Anda di halaman 1dari 72

PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA-KITOSAN BAKTERI

DALAM MEDIUM AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN


PATI DAN KITOSAN MENGGUNAKAN
Acetobacter-xylinum

TESIS

Oleh

LISBETH TAMPUBOLON
067006018/KM

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA-KITOSAN BAKTERI
DALAM MEDIUM AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
PATI DAN KITOSAN MENGGUNAKAN
Acetobacter-xylinum

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains


Dalam Program Ilmu Kimia
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

LISBETH TAMPUBOLON
067006018/KM

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Judul Tesis : PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA-KITOSAN
BAKTERI DALAM MEDIUM AIR KELAPA
DENGAN PENAMBAHAN PATI DAN KITOSAN
MENGGUNAKAN Acetobacter-xylinum

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Nama Mahasiswa : Lisbeth Tampubolon
Nomor Pokok : 067006018
Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Tonel Barus) (Drs. Mimpin Ginting,MS)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal Lulus: 13 Juni 2008


Telah diuji pada
Tanggal : 13 Juni 2008

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Tonel Barus, MS
Anggota : 1. Drs. Mimpin Ginting, MS
2. Dr. Jamaran Kaban, MS
3. Dr. Rumondang Bulan, MS
4. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRAK

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan material selulosa-kitosan bakteri


melalui fermentasi dengan memanfaatkan pati sebagai sumber glukosa untuk diubah
menjadi selulosa bakteri oleh Acetobacter-xylinum dalam media air kelapa. Selulosa
bakteri yang bermanfaat untuk perawatan luka pada bidang medis yang mana
memiliki gugus hidroksil diharapkan selama proses fermentasi dapat membentuk
interaksi dengan polisakarida aktif kitosan dengan menggunakan Acetobacter-xylinum
melalui dipol-dipol maupun melalui ikatan hidrogen membentuk material selulosa-
kitosan bakteri. Selanjutnya juga material yang dihasilkan diharapkan dapat
memberikan sifat multi fungsi dari selulosa-kitosan bakteri dalam keperluan medis.
Penelitian dilakukan melalui proses fermentasi dalam media air kelapa melalui
penambahan urea pada pH=4 dengan menggunakan asam asetat melalui bantuan
Acetobacter-xylinum. Pada kondisi ini ternyata pati dapat diubah menjadi selulosa
bakteri dan juga yang diikuti dengan pemberian kitosan dapat menghasilkan material
selulosa-kitosan bakteri. Dalam pembentukan material tersebut juga dilakukan
penambahan kitosan yang bervariasi yaitu masing-masing 0,5 , 1,0 , 1,5 , dan 2,0 g dan
setiap penggunaan sebanyak 10 g pati, 0,5 g urea dalam 100 mL air kelapa pada pH=4.
Hasil analisis spektroskopi FT-IR menunjukkan bahwa hasil fermentasi
memberikan spektrum yang menggambarkan struktur selulosa bakteri maupun adanya
interaksi antara selulosa dengan kitosan dalam pembentukan material selulosa-kitosan
bakteri. Dari hasil karakterisasi foto SEM maupun uji tarik menggambarkan bahwa
material selulosa-kitosan bakteri yang dihasilkan interaksi yang terbaik adalah pada
penambahan 0,5 g kitosan.

Kata Kunci: Selulosa Bakteri, Pati, Kitosan, Acetobacter-xylinum

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRACT

In this research carry out the creating of bacterial chitosan-cellulose by


fermentation using essence as the source for glucose that will be changed by
Acetobacter-xylinum in cocoa liquid media. Bacterial cellulose contribute for
interaction with polysacharida chitosan active by using Acetobacter-xylinum both
through out dipols and hydrogen bound that from the material for bacterial chitosan-
cellulose. Furthermore, the produced material suppose to result the multi fungtion
characteristic of bacterial cellulose and chitosan for medical needs.
This research is carrying out by fermentation process using cocoa liquid media
by adding the based fertilizer at pH=4 and adding for vinegar acid that supported by
Acetobacter-xylinum. At this condition, found that the essence could be changed into
bacterial cellulose and continued by adding the chitosan that result for material of
bacterial chitosan-cellulose. Then, in the forming of these material also carry out the
adding for variation chitosan at 1.0 , 1.5 , and 2.0 g of chitosan and every single used
essence for vinegar starch at 10.0 g , urea at 0.5 in 100 mL of cocoa liquid at pH=4.
The result of spectroscopy FT-IR analysis showing that the fermentation result
the spectrum depicting both the structure of bacterial cellulose and interaction between
the cellulose and chitosan in the material of bacterial chitosan-cellulose. By the SEM
photo characterization result and drawing test showing that the material of bacterial
chitosan cellulose result for the best interaction by adding 0.5 g chitosan.

Key Words: Bacterial Celluloce, Starch, Chitosan, Acetobacter-xylinum

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya serta ridohNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairul Nisa, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program

Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Ilmu Kimia

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberi

masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Tonel Barus, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing, yang dengan

penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan saran

sehingga selesainya tesis ini.

4. Bapak Drs. Mimpin Ginting, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang

dengan penuh kesabaran membimbing dan member arahan untuk penyelesaian

tesisi ini.

5. Kepala Laboratorium Penelitian Kimia, Laboratorium Kimia Organik,

Laboratorium Kimia Analitik MIPA USU Medan, beserta laborannya atas

kerjasamanya dalam penyelesaian tesisi ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kimia, khususnya teman

saya Marnaek Nainggolan dan Simon Manurung atas kerjasamanya selama masa

perkuliahan.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
7. Ibuku tercinta T. br Siahaan, ucapan dan segala perbuatan takkan mungkin dapat

mengungkapkan terima kasihku padamu. Suamiku tersayang Drs. Miduk Purba,

MA, yang saat ini sedang menyelesaikan perkuliahannya pada program Ph.D yang

telah banyak memberi dorongan dan membantu penulisan tesis ini, serta anak-

anakku semua, Arlina Paratiwi, Angelia Maharani, Pasca Putri, Michael Yohansen,

Evan Andereas Rafael, khususnya anakku Anggraeni Glory Roito yang telah

banyak membantu pengetikan dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulis masih jauh

dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk

kesempurnaan tesis ini, terima kasih.

Medan, Juni 2008

Penulis,

Lisbeth Tampubolon

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang

telah memberikan rahmat dan karunia NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini dengan judul PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA-KITOSAN

BAKTERI DALAM MEDIUM AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN PATI

DAN KITOSAN MENGGUNAKAN Acetobacter-xylinum.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Kimia

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Prof. Dr. Tonel Barus, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing,

4. Bapak Drs. Mimpin Ginting, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing,

5. Kepala Laboratorium Penelitian, Laboratorium Kimia Organik, Laboratorium

Kimia Analitik FMIPA USU, beserta laboran atas sarana dan bantuan yang

telah diberikan,

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan masukan dan saran yang membangun sehingga nantinya menjadi suatu

tesis yang lebih baik.

Medan, Juni 2008

Penulis,

Lisbeth Tampubolon

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di T.Jawa, pada tanggal 22 Mei 1959, merupakan anak

pertama dari sepuluh bersaudara dari Alm. Bapak G.J Tampubolon dan Ibu T. br

Siahaan.

Penulis menyelesaikan sekolah di SD Negeri Tarutung pada tahun 1971, SMP

Negeri 1 Tarutung pada tahun 1974, SMA Negeri 1 Tarutung pada tahun 1977.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke IKIP Negeri Medan Progam Studi Ilmu

Kimia dan menyelesaikan Sarjana Muda pada tahun 1981, Diploma III/Akta III pada

tahun 1981, dan berhasil meraih gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Kimia tahun 1984 di

IKIP Negeri Medan. Penulis mulai mengajar di SMA Negeri 3 Medan sejak tahun 1983

sampai sekarang. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi ke sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu Kimia, atas beasiswa BINSOS

PEMPROPSU melalui BAPPEDA Propinsi Sumatera Utara dan dinyatakan lulus pada

tanggal 13 Juni 2008.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK . i

ABSTRACT . ii

UCAPAN TERIMA KASIH .. iii

KATA PENGANTAR .. v

RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN .. xiii

BAB I PENDAHULUAN ..

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan Penelitian .. 3

1.4. Manfaat Penelitian . 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 5

2.1. Kelapa . 5

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
2.2. Pati 7

2.3. Selulosa 11

2.4. Selulosa Bakteri 12

2.4.1. Karakteristik Selulosa Bakteri ...14

2.4.2. Aplikasi Selulosa dalam Bidang Medis . 15

2.5. Enzim . 16

2.5.1 Eksoenzim dan endoenzim . 16

2.6. Acetobacter-xylinum .17

2.7. Kitosan .. 19

2.7.1. Sumber Kitosan20

2.7.2. Karakteristik Kitosan 22

2.7.3. Aplikasi Kitosan dalam Bidang Medis ..24

2.8. Interaksi Dalam Pembentukan Material ...........26

BAB III METODA PENELITIAN 28

3.1. Bahan-bahan 28

3.2. Alat-alat 28

3.3. Lokasi Penelitian 28

3.4. Prosedur Penelitian ................29

3.4.1. Pembuatan Selulosa Bakteri 29

3.4.2. Pembuatan Selulosa-Kitosan Bakteri ..30

3.4.3. Analisis Hasil Fermentasi . 30

3.5. Bagan Penelitian 33

3.5.1. Pembuatan Selulosa Bakteri 33

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3.5.2. Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri ....................................34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .35

4.1 Pembuatan Selulosa Bakteri 35

4.2 Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri 36

4.3 Analisis Spektroskopi FT-IR 38

4.3.1. Spektrum FT-IR Selulosa Bakteri ..38

4.3.2. Spektrum FT-IR Pati 39

4.3.3. Spektrum FT-IR Selulosa 40

4.3.4 Spektrum FT-IR Kitosan 41

4.3.5. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (0,5 g kitosan)...42

4.3.6 Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (1,0 g kitosan).. 43

4.3.7 Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (1,5 g kitosan).. 44

4.3.8. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (2,0 g kitosan) 45

4.4. Analisis foto SEM 47

4.5. Karakterisasi Uji Tarik 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..56

5.1 Kesimpulan 56

5.2. Saran 57

DAFTAR PUSTAKA... 58

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Komposisi Kimia Air Buah Kelapa . 6

