Anda di halaman 1dari 48

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Penyakit Kusta adalah penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh kuman
kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya
kecuali susunan saraf pusat. 1
Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Di
antara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi
kusta yaitu prevalensi rate di bawah 1 per 10.000 penduduk. Lebih dari 10.000.000
penderita telah di sembuhkan dengan Multi Drug Therapy (MDT). Pada akhir tahun 1999
di jumpai 641.091 kasus masih dalam pengobatan pada tahun 2000. Walaupun suatu negara
telah mencapai eliminasi, tidak berarti bahwa kusta tidak lagi menjadi masalah.
Nampaknya kasus kusta akan terus ada, setidaknya hingga beberapa tahun ke depan.2,3
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 menyebutkan, penderita kusta
atau leprosis di Indonesia terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Pada akhir
2004, jumlah penderita baru penyakit kusta di Indonesia mencapai 16.572 orang dan
penderita yang telah disembuhkan mencapai 287.274 orang. Indonesia berhasil menekan
jumlah penderita kusta dari 60.000 menjadi 19.666 orang dalam kurun 1994-2004. 3

Di Indonesia pada tahun 2008 telah mencapai indikator eliminasi kusta yang
ditetapkan WHO, yaitu kurang dari 1 per 10.000 penduduk. NCDR penyakit kusta di
Indonesia tahun 2008 menurun menjadi 0,76 per 10.000 penduduk. Indikator lain dalam
penanggulangan kusta di Indonesia adalah angka proporsi cacat tingkat 2 dan proporsi
anak atau kurang dari 15 tahun di antara kasus baru sebesar 5% (Depkes, 2007). Proporsi
kecacatan tingkat 2 di Indonesia tahun 2008 sebesar 9,56% dan proporsi penderita anak di
antara kasus baru sebesar 11,3% (Depkes RI, 2009). Tingginya proporsi kecacatan tingkat
2 menunjukkan kinerja petugas dalam upaya penemuan kasus masih kurang efektif,
sedangkan tingginya proporsi penderita anak di antara kasus baru menunjukkan masih

1
adanya penularan kusta pada masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2009, Indonesia
memiliki 16.901 penderita kusta.1-3

Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka kejadian
kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2011 didapatkan sebanyak 2.057 penderita kusta,
dengan proporsi 257 penderita Paucibacillary (PB) dan 1.800 penderita Multibacillary
(MB). Penderita kusta terbanyak berada di Kabupaten Cirebon dengan jumlah penderitanya
sebanyak 237 orang. Kemudian Kabupaten Indramayu dengan jumlah penderitanya
sebanyak 211 orang, Kabupaten Bekasi dengan jumlah penderitanya sebanyak 191 orang,
Bekasi dengan jumlah penderitanya sebanyak 145 orang, dan Kabupaten Subang dengan
jumlah penderitanya sebanyak 126 orang. Case Detection Rate (NCDR) penyakit kusta per
100.000 penduduk Jawa Barat tahun 2011 sebesar 4,69. Angka proporsi kecacatan tingkat
2 di Jawa Barat sebesar 12,98% dan proporsi kasus kusta usia 0-14 tahun sebesar
7,73%.4,5,6
Menurut Kemenkes RI, di Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di
Jawa Barat yang masih tinggi jumlah penderita kusta. Tercatat 6 kasus kusta tipe PB dan
65 kasus kusta tipe MB pada tahun 2010. Sementara itu, prevalensi penyakit kusta di
Kecamatan Batujaya pada tahun 2011 mencapai 2,25 : 10.000 penduduk (target
<1:10.000).8
Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di
UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember
2011 sampai dengan November 2012.

2
1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah duiraikan diatas antara lain :

1.2.1. Penyakit Kusta merupakan penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya
kecuali susunan saraf pusat.
1.2.2. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, penyakit kusta masih
merupakan masalah di beberapa negara di dunia sebanyak 211.903 kasus.
1.2.3. Masih tingginya angka penemuan penderita kusta baru di Indonesia sebesar 8,03
per 100.000 penduduk, angka proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 10,23% dan
proporsi kasus kusta usia 0-14 tahun sebesar 11,97%, menurut Kemenkes pada
tahun 2011.
1.2.4. Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka kejadian
yang masih tinggi dengan penemuan penderita kusta baru sebesar 4,69 per 100.000
penduduk, angka proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 12,98% dan proporsi kasus
kusta usia 0-14 tahun sebesar 7,73% menurut Menkes pada tahun 2011.
1.2.5. Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang masih
tinggi jumlah penderita kusta tercatat 6 kasus kusta tipe PB dan 65 kasus kusta tipe
MB pada tahun 2010.
1.2.6. Pada tahun 2011 masih belum tercapainya target program Pemberantasan penyakit
kusta di wilayah Batujaya dimana jumlah penderita kusta sebesar 2,25 : 10.000
penduduk (target <1:10.000).
1.2.7. Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta
di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode
Desember 2011 sampai dengan November 2012.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum :

3
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan dan
penyelenggaraan Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan masalah-masalah
dalam Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan penyelesaiannya di UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember
2011 sampai dengan November 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus :

1.3.2.1. Diketahuinya angka penemuan penderita baru Kusta di UPTD Puskesmas


Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011
sampai dengan November 2012.
1.3.2.2. Diketahuinya angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di
UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada
periode Desember 2011 sampai dengan November 2012.
1.3.2.3. Diketahuinya prevalensi penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai
dengan November 2012.
1.3.2.4. Diketahuinya proporsi cacat tingkat 2 di UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai
dengan November 2012.
1.3.2.5. Diketahuinya proporsi penderita anak (0-14 tahun) di UPTD Puskesmas
Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011
sampai dengan November 2012.
1.3.2.6. Diketahuinya proporsi MB di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan
November 2012.
1.3.2.7. Diketahuinya cakupan penyuluhan di UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai
dengan November 2012.
1.3.2.8. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di UPTD Puskesmas
Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011
sampai dengan November 2012.

4
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Evaluator :
1.4.1.1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
1.4.1.2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program
khususnya Program Pemberantasan Penyakit Kusta.
1.4.1.3. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi :


1.4.2.1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
1.4.2.2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.
1.4.2.3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sebagai
universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3. Bagi UPTD Puskesmas yang dievaluasi :


1.4.3.1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Pemberantasan
Penyakit Kusta di wilayah kerjanya.
1.4.3.2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan
balik agar keberhasilan program dimasa mendatang (periode berikutnya)
dapat tercapai secara optimal.

1.4.4. Bagi Masyarakat :


1.4.4.1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita
Kusta diwilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya.

