Anda di halaman 1dari 21

GERONTIK

A. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Nugroho, 2000)
Batas-Batas Lanjut Usia (dikutip dari Ismayadi, 2004).
1. Batasan usia menurut WHO meliputi :
a. usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.
c. lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun.
d. usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :
Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain.
Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi
sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia.
Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan
menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan mencari kegiatan untuk
mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu untuk bekerja
ketika mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut, kewajiban untuk
menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena
kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering
mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia
lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan
pasangan, perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk
menghindari kesepian dan menerima kematian dengan tenang.

B. Teori - Teori Penuaan dan Proses Menua


1. Teori Penuaan
Dari sudut pandang ilmiah, mengapa dan bagaimana tubuh kita mengalami penuaan
masih merupakan misteri yang terus menerus dicari jawabannya oleh para ilmuwan.
Proses penuaan itu sendiri dapat melingkupi adanya perubahan pada jaringan tubuh
sampai dengan perubahan mekanisme pada tingkat sel. Selama bertahun-tahun,
banyak teori yang berusaha menjelaskan mengenai proses ini dan perubahan-
perubahan apa yang menyebabkan penuaan.
Teori penuaan pada dasarnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu teori Program dan
Teori Wear and Tear.
a. Teori program
Menekankan prinsip bahwa di dalam tubuh manusia terdapat suatu jam biologis,
mulai dari proses janin sampai pada kematian dalam suatu model yang memiliki
program yang sudah tercetak. Peristiwa ini terprogram mulai dari tingkat sel
sampai embrio, janin, masa bayi dan anak-anak, remaja, dewasa menjadi tua dan
akhirnya meninggal.
Teori Program meliputi pembatasan replikasi sel, proses imun, dan mekanisme
neuroendokrin dari penuaan. Pada suatu penelitian laboratorium diketahui bahwa
sel normal memiliki kapasitas yang terbatas untuk melakukan pembelahan yang
terus menerus, hal inilah yang terjadi pada sel-sel tubuh orang dewasa yang
akhirnya menjadi tua dan lemah, teori ini menjadi dasar dari teori pembatasan
replikasi sel. Mekanisme neuroendokrin mengatakan bahwa ketika manusia
menjadi tua, tubuh hanya mampu memproduksi hormon lebih sedikit akibatnya
fungsi tubuh terganggu dan muncul berbagai keluhan.
b. Teori Wear and Tear
Menjelaskan bahwa tubuh dan sel-selnya yang terlalu sering digunakan dan
disalahgunakan secara terus menerus akan menjadi lemah dan akan mengalami
kerusakan dan akhirnya meninggal. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal,
kulit dan yang lain akan menurun fungsinya karena toksin di dalam makanan dan
lingkungan yang kita terima setiap hari, selain itu juga akibat dari konsumsi
lemak, gula, kafein, nikotin, alkohol yang berlebihan. Dan yang tidak kalah
penting adalah akibar dari paparan sinar matahari serta stress fisik dan psikis.
Yang harus diingat adalah bahwa kerusakan ini tidak terbatas pada organ,
melainkan juga terjadi pada tingkat sel.
2. Teori Proses Menua
a. Teori Biologi
1) Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan
sel-sel tubuh diprogram untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia
dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel
yang akan membelah terlihat sedikit. Hal ini akan memberikan beberapa
pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa
pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan, sesuai dengan bertambahnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung,
sel pada jaringan dan organ dalam, sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut
dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak
sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Sel cenderung mengalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena
sistem sel tidak dapat diganti.
2) Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species
tertentu. Tiap species mempunyai didalam nukleus (inti selnya) suatu jam
genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit. Konsep genetik clock
didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa
pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
(misalnya manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27
tahun, sapi 20 tahun)
Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk
beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan tertentu. Usia harapan
hidup tertinggi di dunia terdapat di Jepang yaitu pria 76 tahun dan wanita 82
tahun (WHO, 1995).
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai
hal ini Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam
kultur dengan umur spesies. Untuk membuktikan apakah yang mengontrol
replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka dilakukan trasplantasi silang
dari nukleus. Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang
menentukan jumlahreplikasi, kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya.
3) Sintesis Protein (kolagen dan elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk
dan struktrur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak
kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya
serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. (Tortora &
anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan
permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga
terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.
4) Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar
yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.Ketidak mampuan
mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel
mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora, 2006)
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses
pengambilan nutrien dengan proses ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi
komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi proses diatas,
dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan
genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang
mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini
akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.
5) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang
mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun.
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai
jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua akan menyebabkan reaksi
histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah
bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia
(Brocklehurst, 1987).
Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan
pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun,
sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker
yang meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Teori atau kombinasi teori
apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan, dalam pengertian
biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk
beradaptasi terhadap stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup
dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit. (kronik dan akut)
b. Teori Psikologis
1) Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia
merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan
oleh mereka, untuk melepaskan diri dari masyarakat.
2) Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari
aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan
melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian.
Penyebab Proses Penuaan
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses penuaan.
Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal
dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang
menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga
faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar
ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling
terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Tubuh kita membentuk suatu reaksi kimia kompleks yang membentuk suatu molekul
kimia yang tidak stabil yang disebut radikal bebas. Molekul radikal bebas ini dapat
menyebabkan kerusakan pada sel yang sehat melalui suatu proses yang disebut dengan
Oksidasi. Proses ini sama seperti proses yang kita lihat pada apel hijau yang berubah
warna menjadi coklat atau logam tembaga yang berubah warna dari emas kemerahan
menjadi biru kehijauan. Produksi radikal bebas ini dapat meningkat jumlahnya apabila
kita sering terpapar oleh sinar matahari, merokok, polusi udara dan mengkonsumsi
makanan yang rendah nilai gizinya. Produksi radikal bebas yang semakin meningkat
dalam tubuh kita memberi kontribusi yang besar terhadap terjadinya proses penuaan
berbagai organ tubuh.
Stres juga berperan besar pada semakin cepatnya proses penuaan terjadi. Stres dalam
hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani. Apabila tubuh kita
mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk memulihkan diri sendiri. Pada
batas tertentu tubuh dapat pulih namun tidak seratus persen dan tentu tidak pada semua
kasus. Semakin sering tubuh kita mengalami stres maka makin kecil kemungkinan
tubuh untuk pulih akibatnya tubuh semakin menua dan menjadi rentan terhadap
penyakit. Apa yang menyebabkan tubuh kita tidak bisa sepenuhnya memulihkan
kerusakan tadi, sebagian besar belum diketahui.

C. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia.


1. Perubahan-perubahan Fisik
a. Sel.
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

b. Sistem Persarafan.
1) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4) Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Kurang sensitif terhadap sentuhan.

c. Sistem Pendengaran.
1) Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
2) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.

d. Sistem Penglihatan.
1) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih
5) lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
6) Hilangnya daya akomodasi.
7) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
8) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

e. Sistem Kardiovaskuler.
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan pusing mendadak.
5) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.


1) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.
2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
akibatnya aktivitas otot menurun.

g. 7. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) Kemampuan untuk batuk berkurang.
6) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambaha usia.

h. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap
rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.

10. Sistem Perkemihan.


a. Ginjal
b. Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah
yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan
terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

11. Sistem Endokrin.


a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.

12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )


a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13. Sistem Muskuloskletal


a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ), menyebabkan seseorang bergerak
menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

B. Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (Hereditas)
e. Lingkungan

Kenangan (Memory).
a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup
beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan
pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

C. Perubahan-perubahan Psikososial.
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan
mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
1) Kehilangan finansial (income berkurang).
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala
fasilitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

D. Perkembangan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.
Masalah Umum yang Unik Bagi Lanjut Usia.
1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung pada orang lain.
2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai
perubahan besar dalam pola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau isteri yang telah meninggal atau pergi
jauh atau cacat
5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah
6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa
7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang
dewasa
8. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut dan
memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan yang lebih cocok
9. Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat dan kriminalitas karena mereka
tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri

Penyakit Lanjut Usia Di Indonesia.


