TESIS
Oleh
LISBETH TAMPUBOLON
067006018/KM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA-KITOSAN BAKTERI
DALAM MEDIUM AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
PATI DAN KITOSAN MENGGUNAKAN
Acetobacter-xylinum
TESIS
Oleh
LISBETH TAMPUBOLON
067006018/KM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Judul Tesis : PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA-KITOSAN
BAKTERI DALAM MEDIUM AIR KELAPA
DENGAN PENAMBAHAN PATI DAN KITOSAN
MENGGUNAKAN Acetobacter-xylinum
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Nama Mahasiswa : Lisbeth Tampubolon
Nomor Pokok : 067006018
Program Studi : Ilmu Kimia
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Tonel Barus, MS
Anggota : 1. Drs. Mimpin Ginting, MS
2. Dr. Jamaran Kaban, MS
3. Dr. Rumondang Bulan, MS
4. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRAK
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRACT
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairul Nisa, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
2. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Ilmu Kimia
3. Bapak Prof. Dr. Tonel Barus, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing, yang dengan
4. Bapak Drs. Mimpin Ginting, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang
tesisi ini.
saya Marnaek Nainggolan dan Simon Manurung atas kerjasamanya selama masa
perkuliahan.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
7. Ibuku tercinta T. br Siahaan, ucapan dan segala perbuatan takkan mungkin dapat
MA, yang saat ini sedang menyelesaikan perkuliahannya pada program Ph.D yang
telah banyak memberi dorongan dan membantu penulisan tesis ini, serta anak-
anakku semua, Arlina Paratiwi, Angelia Maharani, Pasca Putri, Michael Yohansen,
Evan Andereas Rafael, khususnya anakku Anggraeni Glory Roito yang telah
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulis masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk
Penulis,
Lisbeth Tampubolon
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
2. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Kimia
3. Bapak Prof. Dr. Tonel Barus, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing,
Kimia Analitik FMIPA USU, beserta laboran atas sarana dan bantuan yang
telah diberikan,
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan masukan dan saran yang membangun sehingga nantinya menjadi suatu
Penulis,
Lisbeth Tampubolon
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
RIWAYAT HIDUP
pertama dari sepuluh bersaudara dari Alm. Bapak G.J Tampubolon dan Ibu T. br
Siahaan.
Negeri 1 Tarutung pada tahun 1974, SMA Negeri 1 Tarutung pada tahun 1977.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke IKIP Negeri Medan Progam Studi Ilmu
Kimia dan menyelesaikan Sarjana Muda pada tahun 1981, Diploma III/Akta III pada
tahun 1981, dan berhasil meraih gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Kimia tahun 1984 di
IKIP Negeri Medan. Penulis mulai mengajar di SMA Negeri 3 Medan sejak tahun 1983
sampai sekarang. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi ke sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu Kimia, atas beasiswa BINSOS
PEMPROPSU melalui BAPPEDA Propinsi Sumatera Utara dan dinyatakan lulus pada
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK . i
ABSTRACT . ii
KATA PENGANTAR .. v
RIWAYAT HIDUP vi
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN ..
1.2. Permasalahan 3
2.1. Kelapa . 5
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
2.2. Pati 7
2.3. Selulosa 11
2.5. Enzim . 16
2.7. Kitosan .. 19
3.1. Bahan-bahan 28
3.2. Alat-alat 28
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3.5.2. Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri ....................................34
5.1 Kesimpulan 56
5.2. Saran 57
DAFTAR PUSTAKA... 58
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur Amilosa . 8
2. Struktur Amilopektin . 8
6. Struktur Kitosan . 20
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
23. Foto SEM Selulosa Murni 48
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN
sama seperti selulosa yang berasal dari tumbuhan yaitu polisakarida yang disusun oleh
D-glukosa melalui ikatan -1-4-antar unit-unit glukosa. Perbedaan selulosa bakteri ini
dengan selulosa dari alam dari bentuk struktur kimia tidak dapat dibedakan, selulosa
bakteri memiliki serat panjang dan merupakan serat-serat tunggal selulosa yang saling
Selulosa bakteri merupakan polimer alam yang bersifat sama seperti hidrogel
yang tidak dijumpai pada selulosa alam. Sifat hidrogel dari selulosa bakteri
memberikan daya serap yang lebih baik dan memberikan karekteristik yang mirip
seperti kulit manusia. Kemiripan sifat dengan kulit manusia dari selulosa bakteri
digunakan sebagai pengganti kulit sementara untuk merawat luka bakar yang serius
(Ciechanska,D, 2004). Pemanfaatan lainnya juga digunakan untuk menutup luka yang
baik untuk pasien yang cedera mekanis maupun akibat infeksi. Demikian juga karena
sifatnya yang hidrofilik tinggi dapat digunakan sebagai pembuatan pembuluh darah
media fermentasi menjadi selulosa oleh Acetobacter-xylinum seperti halnya terjadi pada
pembuatan Nata de Coco dengan menggunakan media air kelapa (Bergenia, 1982).