2. Spesifikasi Kitosan yang Berasal dari Cangkang Makhluk Hidup. 22

3. Data Pengukuran Sampel Pada Pengujian Tarik . 53

4. Data Hasil Pengujian Tarik 54

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Struktur Amilosa . 8

2. Struktur Amilopektin . 8

3. Skema Unit Glukosa . 9

4. Bagian dari Struktur Selulosa ............. 11

5. Skema Biosintesis Selulosa 13

6. Struktur Kitosan . 20

7. Diagram Alir Proses Pembuatan Kitosan . 21

8. Pembentukan Kationik dari Kitosan .. 23.

9. Bentuk Sampel Pengujian Kekuatan Tarik . 31

10. Tahapan Pembuatan Selulosa Bakteri dari Pati 36

11. Reaksi Pembentukan Selulosa Bakteri . 36

12. Selulosa Bakteri dengan Kitosan . 37

13. Spektrum FT-IR Selulosa Bakteri . 38

14. Spektrum FT-IR Pati (Starch) . 39

15. Spektrum FT-IR Selulosa Murni . 40

16. Spektrum FT-IR Kitosan . 41

17. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (0,5 g kitosan) 42

18. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (1,0 g kitosan) 43

19. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (1,5 g kitosan) 44

20. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (2,0 g kitosan) 46

21. Foto SEM Selulosa Bakteri .. 47

22. Foto SEM Pati 48

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
23. Foto SEM Selulosa Murni 48

24. Foto SEM Kitosan .. 49

25. Foto SEM Selulosa-Kitosan Bakteri (0,5 g kitosan) .... 49

26. Foto SEM Selulosa-Kitosan Bakteri (1,0 g kitosan) ............. 50

27. Foto SEM Selulosa-Kitosan Bakteri (1,5 g kitosan) ............. 51

28. Foto SEM Selulosa-Kitosan Bakteri (2,0 g kitosan) ............. 52

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kurva Load vs Stroke Selulosa-Kitosan Bakteri 61

2. Contoh Perhitungan Nilai Kekuatan Tarik dan Regangan Maks 63

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selulosa bakteri adalah sejenis polisakarida mikroba yang dihasilkan melalui

fermentasi air kelapa menggunakan Acetobacter-xylinum yang mana struktur kimianya

sama seperti selulosa yang berasal dari tumbuhan yaitu polisakarida yang disusun oleh

D-glukosa melalui ikatan -1-4-antar unit-unit glukosa. Perbedaan selulosa bakteri ini

dengan selulosa dari alam dari bentuk struktur kimia tidak dapat dibedakan, selulosa

bakteri memiliki serat panjang dan merupakan serat-serat tunggal selulosa yang saling

melilit satu sama lain membentuk stuktur jaringan (Philips, 2000).

Selulosa bakteri merupakan polimer alam yang bersifat sama seperti hidrogel

yang tidak dijumpai pada selulosa alam. Sifat hidrogel dari selulosa bakteri

memberikan daya serap yang lebih baik dan memberikan karekteristik yang mirip

seperti kulit manusia. Kemiripan sifat dengan kulit manusia dari selulosa bakteri

penggunaannya dimanfaatkan serta terus dikembangkan dalam medis antara lain

digunakan sebagai pengganti kulit sementara untuk merawat luka bakar yang serius

(Ciechanska,D, 2004). Pemanfaatan lainnya juga digunakan untuk menutup luka yang

baik untuk pasien yang cedera mekanis maupun akibat infeksi. Demikian juga karena

sifatnya yang hidrofilik tinggi dapat digunakan sebagai pembuatan pembuluh darah

buatan yang sesuai untuk pembedahan makro.

Pembentukan selulosa bakteri adalah dari hasil perubahan monosakarida pada

media fermentasi menjadi selulosa oleh Acetobacter-xylinum seperti halnya terjadi pada

pembuatan Nata de Coco dengan menggunakan media air kelapa (Bergenia, 1982).

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Dalam aplikasinya untuk keperluan medis penggunaan selulosa bakteri hanya

dalam waktu sementara, disebabkan kekuatan serta sifat bioaktifnya yang masih

rendah. Untuk memperbaiki serta meningkatkan sifat bioaktif dari selulosa bakteri telah

dilakukan perlakuan dengan menggabungkannya bersama polisakarida aktif seperti

kitosan, yang mana kitosan sendiri memiliki kegunaan yang cukup luas dalam medis,

seperti penutup luka, benang jahit dari bedah yang tidak perlu dibuka setelah sembuh

serta beberapa pemakaian lainnya (Goosen, M.F.A, 1997).

Modifikasi selulosa bakteri dengan kitosan dalam meningkatkan sifat bioaktif

nya ternyata telah dilakukan dalam pembuatan material selulosa bakteri untuk

keperluan medis di Institute of Chemical Fibers (ICWH) Polandia, yang mana

modifikasi ini dilakukan dengan menambah polisakarida bioaktif seperti kitosan ke

dalam media kultur. Dari hasil modifikasi ini ditemukan unit glukosamin dan N-Asetil

glukosamin terdapat dalam rantai selulosa yang dihasilkan. Pembentukan ini dilakukan

selama 7 hari pada suhu 30 C dalam media standar Schramm yang dimodifikasi

dengan penambahan kitosan sulfat dan kitosan laktat (Ciechanska,D, 2004).

Dari uraian-uraian yang telah diutarakan di atas bahwa selulosa bakteri

memiliki kegunaan yang cukup luas serta dapa berinteraksi dengan polisakarida aktif

kitosan dengan memberikan sifat ganda dalam medis, demikian juga pembentukannya

melalui perubahan monosakarida(glukosa) menjadi selulosa bakteri, maka dalam

penelitian ini dicoba sebagai bahan baku yaitu amilum yang merupakan polisakarida

sebagai sumber glukosa, dengan mengajukan judul penelitian Pembuatan Material

Selulosa-Kitosan Bakteri dalam Medium Air Kelapa dengan Penambahan Pati dan

Kitosan Menggunakan Acetobacter-xylinum.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
1.2 Permasalahan

Apakah selulosa-kitosan bakteri dapat dihasilkan dalam medium air kelapa

dengan penambahan pati dan kitosan menggunakan Acetobacter-xylinum dengan

penambahan urea.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan selulosa-kitosan bakteri dengan membiakkan Acetobacter-

xylinum dalam media yang telah dimodifasi dengan penambahan pati dan kitosan.

1.4 Manfaat Penelitian

Selulosa-kitosan bakteri yang terbentuk diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan material multi fungsi yang akan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu keperluan

pengobatan dalam bidang medis.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera L) termasuk ke dalam famili Palmae (palem), yang

merupakan salah satu famili utama tumbuhan monokotil termasuk ke dalam suku

Cocoidae yang mempunyai lebih dari dua puluh genera. Genus Cocos dikenal hanya

memiliki satu anggota yaitu cocos nucifera (Salunkhe D.K., 1984).

Tanaman kelapa banyak terdapat di daerah tropis, negara Indonesia merupakan

negara urutan ke tiga sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia. Buah kelapa

merupakan bagian yang penting dari tanaman kelapa, karena mempunyai nilai

ekonomis dan gizi yang tinggi. Buah kelapa tua terdiri dari 35% sabut, 12%

tempurung, 28% daging buah, dan 25 % air kelapa. Bagian penting lain dari buah

kelapa adalah airnya, yang oleh beberapa orang masih dianggap sebagai limbah.

Satu buah kelapa rata-rata mengandung 200 mL air kelapa, tergantung ukuran

kelapa, varietas, kematangan, dan kesegaran kelapa. Di Indonesia, produksi air kelapa

berlimpah yaitu sekitar 2 juta L lebih per tahun, akan tetapi pemanfaatannya oleh

industri pangan atau non pangan belum begitu meningkat sehingga masih banyak air

kelapa yang terbuang percuma dan limbah air kelapa dapat menimbulkan polusi asam

asetat yang terbentuk akibat fermentasi air kelapa. Air kelapa mengandung air 91,27%,

protein 0,29%, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27%, serta abu 1,06%, selain itu air kelapa

mengandung berbagai nutrisi seperti sukrosa, dekstrosa, fruktosa, serta vitamin B

kompleks yang terdiri dari asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, riboflavin, dan asam

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
follat. Nutrisi sangat berguna untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum

(Warisno, 2004). Komposisi kimia air buah kelapa seperti pada tabel 2.1

Sukrosa pada air kelapa diubah menjadi asam asetat dan benang-benang

selulosa, yang selanjutnya membentuk satu massa yang kokoh yang juga dianggap

selulosa bakteri yang berbentuk padat, berwarna putih, bertekstur kenyal.

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Air Buah Kelapa

Sumber air kelapa dalam 100 g Air kelapa muda Air kelapa tua

Kalori 17.00 kkal 18,50 kkal


Protein 0,20 g 0,14 g
Lemak 1,00 g 1,50 g
Karbohidrat 3,80 g 4,60 g
Kalsium 15,00 mg -
Fosfor 8,00 mg 6,90 mg
Besi 0,20 mg -
Asam askorbat 1,00 mg -
Air 95,50 g 91,50 g
Bagian yang dapat di makan 100 g -
Sumber : Palunkun, 1992

Air kelapa dari buah tua hanya mengandung dari beberapa vitamin dalam

jumlah kecil. Kandungan vitamin C-nya hanya 0,7 3,7 mg/100 mg air buah, asam

nikotinat 0,4 g/ml, asam pantotenat 0,52 g/ml, biotin 0,02 g/ml, ribovlafin 0,01 g/ml,

dan asam folat hanya 0,003 g/ml.

Air kelapa dapat digunakan untuk penyegar tenggorokan, diolah menjadi sirup,

nata de coco, dan lain-lain. (Palunkun, 1992).

2.2. Pati

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Pati adalah suatu senyawa karbohidrat dari jenis polisakarida yang disusun oleh

dua jenis molekul utama penyusun, yaitu amilosa (20-28%) dan sisanya sebagai

amilopektin. Amilosa memberikan sifat keras, sedangkan amilopeptim menyebabkan

sifat lengket.

Baik amilosa maupun amilopektin memiliki monomer-monomer yang sama

yaitu glukosa. Amilosa merupakan makromolekul linier yang terdiri dari 250-300 unit

D-glukosa yang terikat dengan ikatan -1,4 glikosida, dengan berat molekul 200.000 -

1.000.000 sedangkan amilopektin terdiri dari 24-30 molekul Dglukosa yang memiliki

ikatan -1,6 glikosida yang membentuk percabangan yang banyak pada rantai

amilopektin, sehingga berat molekulnya lebih dari 50.000.000 (Luallen, 1994). Sifat-

sifat pati sangat besar dipengaruhi oleh perbandingan antara amilosa dengan

amilopektin, struktur amilosa dan amilopektin diperlihatkan pada gambar 2.1 dan

gambar 2.2.