1. Penyakit sistem paru dan kardiovaskuler.
a. Paru-paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru-
paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatan kontraksi otot pernafasan sehingga
menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut usia diantaranya pneumonia,
kematian cukup tinggi sampai 40 % yang terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun.
Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih cukup tinggi.
b. Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit menurun. Yang paling banyak
mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas dan
juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan
menurunnya kekuatan otot jantung. Pada lansia, tekanan darah meningkat secara bertahap.
Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50 % dibanding orang
berusia 20 tahun. Tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua
mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal.
Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang disebut jantung iskemi.
Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung iskemi adalah pada
pembuluh darah jantung akibat arteriosklerosis serta faktor pencetusnya bisa karena banyak
merokok, kadar kolesterol tinggi, penderita diabetes mellitus dan berat badan berlebihan serta
kurang berolah raga.
Masalah lain pada lansia adalah hipertensi yang sering ditemukan dan menjadi faktor utama
penyebab stroke dan penyakit jantung koroner.

2. Penyakit pencernaan makanan.


Penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia antara lain gastritis dan ulkus
peptikum, dengan gejala yang biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan, mual-mual,
perut terasa tidak enak. Namun keluhan seperti kembung, perut terasa tidak enak seringkali
akibat ketidakmampuan mencerna makanan karena menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.
Sembelit/konstipasi kurang nafsu makan juga sering dijumpai.

3. Penyakit sistem urogenital.


Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran kelenjar prostat (hipertrofi
prostat), yang mengakibatkan gangguan buang air kecil, sedang pria lanjut usia banyak
dijumpai kanker pada kelenjar prostat.
Pada wanita bisa dijumpai peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat
gangguan buang air kecil. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandung kemih dan
adanya tumor yang menyumbat saluran kemih.

4. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).


Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah besar di saat stress dan
berperan penting dalam reaksi mengatasi stress.
Oleh karena itu, dengan mundurnya produksi hormon inilah lanjut usia kurang mampu
menghadapi stress. Menurunnya hormon tiroid juga menyebabkan lansia tampak lesu dan
kurang bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya seperti adanya menopause
pada wanita, sedang pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar testis. Penyakit metabolik
yang banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan osteoporosis.

5. Penyakit pada persendian tulang.


Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi-sendi
tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia sering mengeluhkan linu-linu, pegal, dan
kadang-kadang terasa nyeri. Biasanya yang terkena adalah persendian pada jari-jari, tulang
punggung, sendi-sendi lutut dan panggul. Gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh
(gout) menyebabkan nyeri yang sifatnya akut.
Terjadinya osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut usia mudah patah. Biasanya
patah tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh, akibat kekuatan otot berkurang,
koordinasi anggota badan menurun, mendadak pusing, penglihatan yang kurang baik, dan
bisa karena cahaya kurang terang dan lantai yang licin.

6. Penyakit yang disebabkan proses keganasan.


Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua seseorang makin mudah
dihinggapi penyakit kanker. Pada wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim, payudara dan
saluran pencernaan, yang biasanya dimulai pada usia 50 tahun. Kanker pada pria paling
banyak dijumpai pada paru-paru, saluran pencernaan dan kelenjar prostat.