5
1.4.4.2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan
rantai penularan Kusta diwilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya.
1.4.4.3. Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya.
1.5. Sasaran
Semua penduduk yang bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, pada periode Desember 2011 sampai dengan
November 2012.
.

Bab II
Materi dan Metode

6
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan, triwulan, dan
tahunan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November
2012, yang berisi kegiatan :
2.1.1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta
2.1.2. Penentuan Diagnosis dan Klasifikasi Penderita Kusta
2.1.3. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan
2.1.4. Pemantauan Keberhasilan Pengobatan Penderita Kusta
2.1.5. Pemeriksaaan Kontak
2.1.6. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri
2.1.7. Penyuluhan
2.1.8. Pencatatan dan Pelaporan

2.2. Metode

Untuk mengetahui masalah-masalah dan penyelesaiannya dalam Program


Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten
Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012, dilakukan dengan
membandingkan cakupan terhadap target dengan melakukan pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data dan interpretasi data dalam bentuk tabular dan tekstular
dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah yang ada dan
kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan
penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.

Bab III

Kerangka Teoritis

7
3.1. Kerangka Teori

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling


dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.

3.1.1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan
metoda (methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi
program Pemberantasan penyakit kusta.

3.1.2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system
dan terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization),
pelaksanaan (activities) dan pengawasan (controling) yang berfungsi untuk
mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan dalam melaksanakan
evaluasi program Pemberantasan penyakit kusta.

3.1.3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan Pemberantasan penyakit kusta.

8
3.1.4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar dari sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap Program Pemberantasan
Penyakit Kusta yang terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

3.1.5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam Program
Pemberantasan Penyakit Kusta.

3.1.6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam Program
Pemberantasan Penyakit Kusta.

3.2. Tolok Ukur Keberhasilan


Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan
dan umpan balik yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam
Program Pemberantasan Penyakit Kusta, dan diambil dari Buku Pedoman Pemberantasan
Kusta Tahun 2007.

Keterangan : Data tabel tolok ukur secara lengkap terlampir dalam Lampiran I.

Bab IV

Penyajian Data

9
4.1. Sumber Data

4.1.1. Data Primer

Wawancara dengan Kepala Puskesmas, Koordinator pelaksana Program P2


Kusta, UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.

4.1.2. Data Sekunder :

Laporan Bulanan / Triwulan / Tahunan Program Kerja P2 Kusta di UPTD


Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Desember 2011
sampai dengan November 2012.
4.1.2.1. Data demografi Kecamatan Batujaya tahun 2012
4.1.2.2. Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya tahun 2011
4.1.2.3. Laporan profil UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya 2012

4.2. Jenis Data


4.2.1. Data Umum
4.2.1.1. Geografi
Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107002
107040 BT dan 5056 6034 LS, termasuk daerah dataran yang relatif
rendah, mempunyai variasi kemiringan wilayah antara 0 5 meter diatas
permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0 2 %, 22 15 % dan
diatas 40 % dengan suhu rata-rata 27 0C. UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya terletak di sebelah utara Kabupaten Karawang, dimana UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya termasuk wilayah Kecamatan Batujaya,
salah satu kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten
Karawang.
Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya
8138,139 Ha, dengan kondisi fisik dataran rendah, di dominasi oleh
sebagian besar persawahan dan sebagian pantai. Adapun batas-batas
wilayah adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Tirtajaya


Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja Kabupaten Bekasi

10
Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Pakisjaya
Sebelah Timur : Berbatasan dengan PKM Medangasem
Secara adminstrasi wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya terdiri dari 10 desa yaitu Desa Kuta Ampel, Desa Karya
Makmur, Desa Teluk Bango, Desa Karya Mulya, Desa Teluk Ambulu,
Desa Karya Bakti, Desa Batujaya Desa Batu Raden, Desa Segaran dan
Desa Segar Jaya. Untuk lebih jelasnya peta wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya dapat dilihat pada Lampiran II.

4.2.1.2. Demografi

Berdasarakan Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas


Kecamatan Batujaya pada tahun 2011 berdasarkan sumber data
kependudukan kecamatan Batujaya sebanyak 85.406 jiwa yang terdiri
dari laki-laki 42.425 jiwa dan perempuan 42.981 jiwa, dengan 24.283
KK. Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.

Tingkat Pendidikan penduduk di wiayah kerja UPTD Puskesmas


Kecamatan Batujaya rata-ratanya hanya tamat SD 55,54% serta tamat
SMA 23,28% . Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.

Tingkat Kepercayaan/Agama yang dianut sebagian besar


penduduk Batujaya adalah Islam sebanyak 95.8 % sedangkan agama
lainnya yaitu Budha 1.8%, Kristen Protestan 1,62 % dan Katolik
sebanyak 1,3 %. Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas


Batujaya Kecamatan Batujaya, sebagian besar adalah petani 67,60 %
serta transportasi darat 10,18%. Data umum selengkapnya terdapat pada
Lampiran II.

4.2.1.3. Sarana Kesehatan

11
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang antara lain:
Puskesmas Rawat inap (1), Pustu (2), Klinik 24 Jam (8), Praktek bidan
swasta (17), Posyandu (52), Posbindu (5). Data umum selengkapnya
terdapat pada Lampiran II

4.2.2. Data Khusus

4.2.2.1. Masukan

4.2.2.1.1. Tenaga

Dokter umum : 2 orang


Petugas P2 kusta : 1 orang
Petugas Laboratorium : 1 orang
Petugas pencatatan dan pelaporan : 1 orang
4.2.2.1.2. Dana

APBD Tingkat II : ada


Global Fund : ada
4.2.2.1.3. Sarana
Medis
Object glass : ada
Bambu/lidi : ada
Silet : ada
Persediaan obat kusta : cukup
Spuit : ada
Mikroskop : ada
Lampu spiritus : ada
Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen : ada

Non Medis

Ruang tunggu pasien yang terbuka : ada


Ruang pemeriksaan pasien : ada
Ruang administrasi : ada
Ruang obat : ada
Ruang laboratorium : ada
Tempat tidur periksa : ada

12
Lemari penyimpanan obat : ada
Rak obat : ada

Alat Administrasi

Buku register kunjungan pasien : ada


Alat tulis : ada
Komputer : ada

Alat Penyuluhan

Papan tulis : ada


Spidol : ada
Brosur : ada
Poster : ada

Formulir Pencatatan

Kartu Penderita : ada


Register/Monitor Kohort Penderita : ada
Pencatatan Pencegahan Cacat : ada
Evaluasi Pengobatan Prednison : tidak ada

Formulir Pelaporan
Gambaran Data Pokok
Pencapaian Program Pemberantasan
Penyakit Kusta : ada
Laporan Program P2 Kusta : ada

4.2.2.2. Metode
4.2.2.2.1. Penemuan Tersangka Kusta
Penemuan tersangka penderita kusta melalui passive case
finding. Penemuan penderita secara pasif di Unit Pelayanan
Kesehatan (UPK) berdasarkan adanya orang yang datang
mencari pengobatan ke Puskesmas/sarana kesehatan lainnya
atas kemauan sendiri atau saran orang lain.
Tersangka dari penderita kusta yang datang ke UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya dan menunjukkan gejala -
gejala yang mendukung diagnosis Kusta, yaitu:
Tanda-tanda Tersangka Kusta (Suspek)

13
Tanda pada Kulit
a. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian
tubuh.
b. Kulit mengkilap.
c. Bercak yang tidak gatal.
d. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat
atau tidak berambut.
e. Lepuh tidak nyeri.
Tanda pada Saraf
a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota
badan atau muka.
b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka.
c. Adanya cacat (deformitas).
d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.
Setiap orang dengan gejala-gejala di atas harus dianggap
seorang tersangka (suspek) Kusta dan perlu dilakukan
pemeriksaan skin smear (apusan kulit) secara mikroskopis
langsung. Serta semua orang yang kontak serumah dengan
penderita Kusta yang menunjukkan gejala yang sama harus
diperiksa apusan kulitnya (skin smear).

4.2.2.2.2. Diagnosis dan Klasifikasi Kusta


a. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign :

Kelainan kulit.lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan


(hypopigmentasi) atau kemerah-merahan (erithematous)
yang mati rasa (anaesthesi).

b. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi


saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari
peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan
fungsi saraf ini biasa berupa :
Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (parese)
atau kelumpuhan (paralise)
Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak

14
c. Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam apusan
jaringan kulit (BTA positif). Sesorang dinyatakan sebagai
penderita kusta bilamana terdapat satu dari tanda-tanda
utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum dapat
ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana
pemeriksaan apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa
kembali adanya Cardinal Sign. Jika ada Cardinal Sign,
berikan MDT. Jika masih meragukan, suspek perlu
dirujuk.
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pemeriksaan pandang
(inspeksi), pemeriksaan rasa-raba pada kelainan kulit, dan
pemeriksaan saraf (saraf auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf
radialis, saraf medianus, saraf peroneus, dan saraf tibialis
posterior).

4.2.2.2.3. Klasifikasi
Sebenarnya dikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta
yang cukup menyulitkan, misalnya kalsifikasi Madrid,
klasifikasi Ridley-Jopling, klasifikasi India dan klasifikasi
WHO. Sebagian besar penentuan klasifikasi ini didasarkan
pada tingkat kekebalan tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah
kuman yakni tipe Paucibacillary (PB) dan tipe Multibacillary
(MB).

Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit


kusta menurut WHO adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kalsifikasi Kusta Menurut WHO

Tanda Utama PB MB

15
Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5

Penebalan saraf tepi yang Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
disertai dengan gangguan
fungsi (gangguan fungsi biasa
berupa kurang/mati rasa atau
kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang
bersangkutan)

Sediaan apusan BTA negatif BTA positif

Tabel 2. Klasifikasi Kusta berdasarkan Kelainan Kulit dan Hasil pemeriksaan

Kelainan Kulit & Hasil Pemeriksaan PB MB

1. Bercak (makula) mati rasa

Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil

Distribusi Unilateral atau bilateral Bilateral simetris


asimetris

Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat

Batas Tegas Kurang tegas

Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas,
jika ada, terjadi pada
yang sudah lanjut

Kehilangan kemampuan Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas,


berkeringat, rambut, rontok pada jika ada, terjadi pada
bercak yang sudah lanjut

2. Infiltrat

Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadanng

16
tidak ada

Membrane mukosa (hidung Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang


tersumbat, perdarahan di hidung) tidak ada

3. Ciri-ciri Central healing Punched out lesion


(penyembuhan di (lesi bentuk seperti
tengah) donat)
Madarosis
Ginekomasti
Hidung pelana
Suara sengau

4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada

5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris,


terjadi lambat.

4.2.2.2.4. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan


Regimen Pengobatan MDT
Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan
oleh WHO :
a. Pauci Baciler (PB)
Dewasa dan Anak (10-14 tahun)
Hari pertama :
1 kapsul Rifampisin 600 mg
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
Hari ke-2 sampai 28 :
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 6-9 bulan.
b. Multi Basiler (MB)
Dewasa dan anak (10-14 tahun)
Hari pertama :
1 tablet Rifampisin 600 mg
3 tablet Lampren @100 mg (300 mg)
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
Hari ke 2-28 :
1 tablet Lampren 50 mg
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan
c. Dosis MDT Menurut Umur
Rifampisin : 10-15mg/kgBB
DDS : 1-2 mg/kgBB

17
Clofazimine : 1mg/kgBB
d. Obat-obatan Penunjang
Sulfas Ferosus
Vitamin A
Neurotropik
4.2.2.2.5. Pemantauan Pengobatan
a. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat.
b. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama
dalam 1 bulan harus dilakukan pelacakan.
c. RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan
pemeriksaan laboratorium.
d. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif
Tipe PB selama 2 tahun
Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium
e. Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis
(blister) dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa
harus pemeriksaan laboratorium.
f. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12
dosis (blister) Dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT,
tanpa harus pemeriksaan laboratorium.
g. Defaulter
PB tidak ambil obat >3 bulan
MB tidak ambil obat >6 bulan
Tindakan bagi Defaulter:
Dikeluarkan dari monitoring dan register
Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan
pemeriksaan klinis ulang dengan teliti, bila:
i. Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif.
ii. Tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak
perlu diobati lagi.
h. Relaps /Kambuh
Penderita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT
timbul lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps
harus dikonfirmasi ke dokter yang memiliki kemampuan
klinis mendiagnosis relaps.

18
i. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT,
meninggal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi,
default.
j. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke
pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa
blister disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai
efek samping dan indikasi untuk kembali ke pelayanan
kesehatan.

4.2.2.2.6. Pemeriksaan Kontak


a. Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu
penderita kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat
MDT.
b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota
keluarga penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia
pada kartu penderita.
c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang
sering kontak dengan penderita.
d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota
keluarga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita
e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka
dibuatkan kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru,
kemudian diberikan obat MDT dosis pertama.

4.2.2.2.7. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri


Penanganan reaksi merupakan upaya pencegahan cacat primer
untuk mencegah terjadinya kerusakan fungsi saraf. Upaya
pencegahan sekunder untuk mencegah terjadinya kerusakan
lebih parah dari mata, tangan atau kaki yang sudah mengalami
gangguan fungsi saraf.

Upaya Pencegahan Cacat :

1) Penemuan dini penderita sebelum cacat.


2) Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT.

19
3) Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi
saraf rutin.
4) Penanganan reaksi.
5) Penyuluhan.
6) Perawatan diri prinsip 3M
7) Menggunaan alat bantu.
8) Rehabilitasi medis (operasi rekonstruksi).
Upayaupaya pencegahan cacat dapat dilakukan baik di
rumah, UPTD UPTD Puskesmas maupun unit pelayanan
rujukan seperti Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit
Rujukan.

Tingkat Cacat Menurut WHO :

1. Cacat Tingkat 0 : tidak ada cacat

2. Cacat Tingkat 1

Cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang


tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata,
telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris
pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak
ada cacat tingkat 1 pada mata.

Cacat tingkat 1 pada telapak kaki beresiko terjadinya ulkus


plantaris, namun dengan perawatan diri secara rutin hal ini
dapat dicegah. Mati rasa pada bercak bukan merupakan
cacat tingkat 1 karena bukan disebabkan oleh kerusakan
saraf perifer utama tetapi rusaknya saraf lokal kecil pada
kulit. Oleh karena itu, mencacat tingkat cacat merupakan
tindakan penting untuk mencegah kerusakan lanjut.

3. Cacat Tingkat 2

20
Cacat atau kerusakan yang terlihat.

Untuk mata : tidak mampu menutup mata dengan rapat


(lagophtalmos), kemerahan yang jelas pada mata
(ulserasi kornea atau uveitis), gangguan penglihatan
berat atau kebutaan;

Untuk tangan dan kaki : luka dan ulkus di telapak


tangan dan kaki, deformitas yang disebabkan oleh
kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (atropi)
atau reabsorbsi parsial dari jari-jari.

Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan


penyuluhan tentang perawatan diri yang diberikan kepada
penderita dan keluarga tentang cara-cara memeriksa,
melindungi mata, tangan yang mati rasa, kulit yang kering,
jari tangan yang bengkok, kaki yang semper, kulit kaki tebal
dan kering, kaki yang mati rasa, dan merawat luka agar
dapat melakukan pencegahan cacat di rumah. Selain itu,
petugas dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di
UPTD UPTD Puskesmas pada penderita dengan masalah
khusus kecacatan seperti memberikan tetes mata yang
mengandung saline jika mata sangat kering, antibiotic dan
bebat mata bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika
perlu.

4.2.2.2.8. Penyuluhan
a. Perorangan : penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau
konsultasi di Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah
semua informasi mengenai Kusta. Penyuluhan diberikan
pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali
untuk mengambil obat ke Puskesmas.

21
b. Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah,
seminar, dll. Materi yang diberikan adalah semua informasi
tentang penyakit kusta.

4.2.2.2.9. Pencatatan dan Pelaporan


Tujuan pencatatan dan pelaporan ialah untuk mendapatkan
informasi hasil pelaksanaan Program P2 Kusta,
mengidentifikasi masalah dan menetapkan prioritas untuk
bimbingan dan intervensi, dan untuk mengetahui keberhasilan
program. Kegiatan pencatatan ini dilaksanakan menggunakan
Formulir Program Pemberantasan Penyakit Kusta.
4.2.2.2.9.1. Pencatatan :
a. Kartu penderita : diisi saat ada penderita baru
b. Register/Monitoring Penderita PB/MB : diisi
tiap bulan saat pasien datang mengambil obat
c. Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : diisi
saat ada penderita baru. Diulangi setiap bulan
untuk mendeteksi reaksi kusta secara dini.
Diulangi setiap 2 minggu jika penderita
mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita
dinyatakan RFT.
d. Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat
e. Data Pokok Program Eliminasi : diisi setiap
tahun, merupakan rekapitulasi data triwulan
hasil kegiatan Puskesmas.
f. Formulir Register Stok Obat MDT
Register Stok MDT-1MB Dewasa
Register Stok MDT-2MB Anak
Register Stok MDT-3MB Dewasa
Register Stok MDT-4MB Anak
g. Formulir Permintaan MDT-3, MD

22
4.2.2.2.9.2. Pelaporan
Pelaporan dilakukan dengan meng-copy register
monitoring pengobatan PB/MB di Puskesmas
selanjutnya mengirim format register kohort
penderita ke Kabupaten setiap 3 bulan.Wasor
Kabupaten memasukkan kohort masing-masing
Puskesmas ke kohort electronics. Hasil kohort
electronics dikirim ke Propinsi setiap 3 bulan
sekali. Wasor Propinsi merekapitulasi laporan
Kabupaten dan hasilnya dikirm ke pusat setiap 3
bulan sekali.

4.2.2.3. Proses
4.2.2.3.1. Perencanaan: perencanaan dilakukan pada rapat awal tahun
atau awal periode program untuk menyusun tujuan, kebijakan,
strategi, dan kegiatan UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya
Kabupaten Karawang dalam menjalankan Program
Pemberantasan Penyakit Kusta di wilayah kerjanya. Strategi
dan kegiatan dijabarkan sebagai berikut:
A. Penemuan Tersangka Penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter umum atau
perawat secara passive case finding berdasarkan gejala
bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian
tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya
bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak
berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri
pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota
badan atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak
mau sembuh.

23
B. Diagnosis Penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter berdasarkan gejala
yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan
fisik dan ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) :
bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang
disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf,
Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5,
penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada
lebih dari satu saraf.

C. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan


Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2 Kusta
dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan
klasifikasi/tipe kusta.

D. Pemantauan Pengobatan
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh petugas P2 Kusta dengan
memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan
pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat
minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps.

E. Pemeriksaan Kontak
Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas
P2 Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan
memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering
kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru,
maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT
dosis pertama.

24
F. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri
Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin sampai
Sabtu pukul 08:00 - 14:00 dengan penemuan dini
penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan
MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta
dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan
reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu,
dan rehabilitasi medis.

G. Penyuluhan
Perorangan : dilakukan oleh petugas P2 Kusta setiap
hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 dengan
cara tanya jawab yang berisi semua informasi tentang
kusta.
Kelompok : ada perencanaan yang dilakukan 1 kali
per tahun.

H. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan : setiap hari Senin sampai Sabtu pukul
08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas Batujaya dengan
menggunakan formulir yang ada di Puskesmas.
Dilakukan oleh petugas P2 Kusta.
Pelaporan : dilaporkan triwulan ke Dinas Kesehatan
Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta.

25
4.2.2.4. Pengorganisasian

Penanggung
Jawab Program
Teti Suhernayati,
SKM

Petugas
P2M Pencatatan
Sakinah dan Pelaporan
Program

Petugas Sakinah
P2Kusta
Sakinah

4.2.2.5. Pelaksanaan
4.2.2.5.1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter umum atau perawat
secara passive case finding berdasarkan gejala
bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian
tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya
bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak
berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada
anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan
atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak mau
sembuh.

26
4.2.2.5.2. Diagnosis Penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter berdasarkan gejala
yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan
fisik dan ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak
kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai
gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary
(MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang
disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf.

4.2.2.5.3. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan


Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2 Kusta
dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan
klasifikasi/tipe kusta.
4.2.2.5.4. Pemantauan Pengobatan
Setiap hari Selasa pukul 08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas
Batujaya oleh petugas P2 Kusta dengan memonitor tanggal
pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita
terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan
RFT, default atau relaps.
4.2.2.5.5. Pemeriksaan Kontak
Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas
P2 Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan
memeriksa anggota keluarga atau tetangga yang sering
kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru,
maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT
dosis pertama.

4.2.2.5.6. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri

27
Dilakukan oleh petugas P2 Kusta setiap hari Senin sampai
Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas Batujaya
dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan
penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya
reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin,
penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan
alat bantu, dan rehabilitasi medis.

4.2.2.5.7. Penyuluhan
4.2.2.5.7.1. Perorangan : dilakukan oleh petugas P2 Kusta
setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 -
14:00 di UPTD Puskesmas Batujaya dengan
cara tanya jawab yang berisi semua informasi
tentang kusta.
4.2.2.5.7.2. Kelompok : Baru dilakukan 1 kali sejak awal
program dilaksanakan sampai sekarang.

4.2.2.5.8. Pencatatan dan Pelaporan


4.2.2.5.8.1. Pencatatan : setiap hari Senin sampai Sabtu
pukul 08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas
Batujaya dengan menggunakan formulir yang
ada di UPTD Puskesmas. Dilakukan oleh
petugas P2 Kusta.

4.2.2.5.8.2. Pelaporan : dilaporkan per triwulan ke Dinas


Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas
P2 Kusta.

4.2.2.6. Pengawasan

28
Pencatatan dan pelaporan yang lengkap harus dilaporkan sesuai
dengan waktu yang ditentukan sebagai bentuk pengawasan. :
Adapun pelaporan kegiatan program adalah sebagai berikut:
Dari Kepala UPTD Puskesmas : Lokakarya Mini Bulanan
Rapat kerja bulanan untuk monitoring dan evaluasi program
yang telah dijalankan
Dari Kabupaten Karawang : Laporan Triwulan
Dari Propinsi Jawa Barat : Laporan Semeter: 2x/tahun

4.2.2.7. Keluaran
1. Angka Penemuan Penderita Baru Kusta (NCDR = Case Detection
Rate)
Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu
tahun per 100.000 penduduk
Rumus:
penderita yang baru ditemukan pada periode 1 tahun x 105
penduduk pada tahun yang sama
= 14 x 100.000
85.406
= 16,40 : 100.000 (target < 5 : 100.000)
2. Angka Kesembuhan (RFT = Release from Treatment)
a. RFT Rate MB
Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama
yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam
12-18 bulan) dinyatakan dalam persentase.
Rumus:
penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12-18 bulan x 100%
seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode tahun yang sama
= 0 x 100% = 0% (target >90%)belum dapat dinilai
22
b. RFT Rate PB
Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9
bulan) dinyatakan dalam persentase.
Rumus:
penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 bulan x 100%
seluruh penderita baru PB yang mulai MDT periode tahun yang sama
= 0 x 100%

29
3
= 0% (target >90%)belum dapat dinilai

3. Prevalensi
Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat
tertentu.
Prevalensi Penyakit Kusta adalah jumlah penderita kusta terdaftar
PB dan MB pada suatu saat tertentu per 10.000 penduduk
Rumus:
penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu x 10.000
penduduk pada tahun yang sama

= 25 x 10.000
85.406
= 2,927 :10.000 (target <1:10.000)

4. Proporsi Cacat Tingkat 2


Jumlah penderita yang ditemukan telah mengalami cacat tingkat
2 diantara penderita yang baru ditemukan pada periode 1 tahun.
Rumus:
penderita dengan cacat tingkat 2 yang baru ditemukan pada periode 1tahun x 100%
penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama

= 1 x100%
14
= 7,14 % (target <5%)

5. Proporsi Penderita Anak (0-14 Tahun)


Jumlah penderita anak (0-14 tahun) diantara penderita yang baru
ditemukan pada periode satu tahun
Rumus:
penderita anak (0-14 tahun) yang baru ditemukan pada periode satu tahun x 100%
penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama
= 0 x 100%
14
= 0 % (target <5%)

6. Proporsi MB

30
Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang
baru ditemukan pada periode satu tahun
Rumus:
penderita MB yang baru ditemukan pada periode 1 tahun x100%
penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama
= 13 x 100%
14
= 92,86% (target <65%)

7. Penyuluhan
Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%)
Penyuluhan kelompok = 0 % (target 100%)
8. Pencatatan dan Pelaporan
100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.
100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.

4.2.2.8. Umpan Balik


4.2.2.8.1. Pencatatan kegiatan program : Setiap hari kerja
4.2.2.8.2. Rapat kerja bulanan untuk memonitor dan mengevaluasi
program yang telah dijalankan : 12 x / tahun.

4.2.2.9. Lingkungan
4.2.2.9.1. Fisik
4.2.2.9.1.1. Perumahan : sebagian besar lingkungan tempat
tinggal warga terlalu padat serta jarak antar
rumah terlalu dekat, tidak memiliki ventilasi,
pencahayaan, dan sanitasi yang baik.
4.2.2.9.1.2. Fasilitas kesehatan lain : terdapat fasilitas
kesehatan lain seperti rumah sakit dan dapat
bekerjasama dengan baik.
4.2.2.9.2. Non Fisik
4.2.2.9.2.1. Pendidikan: Mayoritas berpendidikan tamat
SD sebanyak 55,54 %.

31
4.2.2.9.2.2. Sosial Ekonomi: Mayoritas bekerja sebagai
petani sebanyak 74,23%.
4.2.2.9.2.3. Peran serta perilaku masyarakat : tidak semua
masyarakat berperan aktif dan saling
mendukung dalam Pemberantasan penyakit
kusta.

4.2.2.10. Dampak
4.2.2.10.1. Langsung
a. Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas kusta
belum dapat dinilai.
b. Terputusnya rantai penularan penyakit kusta (sumber
penularan / reservoir) belum dapat dinilai.
4.2.2.10.2. Tidak langsung
a. Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat : belum dapat dinilai.
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara
optimal : belum dapat dinilai.

32
Bab V
Pembahasan

5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran :

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. Angka Penemuan Penderita <5:100.000 16,40:100.000 +
Baru (New Case Detection
Rate)
2. Angka Kesembuhan
(Release From Treatment)
>90% 0% (+) b.d.n.
MB
(+) b.d.n.
>90% 0%
PB

33
3. Prevalensi Penyakit Kusta <1:10.000 2,927 : 10.000 (+)

4. Proporsi Cacat Tingkat 2 <5% 7,14% (+)

5. Proporsi Penderita Anak <5% 0% (-)

6. Proporsi Penderita MB <65% 92,86% (+)

7. Penyuluhan
Kelompok Dilakukan Hanya 1 x (+) 100%
sepanjang
program
dilaksanakan

5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan:

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. Sarana Medis dan non medis Tidak tersedia formulir (+)
evaluasi pengobatan
prednison

5.3. Masalah Menurut Variabel Proses:

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Penyuluhan Penyuluhan perorangan Penyuluhan kelompok (+)


dan kelompok dilakukan

34
tidak dilakukan

5.4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan:

Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Perumahan Ventilasi rumah Ventilasi rumah dan (+)


dan pencahayaan pencahayaan
baik kurang baik

Sanitasi baik Sanitasi kurang (+)


(+)
2. Sosial-Ekonomi Baik Rendah
3. Pengetahuan (+)
Stigma positif Stigma Negatif
Kusta Kusta. Menjadi
hambatan dalam

4. Peran serta perilaku pelaksanaan

35
masyarakat Program P2 kusta

Tidak semua
masyarakat (+)

berperan aktif dan


saling mendukung
dalam
Pemberantasan
penyakit kusta

Bab VI
Perumusan Masalah

Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di UPTD Puskesmaas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang ternyata terdapat beberapa masalah :

6.1. Masalah Menurut Keluaran

6.1.1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 besar masalah
100% (+)
6.1.2. Prevalensi adalah 2,927 : 10.000 besar masalah 100% (+)
6.1.3. Proporsi Kusta tipe MB adalah 92,86% (+)
6.1.4. Proporsi penderita anak adalah 0% (-)
6.1.5. Proporsi Penderita Cacat Tingkat 2 adalah 7,14% besar masalah 100% (+)
6.1.6. Penyuluhan kelompok adalah 0 (0%) dengan besar masalah 100% (+)

6.2. Masalah Menurut Masukan

36
6.2.1. Masukan

6.2.1.1. Tidak adanya formulir evaluasi pengobatan prednison untuk follow up atau
observasi pasien yang mengalami terjadinya reaksi.

6.3. Masalah Menurut Proses

Pelaksanaan
Penemuan Penderita menggunakan metode Passive Case Finding
Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok di UPTD Puskesmas Batujaya.
6.4. Masalah Menurut Lingkungan
6.4.1. Fisik : Sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga tidak memiliki ventilasi,
pencahayaan, dan sanitasi yang baik.
6.4.2. Non fisik : Mayoritas penduduk masih memeiliki pengetahuan yang rendah,sosial
ekonomi rendah dan masih tertanamnya stigma negatif kusta ditengah masyarakat
sehingga menghambat Program P2 Kusta.

Bab VII
Prioritas Masalah

7.1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 besar masalah 100% (+)
7.2. Prevalensi dan Angka Prevalensi adalah 1,64 : 10.000 besar masalah 100% (+)
7.3. Proporsi Kusta tipe MB adalah 92,86% (+)
7.4. Proporsi penderita anak adalah 0% (+)
7.5. Proporsi Penderita Cacat Tingkat 2 adalah 7,14% besar masalah 100% (+)
7.6. Penyuluhan kelompok adalah 0 (0%) dengan besar masalah 100% (+)

No Parameter A B C D E F
1. Besarnya masalah 5 5 5 1 4 5

2. Akibat yang ditimbulkan 5 5 5 5 5 5

3. Sumber daya yang tersedia untuk 4 3 3 3 2 4


menyelesaikan masalah

4. Teknologi yang tersedia 3 3 3 3 3 4

5. Keuntungan sosial karena selesainya 5 5 5 5 5 5


masalah

37
Total 22 21 21 17 19 23

Keterangan: dari dilakukannya teknik prioritas masalah ini didapatkan 2 masalah yang
ingin diselesaikan yaitu masalah A dan masalah F

Koding : 5 = sangat penting; 4 = penting; 3 = cukup penting; 2 = kurang penting; 1 = tidak


penting.

Yang Menjadi Prioritas Masalah adalah :


1. Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40:100.000 (masalah
100%).
2. Penyuluhan kelompok 0 (0%) (masalah 100%).

Bab VIII
Penyelesaian Masalah

8.1. Masalah I
Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 dengan besar
masalah
Penyebab Masalah:
8.1.1. Masih banyak penderita kusta (khususnya tipe MB) yang belum terjaring
sehingga menjadi sumber penularan ditengah masyarakat karena penemuan
penderita masih dilakukan secara pasif.
8.1.2. Kurangnya keterampilan petugas Puskesmas dalam mendiagnosis kusta.
8.1.3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda penyakit kusta.
8.1.4. Masih tertanamnya stigma negatif kusta ditengah masyarakat.
8.1.5. Lingkungan rumah yang kurang mendukung, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi
yang kurang baik.

Penyelesaian Masalah:
8.1.1. Meningkatkan pencarian penderita secara active case finding dengan melakukan:
1. Pemeriksaan kontak (survey kontak)
a. Tujuan:
1) Mencari penderita baru yang mungkin sudah lama ada dan belum
berobat (index case)
2) Mencari penderita baru yang mungkin ada

38
b. Sasaran

Pemeriksaan ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah


dengan penderita dan tetangga di sekitarnya.

c. Pemeriksaan

Dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga harus diperiksa dimulai pada saat
anggota keluarga tersebut dinyatakan sakit kusta pertama kali dan perhatian
khusus ditujukan pada kontak tipe MB. Pemeriksaan ini sebaiknya diulang
setiap tahun.

d. Pelaksanaan
1) Membawa kartu penderita dan penderita yang sudah tercatat dan kartu
penderita kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.
2) Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga
penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu
penderita.
3) Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering
kontak dengan penderita
4) Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan
kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat
MDT dosis pertama, pengobatan selanjutnya dilaksanakan di UPTD
UPTD Puskesmas.
5) Memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota
keluarga.
2. Pemeriksaan anak sekolah SD/Taman Kanak-Kanak atau sederajat disebut
survei sekolah :
a. Tujuan
1) Mendapatkan kasus baru secara dini
2) Memberikan penyuluhan kepada murid dan guru
b. Sasaran
1) Semua anak SD dan sederajat
2) Taman Kanak-kanak
c. Pemeriksaan

Pemeriksaan anak sekolah dilaksanakan terintegrasi dengan pelaksanaan


UKS.

39
d. Pelaksanaan Pemeriksaan

Untuk melakukan survei sekolah ini perlu dibina kerjasama dengan UKS
dan guru-guru sekolah. Perlu diberikan penyuluhan kusta terlebih dahulu
kepada murid-murid dan guru-guru. Pemeriksaan murid dilakukan mulai
dan kelas 1 sampai kelas 6. Jika pada pemeriksaan tersebut, ada yang
dicunigai kusta maka perlu dirujuk ke UPTD UPTD Puskesmas untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Jumlah anak yang diperiksa dan penderita baru
yang di temukan kemudian dicatat.

3. Rapid Village Survey (RVS) dan Chase Survey

Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan daerah.

a. Tujuan:
1) Mencari penderita baru dalam lingkup kecil
2) Membina partisipasi masyarakat
b. Sasaran

Desa/kelurahan atau unit yang lebih kecil yaitu dusun yang merupakan
daerah kantong.

c. Pelaksanaan
1) Persiapan

Pimpinan UPTD UPTD Puskesmas membicarakan rencana akan


mengadakan kegiatan penemuan penderita secara aktif dengan Kepala
Desa untuk menentukan tanggal pelaksanaannya, sebaiknya diadakan
bersama dengan pertemuan bulanan desa atau kegiatan lain.

Penggandaan formulir pencatatan tersangka penderita Kepala Desa


mengundang Camat untuk hadir dan memberikan pengarahan pada
tanggal yang telah ditetapkan.
Kepala Desa membuat pengumuman kepada masyarakat dan
meminta kepada pemuka pernuka masyarakat untuk hadir pada
tanggal yang telah ditetapkan.

40
2) Pelaksanaan

Pertemuan diadakan sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan dan


dipimpin oleh Kepala Desa dengan susunan acara sebagai berikut :

Penjelasan maksud dan tujuan pertemuan


Sambutan dan pengarahan Camat
Penjelasan tanda-tanda dini dan kusta dan program
pemberantasan penyakit kusta oleh Dokter Puskesmas.
Tanya jawab

Sesuai dengan waktu yang ditetapkan maka diadakan pemeriksaan


terhadap suspek. Bila ditemukan penderita baru dibuatkan kartu
dan diberikan pengobatan serta penyuluhan kusta yang lebih dalam
tentang penyakitnya. Kartu penderita diisi dengan lengkap.
Bilamana suspek yang tercatat belum dapat diperiksa, maka nama
suspek tersebut dicatat oleh petugas kesehatan dan direncanakan
akan diperiksa di Puskesmas.

Bilamana dari suspek yang tercatat belum dapat diperiksa oleh


semua petugas kesehatan pada hari yang ditetapkan, diusahakan
dapat diperiksa dalam kurun waktu 3 bulan setelah pertemuan.

Catatan:

Survey yang minip dengan RVS adalah Chase Survey.


Perbedaannya adalah dalam pelaksanaan chase survey setelah
penyuluhan dilakukan pembagian formulir pencatatan tersangka
kepada peserta pertemuan dan disertai dengari brosur dan
kuesioner mengenai tanda-tanda dini penyakit kusta.

Pemeriksaan tersangka dilakukan di Puskesmas.

2. Survei Khusus
a. Survei Fokus

41
Dilakukan pada suatu lingkup kecil dimana dalam satu RT proporsi
penderita baru MB minimal 60% dan dijumpai penderita usia muda cukup
tinggi.

Caranya:

Terlebih dahulu didaftarkan nama penduduk RT menurut keluarga mulai dan


kepala keluarga dan kemudian diperiksa rumah demi rumah, yang alpa
dicari untuk diperiksa. Survei fokus ini dilakukan satu kali saja kalau perlu
diulang di tahun-tahun kemudian.

b. Mass Survei dan random sample survei (survei prevalensi)

Kedua survei ini dilakukan dengan perhitungan statistik dan sekarang tidak
dilakukan lagi.

3. Leprosy Elimination Campaign (LEC)


a. Tujuan:
1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan penyakit
kusta.
2) Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di Puskesmas dan bidan
desa dalam pemberantasan penyakit kusta.
3) Menemukan dan mengobati kasus kusta
b. Sasaran

Desa/Kelurahan atau unit yang lebih kecil, dusun.

c. Pelaksanaan
1) Pertemuan dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten menjelaskan
mengenai kegiatan LEC, membuat pereneanaan pertemuan lintas sektor
dimana Bupati diharapkan sebagai pelaksana pertemuan.
2) Pertemuan Lintas Sektoral Kabupaten

Meningkatkan kesadaran lintas sektor mengenai pemberantasan penyakit


kusta dan mengharapkan bantuannya dalam pelaksanaan LEC.

3) Pelatihan sehari Tim Leader dan Kepala Puskesmas

42
Meningkatkan kemampuan peserta dalam mendiagnosa, klasifikasi
Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta dan mengharapkan
bantuan Kades, Tokoh Masyarakat dalam pelaksanaan LEC dan
pengobatan penyakit kusta. Membuat jadwal pelatihan tenaga Puskesmas
dan pertemuan kecamatan.

4) Pelatihan sehari Staf Puskesmas dan Bidan Desa

Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam mendiagnosa,


klasifikasi dan mengobati penderita kusta.

5) Pertemuan dengan Kepala Desa/Kader Kesehatan dikantor Camat


6) Kunjungan ke Desa
Hari pertama tim yang terdiri dan Tim Leader, Petugas
Puskesmas, Kades/Kader mengadakan penyuluhan di Balai Desa.
Sebelum penyuluhan dimulai, poster, leaflet harus dipasang.
Setelah masyarakat berkumpul, Tim Leader/DokterPuskesmas
mengadakan penyuluhan dan mengharapkan masyarakat yang
mempunyai kelainan di kulit agar diperiksakan.
Hari kedua pemeriksaan semua masyarakat yang mempunyai
kelainan kulit. Bila ada tersangka penderita dicatat dan bila
ditentukan penderita baru dibuatkan kartu penderita dan diberi
dosis pertama MDT. Untuk selanjutnya meneruskan pengobatan di
Puskesmas.

4. Special Action Program for Elimination Leprosy (SAPEL)

SAPEL merupakan proyek khusus untuk mencapai tujuan eliminasi kusta dan
dilaksanakan pada daerah yang mempunyai geografis yang sulit. Pada kegiatan
ini MDT diberikan sekaligus 1 (satu) paket dibawah pengawasan kader atau
keluarga.

8.1.2. Mengubah stigma negatif masyarakat tentang kusta. Kusta merupakan penyakit
menular namun bukan kutukkan, dapat menyebabkan cacat tetapi bisa diobati dan

43
ada obatnya. Maka semakin dini kusta ditemukan dan diobati akan semakin baik
hasilnya.
8.1.3. Menjaga agar lingkungan rumah bersih dan sehat.

8.2. Masalah II
Tidak adanya penyuluhan kelompok (0%) dari target 100%
Penyebab Masalah
8.2.1. Tidak diadakannya penyuluhan kelompok tentang kusta yang sudah dijadwalkan
8.2.2. Kurangnya peran serta masyarakat untuk mengikuti kegiatan Pemberantasan
penyakit kusta salah satunya dengan menghadiri penyuluhan yang difasilitasi oleh
Puskesmas.
8.2.3. Tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar rendah.

Penyelesaian Masalah
8.2.1. Melaksanakan penyuluhan kelompok tentang kusta baik di dalam gedung
Puskesmas maupun saat kegiatan diluar.
8.2.2. Menjalin kerja sama dengan semua pihak, seperti pemuka desa, tokoh agama,
organisasi sosial, organisasi kesehatan lainnya sehingga dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang penyakit kusta.
8.2.3. Melaksanakan penyuluhan dengan bahasa dan cara yang mudah dimengerti.

44
Bab IX
Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011
sampai dengan November 2012 belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran
yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan.

9.1.1. Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD


Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember
2011 sampai dengan November 2012 dapat disimpulkan bahwa angka penemuan
penderita baru Kusta adalah 16,40 :100.000, sudah melebihi tolok ukur yang
ditetapkan yaitu <5:100.000 dan menjadi masalah karena Karawang sendiri
merupakan daerah endemis kusta, oleh karena itu penemuan penderita harus
dilakukan lebih agresif supaya tidak menjadi sumber penularan ditengah
masyarakat.
9.1.2. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di UPTD Puskesmas
Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai
dengan November 2012 adalah 0%, hal ini dikarenakan belum dapat dinilai karena
dibutuhkan 12-18 bulan (tipe MB) dan 6-9 bulan (tipe PB) untuk menyelesaikan
pengobatan.
9.1.3. Prevalensi Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten
Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012 adalah
2,927 : 10.000, hal ini masih diatas target yaitu <1:10.000.

45
9.1.4. Proporsi cacat tingkat 2 di UPTD Puskesmas Batujaya Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012
adalah 7,14% sementara target program adalah < 5%.
9.1.5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun) di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012
adalah 0% sehingga sudah memenuhi target yaitu <5%.
9.1.6. Proporsi MB UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada
periode Desember 2011 sampai dengan November 2012 adalah 92,86%, masih
diatas target < 65%
9.1.7. Cakupan penyuluhan kelompok di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012
hanya dilakukan satu kali sejak awal dilaksanakannya program hingga sekarang.
Hal ini menjadi masalah karena kurangnya penyuluhan menyyebabkan rendahnya
tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit kusta sehingga stigma sosial
negatif tentang penyakit kusta terus tertanam dalam masyarakat. Hal tersebut
mengakibatkan penderita kusta malu untuk berobat dan terus menjadi sumber
penularan bagi orang-orang disekitarnya.
9.1.8. Angka cakupan pencatatan dan pelaporan UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012
dilakukan 100%.

Dipilih dua prioritas masalah, yaitu :


1. Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000
2. Tidak dilakukannya penyuluhan kelompok 0( 0%)

9.2. Saran
9.2.1. Untuk Puskesmas :
9.2.1.1. Ditingkatkannya angka penemuan penderita baru dengan lebih agresif
seperti setiap pasien yang datang dengan keluhan penyakit kulit wajib
diperiksa seluruh bagian tubuhnya untuk dicari apakah termasuk cardinal
sign kusta. Menerapkan Kegiatan Active Case Finding : Survei Kontak,
Child Survey atau Skrining di Taman Kanak-kanak atau Sekolah-sekolah,
Rapid Village Survey, Survei Khusus (Focus Survey), Leprosy

46
Elimination Campaign seperti yang telah dideskripsikan dalam
penyelesaian masalah.
9.2.1.2. Peningkatan pengawasan minum obat penderita kusta dengan melatih
kader kusta di masyarakat dan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
penderita akan pentingnya menjalani pengobatan kusta hingga tuntas.
9.2.1.3. Diadakannya penyuluhan kelompok oleh petugas promosi kesehatan
Puskesmas untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit
kusta dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, serta
dilakukannya pencatatan yang jelas pada setiap kegiatan penyuluhan
yang dilakukan.
9.2.1.4. Penyuluhan dilakukan dengan rutin bekerja sama dengan pihak-pihak
luar, seperti pemuka desa, tokoh agama, organisasi sosial, organisasi
kesehatan lain sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang penyakit kusta.

9.2.2. Untuk Masyarakat :


9.2.2.1. Mengikuti penyuluhan yang akan diberikan oleh Puskesmas.
9.2.2.2. Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-
hari.

47
Daftar Pustaka

1. Prevalensi kusta. Diunduh dari: www.depkes.go.id, 28 Desember 2012 pk. 13:00.


2. Penyakit Hansen. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Hansen, 28 Desember
2012 pk. 13:05.
3. Kandun IN. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Departemen
Kesehatan RI. Direktorak Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 1
September 2007.h.4-13.
4. Wulandari L, Suswardany DL, Firnawati AF. Efektitas pelatihan perawatan diri terhadap
dukungan emosional dan instrumental keluarga penderita kusta. Diunduh dari:
http://unsoed.ac.id, 28 Desember 2012 pk. 13:15.
5. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Diunduh dari www.depkes.go.id, 28 Desember
u2012 pk. 13:20.
6. Kusta, diunduh dari http://www.diskes.jabarprov.go.id, 28 Desember 2012 pk. 13:30.
7. Database kesehatan per kabupaten. Diunduh dari: http://www.bankdata.depkes.go.id, 28
Desember 2012 pk. 13:45.
8. Buku Laporan Pembangunan UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya.Tahun 2011.

48

Anda mungkin juga menyukai