Gambar 2.1 Struktur Amilosa ( Fessenden dan Fessenden, 1986 )

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 2.2 Struktur Amilopektin ( Fessenden dan Fessenden, 1986 )

Pati adalah polimer glukosa dalam dua bentuk makromolekul amilosa dan

amilopektin dengan perbandingan tertentu, derajat polimerisasi dan distribusi ikatan

-1,4 dan -1,6 tertentu. Rumus molekul pati adalah (C5H10O5)n.

Gambar 2.3.Skema Unit Glukosa, Atom Karbon diberi Nomor dari 1 sampai 6

Gambar 2.3 di atas menjelaskan kimia pati terpusat pada gugus hidroksil OH

dan ikatan glikosida C- O- C. Terdapat dua zona reaksi yaitu reaksi substitusi gugus

-OH dan pemutusan ikatan rantai C-O-C terdapat tiga gugus alkohol, alkohol primer

pada C6 dan alkohol sekunder pada C2 dan C3 menyebabkan reaksi pati secara

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
fundamental adalah reaksi alkohol. Akan tetapi dengan adanya kompetisi antara

oksigen nukleofilik pada gugus hidroksil dengan oksigen pada ikatan glikosida

mengakibatkan sifat asam pati lebih mendominasi dan menutupi sifat basa (Fleche,

1985), sifat inilah yang menyebabkan pati bersifat hemiasetal sehingga menjadi reaktif

dan mudah direaksikan dengan senyawa kimia lainnya dan dapat menghasilkan

berbagai senyawa kimia yang bermanfaat. Pati dapat dihidrolisa dengan sempurna yang

menghasilkan glukosa atau dengan bantuan enzim amilase, yang akan mengubah

amilum (pati) menjadi maltosa dalam bentuk - maltosa (Poedjadi, A., 1994).

Dalam kehidupan manusia, pati mempunyai makna yang sangat penting

sebagai sumber makanan penghasil energi yang bahan aditif dalam proses pengolahan

makanan seperti stabilizer dalam pembuatan puding. Dalam industri dapat juga dipakai

sebagai bahan mentah pada aplikasi industri seperti industri polimer terdegradasi,

pengganti selulosa, dan pada industri kertas ( misalnya untuk keperluan pengolahan

lem atau perekat pada kertas, label, alat tulis), serta untuk bahan kanji dalam industri

tekstil.

Pati dihasilkan melalui proses fotosintesis yang tersimpan secara alami dalam

biji, umbi, akar, dan jaringan tanaman sebagai cadangan makanan. Pati terdiri dari

butir kecil berbentuk kristalin, berwarna putih, dan berdiameter 1-100 m. Secara

komersial pati digolongkan atas tiga golongan. Golongan pertama, pati yang berasal

dari umbi, akar, dan batang. Golongan kedua, pati yang terdapat dalam sereal (

jagung, gandum, dan beras ). Golongan ketiga, Waxy pati dengan kandungan

amilopektin 100 %. Pati dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Misalnya pati kentang

dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan umbi kentang menghasilkan bubur

pati yang selanjutnya dikeringkan. Pati kentang yang kering diuji dengan secara

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
kualitatif dengan Iodin. Hasil reaksi memberi warna biru kehitaman menunjukkan

bahwa serbuk yang dihasilkan dari ekstraksi mengandung pati. Apabila pati

dipanaskan spiral merenggang, molekul-molekul Iodin akan terlepas sehingga warna

biru hilang. Jika polimer glukosa lebih besar dari 20, pati akan memberi warna biru

dan jika kurang dari 20 maka akan menghasilkan merah violet.

2.3. Selulosa

Selulosa merupakan senyawa menyerupai serabut liat, tidak larut dalam air,

secara alami terdapat pada kayu, kapas, rami, dan pada tumbuhan lainnya.

Selulosa merupakan senyawa polimer dari -glukosa dengan ikatan -1-4 antar

unit unit glukosa yang terdiri dari sekitar 5000 atau lebih unit D-glukosa. Selulosa

pertama kali diisolasi dari kayu pada tahun 1885 oleh Charles F. Cross dan Edward

Bevan di Jodrell Laboratory of Royal Botanic Gardens, Kew, London. Pada tahun

1898 tiga ahli kimia berkebangsaan Inggris, Charles Frederick Cross, Edward John

Bevan dan Clayton Beadle berhasil membuat film selulosa yang selnjutnya pada tahun

1913 Dr. Jacques Brandenberger mengembangkan film tipis selulosa transparan sebagai

produk komersial di pabrik La Cellophane Sa, Bezons, Prancis (Hoenich, 2006).

Gambar 2.4 Bagian dari Struktur Selulosa (Deman, 1980)

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Dari hasil pemeriksaan selulosa dengan menggunakan sinar X menunjukkan

bahwa selulosa terdiri atas rantai linear dari unit selobiosa, yang oksigen cincinnya

berselang-seling dengan posisi ke depan dan ke belakang. Molekul linear ini yang

mengandung rata-rata 5000 unit glukosa, beragregasi menghasilkan fibril yang terikat

bersama oleh ikatan hidrogen di antara hidroksil-hidroksil pada rantai yang

bersebelahan. Selulosa memiliki ikatan hidrogen yang kuat, hal ini menyebabkan tidak

dapat larut dalam air, meskipun memiliki banyak gugus hidroksil dan bersifat polar.

Manusia dan hewan verteberata lainnya tidak dapat mencerna selulosa karena tidak ada

enzim selulase yang dikeluarkan oleh manusia dan verteberata, akan tetapi pati dan

glikogen dapat dicerna oleh usus manusia dan verteberata, satu-satunya perbedaan

kimia antara pati dan selulosa adalah stereokimia ikatan glikosidik, tepatnya stereo

kimia pada C-1 dari setiap unit glukosa. Sistem pencernan manusia mengandung

enzim yang dapat mengkatalisis hidolisis ikatan -glikosidik, tetapi tidak mengandung

enzim yang diperlukan untuk menghidrolisis ikatan -glikosidik. Namun banyak

bakteri yang mengandung -glikosiade yang dapat menghidrolisis selulosa (Hart,

2003).

2.4 Selulosa Bakteri

Selulosa bakteri adalah sejenis polisakarida mikroba yang dihasilkan melalui

fermentasi air kelapa menggunakan Acetobacter xylinum yang berupa benang-benang

yang bersama-sama dengan polisakarida membentuk jalinan yang terdiri dari serat

selulosa yang dihasilkan oleh strain xylinum, subspesies dari Acetobacter aceti,

bakteri nonpatogen.Selulosa bakteri mempunyai stuktur kimia yang sama seperti

selulosa yang berasal dari tumbuhan dan merupakan polisakarida berantai lurus yang

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
tersusun oleh molekul D-glukosa melalui ikatan -1,4. Jalur biosintesis selulosa

tertera pada bagan di bawah ini. Fosforilasiglukosa menggunakan enzim glukokinase,

isomerisasi glukosa-6-fosfat menjadi glukosa-1-fosfat oleh enzim fosfoglukomutase,

sintesis UDP-Glukosa oleh enzim UDPG-pirofosporilase dan sintesis selulosa oleh

enzim selulosa sintase (Holmes, D., 2004).

Gambar 2.5 Skema Biosintesis Selulosa

Pada pembentukan selulosa bakteri oleh sel Acetobacter-xylinum menjadi

glukosa dari larutan gula dan air kelapa yang diberi asam lemak membentuk prekursor

(penciri nata), pada membrane sel precursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk

ekskresi dan bersama-sama dengan enzim mempolimerisasikan glukosa menjadi

selulosa diluar sel.

Selulosa yang terbentuk diduga berasal dari pelepasan lendir Acetobacter-

xylinum yang merupakan hasil sekresi proses metabolisme gula yang ditambah pada

kelapa. Menurut Krystinowich dan Bielecki,selulosa bakteri mempunyai beberapa

keunggulan antara lain : kemurnian tinggi, derajat kritalinitas tinggi, mempunyai

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
kerapatan antara 300 dan 900 kg/m3, kekuatan tarik tinggi, elastis dan terbiodegradasi

(Krystinowich, 2001).

2.4.1 Karakteristik Selulosa Bakteri

Selulosa bakteri hasil fermentasi memiliki struktur kimia yang sama seperti

selulosa yang berasal dari tumbuhan, akan tetapi selulosa bakteri yang dihasilkan dari

fermentasi tersusun oleh serat selulosa yang lebih baik dari selulosa yang berasal dari

tumbuhan. Setiap serat tunggal dari selulosa bakteri mempunyai diameter 50 m, dan

selulosa bakteri terdapat dalam bentuk kumpulan serat-serat tunggal yang berdiameter

sekitar 0,1 - 0,2 m. Serat-seratnya saling melilit satu sama lainnya membentuk

struktur jaringan sehingga panjang seratnya tidak dapat ditentukan karena kumpulan

serat-serat tunggal selulosa saling melilit satu sama lain membentuk struktur jaringan.

Dan sebagai pembandingnya, diameter dari selulosa bentuk kristalin adalah 10-30 m

(Philips, 2000).

2.4.2 Aplikasi Selulosa Bakteri dalam Bidang Medis

Penelitian yang mengarah pada pengembangan selulosa bakteri sebagai material

yang bernilai tambah sudah banyak dilakukan antara lain penggunaan selulosa baterial

dalam bidang medis salah satu diantaranya untuk penyembuhan luka secara efektif

yakni dengan menjaga tingkat kelembapan, luka harus dirawat pada keadaan basah dan

temperatur konstan pada dasar luka, melindungi sel sel yang baru terbentuk,

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
memudahkan angiogenesis dan repitelisasi, mengurangi sakit dan melindungi luka

terhadap serangan bakteri serta komtaminasi (Tunner, 1979).

Penutup luka yang baik adalah kulit dari pasien tersebut, yang bersifat

permeabel terhadap uap dan melindungi jaringan tubuh bagian dalam terhadap cedera

mekanis dan infeksi. Untuk beberapa waktu, penutup luka biologis yang berasal dari

kulit babi atau kulit dari jenazah manusia telah digunakan, tetapi bahan tersebut mahal

dan hanya dapat digunakan untuk waktu yang singkat.

