Pendahuluan
Penyakit Kusta adalah penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh kuman
kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya
kecuali susunan saraf pusat. 1
Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Di
antara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi
kusta yaitu prevalensi rate di bawah 1 per 10.000 penduduk. Lebih dari 10.000.000
penderita telah di sembuhkan dengan Multi Drug Therapy (MDT). Pada akhir tahun 1999
di jumpai 641.091 kasus masih dalam pengobatan pada tahun 2000. Walaupun suatu negara
telah mencapai eliminasi, tidak berarti bahwa kusta tidak lagi menjadi masalah.
Nampaknya kasus kusta akan terus ada, setidaknya hingga beberapa tahun ke depan.2,3
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 menyebutkan, penderita kusta
atau leprosis di Indonesia terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Pada akhir
2004, jumlah penderita baru penyakit kusta di Indonesia mencapai 16.572 orang dan
penderita yang telah disembuhkan mencapai 287.274 orang. Indonesia berhasil menekan
jumlah penderita kusta dari 60.000 menjadi 19.666 orang dalam kurun 1994-2004. 3
Di Indonesia pada tahun 2008 telah mencapai indikator eliminasi kusta yang
ditetapkan WHO, yaitu kurang dari 1 per 10.000 penduduk. NCDR penyakit kusta di
Indonesia tahun 2008 menurun menjadi 0,76 per 10.000 penduduk. Indikator lain dalam
penanggulangan kusta di Indonesia adalah angka proporsi cacat tingkat 2 dan proporsi
anak atau kurang dari 15 tahun di antara kasus baru sebesar 5% (Depkes, 2007). Proporsi
kecacatan tingkat 2 di Indonesia tahun 2008 sebesar 9,56% dan proporsi penderita anak di
antara kasus baru sebesar 11,3% (Depkes RI, 2009). Tingginya proporsi kecacatan tingkat
2 menunjukkan kinerja petugas dalam upaya penemuan kasus masih kurang efektif,
sedangkan tingginya proporsi penderita anak di antara kasus baru menunjukkan masih
1
adanya penularan kusta pada masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2009, Indonesia
memiliki 16.901 penderita kusta.1-3
Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka kejadian
kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2011 didapatkan sebanyak 2.057 penderita kusta,
dengan proporsi 257 penderita Paucibacillary (PB) dan 1.800 penderita Multibacillary
(MB). Penderita kusta terbanyak berada di Kabupaten Cirebon dengan jumlah penderitanya
sebanyak 237 orang. Kemudian Kabupaten Indramayu dengan jumlah penderitanya
sebanyak 211 orang, Kabupaten Bekasi dengan jumlah penderitanya sebanyak 191 orang,
Bekasi dengan jumlah penderitanya sebanyak 145 orang, dan Kabupaten Subang dengan
jumlah penderitanya sebanyak 126 orang. Case Detection Rate (NCDR) penyakit kusta per
100.000 penduduk Jawa Barat tahun 2011 sebesar 4,69. Angka proporsi kecacatan tingkat
2 di Jawa Barat sebesar 12,98% dan proporsi kasus kusta usia 0-14 tahun sebesar
7,73%.4,5,6
Menurut Kemenkes RI, di Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di
Jawa Barat yang masih tinggi jumlah penderita kusta. Tercatat 6 kasus kusta tipe PB dan
65 kasus kusta tipe MB pada tahun 2010. Sementara itu, prevalensi penyakit kusta di
Kecamatan Batujaya pada tahun 2011 mencapai 2,25 : 10.000 penduduk (target
<1:10.000).8
Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di
UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember
2011 sampai dengan November 2012.
2
1.2. Permasalahan
1.2.1. Penyakit Kusta merupakan penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya
kecuali susunan saraf pusat.
1.2.2. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, penyakit kusta masih
merupakan masalah di beberapa negara di dunia sebanyak 211.903 kasus.
1.2.3. Masih tingginya angka penemuan penderita kusta baru di Indonesia sebesar 8,03
per 100.000 penduduk, angka proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 10,23% dan
proporsi kasus kusta usia 0-14 tahun sebesar 11,97%, menurut Kemenkes pada
tahun 2011.
1.2.4. Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka kejadian
yang masih tinggi dengan penemuan penderita kusta baru sebesar 4,69 per 100.000
penduduk, angka proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 12,98% dan proporsi kasus
kusta usia 0-14 tahun sebesar 7,73% menurut Menkes pada tahun 2011.
