Oleh :
ROKEND ROY
NIM : 08061003053
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DILAKSANAKAN :
Di :
Oleh :
ROKEND ROY
NIM : 08061003053
Menyetujui :
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat dan kasih sayang-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi kurikulum
mata kuliah di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan
1. Ibu Fatma M.S selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
2. Bapak Ady Mara M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu
3. Ibu Dra. Tjurmin Ginting M.Si selaku Pembimbing Akademik yang selalu
4. Seluruh Staff dan Dosen di Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya
Duri Operation.
6. Bapak Amrizal Lantarani selaku senior Engineer yang telah banyak meluangkan
7. Bapak Agustiar Gindo A,Md selaku senior analis dan Mbak Fitri Handayani
kerja praktek.
9. Bang Irwan dan Bapak Amrizal selaku petugas sampel yang telah bersedia
10. Om Hassan, Bang GH, Mas Jati, Mas Danu, Mas Angga, Bang Wen, Bang
Engkus, Pak Ari, Bang Romy, Pak Tonga, dan seluruh Staff di PT CLARIANT
INDONESIA Duri yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
Penulis
Halaman
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang. 1
I.2 Rumusan Masalah.... 2
I.3 Tujuan Kerja Praktek 2
I.4 Batasan Masalah... 3
I.5 Metoda Pengumpulan Data.. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Proses Terbentuknya Minyak Bumi. 3
II.2 Penggunaan Bahan Kimia pada Produksi Minyak Bumi. 5
II.3 Scale. 7
II.3.1 Proses Terbentuknya Scale. 10
II.3.2 Prediksi Scale.. 11
II.4 Scale Inhibitor.. 13
III. METODOLOGI PELAKSANAN
III.1 Tempat dan Waktu 16
III.2 Pengambilan Sampel. 16
III.3 Alat-alat yang digunakan.. 17
III.4 Bahan-bahan yang digunakan... 17
III.5 Prosedur Kerja.. 17
III.5.1 Penentuan pH.. 17
III.5.2 Penentuan Kadar HCO3.................................................................. 17
III.5.3 Penentuan Kadar Hardness. 18
III.5.4 Penentuan PRC .. 18
Gambar : Halaman
Gambar 7. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 1. 21
Gambar 8. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 1.. 22
Gambar 9. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 1.. 22
Gambar 10. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 1 B 23
Gambar 11. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 1 B 23
Gambar 12. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 1 B 24
Gambar 13. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 4. 24
Gambar 14. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 4.. 25
Gambar 15. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 4. 25
Gambar 16. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 4 B 26
Gambar 17. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 4 B.. 26
Gambar 18. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 4 B.. 27
Tabel : Halaman
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan bakar minyak merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam
memproduksi, hingga mengolah minyak bumi ini tentunya tidak semudah membalik
bumi hingga menjadi bahan bakar yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia
sehari. Tidak hanya dalam hal proses produksi, dalam hal perawatan alat-alat pada
proses produksi minyak bumi juga merupakan hal utama yang harus diperhatikan.