Selulosa bakteri yang disintesis oleh Acetobacter-xylinum menunjukkan kinerja

yang cukup baik untuk dapat digunakan dalam penyembuhan luka.

Selulosa bakteri juga mempunyai kerangka jaringan yang sangat baik dan

hidrofisilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pembuluh darah buatan

yang sesuai untuk pembedahan mikro (Hoenich, 2006).

Selulosa bakteri merupakan polimer alam yang bersifat sama seperti hidrogel

yang diperoleh dari polimer sintetik yakni memperlihatkan kandungan air yang tinggi

(98-99%), daya serap cairan baik, tidak alergenik dapat disterilisasi tanpa

mempengaruhi karakteristik dari bahan tersebut, karena karakteristiknya mirip seperti

kulit manusia, selulosa bakteri dapat digunakan sebagai pengganti kulit untuk merawat

luka bakar yang serius (Ciechanska,D, 2004).

2.5. Enzim

Enzim adalah suatu kelompok protein yang mempunyai peranan yang sangat

penting dalam proses aktivitas biologis, dan berfungsi sebagai biokatalisator dalam sel

dan sifatnya sangat khas yaitu suatu enzim hanya mampu menjadi biokatalisator untuk

reaksi tertentu saja. Misalnya enzim amilase substratnya adalah amilum dan bentuk

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
reaksinya adalah mengubah substrat menjadi glukosa. Molekul pati merupakan

polimer dari D-glikopiranosa akan dipecah enzim pada ikatan 1,4 dan 1,6

glikosida. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi enzimatis

tertentu sehingga pada organisme yang normal tidak terjadi penyimpangan dari hasil

reaksi.

2.5.1. Eksoenzim dan endoenzim

Perbedaan antara eksoenzim dengan endoenzim dapat dilihat dari salah satu

contoh contoh enzim amilase ,enzim ini merupakan enzim golongan glikosida hidrolase

yang paling penting. Enzim amilase adalah enzim pengurai pati dan dikelompokkan

atas dua kelompok, yaitu enzim yang mengkatalis ikatan 1,6 antara rantai- rantai dan

yang mem utuskan ikatan 1,4 antara satuan glukosa pada rantai lurus. Golongan

terakhir ini terdiri atas endoenzim yang memutuskan ikatan pada titik acak

sepanjang rantai, dan eksoenzim yang memutuskan ikatan pada titik khusus dekat

ujung rantai .

Enzim beta-amilase (-1,4-Glukan maltohidrolase) merupakan endoenzim dan

memutuskan satuan maltose yang berurutan dari ujung yang tidak mereduksi pada

rantai glukosida. Sedangkan enzim glukoamilase (-1,4-Glukan glukohidrolase)

merupakan eksoenzim yang memutuskan satuan glukosa secara berturut turut dari

ujung tak mereduksi rantai substrat. Eksoenzim disekresikan oleh sel bakteri dan

berdiffusi plasma melalui membran sel menuju medium disekelilingnya.

Pada prinsipnya,ukuran molekul- molekul kompleks bakteri terlalu besar,

sehingga sel bakteri tidak mampu untuk menguraikan molekul tersebut secara langsung

dan harus direduksi terlebih dahulu,dalam hal ini bakteri sangat bergantung pada enzim

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
yang bersifat hidrolisa, yang dibebaskan kedalam medium untuk memisahkan molekul

yang besar secara proses kimia yaitu proses hidrolisis.Enzim- enzim hidrolisa

merupakan contoh contoh eksoenzim yang mengkatalisa hidrolisis molekul besar

menjadi molekul molekul kecil.

2.6 Acetobacter-xylinum

Sel-selnya berbentuk elips atau tongkat yang melengkung, ukurannya

0,6-0,8 x 1,0-3,0 m terdapat dalam bentuk tunggal, berpasangan atau dalam bentuk

rantai. Acetobacter merupakan aerobik sejati, membentuk kapsul, bersifat nonmotil

dan tidak membentuk spora suhu optimumnya adalah 30C. Kultur yang masih muda

merupakan bakteri gram negatif, sedangkan kultur yang sudah agak tua merupakan

bakteri gram yang bervariasi. Acetobacter dapat mengoksidasi etanol menjadi asam

asetat, juga dapat mengoksidasi asetat dan laktat menjadi CO2 dan H20.

Acetobacter-xylinum mempunyai sifat oksidier lanjut, yaitu mampu

mengoksidasi asam asetat lebih lanjut menjadi gas CO2.

Berbagai spesies Acetobacter dapat ditemukan pada buah-buahan dan sayur-

sayuran. Bakteri inilah yang menyebabkan pengasaman jus buah-buahan dan

minuman beralkohol (Bir dan Anggur, 1981).

Acetobacter-xylinum berperan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter-

xylinum mampu mensistesis selulosa dari gula yang dikomsumsi. Nata yang dihasilkan

berupa pelikel yang mengambang di permukaan substrat.

Defenisi nata adalah suatu zat yang menyerupai gel, tidak larut dalam air dan

terbentuk pada permukaan media fermentasi air kelapa dan beberapa sari buah yang

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
masam. Di bawah mikroskop, nata tampak sebagai massa benang yang melilit yang

sangat banyak seperti benang-benang kapas (Hidayat, 2006).

Bakteri Acetobacter-xylinum tumbuh baik dalam media yang memiliki pH 3-4.

Jika pH lebih dari 4 atau kurang dari tiga, proses fermentasi tidak akan bisa berjalan

sempurna. Suhu optimum untuk petumbuhan Acetobacter xylinum adalah 26-27

(Warisno, 2004).

2.7. Kitosan

Kitosan adalah turunan kitin yang pertama kali ditemukan pada tahun 1894 oleh

Hoppe Seyler. Proses pendeasetilan yang dilakukan ialah dengan merefluks kitin dalam

kalium hidroksida. Penggunaan kitosan dalam berbagai aplikasi mendapat perhatian

yang sangat besar, antara lain penggunaan dalam bidang biomedik dan ditemukan

sangat biokompatibel (Muzzarelli, 1988) yaitu sebagai bahan pembalut luka, material

hemostatik dalam bentuk gel atau spon, bahan penutup luka, dan bahan pembalut luka.

Kitosan merupakan senyawa turunan dari kitin yang memiliki struktur

(1,4)-2-amino-2-deoksi--D-glukosa sumber kitosan yang sangat potensial adalah

kerangka Crusiaceae (Muzzarelli, 1997).

Kitosan ini mempunyai reaktifitas kimia yang baik karena mempunyai sejumlah

gugus hidroksil (OH) dan gugus amin (NH2) ada rantainya. Kebanyakan polisakarida

yang terdapat di alam bersifat netral dan asam seperti selulosa, dekstran, peptin, asam

alginat, agar, agarose, dan carrageenan. Sedangkan kitin dan kitosan adalah contoh

polisakarida yang bersifat basa. Selulosa adalah suatu homopolimer, sedangkan kitin

dan kitosan adalah heteropolimer (Kumar, 2000).

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Kitosan adalah polimer polisakarida amina yang tersusun oleh unit glukosamin

dan N-asetil glukosamin yang merupakan polimer hidrofilik tidak beracun, cocok

secara biologis (biocompatible) dan dapat didegradasi secara biologis (Hosokawa,

1990). Struktur kitosan seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 2.6 Struktur Kitosan

2.7.1 Sumber Kitosan

Modifikasi kimia kitin yang paling sering dilakukan adalah deasetilasi dengan

penambahan basa pada kitin, di mana gugus asetamida akan terhidrolisis menghasilkan

gugus amino bebas dan terbentuklah kitosan. Hidrolisis dapat dilakukan dengan

penambahan NaOH 40%, di mana apabila derajat deasetilasi 45-55% bersifat dapat

larut dalam air, sedangkan untuk derajat deasetilsi >60% atau <40% bersifat tidak larut

dalam air (Muzzarelli, 1986).

Penambahan asam dilakukan untuk menghilangkan mineral sehingga

kandungan abu dalam kitosan adalah kurang dari 0,1%. Perlakuan ini juga

memungkinkan penghilangan protein yang terikat dalam matriks kitin-mineral,

kemudian kitin ditambahkan dengan larutan basa pekat yang panas. Kitosan

dihasilkan melalui rangkaian prosedur seperti gambar di bawah ini yang mencakup

penambahan asam maupun basa.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Cangkang


Prapencucian


Demineralisasi


Pencucian


Deproteinasi


Pencucian


Deasetilasi


Pencucian

Pengeringan

Gambar 2.7 Diagram Alir Proses Pembuatan Kitosan

Tabel 2.2 menunjukkan spesifikasi kitosan yang berasal dari cangkang makhluk

hidup.

Tabel 2.2 Spesifikasi Kitosan yang berasal dari cangkang makhluk hidup

Spesifikasi Kadar
Kelembapan 6-10%

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Abu 0.5%
Protein 0.1%
% Deasetilasi 77-83%
Range viskositas 100-800 cps
Densitas bulk 0.2 gr/cc
Klorida 0.5%
Natrium 0.25%
SiO2 400 ppm
Total logam berat <5 ppm
(Colwell dan Sinskey, 1984)

2.7.2 Karakteristik Kitosan

Kitosan merupakan padatan putih yang tidak larut dalam air pada pH netral

sebab amina dalam bentuk yang bebas tidak larut dalam air. Kitosan juga tidak larut

dalam pelarut organik, alkali, dan asam mineral dalam berbagai kondisi. Kitosan larut

dalam asam formiat, asam asetat, dan asam organik lainnya dalam keadaan dipanaskan

sambil diaduk. Kitosan larut dalam asam mineral pekat, apabila dalam kondisi yang

bagus diperoleh dalam bentuk endapan. Namun dengan asam nitrat, kitosan yang

terbentuk adalah kitosan nitrat yang sukar larut. (Manskaya dan Drodzora, 1968).

Kitosan larut baik dalam asam organik encer seperti asam formiat, asam asetat dan

asam sitrat. Pelarut yang paling sering digunakan adalah CH3COOH 1%. Kelarutan

kitosan dalam pelarut asam anorganik adalah terbatas. Kitosan dapat

larut dalam HCl 1% tetapi tidak larut dalam asam sulfat dan asam fosfat. Stabilitas

larutan kitosan pada pH di atas 7 adalah rendah akibat dari pengendapan ataupun

pembentukan gel yang terjadi pada range pH alkali. Larutan kitosan membentuk

kompleks poli-ion dengan hidrokoloid anionik dan menghasilkan gel (Nadarajah,K,

2005 ). Kitosan mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun , flokulan

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
dan koagulan yang baik, mudah membentuk membran atau film dan mempunyai gugus

fungsional yaitu amin.