1.2.5. Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang masih
tinggi jumlah penderita kusta tercatat 6 kasus kusta tipe PB dan 65 kasus kusta tipe
MB pada tahun 2010.
1.2.6. Pada tahun 2011 masih belum tercapainya target program Pemberantasan penyakit
kusta di wilayah Batujaya dimana jumlah penderita kusta sebesar 2,25 : 10.000
penduduk (target <1:10.000).
1.2.7. Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta
di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode
Desember 2011 sampai dengan November 2012.
1.3. Tujuan
3
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan dan
penyelenggaraan Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan masalah-masalah
dalam Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan penyelesaiannya di UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember
2011 sampai dengan November 2012.
4
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Evaluator :
1.4.1.1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
1.4.1.2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program
khususnya Program Pemberantasan Penyakit Kusta.
1.4.1.3. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.
5
1.4.4.2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan
rantai penularan Kusta diwilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya.
1.4.4.3. Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya.
1.5. Sasaran
Semua penduduk yang bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, pada periode Desember 2011 sampai dengan
November 2012.
.
Bab II
Materi dan Metode
6
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan, triwulan, dan
tahunan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November
2012, yang berisi kegiatan :
2.1.1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta
2.1.2. Penentuan Diagnosis dan Klasifikasi Penderita Kusta
2.1.3. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan
2.1.4. Pemantauan Keberhasilan Pengobatan Penderita Kusta
2.1.5. Pemeriksaaan Kontak
2.1.6. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri
2.1.7. Penyuluhan
2.1.8. Pencatatan dan Pelaporan
2.2. Metode
Bab III
Kerangka Teoritis
7
3.1. Kerangka Teori
3.1.1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan
metoda (methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi
program Pemberantasan penyakit kusta.
3.1.2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system
dan terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization),
pelaksanaan (activities) dan pengawasan (controling) yang berfungsi untuk
mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan dalam melaksanakan
evaluasi program Pemberantasan penyakit kusta.
3.1.3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan Pemberantasan penyakit kusta.
8
3.1.4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar dari sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap Program Pemberantasan
Penyakit Kusta yang terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
3.1.5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam Program
Pemberantasan Penyakit Kusta.
3.1.6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam Program
Pemberantasan Penyakit Kusta.
Keterangan : Data tabel tolok ukur secara lengkap terlampir dalam Lampiran I.
Bab IV
Penyajian Data
9
4.1. Sumber Data
10
Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Pakisjaya
Sebelah Timur : Berbatasan dengan PKM Medangasem
Secara adminstrasi wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
Batujaya terdiri dari 10 desa yaitu Desa Kuta Ampel, Desa Karya
Makmur, Desa Teluk Bango, Desa Karya Mulya, Desa Teluk Ambulu,
Desa Karya Bakti, Desa Batujaya Desa Batu Raden, Desa Segaran dan
Desa Segar Jaya. Untuk lebih jelasnya peta wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya dapat dilihat pada Lampiran II.
4.2.1.2. Demografi
11
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang antara lain:
Puskesmas Rawat inap (1), Pustu (2), Klinik 24 Jam (8), Praktek bidan
swasta (17), Posyandu (52), Posbindu (5). Data umum selengkapnya
terdapat pada Lampiran II
4.2.2.1. Masukan
4.2.2.1.1. Tenaga
Non Medis
12
Lemari penyimpanan obat : ada
Rak obat : ada
Alat Administrasi
Alat Penyuluhan
Formulir Pencatatan
Formulir Pelaporan
Gambaran Data Pokok
Pencapaian Program Pemberantasan
Penyakit Kusta : ada
Laporan Program P2 Kusta : ada
4.2.2.2. Metode
4.2.2.2.1. Penemuan Tersangka Kusta
Penemuan tersangka penderita kusta melalui passive case
finding. Penemuan penderita secara pasif di Unit Pelayanan
Kesehatan (UPK) berdasarkan adanya orang yang datang
mencari pengobatan ke Puskesmas/sarana kesehatan lainnya
atas kemauan sendiri atau saran orang lain.
Tersangka dari penderita kusta yang datang ke UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya dan menunjukkan gejala -
gejala yang mendukung diagnosis Kusta, yaitu:
Tanda-tanda Tersangka Kusta (Suspek)
13
Tanda pada Kulit
a. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian
tubuh.
b. Kulit mengkilap.
c. Bercak yang tidak gatal.
d. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat
atau tidak berambut.
e. Lepuh tidak nyeri.