Di ladang minyak Duri Field milik PT Chevron (Kota Duri, Provinsi Riau) lebih
kurang terdapat sekitar 4000-an well atau sumur minyak. Dari sekian banyak sumur
minyak tersebut, kondisi fluida yang ditemukan berbeda-beda, sehingga beragam pula
masalah yang dihadapi dalam hal perawatan instrument dalam hal mempertahankan
jumlah produksi. Sebagai contoh yang paling dominan ditemukan dibeberapa well yaitu
Adapun masalah yang akan diangkat dalam kerja praktek ini yaitu scale atau
kerak yang terjadi pada pipa-pipa proses produksi minyak bumi, dimana apa bila tidak
ditindak lanjuti, scale yang timbul atau terbentuk akan menyebabkan terhambatnya
kerja dari alat-alat sehingga akan mengurangi jumlah produksi, dimana hal tersebut me-
rupakan suatu hal yang sangat harus dihindari oleh perusahan-perusahan pemproduksi
minyak bumi. Untuk itu berbagai macam upaya pun telah dilakukan oleh beberapa
ladang minyak Duri Field milik PT Chevron. Scale biasa ditemukan pada pipa-pipa atau
tubing di well maupun di line. Scale atau kerak yang mengendap dan mengeras pada
produksi dari suatu well bahkan dapat menyebabkan rusaknya pumping unit pada well
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang paling populer mengenai asal-usul minyak bumi adalah teori organic
source material. Teori ini menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari fosil (hewan
dan tumbuhan) yang tertimbun dalam bumi selama jutaan tahun. Bahan-bahan yang
bersama batuan sedimen. Akibat berbagai pergerakan bumi, fosil-fosil ini semakin jauh
tertimbun ke dalam perut bumi. Kondisi-kondisi ekstrim dalam perut bumi seperti
dipecah menjadi gas atau komponen yang larut dalam air kemudian melarut dalam
tanah. Lemak yang tertinggal dan bahan yang larut di dalamnya diubah menjadi minyak
bumi melalui suatu reaksi bertitik didih rendah. Proses ini terus berlangsung hingga
350oF). Bila melebihi 500oF, biasanya akan terjadi pengrusakan unsur-unsur organik
yang ada. Oleh sebab itu, pada lapisan sedimentary rock yang terkubur begitu dalam di
perut bumi jarang sekali dijumpai minyak bumi. Perkiraan terjadinya minyak mentah
pada tiga bagian sedimentary rock adalah kira-kira 35% pada sandstone, 45% pada
Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan/atau gas bumi, yaitu:
tersebut.
yang tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya
gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus
menerus, dapat menciptakan suatu ruangan bawah tanah yang menjadi jebakan
hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemana-mana lagi.
Pada industri minyak dan gas, bahan kimia mempunyai peranan penting dalam
peralatan, serta untuk memperoleh kualitas produk yang diinginkan maka ditambahkan
bahan-bahan kimia pada produksi minyak mentah. Adapun fungsi dari bahan kimia
kimia
3. Mendapatkan hasil produksi yang optimum dan memenuhi standar kualitas yang
diinginkan
menimbulkan permasalahan tersendiri dalam proses produksi. Air yang terdapat dalam
jumlah besar sebagian dapat menimbulkan emulsi dengan minyak, sehingga pemisahan
air dari minyak sukar dilakukan hanya dengan proses fisik saja. Gas CO 2 dan H2S dapat
perpipaan, dan surface facilities. Ion-ion yang terlarut dalam air seperti kalsium,
karbonat, dan sulfat dapat membentuk kerak atau scale, yang mengakibatkan naiknya
pressure drop dan turunnya laju perpindahan panas pada sistem perpindahan panas
Setiap bahan kimia yang digunakan mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-
beda bergantung pada kebutuhan operasi. Secara umum, bahan kimia yang digunakan di
sebagai berikut :
/ /surfactant, pH buffer, dll.), zat asam (HCl, H2SO4, CH3COOH, dll.), zat basa
emulsion
2.3 Scale
Scale atau kerak adalah suatu zat non organik dalam air yang mengendap
mineral atau ion yang bersifat non organik dan menempel pada logam. Namun scale
bukanlah hasil dari kerak besi (Fe2O3) hasil korosi ataupun hasil dari endapan pasir,
tanah yang tidak larut dalam suatu aliran fluida baik pada well ataupun line.
Adapun akibat yang akan terjadi apabila timbulnya Scale antara lain adalah
volume pipa ataupun tubing akan semakin kecil, sehingga akan menyebabkan
berkurangnya kapasitas produksi, Scale yang mengendap dan mengeras dalam pipa juga
terjadinya peningkatan tekanan di dalam system. Dan dampak yang lebih buruk lagi
yang akan terjadi apabila terlalu banyak Scale yang timbul yaitu dapat merusak
Jenis scale yang umumnya ditemukan di industry minyak dan gas bumi adalah :
6. Besi karbonat (FeCO3), Oksida besi (Fe2O3), dan Sulfida besi (FeS2)
Namun diantara ketiga jenis-jenis Scale tersebut, Scale dengan jenis Calcium
Carbonate ( CaCO3) lah yang mendominasi jenis Scale yang terdapat di Indonesia.