Sifat yang penting dari kitosan adalah kitosan memiliki muatan positif dalam

larutan asam. Sifat ini disebabkan oleh gugus amina primer dalam molekul kitosan

yang mengikat proton menurut persamaan berikut.

Chit-NH2+H3O+Chit-NH3++H2O

+ H3O+
+ H2O
OH NH3+

Gambar 2.8 Pembentukan Kationik dari Kitosan

Aktivasi anti mikroba dari kitosan dipengaruhi beberapa faktor, baik intrinsik

maupun ekstrinsik. Kitosan yang memiliki molekul rendah mempunyai aktivitas yang

lebih baik. Kitosan yang terdeasitilasi lebih sempurna bersifat anti-mikroba

dibandingkan dengan kitosan yang memiliki proporsi gugus amino terasetilasi lebih

besar, karena peningkatan kelarutan dan densitas muatan yang lebih besar. pH yang

lebih rendah juga meningkatkan aktivitasi mikroba dengan alasan yang sama, faktor

kesamaan juga mempengaruhi organisme target. Temperatur yang lebih tinggi (sekitar

37C) meningkatkan aktivitas anti-mikroba dan faktor matriks dari lingkungannya yang

paling besar pengaruhnya terhadap aktivitas anti-mikroba kitosan. (Rhoades, 1994).

2.7.3 Aplikasi Kitosan dalam Bidang Medis

Kitosan menunjukkan aktivitasi anti-bakteri, anti-metastatik, anti-urikemik,

anti-osteporotik dan imunoadjuvant, menunjukkan potensi umum yang besar dari

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
polisakarida dalam penyakit alleviasi (alleviating disease), untuk mencegah penyakit

atau kontribusi terhadap kesehatan yang baik. (Muzzarelli, 1996).

Kitosan bersifat anti-mikroba terhadap berbagai organisme target. Aktifitasnya

tergantung kepada jenis kitosan yang digunakan. Jamur dan kapang merupakan

kelompok yang paling terpengaruhi, diikuti dengan bakteri gram positif dan yang

terakhir adalah bakteri negative (Rhoades, 1994).

Kitosan tidak terdapat pada jaringan tubuh manusia, tetapi di dalam glikoprotein

dan glikosaminoglikan terdapat asetilglukosamin. Secara biologis kitosan dapat

didegradasi, non immunogenik dan cocok dengan jaringan tubuh hewan, oleh

karenanya banyak penelitian dilakukan untuk mengaplikasikan kitosan dalam bidang

medis, seperti kulit buatan dan anti koagulan. Setiap makhluk hidup secara biologis

memiliki fungsi perlindungan tubuh terhadap infeksi penyakit luka, apabila terdapat

luka pada jaringan dapat ditutupi atau dirawat dengan menggunakan membran,

lembaran spons, kapas, bubuk halus, larutan, dan balsem yang terbuat dari kitosan

maupun senyawa turunannya, yang mana pada kulit yang luka, aktivasi kitinase

meningkat dan terjadi rangsangan terhadap pertumbuhan jaringan baru. Penyembuhan

luka dapat dipercepat karena terhambatnya infeksi oleh mikroba. Beberapa penutup

luka seperti kulit buatan yang berasal dari kitosan telah banyak diproduksi dan dijual

sebagai penyembuh luka pada manusia maupun hewan.

Metode untuk mengobati luka dilakukan menggunakan perban luka untuk kulit

dengan penutup luka yang telah dilapisi dengan bahan antimikroba dan telah terbukti

efektif untuk mengendalikan invasi bakteri melalui matriks yang berpori. Atas dasar

inilah dibuat suatu penutup luka polielektrolit yang dilapisi dengan obat dalam bentuk

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
spons yang terbuat dari kitosan dan sodium alginat dalam mempercepat proses

penyembuhan luka dan regenerasi jaringan.

Penutup luka yang baik dan pas pada tapak luka merupakan pelindung yang

baik terhadap serangan infeksi dari luar. Pada pengobatan modern, memelihara

kelembaban luka sangat penting, kondisi lembab memudahkan penetrasi zat

transdermal aktif kedalam luka, dan memungkinkan tanpa rasa sakit, mudah mengganti

pembalut tanpa kerusakan pada kulit yang baru dibentuk.

Produk dari kitin yang dikomersialkan diantaranya benang jahit untuk bedah

yang tidak perlu dibuka seusai pembedahan, karena benang tersebut diuraikan oleh

lysozim dalam jaringan tubuh.

Kegunaan kitosan secara meluas antara lain sebagai membran sistim transfortasi

obat-obatan, membran pemisah, matriks pendukung untuk biosensor dan bioadhesif

untuk meningkatkan retensi pada bidang penggunaannya.

2.8 Interaksi Dalam Pembentukkan Material

Gaya tarik antara molekul dapat terjadi apabila muatan positif dan negatif pada

molekul yang berlainan letaknya relatif agak berjauhan. Gaya tarik antar molekul

digolongkan atas:

a. Gaya tarik-menarik dipol sesaat-dipol terimbas ( gaya London ).

Peluang untuk menemukan elektron di daerah tertentu adalah pada orbital.

Elektron senantiasa bergerak pada orbital . Perpindahan elektron dari suatu daerah

ke daerah lainnya menyebabkan suatu molekul yang secara normal bersifat non-

polar menjadi polar sehingga terjadi dipol sesaat. Dipol sesaat pada suatu molekul

dapat mengimbas molekul di sekitarnya sehingga membentuk suatu dipol terimbas,

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
terjadi gaya tarik-menarik antar molekul yang lemah. Hal ini dikemukakan oleh

Fritz London dari Jerman, sehingga disebut gaya London ( gaya dispersi ).

Gaya London adalah gaya yang relatif lemah.

b. Gaya tarik dipol-dipol.

Molekul yang sebaran muatannya tidak simetris bersifat polar dan

mempunyai dua ujung yang bermuatan atau dipol. Dalam zat polar, molekul-

molekulnya cenderung menyusun diri dengan ujung pol ( positif) berdekatan

dengan ujung (negative) dari molekul didekatnya menghasilkan suatu gaya tarik-

menarik yang disebut gaya tarik-menarik dipol-dipol. Gaya tarik dipol-dipol lebih

kuat dibandingkan gaya London. Gaya dipol-dipol dan gaya London disebut juga

gaya Van der Walls.

c. Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen dapat terjadi antara molekul molekul yang sangat polar dan

mengandung atom hidrogen. Ikatan hidrogen adalah gaya tarik dipol-dipol yang

teristimewa kuat terjadi antara molekul yang mengandung hidrogen yang terikat

pada nitrogen, oksigen dan fluor yang sangat elektronegatif. Atom hidrogen yang

parsial positif dari satu molekul ditarik oleh pasangan electron menyendiri dari

atom suatu molekul lain yang elektronegatif. Tarikan ini disebut ikatan hidrogen.

Atom hidrogen adalah kecil dibandingkan terhadap atom lain dan dapat menempati

suatu kedudukan yang sangat dekat dari elektron menyendiri dari atom elektron

negatif, akibatnya terjadi gaya tarik menarik yang sangat kuat, ikatan hidrogen ini

lebih kuat dari gaya Van der Waals. Itulah sebabnya mengapa zat yang memiliki

ikatan hidrogen mempunyai titik cair dan titik didih yang tinggi. Ikatan idrogen

diantaranya terdapat pada HF, NH3, H2O, etanol, selulosa.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Bahan-bahan

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari E Merck

yang berderajat pro analisis seperti: urea, pati, dan CH3COOH 25%, kitosan diperoleh

analitik, stirrer, pH meter, cawan penguap, termometer, oven, bunsen, pinset, scanning

electro microscope (SEM), spektroskopi FT-IR dan alat uji tarik (tensilmeter) type SC-

SC2DE kapasitas 2000 kgf merk fisherse secientific model 630D.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas, neraca

analitik, stirrer, pH meter, cawan penguap, termometer, oven, bunsen, pinset, scanning

electro microscope (SEM), spektroskopi FT-IR dan alat uji tarik (tensilmeter) type SC-

SC2DE kapasitas 2000 kgf merk fisherse secientific model 630D.

3.3 Lokasi Penelitian

Pembuatan material selulosa-kitosan bakteri dari fermentasi pati dalam medium

air kelapa dengan penambahan kitosan menggunakan Acetobacterial-xylinum dilakukan

di laboratorium kimia organik dan laboratorium Mikrobiologi FMIPA-USU Medan,

karakterisasi secara spektroskopi FT-IR dilakukan di laboratorium kimia organik

FMIPA-UGM Yogyakarta, SEM di laboratorium Microscope Electron PTKI Medan,

dan uji tarik di laboratorium penelitian FMIPA USU Medan.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pembuatan Selulosa Bakteri

Sebanyak 100 mL air kelapa hasil penyaringan dituangkan kedalam gelas

Beaker ukuran 250 ml yang telah dilengkap dengan pengaduk magnet, ditambah 10 g

pati, 0.5 g urea dan diaduk hingga homogen. Kemudian diasamkan dengan

penambahan CH3COOH 25% hingga PH=4, dan selanjutnya dipanaskan hingga

mendidih selama 15 menit. Kemudian campuran ini dituang dalam keadaan panas

kedalam wadah fermentasi yang telah di sterilkan dan ditutup. Dibiarkan hingga suhu

kamar, ditambahkan 20 mL media Starter Acetobacter-xylinum. Difermentasi selama

8-14 hari pada suhu kamar sambil dilakukan pengamatan pembentukan pelikel,

selanjutnya lapisan yang terbentuk dicuci dengan aquadest kemudian dikeringkan

dalam oven pada suhu 70-80C. Produk yang diperoleh di karakterisasi secara

spektroskopi FT-IR,foto SEM dan uji tarik.

3.4.2 Pembuatan Selulosa-Kitosan Bakteri

Sebanyak 100 mL air kelapa hasil penyaringan dituangkan kedalam gelas

Beaker ukuran 250 mL yang telah dilengkapi dengan pengaduk magnet, ditambahkan

10 g pati, 0.5 g urea, dan diaduk hingga homogen. Kemudian diasamkan dengan

penambahan CH3COOH 25% hingga pH=4, dan ditambah 0.5 g kitosan dipanaskan

sambil diaduk hingga mendidih selama 15 menit. Selanjutnya dituangkan dalam

keadaan panas ke dalam wadah fermentasi yang telah disterilkan dan ditutup rapat

hingga mencapai suhu kamar, dan ditambahkan 20 mL Acetobacler xylinum.

