:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. H
43 tahun
Wanita
Ds. Keupia, Bombana, Kendari
Ibu Rumah Tangga
Islam
48 26 04
02 Januari 2016
dr. Happy Handaruwati, Sp.S, M. Kes
B. Anamnesis
Keluhan utama
Anamnesis
: Nyeri kepala
: Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala hebat
terpimpin
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Kesan
: Sakit berat
Kesadaran : Composmentis
63
Gizi
:
=24,6
160
Tensi
Nadi
Suhu
Pernapasan
:
:
:
:
120/80
60x/m
36,50C
20x/m
Anemis: (-)
Ikterus: (-)
Sianosis (-)
:
Overweight
Pemeriksaan toraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: IC tidak tampak
: IC tidak teraba
: Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis D
Batas jantung kiri: ICS V 2 jari linea
midclavicularis S
1
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Psikiatri
Emosi dan efek
Proses berfikir
Kecerdasan
: Baik
: Baik
: Baik
Penyerapan
Kemauan
Psikomotor
:
:
:
Baik
Baik
Baik
Status neurologis
GCS
: E3M6V5
1. Kepala
Posisi
: Ditengah
Bentuk/ ukuran :
Bulat/
Auskultasi
normocephal
Normal
belakang kepala
2. Saraf Cranialis
N.I
Penghidu
N.II
Ketajaman penglihatan
Lapangan penglihatan
Funduskopi
OD
6/6
N
TDP
OS
6/6
N
TDP
Dextra
Sinistra
N.III, IV, VI
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Ukuran/bentuk
Isokor/anisokor
RCL/RCTL
Refleks akomodasi
Gerakan bola mata
(-)
(-)
Parese ke arah
(-)
(-)
Nistagmus
N.V
Sensibilitas
Motorik
Refleks dagu/masseter
Refleks kornea
: N.V1
N.V2
N.V3
: Inspeksi/palpasi
(istirahat/menggigit)
: Normal
: TDP
:
:
:
:
TDP
TDP
TDP
TDP
N.VII
Motorik
Istirahat
M.Frontalis
N
TDP
Mimik
Pengecap 2/3 depan :
M. Orbicularis oculi
N
TDP
M. Orbicularis oris
N
TDP
N.VIII
Pendengaran
Tes rinne/weber
Fungsi vestibularis
Posisi arkus faring
Refleks telan/muntah
Pengecap 1/3 lidah belakang
Suara
Takikardi/bradikardi
:
:
:
:
:
:
:
:
Baik
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Baik
DBN
N.XI
3
: Baik
: TDP
N.XII
Deviasi lidah
Fasikulasi
Atrofi
Tremor
Ataxia
:
:
:
:
:
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
3. Leher
Rangsang menings
: (-)
: (-)
Kaku kuduk
Kernigs sign
Kelenjar limfe
Arteri karotis
Kelenjar gondok
: Pembesaran (-)
: Bruit (-)
: Pembesaran (-)
4. Abdomen
Refleks dinding perut
5. Kolumna vertebralis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:
:
:
:
Normal
Normal
Normal
Normal
6. Ekstremitas
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Bentuk otot
Superior
Dextra
Sinistra
DBN
DBN
5
5
N
N
N
N
Inferior
Dextra
Sinistra
DBN
DBN
5
5
N
N
N
N
Refleks fisiologis
4
Dextra
Biceps
N
Triceps
N
Radius
N
Ulna
N
KPR
N
APR
N
Klonus
Lutut
:
Kaki
:
Laseq test
:
Patrick test
:
Kontrapetrick test
:
Refleks patologis
Ekstremitas Superior
Hoffmann
: -/Tromner
: -/-
Sinistra
N
N
N
N
N
N
DBN
DBN
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas Inferior
Babinski
: +/+
Chaddock
: -/Gordon
:
-/-Schaefer
-/-Oppenheim : -/Sensibilitas
Ekstroseptif
: -Nyeri
Suhu