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Dalam aplikasinya untuk keperluan medis penggunaan selulosa bakteri hanya
dalam waktu sementara, disebabkan kekuatan serta sifat bioaktifnya yang masih
rendah. Untuk memperbaiki serta meningkatkan sifat bioaktif dari selulosa bakteri telah
kitosan, yang mana kitosan sendiri memiliki kegunaan yang cukup luas dalam medis,
seperti penutup luka, benang jahit dari bedah yang tidak perlu dibuka setelah sembuh
nya ternyata telah dilakukan dalam pembuatan material selulosa bakteri untuk
dalam media kultur. Dari hasil modifikasi ini ditemukan unit glukosamin dan N-Asetil
glukosamin terdapat dalam rantai selulosa yang dihasilkan. Pembentukan ini dilakukan
selama 7 hari pada suhu 30 C dalam media standar Schramm yang dimodifikasi
memiliki kegunaan yang cukup luas serta dapa berinteraksi dengan polisakarida aktif
kitosan dengan memberikan sifat ganda dalam medis, demikian juga pembentukannya
penelitian ini dicoba sebagai bahan baku yaitu amilum yang merupakan polisakarida
Selulosa-Kitosan Bakteri dalam Medium Air Kelapa dengan Penambahan Pati dan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
1.2 Permasalahan
penambahan urea.
xylinum dalam media yang telah dimodifasi dengan penambahan pati dan kitosan.
bahan material multi fungsi yang akan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu keperluan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa
merupakan salah satu famili utama tumbuhan monokotil termasuk ke dalam suku
Cocoidae yang mempunyai lebih dari dua puluh genera. Genus Cocos dikenal hanya
negara urutan ke tiga sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia. Buah kelapa
merupakan bagian yang penting dari tanaman kelapa, karena mempunyai nilai
ekonomis dan gizi yang tinggi. Buah kelapa tua terdiri dari 35% sabut, 12%
tempurung, 28% daging buah, dan 25 % air kelapa. Bagian penting lain dari buah
kelapa adalah airnya, yang oleh beberapa orang masih dianggap sebagai limbah.
Satu buah kelapa rata-rata mengandung 200 mL air kelapa, tergantung ukuran
kelapa, varietas, kematangan, dan kesegaran kelapa. Di Indonesia, produksi air kelapa
berlimpah yaitu sekitar 2 juta L lebih per tahun, akan tetapi pemanfaatannya oleh
industri pangan atau non pangan belum begitu meningkat sehingga masih banyak air
kelapa yang terbuang percuma dan limbah air kelapa dapat menimbulkan polusi asam
asetat yang terbentuk akibat fermentasi air kelapa. Air kelapa mengandung air 91,27%,
protein 0,29%, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27%, serta abu 1,06%, selain itu air kelapa
kompleks yang terdiri dari asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, riboflavin, dan asam
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
follat. Nutrisi sangat berguna untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum
(Warisno, 2004). Komposisi kimia air buah kelapa seperti pada tabel 2.1
Sukrosa pada air kelapa diubah menjadi asam asetat dan benang-benang
selulosa, yang selanjutnya membentuk satu massa yang kokoh yang juga dianggap
Sumber air kelapa dalam 100 g Air kelapa muda Air kelapa tua
Air kelapa dari buah tua hanya mengandung dari beberapa vitamin dalam
jumlah kecil. Kandungan vitamin C-nya hanya 0,7 3,7 mg/100 mg air buah, asam
nikotinat 0,4 g/ml, asam pantotenat 0,52 g/ml, biotin 0,02 g/ml, ribovlafin 0,01 g/ml,
Air kelapa dapat digunakan untuk penyegar tenggorokan, diolah menjadi sirup,
2.2. Pati
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Pati adalah suatu senyawa karbohidrat dari jenis polisakarida yang disusun oleh
dua jenis molekul utama penyusun, yaitu amilosa (20-28%) dan sisanya sebagai
sifat lengket.