Dipermentasikan selama 8-14 hari pada suhu kamar, sambil dilakukan pengamatan

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
pembentukan pelikel. Selanjutnya lapisan pelikel yang terbentuk dicuci dengan

aquadest kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 70-80C. Produk yang diperoleh

dikarakterisasi secara spektroskopi FT-IR, foto SEM dan uji tarik. Selanjutnya diulangi

perlakuan yang sama dengan penambahan kitosan, masing-masing sebanyak 1 g, 1,5 g,

dan 2 g.

3.4.3 Analisis Hasil Fermentasi

a. Analisis secara spektroskopi FT-IR

Film hasil dari permentasi di potong sedemikian rupa untuk pembuatan sampel.

Selanjutnya di jepit pada tempat sampel, kemudian diletakkan pada alat ke arah

sinar infra merah. Hasilnya akan direkam kedalam kertas berskala berupa aliran

kurva bilangan gelombang terhadap instensitas.

b. Analisis bentuk permukaan secara SEM

Material selulosa-kitosan bakteri dipotong sedemikian rupa, kemudian

ditempatkan di atas tempat sampel yang terbuat dari kuningan. Selulosa-kitosan

bakteri disepuh dengan emas (coating) dengan alat ion coater selama kurang-

lebih 5 menit. Selanjutnya selulosa -kitosan bakteri dimasukkan ke unit elektron

gun melalui bilik pergantian sampel. Kemudian selulosa- kitosan bakteri diset

dengan bantuan mikrostage sampai mendapatkan fokus yang tepat. Tombol

utama pada posisi ON dan diset detector Accelelerate voltage set, 20 kilo volt.

Filamen pada posisi ON sampel diset sampai didapatkan sampel current yang

tepat yang ditandai dengan munculnya gambar pada osiloskop. Gambar yang

diperoleh dapat langsung di foto.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
c. Analisis uji tarik

Film hasil spesimen dipotong membentuk spesimen untuk pengujian uji tarik.

Film hasil spesimen yang dicetak dibentuk sedemikian rupa menurut bentuk

untuk sampel pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik

(Tensile Test). Bentuk sampel uji dibuat sesuai dengan standar pengujian,

seperti pada gambar berikut.

Formatted: Justified, Line spacing:


single

10 mm 24 mm

20 mm
60 mm
70 mm

Gambar 3.1 Bentuk Sampel Pengujian Kekuatan Tarik


Prosedur percobaan pengujian tarik:

1. Benda uji atau sampel yang telah dipotong sesuai dengan ukuran diletakkan

pada kedua penjepit (grip) yang posisinya tegak lurus pada alat tarik,

2. Saklar mesin lentur dan saklar pencatat grafik dihidupkan. Kecepatan mesin

adalah 50 mm/menit,

3. Dari hasil pengujian mesin uji diperoleh hubungan antara gaya tarik

terhadap pertambahan panjang.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3.5 Bagan Penelitian

3.5.1. Pembuatan Selulosa Bakteri

100 mL air kelapa hasil penyaringan


ditambahkan 10 g pati
ditambahkan 0.5 g urea
distirrer hingga homogen
diasamkan dengan CH3COOH
25% hingga pH=4
dipanaskan hingga mendidih

Media Fermentasi
dituangkan ke dalam wadah
fermentasi dalam keadaan panas
dan ditutup
dibiarkan hingga suhu kamar
ditambahkan 20 mL media starter
Acetobacter xylinum
difermentasikan hingga 12
hari pada suhu kamar, dan diamati
secara kontiniu

Lapisan Pelikel Filtrat


dicuci dengan akuades
dikeringkan dalam
oven pada suhu
70-80C
Lapisan tipis
(selulosa-
bakteri)

Uji
FT-IR SEM
tarik

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3.5.2. Pembuatan Material Selulosa Kitosan Bakteri

100 mL air kelapa hasil penyaringan


ditambahkan 10 g pati
ditambahkan 0.5 g urea
distirrer hingga homogen
diasamkan dengan
CH3COOH 25% hingga
pH=4
ditambahkan 0.5 g; 1 g;
1.5 g; dan 2 g kitosan
distirrer sampai homogen,
dipanaskan hingga mendidih
Media Fermentasi
dituangkan ke dalam
wadah fermentasi dalam
keadaan panas dan
ditutup
dibiarkan hingga suhu kamar
ditambahkan 20 mL media
starter Acetobacter xylinum
difermentasikan hingga 12
hari pada suhu kamar, dan
diamati secara kontiniu

Lapisan Filtrat
Pelikel
dicuci dengan akuades
dikeringkan dalam
oven pada suhu 70-80C
Lapisan Tipis
(selulosa- kitosan
bakteri)

FT-IR SEM Uji tarik

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Selulosa Bakteri

Dalam media air kelapa yang ditambahkan pati, urea, diaduk hingga homogen

dan diasamkan dengan asam asetat hingga pH = 4, sambil dipanaskan hingga mendidih

selama 15 menit, kemudian di dinginkan hingga mencapai suhu kamar. Setelah

penambahan Acetobacter xylinum selanjutnya difermentasi selama 10 hari. Setelah

masa fermentasi 48 jam mulai terbentuk lapisan tipis yang mengambang pada

permukaan media. Lapisan tipis ini disebut pelikel, yang merupakan selulosa bakteri.

Proses terbentuknya pelikel merupakan rangkaian aktivitas bakteri Acetobacter xylinum

dengan nutrient yang ada pada media. Dalam penelitian ini sumber glukosa adalah pati

yang ditambahkan ke dalam medium air kelapa dalam suasana asam oleh Acetobacter

xylinum diluar sel dihidrolisis menjadi glukosa. Selanjutnya selama fermentasi melalui

proses phosporilasi di dalam sel glukosa diubah kedalam bentuk glukosa-6-pospat

dengan bantuan enzim glukokinase, dan kemudian terjadi isomerisasi menjadi glukosa-

1-pospat oleh enzim fosfoglukomutase, selanjutnya pembentukan UDP-glukosa oleh

enzim UDPG firoposporilase dan pembentukan selulosa diluar sel oleh enzim selulosa

sintase (Holmes,D,2004) yang mana langkah-langkah pembentukan tersebut

digambarkan pada gambar 4.1, sedangkan reaksinya secara umum digambarkan pada

gambar 4.2.

(C6H10O5)n + H2O H+ nC6H12O6


Pati Glukosa

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Glukosa-6-fospat

Glukosa-1-fospat

UDP-Glukosa Selulosa

Gambar 4.1 Tahapan Pembuatan Selulosa Bakteri dari Pati.

Glukosa Selulosa Bakteri

Gambar 4.2.Reaksi pembentukan Selulosa Bakteri

4.2 Pembuatan Material Selulosa Kitosan Bakteri

Dalam medium air kelapa yang dimodifikasi terhadap pati dengan penambahan

kitosan yang bervariasi (0,5 g; 1,0 g; 1,5 g; 2,0 g) setelah ditambahkan starter

Acetobacter-xylinum dilakukan fermentasi hingga selama 12 hari. Terbentuk pelikel

yang terapung pada permukaan media setelah 48 jam. Pelikel ini adalah selulosa

kitosan bakteri dan lebih tebal dari hanya menggunakan pati. Selama fermentasi, terjadi

interaksi antara selulosa bakteri dengan kitosan yang dibuktikan melalui pengujian

spektroskopi FT-IR, uji permukaan dengan foto SEM, dan pengujian tarik

menggunakan tensil meter. Interaksi ini secara hipotesis digambarkan pada gambar

4.3 berikut :

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Glukosa selulosa bakteri

Gambar 4.3. Interaksi Selulosa Bakteri dengan Kitosan

Gugus-NH2 dari kitosan melalui dipol-dipol dan ikatan hidrogen berinteraksi

dengan gugus OH pada molekul selulosa yang dibuktikan melalui karakterisasi FT-

IR, foto SEM dan uji tarik.

4.3 Analisis Spektroskopi FT-IR

4.3.1. Spektrum FT-IR Selulosa Bakteri

Spektrum FT-IR selulosa bakteri dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.4 Spektrum FT-IR Selulosa Bakteri

Pada gambar 4.4 menunjukkan spektrum FT-IR selulosa bakteri dengan serapan

puncak-puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang (cm-1) 3406,39 yang

menunjukkan adanya gugus -OH dari selulosa; 2930,93 merupakan serapan C-H;

1664,05 menunjukkan adanya gugus fungsi C=O pada rantai ujung dari monomer

glukosa; dan bilangan gelombang 1424,12 - 1374,77 cm -1 menunjukkan adanya gugus

C-O-H, yang kesemuanya menunjukkan gugus fungsi dari molekul selulosa bakteri.

4.3.2. Spektrum FT-IR Pati (Starch)

Spektrum FT-IR pati dapat dilihat pada gambar 4.5. di bawah ini.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.5 Spektrum FT-IR Pati (Starch)

Pada gambar 4.5 menunjukkan spektrum FT-IR pati dengan serapan puncak-

puncak bilangan gelombang (cm-1): 3447,53 yang menunjukkan adanya gugus -OH;

2928,83 menunjukkan adanya rentangan C-H; 1646,38 menunjukkan adanya gugus

C=O aldehid pada ujung monomer; 1425,14 - 1373,43 menunjukkan adanya gugus

C-O-H bengkok; 1161,01 1082,78 menunjukkan adanya gugus C-O-C eter; dan

bilangan gelombang 989,4 858,3 cm-1 menunjukkan adanya ikatan yang CH2 yang

kesemuanya menggambarkan gugus fungsi yang ditemukan pada struktur molekul dari

pati.