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli, lebih dari 90% jenis Scale
yang ditemukan di Indonesia adalah Calcium Carbonat. Dari beberapa jenis scale diatas,
terdapat tija jenis scale yang paling umum diantaranya yaitu Calcium Carbonat, Barium
sulfat, dan Strontium sulfat. Tingkat kelarutan dari ketiga jenis scale ini dalam air murni
Dan apabila dalam bentuk grafik, pengaruh temperature pada kelarutan Scale dapat
kesetimbang antara :
Bicarbonate Carbonate
mengendap
4. Pencampuran dua macam air yang tidak compatible (semua jenis sulphate
Ba ++ SO4 -- BaSO4
Scale yaitu, apakah akan terbenuk Scale? atau Sudahkan terbentuk Scale?.
Kecendrungan terbentuknya Scale dapat dihitung berdasarkan hasil analisa air pada
laboratorium. Scale dapat kita prediksi atau dikira kapan ia akan terbentuk, metoda
prediksi dilakukan dengan cara menghitung semua faktor kimia dan fisika yang
mempengaruhi timbulnya scale antara lain adalah analisa kation/anion dalam air,
Pitzer CaCO3
Ryzner CaCO3
melakukan ampling dan analisa air dengan cermat. Diantaranya kita harus selalu
mengukur pH pada waktu sampling, alkalinity harus ditest secepatnya, dan kita
juga harus memastikan terlebih dahulu bahwa tidak terjadinya pembentukkan scale
Selain melulai analisis air di laboratorium, Cara lain yang juga telah
dilakukan untuk memonitoring telah terbentuk atau tidaknya Scale yaitu dengan
menggunakan Scale coupons. Cara ini boleh dibilang cukup sederhana yaitu dengan
cara menancapkan coupons pada Scale monitoring point yang telah ditentukan dan
dibiarkan lebit kurang selama satu bulan, kemudian Scale coupons dicabut lalu
ditanam) yang telah ditanam selama satu bulan tadi beratnya bertambah dari berat
sebelumnya, berarti itu diidentifikasikan telah terbentuk Scale, lalu dihitung kadar
Scalenya dengan membandingkan antara berat awal coupons dan berat coupons
setelah ditancapkan. Namun apabila berat coupons semakin ringan, berarti itu
ataupun korosi, oleh sebab itu cara ini masih digunakan hingga sekarang, dan cara
ini juga dianggap sebagai cara monitoring scale yang lebih akurat. Namun yang
harus kita ingat adalah bahwa hasil yang kita dapatkan sifatnya hanyalah
Scale Inhibitor merupakan bahan kimia cair yang disuntikkan ke dalam pipa
aliran untuk mencegah atau memperlambat terbentuknya scale pada dinding bagian
dalam pipa akibat adanya unsur sadah yang berlebihan dari cairan yang selalu kontinyu
terbentuknya scale. Perlu diketahui bahwa injeksi Scale inhibitor dilakukan dalam
apabila Scale sudah terbentuk, maka langkah yang kita lakukan salah satunya dengan
cara acidizing atau di asamkan. Acidizing adalah cara utnuk menghilangkan Scale
Scale inhibitor ini bekerja dengan cara mengikat scale yang cenderung
mengendap supaya tetap larut dan tidak mengendap, merubah bentuk kristal supaya
tidak tumbuh, serta mampu merubah kristal yang telah terbentuk menjadi lebih bulat
Kristal baru dan mendorong penguraian kembali, dan apabila Kristal tetap tumbuh,
Phosphonate. Adapun sifart-sifat dari scale inhibitor tersebut antara lain adalah :
rendah, berubah jadi Ortho PO4, dan tidak compatible dengan air asin.
Scale inhibitor jenis ini sangat efektif untuk CaCO3, CaSO 4, BaSO4.
Scale inhibitor jenis ini boleh dikatakan cocok untuk sebagian besar tipe
Jenis ini cocok juga untuk sebagian besar tipe scale. Sifatnya stabil hingga
METODOLOGI PELAKSANAAN
Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2010 sampai dengan 18
Sampel yang dianalisa diperoleh dengan mengambil ke Duri Field di area CGS
10 oleh petugas sampel kemudian dibawa ke laboratorium dan segera dianalisa. Petugas
sampel tersebut telah dilatih dan berpengalaman dalam pengambilan sampel di Duri
Field.