Rasa raba halus
Proprioseptif : - Rasa sikap
- Rasa nyeri dalam
Fungsi kortikal : - Rasa diskriminasi
- Stereognosis
Pergerakan abnormal spontan
: (-)
-
: DBN
: TDP
: DBN
: TDP
: TDP
: TDP
: TDP
Gangguan koordinasi
Tes jari hidung
Tes pronasi supinasi
Tes tumit
Tes pegang jari
: TDP
: TDP
: TDP
: TDP
Gangguan keseimbangan
Tes Romberg
Tes Gait
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
Hasil
Nilai rujukan
WBC
8,96
[10^3/uL]
3,6 11,0
RBC
4,21
[10^6/uL]
4,5 5,1
HGB
12,7
[g/dL]
12,3 15,3
HCT
37,5
[%]
36,0 45,0
MCV
83,1
[fl]
80,0 - 96,0
MCH
28,2
[pg]
28 33
MCHC
33,9
[g/dL]
33 36
PLT
177
[10^3/uL]
150 440
2. Kimia Darah
Parameter
Hasil
Nilai rujukan
GDS
105
mg/dl
<200
Ureum
13
mg/dl
15-40
Creatinin
0,3
mg/dl
0,5-1,0
SGOT
24
U/L
< 31
SGPT
31
gr/dl
< 31
3. Elektrolit
Elektrolit
Nilai
Rujukan
Natrium (Na)
133,5
Kalium (K)
4,39
Clorida (Cl)
99,6
98 108 mmol/L
E. Pemeriksaan Tambahan
1. EKG
- Sinus bradikardi
- Iskemia anterior
2. CT Scan Kepala
-
F. Diagnosis
1. Klinis
2. Topis
3. Etiologis
G. Diferensial diagnosis
1. Hemoragik Stroke
H. Penatalaksanaan
Non-farmakologi
Farmakologi
1. Rawat ICU
1. Cairan Kristaloid: NaCl 0,9% 20 tpm
2. Pasangkan kateter
2. Analgetik: Ketorolac 30 mg 1A/8j/IV
3. Head up 30
3. H2Reseptor Antagonis: Ranitidin 50 mg
4. Oksigen 1-3 lpm
1A/12j/IV
5. Mengubah posisi
4. Nimodipine 60 mg oral/4jam
tidur tiap 2 jam
5. Terapi oklusi dan evakuasi perdarahan
I. PROGNOSA
Qua ad vitam
: Dubia ad malam
Qua ad functionam
: Dubia ad malam
Qua ad sanationam
: Dubia ad malam
J. ANJURAN
- Konsul bedah saraf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I Pendahuluan
Cedera listrik tegangan tinggi dapat menyebabkan lesi pada organ yang
berbeda. Selain kerusakan jaringan local, cedera listrik dapat menyebabkan
deficit neurologis, kerusakan musculoskeletal, dan cedera cardiovascular.
Kerusakan pembuluh darah berat kemugkinan dapat menyebabkan thrombosis
dan rupture spontan. Ada beberapa laporan mengenai rupture arteri pada
cedera listrik tegangan tinggi termasuk brakialis, radialis, ulnaris, mammary
interna, obturator, dan arteri carotis komunis.1
Kerusakan neurologis
umum. Beberapa
II Anatomi
Otak terdiri dari cerebrum, cerebellum dan batang otak.4
1. Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri atas hemisfer kiri
dan kanan. Cerebrum memiliki banyak fungsi seperti menginterpretasi
sentuhan, penglihatan dan pendengaran, seperti berbicara, emosi, belajar,
dan mengontrol pergerakan.
2. Cerebellum berlokasi dibawah cerebrum. Fungsinya mengkoordinasi
pergerakan otot, mempertahankan posture dan keseimbangan.
3. Brainstem termasuk midbrain, pons, dan medulla. Brainstem bekerja untuk
menyampaikan pusat penghubung antara cerebrum dan cerebellum ke
medulla spinalis. Fungsinya otomatis antara lain pernafasan, detak
jantung, suhu tubuh, siklus bangun tidur, makan, bersin, batuk, muntah,
dan menelan. 10 dari 12 nervus cranialis berasal dari batang otak.