7. Penyakit-penyakit lain.
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (senilis).

B. PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian Peran dan Hubungan Antar Manusia
a. Kaji status perkawinan individu (single, kawin, janda, cerai).
b. Kaji respon kehilangan individu seperti suami, istri atau orang penting lainnya
c. Apakah individu hidup sendiri atau dengan orang lain
d. Jika individu tersebut hidup dengan orang lain, siapakah mereka dan apa cara mereka
berhubungan? Apakah masih mempunyai struktur keluarga?
e. Bagaimana seseorang menggambarkan hubungan dalam keluarga
f. Kaji hubungan klien dengan teman karib.
g. Kaji hubungan kerja
h. Kaji perasaan klien yang sudah pensiun
i. Kaji apakah klien merasa bagian dari masyarakat atau lingkungan
B. Analisa data (data fokus)
Data subjektif: pasien akan mengeluhkan badan lemas, tenaga berkurang, stres, penglihatan
berkurang, dll.
Data Objektif: pasien tampak perubahan pada semua sistem tubuh.
C. Rencana Keperawatan.
1. Berduka b.d perasaan kehilangan.
Tujuan: mampu mengekspresikan apa yang diinginkan atau apa yang dirasakan secara
terbuka.
Kriteria hasil: mampu mendiskusikan kehilangan dan berpartisipasi dalam perencanaan
dimasa datang.
Intervensi:
a. Kaji derajat penurunan tingkat koping pasien.
Rasional: informasi ini bermanfaat untuk memahami seberapa banyak pasien mampu
melakukan sesuatu untuk mempertahankan tingkat kemandiriannya yang tertinggi dan untuk
memberikan anjuran agar dapat membantu individu dalam mengatasi kehilangan.
b. Hormati keinginan pasien untuk tidak berbicara.
Rasional: mungkin tidak siap untuk menghadapi perasaan berduka.
c. Bersikap tulus, jangan memberikan jaminan yang tidak pasti.
Rasional: ketulusan dapat meningkatkan hubungan saling percaya.
d. Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan
perasaan dan masalah secara realistis.
Rasional: kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan.
e. Identifikasi tingkat rasa duka/disfungsi
Rasional: kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu individu
menghadapi rasa duka dalam berbagai cara yang berbeda.
1) Penyangkalan: waspada terhadap tingkah laku menghindar, rasa marah, menarik diri. Izinkan
pasien untuk berbicara mengenai apa yang menjadi pilihannya dan tidak mencoba untuk
memaksa pasien menghadapi fakta.
Rasional: menolak realita adalah fase penting dimana pasien akan melindungi dirinya dari
rasa sakit dan realita mengenai ancaman kehilangan.
2) Marah: catat tingkah laku menarik diri, kurangnya kerja sama, dan ekspresi langsung marah.
Pahami bahasa tubuh dan kaji artinya dengan pasien. Dorong/izinkan verbalisasi rasa marah
dengan menghargai perasaan dan persiapan batas-batas mengenai tingkah laku yang
destruktif.
Rasional: penolakan akan menimbulkan perasaan marah, gusar, bersalah, benci. Pasien akan
menemukan bahwa sulit untuk menunjukkan rasa marah secara langsung dan mungkin akan
merasa bersalah mengenai rasa marah. Meskipun staf sulit untuk berhadapan dengan tingkah
laku marah, penerimaan akan hal tersebut akan membuat pasien dapat mengatasi rasa marah
dan mengarah pada tingkah laku koping yang lebih efektif.
3) Tawar menawar: hati-hati terhadap pernyataan seperti...jika saya melakukan hal ini, maka
akan menyelesaikan masalah. Izinkan verbalisasi tanpa konfrontasi mengenai realita.
Rasional: tawar menawar dengan pemberi perawatan atau Tuhan seringkali terjadi, mungkin
berguna untuk memilai resolusi dan penerimaan. Pasien mungkin dapat mengatasi rasa
bersalah mengenai hal-hal yang dilakukan dan yang tidak dilakukan.
4) Depresi: berikan pasien izin dimana dia berada, berikan kenyamanan dan juga perawatan
untuk kebutuhan fisik.
Rasional: jika pasien tidak lagi dapat menolak realita kehilangan, perasaan tidak berdaya dan
putus asa akan menggantikan rasa marah. Pasien membutuhkan informasi bahwa hal ini
adalah perkembangan perasaan yang normal.
5) Penerimaan: menghargai kebutuhan pasien dan harapannya untuk ketenangan, privasi dan
berbicara.
Rasional: setelah melewati penyangkalan, rasa marah dan depresi, pasien seringkali memilih
untuk sendiri dan tidak ingin banyak berbicara pada saat itu. Pasien mungkin masih memiliki
sedikit harapan yang dapat mendukungnya terhadap apapun yang terjadi saat itu.
f. Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan.
Rasional: proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasinya dengan
berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan. Jika prosesnya
bersifat disfungsional atau perpanjangan, intervensi yang lebih agresif mungkin dibutuhkan
untuk mempermudah proses.
g. Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon fisik seperti makan,
tidur dan aktivitas.
Rasional: mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek-aspek fisik
dari rasa berduka.