Sampel yang diambil berupa cairan yang masih mengandung minyak mentah
serta kandungan mineral lainya yang diambil di 3 titik tempat pengambilan sampel dari
2 jalur tanki yang berbeda, yaitu pada tanki 1 : titik sampelnya pada Intermediate Skim
4 : titik sampelnya pada Intermediate Skim Tank 4 (IST 4), Primary Tank 4 (PR 4), dan
Secondary Tank 4 (SC 4). Kemudian sampel juga diambil kembali pada tempat yang
sama dengan jeda waktu sekitar setengah jam dari pengambilan pertama (kode A) yang
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrometer DR-
2000, Schott Bottle, Sany glass, Beaker glass, Statis, Buret, pH meter, Kuvet, Kertas
saring, Pipet tetes, Corong plastic, Oven, Erlenmeyer, dan Gelas ukur.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah H2SO4 0,1 N, HCl
pekat, Buffer pH 4 dan 7, EDTA 0,022 M, NaCl (150 mg/l), KOH 8 N, Photassium
3.5.1 Penentuan pH
Sampel yang telah diambil dari titik pengambilan sample oleh Tim sampling
disaring terlebih dahulu menggunakan kertas saring biasa kedalam botol Schott
0.1 N hingga pH sampel berubah menjadi 4.5. Setelah pH sampel menjadi 4.5
maka titrasi dihentikan dan catat berapa volume titran yang digunakan. Hasil
3.5.3.1 Kadar Ca
hinggan terjadi perubahan warna yang stabil. Catat volume titran yang
Ar CA
sampel di Acid dengan menambahkan 2 tetes HCl 0.1 N, tutup rapat botol dan
Kemudian sampel dipananskan kembali kedalam oven selama 2 jam pada 95 oC.
(Phosphate) aduk hingga larut. Untuk larutan Blanko sediakan sampel yang
dengan no program 501 dan panjang gelombang 890. Catat hasil pengukuran
tersebut.
BAB IV
Pada pelaksanaa kerja praktek ini pengamatan atau monitoring terhadap kerja
Scale Inhibitor pada area CGS 10 Duri Field PT Chevron ini dengan jumlah sampel
sebanyak 12 botol per hari dari 6 titik sampel dalam 2 kali pengambilan (antara
pengambilan pertama dan kedua pada titik sampel yang sama berselang sekitar jam)
Train
Train 1
1 Train
Train 4
4
Intermediate
Intermediate Intermediate
Intermediate
Skim
Skim Tank
Tank 1
1 Skim
Skim Tank
Tank 4
4
Primary
Primary 1
1 -- Primary
Primary 4
4 --
MFU
MFU MFU
MFU
Secondary
Secondary Secondary
Secondary
1
1 -- MFU
MFU 4
4 -- MFU
MFU
To Surge Tank
Setelah dilakukan water analysis dan PRC dari ke keseluruhan sampel selama
tiga hari berturut-turut, maka didapatkanlah data analisa laboratorium (data terlampir).
Kemudian ditentukan harga Scale Index rata-rata per titik sampel, lalu kita bandingkan
berikut ini :
Gambar 7. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 1
Keterangan :
SI = Scale Index
Pada gambar 7. terlihat jelas bahwa hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks
adalah berbanding terbalik, hal ini dapat diamati dari kurva dari SI yang semakin tinggi
pada saat kurva PRC semakin menurun, hal ini disebabkan karna pada saat pengambilan
sampel di titik ini kondisi phosponat yang terkandung dalam fluida sedikit sehingga
kurva yang ditunjukkan menurun sehingga kurva SI akan semakin naik.
Pada Primary 1 pengambilan pertama, hasil dari grafik (Gambar 8) yang didapat
menunjukkan bahwa pada hari ke dua harga PRC naik dan kembali turun pada
pengecekkan dihari ketiga. Sedangkan harga SI juga ikut naik pada kedua dan turun
pada hari ketiga. Pada grafik ini antara PRC dan SI terjadi hubungan yang berbading
lurus, hal ini mungkin saja disebabkan karena penyebaran PRC yang tidak merata yang
tercampur dalam fluida yang terbawa keluar oleh pumping unit, sehingga PRC yang
terukur terlalu tinggi dibandinkan dengan harga SI yang terbentuk.
