikan pada pasien GGK resiko tinggi infeksi TB
8. Terapi TB pada penderita GGK diawasi efek samping OAT dengan dosis
penyesuaian sesuai derajat keparahan GGK.
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Subuh
M,
Priohutomo
S.
Pedoman
Nasional
Pengendalian
4.
5.
6.
7.
Kroll GD. Chronic kidney disease staging and progresion. In: KalantarZadeh K, editor. Chronic Kidney Disease (CKD). 6th ed. Los Angeles.
Henry Ford Health System; 2011.p.4-6.
8.
29
disease.Vol 3;2013.p.5-8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
function
of
immune
system.
Journal
of
Renal
Nutr.
2012;22(1):149-56.
16.
17.
18.
19.
Lim WH, Kireta S, Leedham E, Russ GR, Coates PT. Uremia impairs
30
21.
Fang HC, Lee PT, Chen CL, Wu MJ, Chou KJ, Chung HM.
Tuberculosis in patients with end-stage renal disease. International
Journal of Tuberculosis Lung Disease.2004;8(1):92-7.
22.
failuretherapy
patterns.Current
Health
Science
Journal.
2011;37(2):106-8.
23.
24.
Ai JW, Ruan QL, Liu QH, Zhang WH. Updates on the risk factors for
latent tuberculosis reactivation and their managements. Emerging
Microbes Infection.2016;5(1).
25.
Government.2015.
Komentator
Korektor
dr. Leo S
dr.Agung Setiadi
31