2. Ansietas b.d konflik yang tidak disadari


Tujuan: pasien memahami dan mendiskusikan rasa takut.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan kewaspadaan akan perasaan ansietas dan cara-cara sehat untuk
menghadapinya
- Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunakan sumber-sumber secara efektif.
Intervensi Keperawatan:
a) Catat palpitasi, peningkatan denyut/frekuensi pernafasan.
Rasional: perubahan tanda vital mungkin menunjukkan ansietas yang dialami pasien.
b) Pahami rasa takut/ansietas. Validasi observasi dengan pasien, misalnya apakah anda takut?
Rasional: perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapat
mendiskusikan dan menghadapinya.
c) Kaji tingkat/realita bahaya bagi pasien dan tingkt ansietas dengan mengamati tingkah laku
seperti tangan yang mencekram, mata yang membesar, alis berkerut, penyerangan
verbal/fisik.
Rasional; respon individu bervariasi tergantung kultural yang dipelajari. Persepsi yang
menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan.
d) Catat pembatasan fokus perhatian (mis, konsentrasi pasien terhadap suatu hal pada waktu
tertentu).
Rasional; penyempitan fokus umumnya merefleksikan rasa takut/ kepanikan yang luar biasa.
e) Observasi isi dan pola pembicaraan: cepat/lambat, tekanan, kata-kata yang digunakan,
tertawa.
Rasional: menyediakan petunjuk mengenai faktor-faktor seperti tingkat ansietas, kemampuan
untuk memahami kerusakan otak ataupun kemungkinan perbedaan bahasa.
f) Nyatakan realita dari situasi seperti apa yang dilihat pasien, tanpa mempertanyakan apa yang
dipercaya.
Rasional; pasien mungkin perlu menolak realitas sampai siap untuk menghadapinya. Sangat
tidak berguna untuk memaksa pasien menghadapi kenyataan.
g) Evaluasi mekanisme koping yang digunakan untuk berhadapan dengan perasaan ataupun
ancaman yang sesungguhnya.
Rasional: penolakan dan regresi mungkin dapat membantu mekanisme koping.
h) Ulangi mekanisme koping yang digunakan pada waktu lampau, misalnya kemampuan
memecahkan masalah, pengenalan/permintaan bantuan.
Rasional: memberi kesempatan untuk membangun sumber yang dapat digunakan secara baik
oleh pasien.
i) Pertahankan kontak dengan pasien atau orang terdekat. Selalu sedia untuk mendengarkan dan
bicara jika dibutuhkan.
Rasional: memantapkan hubungan, meningkatkan ekspresi perasaan dan membantu pasien
dan orang terdekat untuk melihat realita.
j) Identifikasi cara-cara dimana pasien mendapat bantuan jika dibutuhkan.
Rasional; memberikan jaminan bahwa staf bersedia untuk membantu.
k) Temani atau atur supaya ada seseorang bersama pasien.
Rasional; dukungan yang terus menerus membantu pasien memperoleh kembali kontrol lokus
internal dan mengurangi ansietas ke tingkat yang dapat diatasi.
l) Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan pasien. Menjawab pertanyaan dengan
bebas dan jujur dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Rasional: informasi yang kompleks atau informasi yang menimbulkan ansietas dapat
diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi, dan pada waktu kesempatan meningkat dan
fakta telah diberikan, individu akan menerima untuk apa mereka telah siap.
m) Hindari harapan kosong, misalnya pernyataan semua akan berjalan lancar. Lebih baik
menyediakan informasi yang spesifik seperti denyut jantung anda teratur, rasa sakit dapat
dengan mudah dikontrol dan itu yang kita inginkan.
Rasional: harapan palsu akan diinterpretasikan sebagai kurangnya pemahaman atau
kejujuran.
n) Gunakan sentuhan, sentuhan terapeutik, masase dan terapi lainnya sesuai indikasi.
Rasional: membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia, penurunan rasa terisolasi dan
membantu pasien untuk mengurangi perasaan kuatir. Sentuhan terapeutik adalah metode
menggunakan tangan secara langsung ke arah kekuatan manusia untuk membantu ataupun
untuk menyembuhkan.

3. Harga diri rendah b.d merasakan kegagalan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan.


Tujuan; pasien mampu menunjukkan pandangan yang realistik dan pemahaman diri terhadap
situasi.
Kriteria hasil; mampu menunjukkan adaptasi terhadap perubahan yang dibuktikan dengan
mempersiapkan keberhasilan realistis dan partisipasi aktif dalam hubungan personal.