Tanda pada Saraf
a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota
badan atau muka.
b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka.
c. Adanya cacat (deformitas).
d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.
Setiap orang dengan gejala-gejala di atas harus dianggap
seorang tersangka (suspek) Kusta dan perlu dilakukan
pemeriksaan skin smear (apusan kulit) secara mikroskopis
langsung. Serta semua orang yang kontak serumah dengan
penderita Kusta yang menunjukkan gejala yang sama harus
diperiksa apusan kulitnya (skin smear).
14
c. Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam apusan
jaringan kulit (BTA positif). Sesorang dinyatakan sebagai
penderita kusta bilamana terdapat satu dari tanda-tanda
utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum dapat
ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana
pemeriksaan apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa
kembali adanya Cardinal Sign. Jika ada Cardinal Sign,
berikan MDT. Jika masih meragukan, suspek perlu
dirujuk.
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pemeriksaan pandang
(inspeksi), pemeriksaan rasa-raba pada kelainan kulit, dan
pemeriksaan saraf (saraf auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf
radialis, saraf medianus, saraf peroneus, dan saraf tibialis
posterior).
4.2.2.2.3. Klasifikasi
Sebenarnya dikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta
yang cukup menyulitkan, misalnya kalsifikasi Madrid,
klasifikasi Ridley-Jopling, klasifikasi India dan klasifikasi
WHO. Sebagian besar penentuan klasifikasi ini didasarkan
pada tingkat kekebalan tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah
kuman yakni tipe Paucibacillary (PB) dan tipe Multibacillary
(MB).
Tanda Utama PB MB
15
Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi yang Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
disertai dengan gangguan
fungsi (gangguan fungsi biasa
berupa kurang/mati rasa atau
kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang
bersangkutan)
Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas,
jika ada, terjadi pada
yang sudah lanjut
2. Infiltrat
16
tidak ada
17
Clofazimine : 1mg/kgBB
d. Obat-obatan Penunjang
Sulfas Ferosus
Vitamin A
Neurotropik
4.2.2.2.5. Pemantauan Pengobatan
a. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat.
b. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama
dalam 1 bulan harus dilakukan pelacakan.
c. RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan
pemeriksaan laboratorium.
d. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif
Tipe PB selama 2 tahun
Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium
e. Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis
(blister) dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa
harus pemeriksaan laboratorium.
f. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12
dosis (blister) Dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT,
tanpa harus pemeriksaan laboratorium.
g. Defaulter
PB tidak ambil obat >3 bulan
MB tidak ambil obat >6 bulan
Tindakan bagi Defaulter:
Dikeluarkan dari monitoring dan register
Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan
pemeriksaan klinis ulang dengan teliti, bila:
i. Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif.
ii. Tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak
perlu diobati lagi.
h. Relaps /Kambuh
Penderita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT
timbul lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps
harus dikonfirmasi ke dokter yang memiliki kemampuan
klinis mendiagnosis relaps.
18
i. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT,
meninggal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi,
default.
j. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke
pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa
blister disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai
efek samping dan indikasi untuk kembali ke pelayanan
kesehatan.
19
3) Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi
saraf rutin.
4) Penanganan reaksi.
5) Penyuluhan.
6) Perawatan diri prinsip 3M
7) Menggunaan alat bantu.
8) Rehabilitasi medis (operasi rekonstruksi).
Upayaupaya pencegahan cacat dapat dilakukan baik di
rumah, UPTD UPTD Puskesmas maupun unit pelayanan
rujukan seperti Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit
Rujukan.
2. Cacat Tingkat 1
3. Cacat Tingkat 2
20
Cacat atau kerusakan yang terlihat.
4.2.2.2.8. Penyuluhan
a. Perorangan : penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau
konsultasi di Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah
semua informasi mengenai Kusta. Penyuluhan diberikan
pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali
untuk mengambil obat ke Puskesmas.
21
b. Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah,
seminar, dll. Materi yang diberikan adalah semua informasi
tentang penyakit kusta.