Gambar 10. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 1 - B
Untuk IST 1 pada pengambilan kedua ini (Gambar 10) grafiknya juga menunjukkan
bahwa pada saat harga SI turun, harga PRC nya justru naik, yang menandakan bahwa
kandungan phosponat yang terdapat di dalam fluida masih banyak dan masih dapat
mencegah terbentuknya Scale sehingga kurva SI yang dihasilkan semakin menurun.
Dihari ketiga kurva SI naik hal ini disebabkan karena pada hari ketiga kadar phospat
yang tersisa di dalam fluida semakin sedikit.
Pada Primary 1 pengambilan kedua (Gambar 11) terlihat jelas bahwa grafik yang
dihasilkan menunjukkan bahwa antara harga PRC terhadap SI adalah berbanding
terbalik dimana harga SI jauh semakin menurun pada saat kurva PRC naik, Kurva PRC
yang tinggi menandakan bahwa kandungan phosponat di dalam fluida tersebut masih
banyak sehingga kemungkinan scale akan terbentuk sangat kecil atau sedikit.
Sedangkan pada hari ketiganya kurva PRC sedikit menurun dan kurva SI naik yang
disebabkan oleh kurangnya kadar phosponat yang masih tersisa di fluida.
Gambar 12. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 1 - B
Pada gambar 12. terlihat bahwa hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks juga
berbanding terbalik, hal ini dapat diamati dari kurva dari PRC yang semakin tinggi pada
saat kurva SI semakin menurun. Yang artinya pada data ini menunjukkan kondisi dari
fluida yang diamati masih mangandung kadar phosponat yang cukup banyak untuk
mencegah terbentuknya Scale. Sedangkan dihari ketiganya kurva PRC jauh merosot
turun yang disebabkan berkurangnya jumlah phosponat yang terkandung dalam fluida
atau sudah tidak ada sama sekali.
Pada IST train 4 pengambilan pertama ini (Gambar 13) grafik menunjukkan bahwa
hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks adalah berbanding terbalik, namun
perbedaan antara keduanya tidak terlalu signifikan dibandingkan dari data-data yang
didapati sebelumnya. Terlihat bahwa pada hari kedua PRC naik yang diiringi dengan
turunnya kurva SI dan dihari ketiga kurva PRC kembali turun dengan naiknya harga SI.
Gambar 14. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 4
Dari grafik pada gambar 14. Terlihat bahwa pada saat harga PRC meningkat tajam.
Sedangkan kurva SI semakin menurun dari hari pertama hingga ketiga. Hal ini mungkin
saja disebabkan karna kondisi dari phosponat yang terukur pada hari kedua sangat
banyak atau terjadi penumpukan, sedangkan SI yang dihasilkan dari data perhitungan
Gambar 15. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 4
Dari grafik pada Gambar 15 terlihat jelas bahwa hubungan antara harga PRC terhadap
Scale indeks adalah juga berbanding terbalik, dimana kurva dari PRC yang semakin
tinggi dihari kedua pada saat kurva SI menurun. Hal tersebut menandakan bahwa
kandungan phosponat yang masih terkandung dalam fluida masih dapat untuk
mencegah terbentuknya scale.
Gambar 16. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 4 - B
Pada IST 4 pengambilan kedua ini (Gambar 16) grafiknya menunjukkan bahwa
hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks juga berbanding terbalik, hal ini
terlihat jelas dari awal pengukuran dimana kurva dari SI yang selalu berada diatas dari
kurva PRC yang artinya dari pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan
Gambar 17. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 4 - B
Untuk gambar 17. Kurva seperti ini seharusnya tidak terjadi karena PRC dan SI
sangatlah berlawanan, jika PRC tinggi maka SI haruslah semakin rendah. Dari gambar
terlihat bahwa pada saat harga SI naik, harga PRC juga naik. Hal seperti ini mungkin
saja disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu kondisi dari fluida itu sendiri, karena
phosponat yang kita amati disini berbeda-beda kadarnya kadang kala terlalu banyak
ataupun terlalu sedikit.
Gambar 18. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 4 - B
Monitoring kerja Scale inhibitor dapat dilakukan salah satunya dengan cara
water analysis serta menentukan berapa kadar dari phosponate atau sering disebut
dengan metoda PRC (Phosphonate Residual Content) yang terbawa oleh fluida-fluida
yang terserap oleh pumping unit pada sumur produksi minyak bumi. Scale Inhibitor ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya Scale, bukan untuk menghilangkan Scale. Scale
inhibitor yang digunakan untuk mencegah terbentuknya Scale pada alat-alat pemproses
minyak bumi ini adalah Scale inhibitor dengan merk dagang ST 5858 atau Scale Treat
5858. Senyawa ini berwujud cair berwarna seperti air teh, bersifat asam, serta phosphor
sebagai kandungan utamanya. Untuk itu kita dapat memonitoring apakah Scale inhibitor
yang diinjekkan masih bekerja atau tidak salah satunya dengan metoda PRC.
Pada saat eksekusi penginjekkan Scale Inhibitor pada DSST (Downhole Scale
Squeeze Treatment) telah selesai dilakukan, pompa minyak dibiarkan dalam posisi Shut
down lebih kurang 24 jam setelah itu baru pompa minyak dapat dihidupkan. Hal ini
bertujuan agar Scale inhibitor yang telah diinjekkan teradsorpsi terlebih dahulu di antara
sedikit demi sedikit oleh fluida yang mengalir ke luar akibat hisapan dari pompa pada
sumur tersbut, untuk mengecek apakah masih ada atau tidaknya Scale inhibitor yang
telah diijekkan tadi, maka kita perlu melakukan analisa rutin terhadap air dan
terbawa keluar yang sebagian masih erikat di dalam fluida. Air tersebut disaring terlebih
dahulu lalu kita tambahkan dengan sedikit acid (disini acid yang digunakan yaitu HCL
pekat) dan dipanaskan selama 17 jam. Tujuan dari penambahan acid dan pemanasan
ini adalah untuk menurunkan pH air hingga menjadi 2, karena berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya Scale Inhibitor jenis ST 5858 ini dapat terurai setelah
struktur dari phosphonat pecah dan menjadi phosphor, agar bisa bewarna apabila diberi
indicator karena pengukuran PRC ini menggunakan alat spektrometri UV Vis. Setelah
2 jam, tujuan dari pemanasan yang kedua ini yaitu untuk pemisahan lebih lanjut antara
kerja Scale Inhibitor yang diinjeksikan, kita mengamati data-data pada pengambilan
sampel yang pertama yaitu dengan kode A dan sebagai pembanding yaitu data pada
berbanding terbalik. Karena pada dasarnya Phosphonat hanyalah sebagai pengotor atau
senyawa pengangggu terbentuknya scale pada suatu formasi atau system, jadi dengan
melakukan monitoring terhadap scale inhibitor yang diijeksikan, kita dapat menentukan
apakah scale yang kita injeksikan tersebut masih terkandung di dalam formasi atau tidak
produksi minyak bumi dengan kadar minimum yang telah ditentukan. Kadar minimum
phosphonat yang terkandung dalam suatu sumur produksi ang telah diijekkan scale
Apabila pada waktu melakukan analisa sampel dengan metoda PRC didapati
bahwa kadar phosphonat yang terbawa oleh suatu sampel dari suatu sumur produksi di
bawah atau lebih rendah dari 2 ppm, itu artinya scale inhibitor yang di injeksikan perlu
Dari data laboratorium terhadap analisa PRC yang telah dilakukan lebih kurang
selama 3 hari, kita dapat mengamati bahwa secara keseluruhan dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa hasil pengukuran antara PRC terhadap Scale index adalah
berbanding terbalik, dimana pada saat harga Scale index naik, maka harga dari PRC
akan turun, begitu juga sebaliknya, apabila harga scale index turun, maka harga PRC
akan naik.