Lobus otak
Hemisfer serebral memiliki fissure yang berbeda, yang membagi otak
kedalam lobus. Setiap hemisfer terdiri atas 4 lobus : frontal, temporal, parietal,
dan oksipital. Setiap lobus akan dibagi menjadi beberapa area yang memiliki
fungsi spesifik. Setiap lobus tidak bekerja sendiri, mereka memiliki hubungan
kompleks antara lobus hemisfer kiri dan kanan.4
10
pada medulla spinalis, biasanya terdapat lapisan tipis lemak dan jaringan
pembuluh darah antara duramater dan bagian tulang vertebra. Normalnya
tidak terdapat ruang antara duramater dan tengkorak, duramater dan
arachnoid. Namun, biasanya terdapat ruang potensial yang disebabkan
keadaan abnormal sehingga terdapat ruang yang seharusnya tidak ada. Ruang
antara duramater dan tengkorak dinamakan epidural (diatas duramater), ruang
antara duramater dan arachnoid dinamakan subdural (dibawah duramater).5
Ruang antara lapisan arachnoid dan pia mater disebut ruangan
subarachnoid.5
Pia mater adalah lapisan tipis dengan jaringan pembuluh darah yang kecil.
Bersentuhan langsung dengan otak dan medulla spinalis. Mengikuti alur,
lipatan, dan fissure lobus otak.5
11
12
trigeminal yang terletak di sisi lateral oleh septum berupa jaringan ikat
3.
4.
huruf
yang
sangat
melengkung,
dinamakan
Karotisspphon.
Pars serebralis : dalam lamela duramater kranial arteri ini membentuk
cabang arteri oftalmika, yang segera membelok ke rostraldan berjalan di
bawah nervus optikus dan ke dalam orbita.
Pembuluh darah ini berakhir pada cabang-cabang yang memberi darah
kulit dahi, pangkal hidung, dan kelopak mata dan beranastomisis dengan arteri
fasialis serta arteri maksilaris interna.
Sistem Anastomose (Sirkulus Arteriosus Willisi)
Meskipun sistem karotis dan sistem vertebrobasiler merupakan dua sistem
arteria terpisah yang mengalirkan darah ke otak, tetapi keduanya disatukan
oleh pembuluh-pembuluh anastomosis yang membentuk sirkulus arteriosus
Willisi. Arteri serebri posterior dihubungkan dengan arteri serebri media (dan
arteri serebri anterior) lewat arteri komunikan posterior. Kedua arteri serebri
anterior dihubungkan oleh arteri komunikan anterior sehingga terbentuk
lingkaran yang lengkap. Dalam keadaan normal, aliran darah dalam arteri
komunikan hanyalah sedikit. Arteri ini merupakan penyelamat bilamana
terjadi perubahan tekanan arteri yang dramatis. Cabang-cabang sistem karotis
dan vertebrobasiler juga mempunyai pembuluh-pembuluh penghubungan.6
13
14
15
Gambaran klasik adalah keluhan tiba tiba nyeri kepala berat, sering
digambarkan oleh pasien sebagai nyeri kepala yang paling berat dalam
kehidupannya nyeri kepala yang paling berat dalam kehidupannya.
Sering disertai mual, muntah, fotophobia, dan gejala neurologis akut fokal
maupun global, misalnya timbulnya bangkitan, perubahan memori atau
perubahan kemampuan konsentrasi, dan juga meningismus. Pasien
mungkin akan mengalami penurunan kesadaran setelah kejadian, baik
sesaat karena adanya peningkatan tekanan intrakranial atau ireversibel
pada kasus-kasus parah.10
Tabel 1. Tanda dan gejala pendarahan subarachnoid
-
beberapa jam,
Gejala-gejala meningeal,
Pada funduskopi, didapatkan 10% pasien mengalami edema papil
beberapa jam setelah perdarahan dan perdarahan retina berupa
perdarahan subhialoid (10%), yang merupakan gejala karakteristik
karena pecahnya aneurisma di arteri komunikans anterior atau arteri
karotis interna,
Gangguan fungsi autonom berupa bradikardia atau takikardia,
23% - 53%. Karena itu, setiap keluhan nyeri kepala akut harus selalu
dievaluasi lebih cermat. Terjadinya misdiagnosis sering berhubungan
16
dengan status mental pasien yang masih normal, dan volume perdarahan
subaraknoid kecil.10
2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik cermat pada kasus - kasus nyeri kepala sangat
penting untuk menyingkirkan penyebab lain nyeri kepala, termasuk
glaukoma, sinusitis, atau arteritis temporalis. Kaku kuduk dijumpai pada
sekitar 70% kasus. Aneurisma di daerah persimpangan antara arteri
komunikans posterior dan arteri karotis interna dapat menyebabkan paresis
N. III, yaitu gerak bola mata terbatas, dilatasi pupil, dan/atau deviasi
inferolateral.