22
4.2.2.2.9.2. Pelaporan
Pelaporan dilakukan dengan meng-copy register
monitoring pengobatan PB/MB di Puskesmas
selanjutnya mengirim format register kohort
penderita ke Kabupaten setiap 3 bulan.Wasor
Kabupaten memasukkan kohort masing-masing
Puskesmas ke kohort electronics. Hasil kohort
electronics dikirim ke Propinsi setiap 3 bulan
sekali. Wasor Propinsi merekapitulasi laporan
Kabupaten dan hasilnya dikirm ke pusat setiap 3
bulan sekali.
4.2.2.3. Proses
4.2.2.3.1. Perencanaan: perencanaan dilakukan pada rapat awal tahun
atau awal periode program untuk menyusun tujuan, kebijakan,
strategi, dan kegiatan UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya
Kabupaten Karawang dalam menjalankan Program
Pemberantasan Penyakit Kusta di wilayah kerjanya. Strategi
dan kegiatan dijabarkan sebagai berikut:
A. Penemuan Tersangka Penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter umum atau
perawat secara passive case finding berdasarkan gejala
bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian
tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya
bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak
berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri
pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota
badan atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak
mau sembuh.
23
B. Diagnosis Penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter berdasarkan gejala
yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan
fisik dan ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) :
bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang
disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf,
Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5,
penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada
lebih dari satu saraf.
D. Pemantauan Pengobatan
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh petugas P2 Kusta dengan
memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan
pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat
minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps.
E. Pemeriksaan Kontak
Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas
P2 Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan
memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering
kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru,
maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT
dosis pertama.
24
F. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri
Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin sampai
Sabtu pukul 08:00 - 14:00 dengan penemuan dini
penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan
MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta
dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan
reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu,
dan rehabilitasi medis.
G. Penyuluhan
Perorangan : dilakukan oleh petugas P2 Kusta setiap
hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 dengan
cara tanya jawab yang berisi semua informasi tentang
kusta.
Kelompok : ada perencanaan yang dilakukan 1 kali
per tahun.
25
4.2.2.4. Pengorganisasian
Penanggung
Jawab Program
Teti Suhernayati,
SKM
Petugas
P2M Pencatatan
Sakinah dan Pelaporan
Program
Petugas Sakinah
P2Kusta
Sakinah
4.2.2.5. Pelaksanaan
4.2.2.5.1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter umum atau perawat
secara passive case finding berdasarkan gejala
bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian
tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya
bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak
berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada
anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan
atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak mau
sembuh.
26
4.2.2.5.2. Diagnosis Penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di
UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter berdasarkan gejala
yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan
fisik dan ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak
kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai
gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary
(MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang
disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf.
27
Dilakukan oleh petugas P2 Kusta setiap hari Senin sampai
Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas Batujaya
dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan
penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya
reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin,
penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan
alat bantu, dan rehabilitasi medis.
4.2.2.5.7. Penyuluhan
4.2.2.5.7.1. Perorangan : dilakukan oleh petugas P2 Kusta
setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 -
14:00 di UPTD Puskesmas Batujaya dengan
cara tanya jawab yang berisi semua informasi
tentang kusta.
4.2.2.5.7.2. Kelompok : Baru dilakukan 1 kali sejak awal
program dilaksanakan sampai sekarang.
4.2.2.6. Pengawasan
28
Pencatatan dan pelaporan yang lengkap harus dilaporkan sesuai
dengan waktu yang ditentukan sebagai bentuk pengawasan. :
Adapun pelaporan kegiatan program adalah sebagai berikut:
Dari Kepala UPTD Puskesmas : Lokakarya Mini Bulanan
Rapat kerja bulanan untuk monitoring dan evaluasi program
yang telah dijalankan
Dari Kabupaten Karawang : Laporan Triwulan
Dari Propinsi Jawa Barat : Laporan Semeter: 2x/tahun
4.2.2.7. Keluaran
1. Angka Penemuan Penderita Baru Kusta (NCDR = Case Detection
Rate)
Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu
tahun per 100.000 penduduk
Rumus:
penderita yang baru ditemukan pada periode 1 tahun x 105
penduduk pada tahun yang sama
= 14 x 100.000
85.406
= 16,40 : 100.000 (target < 5 : 100.000)
2. Angka Kesembuhan (RFT = Release from Treatment)
a. RFT Rate MB
Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama
yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam
12-18 bulan) dinyatakan dalam persentase.
Rumus:
penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12-18 bulan x 100%
seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode tahun yang sama
= 0 x 100% = 0% (target >90%)belum dapat dinilai
22
b. RFT Rate PB
Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9
bulan) dinyatakan dalam persentase.