Intervensi keperawatan:
a) Tanyakan pasien dengan nama apa ingin dipanggil.
Rasional: menunjukkan kesopansantunan/penghargaan dan pengakuan personal.
b) Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyamanan dan siapa yang harus
memberitahukan bila ada keadaan penting.
Rasional: memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengurangi atau
tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien.
c) Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien.
Rasional: perhatian dapat lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan masalah juga strategi
koping pasien dan keefektifannya.
d) Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya.
Rasional: membantu pasien/orang terdekat untuk mulai menerima perubahan dan mengurangi
ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya hidup.
e) Berikan lingkungan yang tidak berbahaya.
Rasional: meningkatkan perasaan aman, mendorong verbalisasi.
f) Amati komunikasi non verbal, misalnya postur tubuh dan gerakan, kontak mata, sikap,
sentuhan.
Rasional: bahasa nonverbal adalahbagian terbesar dari komunikasi. Bagaimana orang
menggunakan sentuhan untuk menyediakan informasi mengenai bagaimana hal itu diterima
dan senyaman apakah individu sewaktu disentuh.
g) Amati dan gambarkan tingkah laku dalam ketentuan yang objektif.
Rasional: seluruh tingkah laku memiliki arti, sebagian jelas, sebagian lagi harus diidentifikasi
h) Kenali langkah-langkah adaptasi pasien untuk menentukan situasi saat ini.
Rasional: kegagalan dalam menyediakan kebutuhan pasien dalam menunjukkan kurangnya
pemahaman pribadi sebagai individu dan mungkin mengakibatkan timbulnya rasa rendah
diri.
i) Kenalkan tugas-tugas pada tingkat pemahaman pasien, mengembangkannya ke arah aktivitas
yang lebih kompleks yang dapat ditoleransi.
Rasional: menyediakan, menegaskan kesanggupan dan meningkatkan penghargaan diri.
j) Bantu pasien atau orang terdekat dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal
tersebut mungkin diperlukan untuk dilepaskan atau diubah.
Rasional: memberi kesempatan mengidentifikasi kesalahan konsep dan mulai melihat pilihan-
pilihan, meningkatkan orientasi realita.
k) Berikan informasi mengenai sumber-sumber komunitas.
Rasional; memungkinkan pasien/orang terdekat untuk berhubungan dengan grup yang
diminati dengan cara membantu dan perlengkapan pendukung, pelayanan dan konseling.

4. Resiko trauma b.d kelemahan, disorientasi, ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya dalam


lingkungan.
Tujuan: pasien tidak mengalami trauma.
Kriteria hasil: pasien mengenali resiko potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-
tahap memperbaikinya.
Rencana Tindakan:
a) Kaji derajat gangguan kemampuan dan penurunan persepsi visual.
Rasional: mengidentifikasi resiko potensial di lingkungan dan mempertinggi kesadaran akan
bahaya. Penurunan persepsi visual meningkatkan resiko jatuh.
b) Hilangkan/minimalkan sumber bahaya dalam lingkungan.
Rasional: seseorang dengan gangguan kognitif dan gangguan persepsi merupakan awal untuk
mengalami trauma sebagai akibat ketidakmampuan terhadap kebutuhan keamanan.
c) Kaji kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
Rasional: pasien yang lemah tidak mampu beraktivitas mandiri sehingga harus dibantu.
d) Kaji prilaku pasien.
Rasional: pasien disorientasi terutama tempat dapat membahayakan pasien.