Aneurisma
menyebabkan
paresis
di
N.
sinus
VI.
kavernosus
Pemeriksaan
yang
luas
dapat
funduskopi
dapat
Pemeriksaan penunjang
Pencitraan
Pemeriksaan computed tomography (CT) non kontras adalah pilihan
utama karena sensitivitasnya tinggi dan mampu menentukan lokasi
perdarahan lebih akurat; sensitivitasnya mendekati 100% jika dilakukan
dalam 12 jam pertama setelah serangan, tetapi akan turun 50% pada 1
minggu setelah serangan. Dibandingkan dengan magnetic resonance
imaging (MRI), CT scan unggul karena biayanya lebih murah, aksesnya
lebih mudah, dan interpretasinya lebih mudah.10
Pungsi Lumbal
17
18
VII
0
I
II
Unruptured
Nyeri kepala minimal atau asimtomatik, kaku kuduk ringan
Nyeri kepala sedang/berat, kaku kuduk, tidak ada defisit neurologis,
III
IV
deserebrasi dini
Koma dalam, rigiditas deserebrasi, munculnya tanda-tanda end state
Penatalaksanaan
Terdapat tiga komplikasi dari perdarahan subarachnoid :
1 Perdarahan ulang
2 Vasospasme serebral yang menyebabkan iskemia
3 Hidrosefalus
Manajemen ditargetkan pada pencegahan perdarahan ulang dengan cara
aneurisma oklusi, dan pengelolaan komplikasi. Tergantung pada keadaan
neurologis pasien, mereka harus ICU. Strategi neuroprotektif umum
digunakan pada ICU, khususnya; sedasi yang memadai, kontrol oksigenasi
dan ventilasi (tingkat CO2), menghindari hipotensi, pencegahan hipertermia,
dan normoglikemia
Terapi oklusi
Hal ini dapat dilakukan baik melalui pembedahan (kliping di kraniotomi)
atau menggunakan teknik endovascular (coiling). Oklusi awal mencegah
pendarahan ulang. Evakuasi darah subarachnoid juga dapat mengurangi
kejadian vasospasme. kliping atau coiling, dalam waktu 72 jam.
19
20
meskipun belum terbukti dan komplikasi serius diakui, termasuk edema paru,
insufisiensi pernapasan, iskemia miokard, dan pada aneurisma unclipped
masih kontroversial karena berpotensi untuk menyebabkan perdarahan ulang.
Balon Angioplasty / Papaverine
Diberikan pada pasien dengan penurunan fungsi neurologis, tidak respon
terhadap pengobatan medis. Angiografi dapat dilakukan dengan atau tanpa
papaverine intra-arteri, yang berfungsi sebagai dilator arteri lokal. Tindakan
ini meiliki komplikasi serius termasuk diseksi arteri, pecah dan trombosis.
Terapi antifibrinolytic
Tidak ada bukti bahwa antifibrinolitik, seperti asam traneksamat, atau anti
platelet, meningkatkan hasil. Potensi untuk mencegah perdarahan ulang
seimbang dengan peningkatan risiko thrombo-emboli dan iskemia serebral.
Relaksasi otak
Pemantauan ICP diindikasikan untuk beberapa pasien dengan gejala klinis
yang buruk atau hidrosefalus. Pengetahuan tentang ICP, dan kemampuan
untuk mengalirkan CSF untuk mengontrol ICP, sangat berguna pada periode
pasca operasi. saluran ventrikel menyediakan cara yang efektif untuk
mengurangi curah otak dengan drainase CSF perioperatif. Perawatan harus
diambil untuk tidak menguras volume terlalu besar dari CSF. Hal ini dapat
menyebabkan ketidakstabilan kardiovaskular, dan akan meningkatkan gradien
tekanan
transmural
di
dinding
aneurisma,
sehingga
meningkatkan
21
aneurisma.