Rumus:
penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 bulan x 100%
seluruh penderita baru PB yang mulai MDT periode tahun yang sama
= 0 x 100%
29
3
= 0% (target >90%)belum dapat dinilai
3. Prevalensi
Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat
tertentu.
Prevalensi Penyakit Kusta adalah jumlah penderita kusta terdaftar
PB dan MB pada suatu saat tertentu per 10.000 penduduk
Rumus:
penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu x 10.000
penduduk pada tahun yang sama
= 25 x 10.000
85.406
= 2,927 :10.000 (target <1:10.000)
= 1 x100%
14
= 7,14 % (target <5%)
6. Proporsi MB
30
Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang
baru ditemukan pada periode satu tahun
Rumus:
penderita MB yang baru ditemukan pada periode 1 tahun x100%
penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama
= 13 x 100%
14
= 92,86% (target <65%)
7. Penyuluhan
Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%)
Penyuluhan kelompok = 0 % (target 100%)
8. Pencatatan dan Pelaporan
100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.
100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.
4.2.2.9. Lingkungan
4.2.2.9.1. Fisik
4.2.2.9.1.1. Perumahan : sebagian besar lingkungan tempat
tinggal warga terlalu padat serta jarak antar
rumah terlalu dekat, tidak memiliki ventilasi,
pencahayaan, dan sanitasi yang baik.
4.2.2.9.1.2. Fasilitas kesehatan lain : terdapat fasilitas
kesehatan lain seperti rumah sakit dan dapat
bekerjasama dengan baik.
4.2.2.9.2. Non Fisik
4.2.2.9.2.1. Pendidikan: Mayoritas berpendidikan tamat
SD sebanyak 55,54 %.
31
4.2.2.9.2.2. Sosial Ekonomi: Mayoritas bekerja sebagai
petani sebanyak 74,23%.
4.2.2.9.2.3. Peran serta perilaku masyarakat : tidak semua
masyarakat berperan aktif dan saling
mendukung dalam Pemberantasan penyakit
kusta.
4.2.2.10. Dampak
4.2.2.10.1. Langsung
a. Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas kusta
belum dapat dinilai.
b. Terputusnya rantai penularan penyakit kusta (sumber
penularan / reservoir) belum dapat dinilai.
4.2.2.10.2. Tidak langsung
a. Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat : belum dapat dinilai.
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara
optimal : belum dapat dinilai.
32
Bab V
Pembahasan
33
3. Prevalensi Penyakit Kusta <1:10.000 2,927 : 10.000 (+)
7. Penyuluhan
Kelompok Dilakukan Hanya 1 x (+) 100%
sepanjang
program
dilaksanakan
34
tidak dilakukan
35
masyarakat Program P2 kusta
Tidak semua
masyarakat (+)
Bab VI
Perumusan Masalah
Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di UPTD Puskesmaas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang ternyata terdapat beberapa masalah :
6.1.1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 besar masalah
100% (+)
6.1.2. Prevalensi adalah 2,927 : 10.000 besar masalah 100% (+)
6.1.3. Proporsi Kusta tipe MB adalah 92,86% (+)
6.1.4. Proporsi penderita anak adalah 0% (-)
6.1.5. Proporsi Penderita Cacat Tingkat 2 adalah 7,14% besar masalah 100% (+)
6.1.6. Penyuluhan kelompok adalah 0 (0%) dengan besar masalah 100% (+)
36
6.2.1. Masukan
6.2.1.1. Tidak adanya formulir evaluasi pengobatan prednison untuk follow up atau
observasi pasien yang mengalami terjadinya reaksi.
Pelaksanaan
Penemuan Penderita menggunakan metode Passive Case Finding
Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok di UPTD Puskesmas Batujaya.
6.4. Masalah Menurut Lingkungan
6.4.1. Fisik : Sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga tidak memiliki ventilasi,
pencahayaan, dan sanitasi yang baik.
6.4.2. Non fisik : Mayoritas penduduk masih memeiliki pengetahuan yang rendah,sosial
ekonomi rendah dan masih tertanamnya stigma negatif kusta ditengah masyarakat
sehingga menghambat Program P2 Kusta.