5. Perubahan proses pikir b.d kehilangan memori, konflik psikologis.


Tujuan:mengenali perubahan dalam berpikir dan tingkah laku.
Kriteria hasil: mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,
ancaman dan kebingungan.
Rencana tindakan:
a) Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi terhadap orang, tempat, waktu,
rentang perhatian, kemampuan berpikir. Bicarakan dengan orang terdekat mengenai
perubahan tingkah laku.
Rasional: memberikan dasar untuk evaluasi/perbandingan dan mempengaruhi pilihan dalam
intervensi. Evaluasi dari orientasi secara berulang dapat secara nyata meninggikan respon
yang negatif/tingkat frustasi pasien.
b) Pertahankan lingkungan yang tenang dan menyenangkan.
Rasional: keramaian/orang banyak biasanya merupakan sensori yang berlebihan yang
meningkatkan gangguan neuron.
c) Lakukan pendekatan secara perlahan dan tenang.
Rasional: pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien bingung yang mengalami
kesalahan persepsi atau perasaan terancam oleh imajinasi orang atau situasi tertentu.
d) Tatap wajah ketika berbicara dengan pasien.
Rasional: menimbulkan perhatian, terutama pada orang gangguan perseptual.
e) Panggil pasien dengan namanya.
Rasional; nama merupakan identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan
individu. Pasien mungkin berespon terhadap namanya sendiri setelah lama tidak mengenal
orang terdekat.
f) Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara perlahan dengan pasien.
Rasional: meningkatkan kemungkinan pemahaman, ucapan yang tinggi dan suara yang keras
menimbulkan stres/marah yang dapat mencetuskan memori konfrontasi sebelumnya dan
menjadi provokasi respon marah.
g) Gunakan kata-kata pendek dan kalimat sederhana, berikan instruksi sederhana (bertahap).
Ulangi instruksi tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: pusat komunikasi dalam otak mungkin saja terganggu yang menghilangkan
kemampuan individu pada proses penerimaan pesan dan percakapan secara keseluruhan.
h) Dengarkan dengan penuh perhatian isi dari bicara pasien. Interpretasikan pernyataan, arti dan
kata tersebut. Jika memungkinkan berikan kata yang benar.
Rasional: mengarahkan perhatian dan penghargaan individu, membantu pasien dengan alat
bantu proses kata dalam menurunkan frustasi.
i) Hindari kritikan, argumentasi dan konfrontasi negatif (stimulasi provokasi).
Rasional; provokasi menurunkan harga diri dan mungkin diartikan sebagai satu ancaman
yang membuat tingkah laku tidak sesuai.
j) Hindari pasien dari aktivitas dan komunikasi yang dipaksakan.
Rasional: keterpaksaan menurunkan keikutsertaan pasien dan dapat meningkatkan
kecurigaan, delusi.
k) Gunakan hal-hal yang humoris saat berinteraksi dengan pasien.
Rasional: tertawa dapat membantu komunikasi dan meningkatkan kestabilan emosi.
l) Fokuskan pada tingkah laku yang sesuai. Berikan penguatan yang positif , seperti tepuk
punggung atau tangan pasien, serta beri sentuhan.
Rasional: menguatkan tingkah laku yang benar/sesuai. Sentuhan secara teratur bertujuan
untuk menggantikan ungkapan verbal.
m) Berikan kesempatan untuk rasa saling memiliki dan dimiliki secara personal.
Rasional: kekeluargaan meningkatkan keamanan dan menurunkan perasaan akan kehilangan.
n) Ciptakan aktivitas yang sederhana dan tidak bersifat kompetitif yang didasarkan kepada
kemampuan individu.
Rasional: memotivasi pasien menguatkan kegunaannya dan kesenangan diri serta
merangsang realita.

D. Implementasi
Melakukan semua rencana tindakan yang berhubungan dengan kebutuhan pasien yang
berfokus kepada asuhan keperawatan yang mencakup bio-psiko-sosio-spiritual.

E. Evaluasi
Proses penuaan dapat dicegah dan diperlambat apabila kita memiliki gaya hidup yang baik
dan sehat serta konsisten mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yang tentu saja
harus dibarengin dengan komitmen dan keinginan untuk hidup sehat. Bila hal ini tetap
dijalankan maka orang yang lanjut usia tetap sehat secara bio-psiko-sosio-spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

1. Czeresna. H, dkk. (2000). Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Edisi I.


Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FKUI.
2. Darmojo. R, B. (2000). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 2.
Jakarta: FKUI.

3. Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
4. Ismayadi. (2004). Proses menua. Medan: PSIK FK USU.
5. Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
6. Tortora,G & Derrickson,B. (2006). Principles Of Anatomy and Physiology. USA:Willey.

Anda mungkin juga menyukai