Dari beberapa uraian data diatas, kita dapat beberapa kesimpulan diantaranya
yaitu : secara keseluruhan data membuktikan serta menunjukan adanya hubungan yang
berbanding terbalik antara PRC terhadap besar harga dari Scale index, baik pada train 1
dan Train 4 secara keseluruhan yang mengindikasikan bahwa pada train pengambilan
sampel baik 1 maupun train 4 belum membuktikan akan terbentuknya Scale dimana hal
ini terbukti dari pengujian terhadap kadar scale tersebut yang masih rendah yang mana
secara teorinya untuk kadar scale yang sekecil itu maka scale blum terbentuk.
5.1 Kesimpulan
Apabila harga kandungan PRC di dalam aliran fluida masih besar, maka harga Scale
indeks akan kecil sehingga kemungkinan akan terbentuknya Scale sangat kecil. Dan
penurunan PRC terbesar terjai pada Secondary Tank 1 (SC -1 A) yaitu dengan
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis tuangkan dalam laporan kerja praktek ini
antara lain yaitu : Salah satu cara untuk pencegahan scale yaitu dengan cara Acidizing,
yaitu pemberian asam yang diharapkan dapat melunturkan atau menghancurkan scale
yang sudah terbentuk, mengeras dan mengendap. Untuk itu diharapkan apabila nantinya
ada mahasiswa/i yang melakukan kerja praktek tentang Scale, untuk membahas
bagaimana proses dari pencegahan Scale secara Acidizing atau pengasaman tersebut.
Anonim.2010.http://www.google.com/search/quality+control+water+analysis8&aq=t&r
ls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a. Februari 2010.
Nugraha, Angga. 2009. Laporan Kerja Praktek. Analisa Korosi Pada Wash Tank Dan
Tindakan Penanggulangannya . Duri : PT Chevron Pacific Indonesia.
Oktavera, Yulia. 2008. Laporan Kerja Praktek. Pemilihan Senyawa Flokuan Untuk
Penjernihan Air Terproduksi di Ladang Minyak Duri Injeksi Uap PT Chevron
Pacific Indonesia di PT Clariant. Padang : PT Clariant.
LAMPIRAN 1.a
LAMPIRAN 1.b
LAMPIRAN 1.c
LAMPIRAN 2.a
IST 1 - A IST 1 - B
Date pH PRC SI Date pH PRC SI
3-Feb 7.27 0.6 0.52 3-Feb 7.85 2.4 1.96
4-Feb 7.23 0.4 1.32 4-Feb 7.22 2.1 1.29
PR 1 - A PR 1 - B
Date pH PRC SI Date pH PRC SI
3-Feb 7.82 1.1 1.52 3-Feb 7.89 1.3 1.61
4-Feb 8.02 1.8 1.75 4-Feb 8.09 2.5 1.54
5-Feb 7.92 1 1.7 5-Feb 7.76 2 1.61
SC 1 - A SC 1 - B
Date pH PRC SI Date pH PRC SI
3-Feb 8.08 1.2 1.11 3-Feb 8.1 1.8 1.58
4-Feb 8.35 1.1 1.46 4-Feb 8.4 2.4 0.92
5-Feb 7.98 1 1.66 5-Feb 7.93 0.6 1.57
LAMPIRAN 2.b
IST 4 - A IST 4 - B
Date pH PRC SI Date pH PRC SI
3-Feb 7.25 0.9 1.53 3-Feb 7.2 2.1 1.55
4-Feb 7.11 1.2 1.3 4-Feb 7.57 1.3 1.55
5-Feb 7.07 0.9 1.26 5-Feb 7 1.3 1.23
SC 4 - A SC 4 - B
Date pH PRC SI Date pH PRC SI
3-Feb 8.21 1.5 1.38 3-Feb 7.76 2.3 1.65
4-Feb 8.35 2.7 1.14 4-Feb 8.32 0.9 1.9
5-Feb 7.73 0.7 1.66 5-Feb 7.73 1.1 1.66
LAMPIRAN 3
1. ppm HCO3 = (Vol titran x Konsentrasi titran x BM HCO3 x 1000) / Vol sampel
= (51850) / 50 ml
= (14200) / 25 ml
= 560 ppm
= (1040) / 25 ml
= 41,6 ppm
= 104 ppm