Furosemide
(5-20mg)
kadang-kadang
diberikan
kombinasi dengan manitol (atau digunakan sendiri pada dosis yang lebih
tinggi) untuk meningkatkan efeknya, namun dapat menyebabkan over-diuresis
dan hipovolemia. Mekanisme utama furosemide dalam mengurangi ICP tidak
sepenuhnya dipahami.
Thiopentone kadang-kadang digunakan untuk efek cerebroprotective,
terutama jika klip proksimal sementara yang diperlukan untuk menutup
aneurisma. Diberikan bolus 500mg, dan perlu disertai dengan penggunaan
vasopresor untuk mencegah efek hipotensi.
VIII
Komplikasi
Kejang pasca trauma
Kejang pasca trauma sering terjadi setelah cedera kepala sedang atau berat.
Kejang
biasanya
umum
atau
parsial,
dan
jarang
terjadi.
Kejang
22
terjadi dalam 24 jam pertama. Awal kejang terjadi pada 2-7 hari pertama, dan
kejang terjadi setelah 7 hari.12
Insiden berkisar 5 - 18,9%. Faktor risiko termasuk alkoholik kronis, usia
yang lebih tua pada saat cedera, dan riwayat gangguan kejang. Sekitar satu
sampai dua pertiga pasien dengan faktor-faktor risiko akan menyebabkan
keang post trauma dalam tahun pertama setelah cedera.12
Temkin menunjukkan bahwa penggunaan profilaksis fenitoin efektif pada
minggu pertama setelah cedera kepala. Namun, penulis merekomendasikan
berhenti setelah 1 minggu jika tidak ada kejang berkembang.12
Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat obstruksi pada ventrikel sebelum cairan
serebrospinal keluar ke ventrikel keempat. Hidrosefalus comunikan adalah
bentuk paling umum pada cedera kepala akibat obstruksi dalam ruang
subarachnoid.12
Pasien dengan hidrosefalus dapat menyebabkan mual, muntah, sakit
kepala, edema papil, obtundation, demensia, ataksia, dan inkontinensia urin.12
Deep Vein Trombosis
Angka kejadian Deep vein thrombosis (DVT) pada orang dengan cedera
kepala sekitar 54%. Pada pasien dengan cedera kepala, faktor risiko DVT
meliputi imobilitas, fraktur ekstremitas bawah, kelumpuhan, gangguan
koagulasi dan fibrinolisis. Komplikasi DVT termasuk pulmonary embolism
(PE), sindrom pascatrombosis..12
BAB III
23
24
tindakan
oklusi
pertimbangkan
untuk
melakukan
terapi
komplikasi
25
BA B IV
KESIMPULAN
Cedera listrik tegangan tinggi dapat menyebabkan deficit neurologis salah
satunya fraktur tengkorak, contusion dan hematoma cerebral.
Fraktur tengkorak dibagi beberapa bentuk : linear, depresi, sirkumferential.
Fraktur ini dapat memicu komplikasi berat : infeksi, keluarnya cairan
secerebrospinal kedalam kavum hidung (rhinorrea) dan telinga (otorrhea),
masuknya udara ke ruang subdural, dan cedera nervus cranialis.
Pendarahan subarachnoid adalah salah satu yang tersering. Pendarahan
subarachnoid ini diduga akibat contusion hemorragik yang mengalir ke ruang
subarachnoid (contusion adalah patologi yang paling sering terdeteksi pada
pemeriksaan CT kepala) atau perdarahan sekunder dari intraventrikuler karena
robeknya tela choroidea. Penyebab lain dari pendarahan subarachnoid traumatic
namun jarang adalah rupturnya arteri cerebellar posterior inferior, arteri vertebra
ekstrakranial atau intracranial, arteri carotis internus, fistula karotis caverosa, dan
aneurisma traumatic pada cedera kepala akibat tusukan.
Tujuan penatalaksanaanya untuk mencegah terjadinya secondary brain injury
yang dapat menyebabkan perburukan neurologis : menyebabkan herniasi dan
kematian.
26