4.3.3. Spektrum FT-IR Selulosa Murni

Spektrum FT-IR selulosa murni dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.6 Spektrum FT-IR Selulosa Murni

Pada gambar 4.6 menunjukkan spektrum FT-IR selulosa dengan serapan puncak-

puncak bilangan gelombang (cm-1): 3382,9 yang menunjukkan adanya gugus OH;

2904,6 merupakan serapan C-H; 1164,9 menunjukkan adanya serapan dari ikatan C-

O-C dari bentuk glikosida; 1033,8 menunjukkan adanya rentangan C-O gugus

hidroksil pada unit anhidroglukosa; dan bilangan gelombang 898,8 cm-1 khas untuk

piranosa yang kesemuanya menunjukkan gambaran gugus fungsi yang terdapat pada

molekul selulosa. Lebih jauh telah dibuktikan bahwa yang terbentuk dari hasil

fermentasi bukan amilum melalui pengujian terhadap larutan selulosa bakteri dengan

penambahan larutan Iodin (KI + I2) tidak membentuk warna biru, seperti halnya

terhadap larutan amilum akan membentuk larutan yang berwarna biru.

4.3.4. Spektrum FT-IR Kitosan

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Spektrum FT-IR kitosan dapat dilihat pada gambar 4.7 di bawah ini.

Gambar 4.7 Spektrum FT-IR Kitosan

Pada gambar 4.7 menunjukkan spektrum FT-IR kitosan dengan serapan puncak-

puncak bilangan gelombang (cm-1): 3386,8 yang menunjukkan adanya gugus OH, -

NH bending; 2877,6 menunjukkan adanya C-H ; 1400 1100 menunjukkan adanya

gugus C-O; 1654,8 menunjukkan adanya gugus C = O amida; 1596,6 menunjukkan

adanya gugus N-H amina primer dan gugus NH2. Dari spektrum ini menunjukkan

gugus fungsi yang dimiliki kitosan.

4.3.5. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (0,5 g kitosan)

Spektrum FT-IR material selulosa kitosan bakteri dengan penambahan 0,5 g

kitosan dapat dilihat pada gambar 4.8 di bawah ini.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.8 Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (0,5 g kitosan)

Pada gambar 4.8 menunjukkan spektrum FT-IR material selulosa-kitosan bakteri

dengan penambahan sebanyak 0,5 g kitosan dengan serapan puncak-puncak bilangan

gelombang (cm-1): 3375,58 yang menunjukkan adanya gugus -OH dari selulosa, NH2;

2927,75 menunjukkan adanya C-H ; 1655,10 menunjukkan adanya gugus C=O khas

amida dari N-asetil glukosamin dan bilangan gelombang 1021 cm-1 menunjukkan

adanya cincin piranosa dari ikatan glikosida.

Dari data spektrum ini menunjukkan terjadi interaksi antara selulosa bakteri

dengan kitosan, tidak ada gugus baru yang terbentuk.

4.3.6. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (1 g kitosan)

Spektrum FT-IR material selulosa-kitosan bakteri dengan penambahan 1 g

kitosan dapat dilihat pada gambar 4.9 di bawah ini.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.9 Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (1 g kitosan)

Pada gambar 4.9 menunjukkan spektrum FT-IR material selulosa-kitosan

bakteri dengan penambahan sebanyak 1 g kitosan dengan serapan puncak-puncak

bilangan gelombang (cm-1): 3405,00 yang menunjukkan adanya gugus -OH dari

selulosa, gugus - NH2 - dari glukosamin dan - NH - Amida dari N-asetil glukosamin;

2928,95 merupakan serapan C-H; 1655,20 menunjukkan adanya gugus C=O khas

amida; 1021,74 menunjukkan adanya cincin piranosa dari ikatan glikosida. Dari

spektrum ini menunjukkan bahwa material tersebut merupakan interaksi antara selulosa

bakteri dengan kitosan.

4.3.7. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (1,5 g kitosan)

Spektrum FT-IR material selulosa-kitosan bakteri dengan penambahan 1,5 g

kitosan dapat dilihat pada gambar 4.10 di bawah ini.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.10 Spektrum FT-IR Meterial Selulosa-Kitosan Bakteri (1,5 g kitosan)

Pada gambar 4.10 menunjukkan spektrum FT-IR material selulosa-kitosan bakteri

dengan penambahan 1,5 g kitosan dengan serapan puncak-puncak bilangan gelombang

(cm-1) : 3402,70 yang menunjukkan adanya gugus -OH dari selulosa, gugus -NH2 dari

glukosamin dan NH- amida dari N- asetil glukosamin saling bertumpang tindih;

2928,11 menunjukkan adanya serapan C-H; 1655,2 menunjukkan adanya gugus C=O

khas amida; 1156,99-1078,58 menunjukkan adanya gugus C-O-C; dan bilangan

gelombang 761,74-633,67 cm-1 menunjukkan adanya kibasan gugus -NH. Dari

spektrum ini menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara selulosa bakteri dengan

kitosan, dan tidak ada gugus baru yang terbentuk.

4.3.8. Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (2 g kitosan)

Spektrum FT-IR material selulosa-kitosan bakteri dengan penambahan 2 g

kitosan dapat dilihat pada gambar 4.11 di bawah ini.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.11 Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (2,0 g kitosan)

Pada gambar 4.11 menunjukkan spektrum FT-IR material selulosa-kitosan

bakteri dengan penambahan 2 g kitosan dengan serapan puncak-puncak bilangan

gelombang (cm-1): 3414,92 yang menunjukkan adanya gugus -OH dari selulosa,

gugus -NH2 dari glukosamin dan -NH- dari N-asetil glukosamin yang saling tumpang

tindih; 2926,8 menunjukkan adanya serapan khas C-H; dan bilangan gelombang

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
1655,39 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O dari amida. Dari spektrum ini

menunjukkan terjadi interaksi antara selulosa bakteri dengan kitosan.

4.4 Analisis Foto SEM

Analisis foto SEM dilakukan untuk mempelajari sifat morpologi terhadap

material. Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.12 berikut menunjukkan

bentuk permukaan dari selulosa bakteri.

Gambar 4.12 Foto SEM Selulosa Bakteri

Pada gambar 4.12 foto SEM selulosa bakteri dengan perbesaran 400 kali,

menunjukkan morfologi permukaan dari selulosa bakteri tidak merata dan membentuk

kerutan-kerutan.

Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.13 berikut menunjukkan bentuk

permukaan dari pati.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.13 Foto SEM Pati

Gambar 4.13 menunjukkan foto SEM dari pati sebagai bahan awal dari pembuatan

selulosa bakteri yang memberikan morfologi permukaan yang benar-benar merata.

Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.14 berikut menunjukkan bentuk

permukaan dari selulosa murni.

Gambar 4.14 Foto SEM Selulosa Murni

Gambar 4.14 menunjukkan foto SEM dari selulosa murni yang memberikan

morfologi permukaan yang tidak merata dan berongga.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.15 berikut menunjukkan bentuk

permukaan dari kitosan.

Gambar 4.15 Foto SEM Kitosan

Pada gambar 4.15. foto SEM kitosan menunjukkan morfologi permukaan yang

halus.

Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.16 berikut menunjukkan bentuk

permukaan dari selulosa kitosan bakteri dari media dengan penambahan sebanyak 0,5

g kitosan.

Gambar 4.16 Foto SEM Selulosa Kitosan Bakteri (0,5 g kitosan)


Pada gambar 4.16 foto SEM selulosa kitosan bakteri dengan penambahan 0,5

g kitosan, perbesaran 400 kali menunjukkan morfologi permukaan yang merata,

rongga-rongga dari selulosa bakteri telah diisi oleh kitosan, memberikan dukungan

bahwa terjadi interaksi antara selulosa bakteri dengan kitosan dalam pembentukan

material tersebut.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.17 berikut menunjukkan bentuk

permukaan dari selulosa kitosan bakteri dari media dengan penambahan sebanyak 1,0

g kitosan.

Gambar 4.17 Foto SEM Selulosa Kitosan Bakteri (1,0 g kitosan)

Pada gambar 4.17 foto SEM selulosa kitosan bakteri dengan penambahan 1 g

kitosan dengan perbesaran 400 kali menunjukkan morfologi permukaan yang kurang

merata dan membentuk kerutan-kerutan dibandingkan dengan penambahan 0,5 g

kitosan

Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.18 berikut menunjukkan bentuk

permukaan dari selulosa kitosan bakteri dari media dengan penambahan sebanyak 1,5

g kitosan.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.18 Foto SEM Selulosa Kitosan Bakteri (1,5 g kitosan)

Pada gambar 4.18 foto SEM selulosa kitosan bakteri dengan penambahan 1,5

g kitosan, perbesaran 400 kali menunjukkan morfologi permukaan yang kurang merata

dan membentuk kerutan-kerutan dibandingkan dengan penambahan 0,5 g kitosan.

Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.19 berikut menunjukkan bentuk

permukaan dari selulosa kitosan bakteri dari media dengan penambahan sebanyak 2,0

g kitosan.

Gambar 4.19. Foto SEM Selulosa-Kitosan Bakteri (2,0 g kitosan)

Pada gambar 4.19 foto SEM selulosa-kitosan bakteri dengan penambahan 2,0 g

kitosan, perbesaran 400 kali menunjukkan morfologi permukaan yang halus, tetapi

muncul butiran-butiran kitosan yang berlebih di atas permukaan.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Dari foto SEM ini menunjukkan bahwa dengan penambahan 0,5 g kitosan

sudah cukup baik untuk menghasilkan material selulosa kitosan bakteri dengan

permukaan yang halus dan merata.

4.5 Karakterisasi Uji Tarik

Uji kekuatan tarik selulosa bakteri dan selulosa-kitosan bakteri dilakukan pada

suhu kamar dengan berat beban 2000 kgf. Kekuatan tarik selulosa bakteri dan selulosa-

kitosan bakteri dapat diketahui dari nilai load dan stroke serta (%) elongation yang

dimilikinya (kurva load vs stroke selulosa kitosan bakteri pada lampiran 1, dan contoh

perhitungan untuk mendapatkan nilai kekuatan tarik dan nilai regangan maksimum

pada lampiran 2). Data pengukuran uji tarik seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Pengukuran Sampel pada Pengujian Tarik

No Jenis Sampel Perlakuan Dimensi sampel yang diuji tarik

Panjang Lebar Tebal Luas


l (mm) b (mm) h (mm) A (mm)
1 Selulosa bakteri
Dibentuk 50 10 0,50 5
tanpa kitosan
2 Selulosa bakteri
dengan 0,5 g Dibentuk 50 10 0,25 2,5
kitosan
3 Selulosa bakteri
dengan 1 g Dibentuk 50 10 0,25 2,5
kitosan
4 Selulosa bakteri
dengan 1,5 g Dibentuk 50 10 0,25 2,5
kitosan
5 Selulosa bakteri
dengan 2 g Dibentuk 50 10 0,25 2,5
kitosan

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Tarik

No Jenis Perlakuan Panjang l Luas Pmax max max


sampel l (mm) (mm) A(mm) (N) (MPa) (%)
1 Selulosa
bakteri
Dibentuk 50 2 5 48,61 9,72 4
tanpa
kitosan
2 Selulosa
bakteri
dengan Dibentuk 50 1 2,5 17,15 6,86 2
0,5 g
kitosan
3 Selulosa
bakteri
dengan Dibentuk 50 0,5 2,5 14,90 5,96 1
1 g
kitosan
4 Selulosa
bakteri
dengan Dibentuk 50 1 2,5 2,45 0,98 2
1,5 g
kitosan
5 Selulosa
bakteri
dengan Dibentuk 50 1 2,5 1,18 0,47 2
2 g
kitosan

Dari data hasil pengujian tarik di atas diperoleh:

1. Untuk hasil pengujian tarik, dari selulosa bakteri yang di buat tanpa kitosan,

tegangan maksimun sebesar 9,72 MPa dan regangan maksimum sebesar 4%.