Bab VII
Prioritas Masalah
7.1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 besar masalah 100% (+)
7.2. Prevalensi dan Angka Prevalensi adalah 1,64 : 10.000 besar masalah 100% (+)
7.3. Proporsi Kusta tipe MB adalah 92,86% (+)
7.4. Proporsi penderita anak adalah 0% (+)
7.5. Proporsi Penderita Cacat Tingkat 2 adalah 7,14% besar masalah 100% (+)
7.6. Penyuluhan kelompok adalah 0 (0%) dengan besar masalah 100% (+)
No Parameter A B C D E F
1. Besarnya masalah 5 5 5 1 4 5
37
Total 22 21 21 17 19 23
Keterangan: dari dilakukannya teknik prioritas masalah ini didapatkan 2 masalah yang
ingin diselesaikan yaitu masalah A dan masalah F
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1. Masalah I
Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 dengan besar
masalah
Penyebab Masalah:
8.1.1. Masih banyak penderita kusta (khususnya tipe MB) yang belum terjaring
sehingga menjadi sumber penularan ditengah masyarakat karena penemuan
penderita masih dilakukan secara pasif.
8.1.2. Kurangnya keterampilan petugas Puskesmas dalam mendiagnosis kusta.
8.1.3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda penyakit kusta.
8.1.4. Masih tertanamnya stigma negatif kusta ditengah masyarakat.
8.1.5. Lingkungan rumah yang kurang mendukung, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi
yang kurang baik.
Penyelesaian Masalah:
8.1.1. Meningkatkan pencarian penderita secara active case finding dengan melakukan:
1. Pemeriksaan kontak (survey kontak)
a. Tujuan:
1) Mencari penderita baru yang mungkin sudah lama ada dan belum
berobat (index case)
2) Mencari penderita baru yang mungkin ada
38
b. Sasaran
c. Pemeriksaan
Dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga harus diperiksa dimulai pada saat
anggota keluarga tersebut dinyatakan sakit kusta pertama kali dan perhatian
khusus ditujukan pada kontak tipe MB. Pemeriksaan ini sebaiknya diulang
setiap tahun.
d. Pelaksanaan
1) Membawa kartu penderita dan penderita yang sudah tercatat dan kartu
penderita kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.
2) Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga
penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu
penderita.
3) Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering
kontak dengan penderita
4) Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan
kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat
MDT dosis pertama, pengobatan selanjutnya dilaksanakan di UPTD
UPTD Puskesmas.
5) Memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota
keluarga.
2. Pemeriksaan anak sekolah SD/Taman Kanak-Kanak atau sederajat disebut
survei sekolah :
a. Tujuan
1) Mendapatkan kasus baru secara dini
2) Memberikan penyuluhan kepada murid dan guru
b. Sasaran
1) Semua anak SD dan sederajat
2) Taman Kanak-kanak
c. Pemeriksaan
39
d. Pelaksanaan Pemeriksaan
Untuk melakukan survei sekolah ini perlu dibina kerjasama dengan UKS
dan guru-guru sekolah. Perlu diberikan penyuluhan kusta terlebih dahulu
kepada murid-murid dan guru-guru. Pemeriksaan murid dilakukan mulai
dan kelas 1 sampai kelas 6. Jika pada pemeriksaan tersebut, ada yang
dicunigai kusta maka perlu dirujuk ke UPTD UPTD Puskesmas untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Jumlah anak yang diperiksa dan penderita baru
yang di temukan kemudian dicatat.
a. Tujuan:
1) Mencari penderita baru dalam lingkup kecil
2) Membina partisipasi masyarakat
b. Sasaran
Desa/kelurahan atau unit yang lebih kecil yaitu dusun yang merupakan
daerah kantong.
c. Pelaksanaan
1) Persiapan
40
2) Pelaksanaan
Catatan:
2. Survei Khusus
a. Survei Fokus
41
Dilakukan pada suatu lingkup kecil dimana dalam satu RT proporsi
penderita baru MB minimal 60% dan dijumpai penderita usia muda cukup
tinggi.
Caranya:
Kedua survei ini dilakukan dengan perhitungan statistik dan sekarang tidak
dilakukan lagi.
c. Pelaksanaan
1) Pertemuan dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten menjelaskan
mengenai kegiatan LEC, membuat pereneanaan pertemuan lintas sektor
dimana Bupati diharapkan sebagai pelaksana pertemuan.
2) Pertemuan Lintas Sektoral Kabupaten
42
Meningkatkan kemampuan peserta dalam mendiagnosa, klasifikasi
Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta dan mengharapkan
bantuan Kades, Tokoh Masyarakat dalam pelaksanaan LEC dan
pengobatan penyakit kusta. Membuat jadwal pelatihan tenaga Puskesmas
dan pertemuan kecamatan.
SAPEL merupakan proyek khusus untuk mencapai tujuan eliminasi kusta dan
dilaksanakan pada daerah yang mempunyai geografis yang sulit. Pada kegiatan
ini MDT diberikan sekaligus 1 (satu) paket dibawah pengawasan kader atau
keluarga.
8.1.2. Mengubah stigma negatif masyarakat tentang kusta. Kusta merupakan penyakit
menular namun bukan kutukkan, dapat menyebabkan cacat tetapi bisa diobati dan
43
ada obatnya. Maka semakin dini kusta ditemukan dan diobati akan semakin baik
hasilnya.
8.1.3. Menjaga agar lingkungan rumah bersih dan sehat.
8.2. Masalah II
Tidak adanya penyuluhan kelompok (0%) dari target 100%
Penyebab Masalah
8.2.1. Tidak diadakannya penyuluhan kelompok tentang kusta yang sudah dijadwalkan
8.2.2. Kurangnya peran serta masyarakat untuk mengikuti kegiatan Pemberantasan
penyakit kusta salah satunya dengan menghadiri penyuluhan yang difasilitasi oleh
Puskesmas.
8.2.3. Tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar rendah.
Penyelesaian Masalah
8.2.1. Melaksanakan penyuluhan kelompok tentang kusta baik di dalam gedung
Puskesmas maupun saat kegiatan diluar.
8.2.2. Menjalin kerja sama dengan semua pihak, seperti pemuka desa, tokoh agama,
organisasi sosial, organisasi kesehatan lainnya sehingga dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang penyakit kusta.
8.2.3. Melaksanakan penyuluhan dengan bahasa dan cara yang mudah dimengerti.
44
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011
sampai dengan November 2012 belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran
yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan.
45
9.1.4. Proporsi cacat tingkat 2 di UPTD Puskesmas Batujaya Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012
adalah 7,14% sementara target program adalah < 5%.
9.1.5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun) di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012
adalah 0% sehingga sudah memenuhi target yaitu <5%.
9.1.6. Proporsi MB UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada
periode Desember 2011 sampai dengan November 2012 adalah 92,86%, masih
diatas target < 65%
9.1.7. Cakupan penyuluhan kelompok di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012
hanya dilakukan satu kali sejak awal dilaksanakannya program hingga sekarang.
Hal ini menjadi masalah karena kurangnya penyuluhan menyyebabkan rendahnya
tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit kusta sehingga stigma sosial
negatif tentang penyakit kusta terus tertanam dalam masyarakat. Hal tersebut
mengakibatkan penderita kusta malu untuk berobat dan terus menjadi sumber
penularan bagi orang-orang disekitarnya.
9.1.8. Angka cakupan pencatatan dan pelaporan UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012
dilakukan 100%.
9.2. Saran
9.2.1. Untuk Puskesmas :
9.2.1.1. Ditingkatkannya angka penemuan penderita baru dengan lebih agresif
seperti setiap pasien yang datang dengan keluhan penyakit kulit wajib
diperiksa seluruh bagian tubuhnya untuk dicari apakah termasuk cardinal
sign kusta. Menerapkan Kegiatan Active Case Finding : Survei Kontak,
Child Survey atau Skrining di Taman Kanak-kanak atau Sekolah-sekolah,
Rapid Village Survey, Survei Khusus (Focus Survey), Leprosy
46
Elimination Campaign seperti yang telah dideskripsikan dalam
penyelesaian masalah.
9.2.1.2. Peningkatan pengawasan minum obat penderita kusta dengan melatih
kader kusta di masyarakat dan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
penderita akan pentingnya menjalani pengobatan kusta hingga tuntas.
9.2.1.3. Diadakannya penyuluhan kelompok oleh petugas promosi kesehatan
Puskesmas untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit
kusta dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, serta
dilakukannya pencatatan yang jelas pada setiap kegiatan penyuluhan
yang dilakukan.
9.2.1.4. Penyuluhan dilakukan dengan rutin bekerja sama dengan pihak-pihak
luar, seperti pemuka desa, tokoh agama, organisasi sosial, organisasi
kesehatan lain sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang penyakit kusta.
47
Daftar Pustaka
48