PEMBAHASAN
Tepat diagnosis,
Tepat Pemilihan Obat,
Tepat Indikasi,
Tepat Pasien,
Tepat Dosis,
Tepat cara dan lama pemberian,
Tepat harga,
Tepat Informasi dan
Waspada terhadap Efek Samping Obat.
Yang dimaksud dengan tepat diagnosis ialah penggunaan obat yang didasarkan
pada tata cara penggunaan obat yang benar. Ini akan menjadi sebuah langkah awal
penyembuhan. misalnya saja pasien yang terserang penyakit diare tentu saja ia akan
menggunakan obat semacam metronidazol sebagai pengobatan yang efisien.
Selain itu tepat pemeilihan indikasi ialah ketepatan yang sesuai dengan diagnosa
oleh dokter. Misalnya saja seseorang yang terseranag bakteri akan diberikan antibiotik
saja. Oleh sebab itu bagi anda yang sedang dalam tahap pengobatan sebagiknya
memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan penggunaan obet rasional itu
sendiri.
II.2 Tahapan dalam Pengobatan Rasional
Di kalangan kedokteran istilah terapi rasional seringkali ditanggapi secara
sinis, karena terapi yang rasional seakan-akan susah diterapkan dalam praktek, karena
meskipun telah begitu banyak upaya dilakukan diberbagai bidang, baik pendidikan
dokter dan spesialis, hukum dan etika kedokteran (mediko-legal), sistem asuransi, namun
tetap saja angka kesalahan medis (medical error) tetap tinggi, bahkan semakin
meningkat.
Seperti
dijelaskan
oleh
(http://www.iwandarmansjah.web.id,
2010)
Prof.
sedikitnya
dr.
ada
Iwan
enam
Darmansyah
faktor
yang
mempengaruhi pola penggunaan obat atau terapi yang rasional yaitu, (1). Pengaturan
obat (regulasi, law enforcement), (2). Pendidikan (formal dan informal), (3). Pengaruh
industri obat (iklan, insentif, dll.), (4). Informasi/prescribing information, (5). Sistem
pelayanan kesehatan (asuransi, jaminan kesehatan, dll.), (6). Sosio-kultural (hubungan
dokter-pasien yang cenderung patrilinia, tidak kritis, dll.). Keenam faktor tersebut saling
terkait satu sama lain, shingga tidak mudah membuat praktik terapi dan pengobatan yang
irasional menjadi rasional. Makalah ini khusus membahas faktor yang terkait dengan
pendidikan formal, terutama melalui pendekatan yang dianjurkan oleh WHO lewat buku
pedoman terapi (Guide to good prescribing).9
II.2.1 Menetapkan Masalah Pasien
Keluhan yang disampaikan pasien harus digali lebih dalam saat anamnesis.
Anamnesis yang baik sangat membantu penegakan diagnosis yang tepat setelah
ditambah data pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lain. Bila masalah jelas maka diagnosis (kerja) menjadi lebih mudah, karena
bila diagnosis sudah ditegakkan, maka tujuan terapi lebih mudah ditetapkan. Data
anamnesis dan pemeriksaan yang lengkap akan membantu membangun hipotesis
berdasarkan patofisiologi penyakit. Dengan mengenal patofisiologi dapat diusahakan
untuk mengembalikan ke keadaan fisiologis melalui pilihan terapi yang sesuai.
kecocokan (suitability) dan biaya (cost). Terapi non-obat yang biasanya dipikirkan
dan dianjurkan kepada pasien menyangkut perubahan gaya hidup (life style) termasuk
perubahan pola makan (mengurangi asupan karbohidrat, lemak atau protein),
perubahan pola minum (mengurangi konsumsi alkohol), berhenti merokok,
meningkatkan kegiatan olahraga, dst). Upaya terapi terhadap berbagai kondisi
penyakit dapat dilihat dari sumber yang menyajikan hasil penelitian meta-analisis atau
systematic-reviews (evidence-based medicine/EBM).10,11
Langkah pemilihan Obat-Pribadi (personal drugs)
Tuan P umur 60 tahun, beberapa bulan ini mengeluh nyeri dada yang disertai
sesak nafas yang timbul bila melakukan kegiatan fisik dan hilang bila berhenti.
Sejak 4 tahun berhenti merokok. Ayah dan saudara lelaki meninggal karena
Tujuan pengobatan:
Obatnya apa?
Dalam menentukan tujuan pengobatan patofisiologi penyakit perlu diketahui
dan menjadi dasar untuk pengobatan non-farmakologik maupun farmakologik.
Sebagai contoh dari kasus di atas dengan diagnosis kerja angina pektoris maka bisa di
telusuri hal sebagai berikut misalnya etiologi angina pektoris yaitu arteriosklerosis
parsial pembuluh koroner, tujuan mengatasi serangan secepatnya dan hal itu
merupakan strategi untuk meningkatkan pasokan O2, menurunkan kebutuhan O2
miokard sebagai akibat dari penurunan beban hulu (preload), kontraktilitas, frekuensi
deyut jantung, atau beban hilir (afterload). Maka senyawa farmakologis yang bisa
memenuhi tujuan tersebut adalah: (1) Nitrat organik, (2) Penghambat reseptor beta,
(3)Penyekat kanal kalsium
Dari perbandingan di atas disepakati bahwa kelompok obat yang terpilih adalah
golongan nitrat organik, dan selanjutnya kita perbandingkan masing-masing obat di
golongan ini (dapat dilihat dari DOEN, ISO, MIMS atau Formularium yang tersedia)
(Lihat Tabel 3.)
Tabel 3. Perbandingan antar Obat dalam Kelompok Nitrat Organik
Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa untuk kondisi pasien itu tampaknya isosorbid
dinitrat yang paling cocok, maka akhirnya pilihan obat-P jatuh pada isosorbid dinitrat.
Proses pemilihan obat-P dapat dirangkum sebagai berikut:
Tampaknya langkah yang ditempuh cukup lama, namun bila hal ini dibiasakan ketika
sedang kepaniteraan atau pun residensi/internship maka kita pun akan terbiasa
melakukan proses di atas dengan mudah dan cepat. Sehingga setiap saat daftar obat-P
kita akan semakin bertambah sejalan dengan kasus-kasus yang semakin sering kita
tangani.
II.2.4 Mulai Pengobatan
Setelah sampai pada kesimpulan dan keputusan tentang obat yang paling
cocok untuk pasien dan kasus yang kita hadapi, maka langkah berikut adalah memulai
pengobatan dengan menuliskan resep yang merupakan suatu instruksi kepada
apoteker untuk menyediakan/menyiapkan obat yang dibutuhkan tadi. Dalam mata
rantai pengobatan rasional, pasien pun berhak mendapatkan informasi dari apoteker
dan perawat (atau petugas kesehatan yang bertanggung-jawab untuk hal itu) tentang
obat, dosis, cara penggunaan, efek samping, dll.
misalnya harus diminum sampai habis sesuai dengan jumlah yang diresepkan,
sedangkan beberapa obat digunakan hanya bila diperlukan saja. Ada obat yang
diminum secara bertahap dengan dosis berangsur-angsur naik dan setelah itu
berangsur-angsur turun (kortikosteroid).
4. Peringatan: terkait dengan efek samping, misalnya tidak boleh mengemudi dan
menjalankan mesin karena efek kantuk obat.
5. Kunjungan berikutnya: jadwal kunjungan berikutnya ke dokter (untuk evaluasi dan
monitor terapi).
6. Sudah jelaskah semuanya?: Pasien perlu ditanya apakah semua informasi yang
diberikan telah dimengerti dengan baik. Pasien bisa diminta untuk mengulan segenap
informasi yang telah disampaikan.
Pantau (hentikan) pengobatan
Manjurkah pengobatan Anda?
a. Ya, dan pasien sembuh: Hentikan pengobatan
b. Ya, tapi belum selesai: Adakah efek samping serius?
Tidak: pengobatan dapat dilanjutkan
Ya: Pertimbangkan kembali dosis atau pilihan obat
c. Tidak dan pasien belum sembuh: Teliti ulang semua langkah:
Diagnosis tepat?
Upaya pendidikan dapat mencakup pendidikan selama masa kuliah (pre service)
maupun sesudah menjalankan praktek keprofesian (post service). Upaya tersebut
mutlak harus diikuti dengan pendidikan kepada pasien/masyarakat secara simultan.
Upaya peningkatan mutu calon dokter selama dalam masa pendidikan dapat dilakukan
dengan pendekatan berdasar masalah (problem-based approach), memperbaiki isi (content)
maupun metode pengajaran (teaching method) agar lebih diarahkan pada pengobatan yang
rasional. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pendidikan farmakologi lebih banyak
berorientasi pada aspek obat, bukannya penerapan pengobatan pada kondisi-kondisi tertentu
(terapi), sehingga tidak jarang muncul kesenjangan antara pengetahuan tentang obat dengan
pelaksanaan pengobatan dalam klinik. Salah satu upaya pendidikan pre service ini antara lain
dengan membiasakan mahasiswa memecahkan masalah klinik dalam bentuk pembahasan
kasus. Upaya pendidikan yang lebih mendasar adalah dengan menambahkan Kurikulum
Farmakologi Klinik ke dalam Kurikulum Fakultas Kedokteran.
Pendidikan post service antara lain dapat berupa:
Hal ini selain dimaksudkan untuk memelihara pengetahuan dan ketrampilan mengenai
terapi yang mutakhir, juga untuk meluruskan informasi obat yang sebagian besar berasal dari
industri farmasi, agar tidak "bias" terhadap jenis/produk-produk tertentu. Adapun sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk intervensi antara lain:
- Media cetak: buletin, pedoman pengobatan.
- Pendidikan tatap muka (face to face education): kuliah penyegaran, seminar.
- Media elektronik: radio, televisi, video.
- Media lain.
Farmasi
dan
Terapi
mempunyai
tugas
dan
fungsi
untuk
Website
Kemkes
tentang
DOEN
(www.depkes.go.id)
atau
(www.binfar.depkes.go.id)
- Ketentuan umum DOEN
2. Formularium Obat
Formularium Obat adalah buku yang memuat daftar obat terpilih yang paling
dibutuhkan dan harus tersedia di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
Peran dan Fungsi Formularium Obat
Salah satu tahap penting dalam proses pengobatan adalah seleksi obat. Dalam tahap
ini seorang praktisi medik harus menetapkan jenis obat yang benar benar diperlukan bagi
pasien. Obat yang diresepkan haruslah yang paling efficacious dan aman bagi pasien.
Sayangnya proses pengambilan keputusan untuk memilih obat ini acap kali tidak didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah yang terkini dan valid. Gencarnya promosi obat oleh duta-duta
farmasi menjadi salah satu faktor penentu proses pengambilan keputusan ini, meskipun dalam
kenyataannya tidak semua obat yang dipromosikan memiliki bukti manfaat dan keamanan
yang dapat diandalkan.
3. Upaya Informasi
Upaya informasi secara ringkas dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Intervensi informasi bagi provider, yaitu dokter sebaga peresep (prescriber) dan
apoteker/asisten apoteker sebagai dispenser.
b. Intervensi informasi bagi pasien/masyarakat.
Bagi dokter, intervensi informasi bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam
memperoleh informasiinformasi ilmiah yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan
praktek keprofesiannya. Mutu informasi yang tersedia hendaknya tetap dipelihara dengan
cara menyeleksi secara ketat sumber informasi yang handal, tidak memihak/seimbang dan
bebas dari pengaruh promosi industri farmasi.
Bagi apoteker, sebagai dispenser (penyerah obat), intervensi informasi bertujuan untuk
memberi kemudahan dalam memperoleh informasi ilmiah yang diperlukan dalam menunjang
pelaksanaan praktek keprofesiannya. Dengan informasi tersebut, dispenser dapat menjelaskan
cara menyimpan dan minum obat secara tepat, serta hal-hal lain yang perlu diperhatikan.
Bagi pasien/masyarakat, intervensi informasi lebih ditujukan untuk mendidik agar
memahami dengan benar setiap upaya pengobatan yang diberikan, karena keberhasilan terapi
sangat ditentukan oleh ketaatan pasien untuk menjalankan setiap upaya pengobatan yang
diberikan oleh dokter. Masih kurang tertatanya sistem informasi pengobatan dari dokter ke
pasien menjadi salah satu masalah dalam proses terapi. Di satu sisi salah satu alasan dokter
mengapa tidak rasional adalah akibat tekanan dan permintaan pasien terhadap obat tertentu
(misalnya penggunaan injeksi). Sementara itu di pihak pasien sebenarnya tidak pernah ada
keberatan terhadap setiap proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Dengan demikian,
selama dokter dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, maka tidak mungkin
pasien berniat mendikte dokter, apalagi memaksakan kehendak untuk mendapatkan jenis
terapi tertentu. Informasi yang disampaikan ke pasien antara lain:
DAFTAR PUSTAKA
Abraham Simatupang Pedoman WHO Tentang Penulisan Resep Yang Baik Sebagai Bagian
Penggunaan Obat Yang Rasional
Kementerian Kesehatan RI 2011 Modul Penggunaan Obat Rasional