2. Untuk hasil pengujian tarik, pada material selulosa kitosan bakteri dengan

penambahan 0,5 g kitosan, tegangan maksimum sebesar 6,86 MPa dan regangan

maksimum 2%. Dengan penambahan 1 g kitosan, tegangan maksimum 5,96

MPa dan regangan maksimum 1%. Dengan penambahan 1,5,g kitosan, tegangan

maksimum 0,98 MPa dan regangan maksimum 2%. Dengan penambahan 2 g

kitosan, tegangan maksimum 0,47 MPa dan regangan maksimum 2%.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3. Dari data di atas bahwa untuk uji tarik selulosa bakteri tanpa penambahan

kitosan lebih besar nilainya dari pada material selulosa kitosan bakteri.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dalam medium air kelapa dengan penambahan pati dan kitosan dengan

menggunakan Acetobacter-xylinum mampu menghasilkan material selulosa-kitosan

bakteri di mana terjadi interaksi antara selulosa bakteri dengan kitosan.

2. Dalam medium air kelapa dengan penambahan pati, urea dan dimodifikasi dengan

penambahan kitosan yang massanya bervariasi dengan menggunakan Acetobacter-

xylinum dapat dihasilkan selulosa-kitosan bakteri dengan tekstur permukaan yang

berbeda-beda. Tekstur permukaan yang paling baik diperoleh pada penambahannya

sebanyak 0,5 g kitosan pada pH = 4.

3. Hasil pengujian tarik, pada material selulosa-kitosan bakteri dengan penambahan

sebanyak 0,5 g kitosan, tegangan maksimum sebesar 6,86 MPa dan regangan

maksimum 2%. Uji tarik dari material selulosa-kitosan bakteri dengan penambahan

sebanyak 0,5 g kitosan lebih besar nilainya dari pada material selulosa-kitosan

bakteri dengan penambahan 1,0 , 1,5 , dan 2,0 g kitosan.

5.2. Saran

Dari hasil yang diperoleh pada pembentukan material selulosa-kitosan bakteri,

sebaiknya di uji secara medis, sehingga produk yang dihasilkan dapat digunakan dalam

bidang kesehatan atau keperluan lainnya.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA

Alimuniar, A. dan Zainuddin, R. 1992. An Economical Thechinique For Producing


Chitosan. Elsevier, London.

Anonim, 1976. The Merck Index. Ninth Edition. Merck and Co.Inc., New Jersey.

Banwart, G.K. 1981. Basic Food Microbiology. Van Nonstrand Reinhold Company,
New York.

Bergenia H.A., 1982. Reserve osmosis of coconut water through cellulose acetat
membrane, Proceedings of the second ASEAN workshop Membrane
Technology.

Biemann, K. 1983. Table of Spectral Data for Structure Determination of Organic


Compounds. Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Germany.

Ciechanska, D. 2004. Multifunctional Bacterial Cellulose/Chitosan Composite


Materials for Medical Applications. Fiber & Textiles in Eastern Europe
Volume 12 No.4(48): p. 69-72, Institute of Chemical Fiber, Poland.

Colonna, P, Fundamental And Industrial Aspects of Starch Gelation. In H. Innagaki


And G.O. Phillips, Eds, 1989, Cellulose CS Utilization Research And Rewards
In Cellulose. Elsevier Science Publisher, England.

Colwell, .R., Pariser, E.R., dan Sinskey, A.J. 1984. Biotechnology of Marine
Polysaccharides. Third Edition. Massachusetts Institute of
Technology, Washington.

Duffresne, A., Jean-Yves CavaiLLe and William Helbert 1996. New Nano
Composites Material, Micro Crystaline Starch Reinforced Thermoplastic
Macromelecules, 29, 7624-7626, Elsevier Science, England.

Demam, J.M. 1980. Principles of Food Chemistry. Van Nonstrand Reinhold


Company, New York.

E. Pisesidharta, Zulfikar, B. Kuswandi. Preparasi Membran Nata de Coco-


Etilendiamin dan Studi Karakteristik Pengikatannya Terhadap Ion Cu+2.
Jurusan kimia FMIPA Universitas Jember, Jember.

Fessenden.R.J dan Fessenden.J.S. 1986. Kimia Organik. Edisi ketiga. Jilid kedua.
Erlangga. Jakarta.

Goosen, M.F.A. 1997. Applications of Chitin and Chitosan. Technomic


Publishing Co.Inc., Lancaster.

Holmes, D. 2004. Bacterial Cellulose. Disertation. Christchurch, New Zealand

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Department of Chemical and Process Engineering University of Canterbury.

Hart, H., Craine, L.E., and Hart, D.J. 2003. Kimia Organik. Edisi Kesebelas.
Erlangga, Jakarta.

Hidayat, N., Padaga, M.C., dan Suhartini, S.2006. Mikrobiologi Industri.


Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Hoenich, N. 2006. Cellulose for Medical Applications. Bioresources. Volume 1(2): p.


270-280,

Hosokawa, J., Nishiyama, M., Yoshihara, K., and Kubo, T. 1990. Biodegrable Film
Derived from Chitosan and Homogenized Cellulose. Ind.Eng.chem.Res Volume
29: p. 800-805, Japan.

Krystynowicz, 2001. Biosynthesis of Bacterial Cellulose and its Potential Application


In The Differen Industries,
http://www.biotecnology.pl.com/science/krystynomcz.htm.

Kumar, M.N.V.R. 2000. Review of Chitin and Chitosan Application. Reactive &
Functional Polymers. Volume 46: p. 1-27, Pergamen Press, Oxford.

Laullen, E.T. 1985. Starch as a Functional Ingrediant Food Technol, p. 59-63.

Manskaya, S.M. and Drodzora, T.V. 1968. Geochemistry of Organic Substance


Pergamon Press, Oxford.

Muzzarelli, R.A., Ch. Jeuniawe, Gooday, G.W. 1986. Chitin and Nature and
Technology. Plennum Press, New York.

Muzzarelli, R.A. 1997. Chitin. Pergamon Press, Oxford.

Nadarajah, K., 2005. Devolopment and Characterization of Antimicrobial Edible Films


from Crawfish Chitosan. Disertation Louisiana, Louisiana State
University and Agricultural and Mechanical College, USA.
Onifade, A.K., Jeff Agboola, Y.A. 2003. Effect of Fungal Infection on Proximate
Nutrient Composition of Coconut (Cocos nucifera Linn) fruit. Food, Agriculture
& Environment. Volume 1(2): p. 141-142, .

Palunkun, Ronny, 1992 Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebak Swadaya, Jakarta.

Phillips, G.O. and Williams, P.A. 2000. Handbook of Hydrocolloids.


Woodhead Publishing Limited, Cambridge.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia, Penerbit Universitas Indonesia,


UI Press, Jakarta.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Rhoades, J., Rastall, B. Chitosan as an Antimicrobial Agent. Ingredients & Additivies,
Food Technology International: hal. 32-33.

Roberts, G.A.F., 1992. Chitin Chemistry. Macmillan, Indianapolis.

Salunkhe, D.K. dan Desai, B.B. 1984. Postharvest Biotechnology of Fruits. Volume II.
CRC Press, Inc., Florida.

Silverstein, R.M., Bassler, G.C. dan Moill, T.C., 1981. Spectrometric Identification of
Organic Compounds. Fourth Edition. Jhon Wiley & Sons, USA.

Tunner, D.T, Pharm, J, 1979, volume 222, p. 421-422, CRC Press, Inc., Florida.

Warisno, 2004. Mudah & Praktis Membuat Nata de Coco. Cetakan kedua.
Agromedia Pustaka, Depok.

Warrand, J., 2006. Healthy Polysaccharides The Next Chapter in Food Product. Food
Technol. Biotechnol. Volume 44(3): p. 355-370,

Whistler Roy L, BeMiller James N, and Paschall Eugene F., 2nd Edn, 1984. Starch
Chemistry and Technology, Academic Press Inc, New York.

Zuhuriaan-Mehr, M.J., 2004. Advances in Chitin and Chitosan Modification Through


Graft Copolymerization: A Comprehensive Review. Iranian Polymer Journal
Volume 14(3): hal. 235-265.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
(b) Selulosa bakterial dari 100 mL air kelapa + 10 g pati + 0.5 g kitosan

(c) Selulosa bakterial dari 100 mL air kelapa + 10 g pati + 1.0 g kitosan

(d) Selulosa bakterial dari 100 mL air kelapa + 10 g pati + 1.5 g kitosan

(e) Selulosa bakterial dari 100 mL air kelapa + 10 g pati + 2 g kitosan

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Lampiran 2: Perhitungan Mendapatkan Nilai Kekuatan Tarik dan Nilai
Regangan Maksimum

Diketahui: A = 5 mm2 = 5.10-6 m2


l = 2 mm = 2. 10-3 m
l = 50 mm = 50. 10-3 m
P maks = 4,96 Kgf = 48,61 N
Dicari: Tegangan maksimum ( maks) dan Regangan maksimum ( )
Penyelesaian:
P maks
Tegangan maks: maks = -----------
A0
48,61 N
= ------------
5. 10-6 m2
= 9,72 MPa

l
Regangan maks: = ------------ x 100%
L
2
= -------------- x 100%
50

=4%

Dengan cara yang sama dapat ditentukan nilai kekuatan tarik dan regangan
maksimum untuk masing-masing percobaan berikutnya.

Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai