A. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Nugroho, 2000)
Batas-Batas Lanjut Usia (dikutip dari Ismayadi, 2004).
1. Batasan usia menurut WHO meliputi :
a. usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.
c. lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun.
d. usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :
Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain.
Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi
sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia.
Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan
menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan mencari kegiatan untuk
mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu untuk bekerja
ketika mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut, kewajiban untuk
menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena
kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering
mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia
lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan
pasangan, perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk
menghindari kesepian dan menerima kematian dengan tenang.
b. Sistem Persarafan.
1) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4) Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Pendengaran.
1) Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
2) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
d. Sistem Penglihatan.
1) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih
5) lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
6) Hilangnya daya akomodasi.
7) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
8) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
e. Sistem Kardiovaskuler.
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan pusing mendadak.
5) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
g. 7. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) Kemampuan untuk batuk berkurang.
6) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambaha usia.
h. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap
rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
B. Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (Hereditas)
e. Lingkungan
Kenangan (Memory).
a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup
beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan
pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
C. Perubahan-perubahan Psikososial.
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan
mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
1) Kehilangan finansial (income berkurang).
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala
fasilitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
D. Perkembangan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.
Masalah Umum yang Unik Bagi Lanjut Usia.
1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung pada orang lain.
2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai
perubahan besar dalam pola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau isteri yang telah meninggal atau pergi
jauh atau cacat
5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah
6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa
7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang
dewasa
8. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut dan
memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan yang lebih cocok
9. Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat dan kriminalitas karena mereka
tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri
7. Penyakit-penyakit lain.
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (senilis).
B. PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian Peran dan Hubungan Antar Manusia
a. Kaji status perkawinan individu (single, kawin, janda, cerai).
b. Kaji respon kehilangan individu seperti suami, istri atau orang penting lainnya
c. Apakah individu hidup sendiri atau dengan orang lain
d. Jika individu tersebut hidup dengan orang lain, siapakah mereka dan apa cara mereka
berhubungan? Apakah masih mempunyai struktur keluarga?
e. Bagaimana seseorang menggambarkan hubungan dalam keluarga
f. Kaji hubungan klien dengan teman karib.
g. Kaji hubungan kerja
h. Kaji perasaan klien yang sudah pensiun
i. Kaji apakah klien merasa bagian dari masyarakat atau lingkungan
B. Analisa data (data fokus)
Data subjektif: pasien akan mengeluhkan badan lemas, tenaga berkurang, stres, penglihatan
berkurang, dll.
Data Objektif: pasien tampak perubahan pada semua sistem tubuh.
C. Rencana Keperawatan.
1. Berduka b.d perasaan kehilangan.
Tujuan: mampu mengekspresikan apa yang diinginkan atau apa yang dirasakan secara
terbuka.
Kriteria hasil: mampu mendiskusikan kehilangan dan berpartisipasi dalam perencanaan
dimasa datang.
Intervensi:
a. Kaji derajat penurunan tingkat koping pasien.
Rasional: informasi ini bermanfaat untuk memahami seberapa banyak pasien mampu
melakukan sesuatu untuk mempertahankan tingkat kemandiriannya yang tertinggi dan untuk
memberikan anjuran agar dapat membantu individu dalam mengatasi kehilangan.
b. Hormati keinginan pasien untuk tidak berbicara.
Rasional: mungkin tidak siap untuk menghadapi perasaan berduka.
c. Bersikap tulus, jangan memberikan jaminan yang tidak pasti.
Rasional: ketulusan dapat meningkatkan hubungan saling percaya.
d. Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan
perasaan dan masalah secara realistis.
Rasional: kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan.
e. Identifikasi tingkat rasa duka/disfungsi
Rasional: kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu individu
menghadapi rasa duka dalam berbagai cara yang berbeda.
1) Penyangkalan: waspada terhadap tingkah laku menghindar, rasa marah, menarik diri. Izinkan
pasien untuk berbicara mengenai apa yang menjadi pilihannya dan tidak mencoba untuk
memaksa pasien menghadapi fakta.
Rasional: menolak realita adalah fase penting dimana pasien akan melindungi dirinya dari
rasa sakit dan realita mengenai ancaman kehilangan.
2) Marah: catat tingkah laku menarik diri, kurangnya kerja sama, dan ekspresi langsung marah.
Pahami bahasa tubuh dan kaji artinya dengan pasien. Dorong/izinkan verbalisasi rasa marah
dengan menghargai perasaan dan persiapan batas-batas mengenai tingkah laku yang
destruktif.
Rasional: penolakan akan menimbulkan perasaan marah, gusar, bersalah, benci. Pasien akan
menemukan bahwa sulit untuk menunjukkan rasa marah secara langsung dan mungkin akan
merasa bersalah mengenai rasa marah. Meskipun staf sulit untuk berhadapan dengan tingkah
laku marah, penerimaan akan hal tersebut akan membuat pasien dapat mengatasi rasa marah
dan mengarah pada tingkah laku koping yang lebih efektif.
3) Tawar menawar: hati-hati terhadap pernyataan seperti...jika saya melakukan hal ini, maka
akan menyelesaikan masalah. Izinkan verbalisasi tanpa konfrontasi mengenai realita.
Rasional: tawar menawar dengan pemberi perawatan atau Tuhan seringkali terjadi, mungkin
berguna untuk memilai resolusi dan penerimaan. Pasien mungkin dapat mengatasi rasa
bersalah mengenai hal-hal yang dilakukan dan yang tidak dilakukan.
4) Depresi: berikan pasien izin dimana dia berada, berikan kenyamanan dan juga perawatan
untuk kebutuhan fisik.
Rasional: jika pasien tidak lagi dapat menolak realita kehilangan, perasaan tidak berdaya dan
putus asa akan menggantikan rasa marah. Pasien membutuhkan informasi bahwa hal ini
adalah perkembangan perasaan yang normal.
5) Penerimaan: menghargai kebutuhan pasien dan harapannya untuk ketenangan, privasi dan
berbicara.
Rasional: setelah melewati penyangkalan, rasa marah dan depresi, pasien seringkali memilih
untuk sendiri dan tidak ingin banyak berbicara pada saat itu. Pasien mungkin masih memiliki
sedikit harapan yang dapat mendukungnya terhadap apapun yang terjadi saat itu.
f. Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan.
Rasional: proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasinya dengan
berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan. Jika prosesnya
bersifat disfungsional atau perpanjangan, intervensi yang lebih agresif mungkin dibutuhkan
untuk mempermudah proses.
g. Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon fisik seperti makan,
tidur dan aktivitas.
Rasional: mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek-aspek fisik
dari rasa berduka.
Intervensi keperawatan:
a) Tanyakan pasien dengan nama apa ingin dipanggil.
Rasional: menunjukkan kesopansantunan/penghargaan dan pengakuan personal.
b) Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyamanan dan siapa yang harus
memberitahukan bila ada keadaan penting.
Rasional: memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengurangi atau
tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien.
c) Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien.
Rasional: perhatian dapat lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan masalah juga strategi
koping pasien dan keefektifannya.
d) Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya.
Rasional: membantu pasien/orang terdekat untuk mulai menerima perubahan dan mengurangi
ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya hidup.
e) Berikan lingkungan yang tidak berbahaya.
Rasional: meningkatkan perasaan aman, mendorong verbalisasi.
f) Amati komunikasi non verbal, misalnya postur tubuh dan gerakan, kontak mata, sikap,
sentuhan.
Rasional: bahasa nonverbal adalahbagian terbesar dari komunikasi. Bagaimana orang
menggunakan sentuhan untuk menyediakan informasi mengenai bagaimana hal itu diterima
dan senyaman apakah individu sewaktu disentuh.
g) Amati dan gambarkan tingkah laku dalam ketentuan yang objektif.
Rasional: seluruh tingkah laku memiliki arti, sebagian jelas, sebagian lagi harus diidentifikasi
h) Kenali langkah-langkah adaptasi pasien untuk menentukan situasi saat ini.
Rasional: kegagalan dalam menyediakan kebutuhan pasien dalam menunjukkan kurangnya
pemahaman pribadi sebagai individu dan mungkin mengakibatkan timbulnya rasa rendah
diri.
i) Kenalkan tugas-tugas pada tingkat pemahaman pasien, mengembangkannya ke arah aktivitas
yang lebih kompleks yang dapat ditoleransi.
Rasional: menyediakan, menegaskan kesanggupan dan meningkatkan penghargaan diri.
j) Bantu pasien atau orang terdekat dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal
tersebut mungkin diperlukan untuk dilepaskan atau diubah.
Rasional: memberi kesempatan mengidentifikasi kesalahan konsep dan mulai melihat pilihan-
pilihan, meningkatkan orientasi realita.
k) Berikan informasi mengenai sumber-sumber komunitas.
Rasional; memungkinkan pasien/orang terdekat untuk berhubungan dengan grup yang
diminati dengan cara membantu dan perlengkapan pendukung, pelayanan dan konseling.
D. Implementasi
Melakukan semua rencana tindakan yang berhubungan dengan kebutuhan pasien yang
berfokus kepada asuhan keperawatan yang mencakup bio-psiko-sosio-spiritual.
E. Evaluasi
Proses penuaan dapat dicegah dan diperlambat apabila kita memiliki gaya hidup yang baik
dan sehat serta konsisten mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yang tentu saja
harus dibarengin dengan komitmen dan keinginan untuk hidup sehat. Bila hal ini tetap
dijalankan maka orang yang lanjut usia tetap sehat secara bio-psiko-sosio-spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
3. Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
4. Ismayadi. (2004). Proses menua. Medan: PSIK FK USU.
5. Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
6. Tortora,G & Derrickson,B. (2006). Principles Of Anatomy and Physiology. USA:Willey.