yaitu glukosa. Amilosa merupakan makromolekul linier yang terdiri dari 250-300 unit
D-glukosa yang terikat dengan ikatan -1,4 glikosida, dengan berat molekul 200.000 -
1.000.000 sedangkan amilopektin terdiri dari 24-30 molekul Dglukosa yang memiliki
ikatan -1,6 glikosida yang membentuk percabangan yang banyak pada rantai
amilopektin, sehingga berat molekulnya lebih dari 50.000.000 (Luallen, 1994). Sifat-
sifat pati sangat besar dipengaruhi oleh perbandingan antara amilosa dengan
amilopektin, struktur amilosa dan amilopektin diperlihatkan pada gambar 2.1 dan
gambar 2.2.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 2.2 Struktur Amilopektin ( Fessenden dan Fessenden, 1986 )
Pati adalah polimer glukosa dalam dua bentuk makromolekul amilosa dan
Gambar 2.3.Skema Unit Glukosa, Atom Karbon diberi Nomor dari 1 sampai 6
Gambar 2.3 di atas menjelaskan kimia pati terpusat pada gugus hidroksil OH
dan ikatan glikosida C- O- C. Terdapat dua zona reaksi yaitu reaksi substitusi gugus
-OH dan pemutusan ikatan rantai C-O-C terdapat tiga gugus alkohol, alkohol primer
pada C6 dan alkohol sekunder pada C2 dan C3 menyebabkan reaksi pati secara
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
fundamental adalah reaksi alkohol. Akan tetapi dengan adanya kompetisi antara
oksigen nukleofilik pada gugus hidroksil dengan oksigen pada ikatan glikosida
mengakibatkan sifat asam pati lebih mendominasi dan menutupi sifat basa (Fleche,
1985), sifat inilah yang menyebabkan pati bersifat hemiasetal sehingga menjadi reaktif
dan mudah direaksikan dengan senyawa kimia lainnya dan dapat menghasilkan
berbagai senyawa kimia yang bermanfaat. Pati dapat dihidrolisa dengan sempurna yang
menghasilkan glukosa atau dengan bantuan enzim amilase, yang akan mengubah
amilum (pati) menjadi maltosa dalam bentuk - maltosa (Poedjadi, A., 1994).
sebagai sumber makanan penghasil energi yang bahan aditif dalam proses pengolahan
makanan seperti stabilizer dalam pembuatan puding. Dalam industri dapat juga dipakai
sebagai bahan mentah pada aplikasi industri seperti industri polimer terdegradasi,
pengganti selulosa, dan pada industri kertas ( misalnya untuk keperluan pengolahan
lem atau perekat pada kertas, label, alat tulis), serta untuk bahan kanji dalam industri
tekstil.
Pati dihasilkan melalui proses fotosintesis yang tersimpan secara alami dalam
biji, umbi, akar, dan jaringan tanaman sebagai cadangan makanan. Pati terdiri dari
butir kecil berbentuk kristalin, berwarna putih, dan berdiameter 1-100 m. Secara
komersial pati digolongkan atas tiga golongan. Golongan pertama, pati yang berasal
dari umbi, akar, dan batang. Golongan kedua, pati yang terdapat dalam sereal (
jagung, gandum, dan beras ). Golongan ketiga, Waxy pati dengan kandungan
amilopektin 100 %. Pati dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Misalnya pati kentang
dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan umbi kentang menghasilkan bubur
pati yang selanjutnya dikeringkan. Pati kentang yang kering diuji dengan secara
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
kualitatif dengan Iodin. Hasil reaksi memberi warna biru kehitaman menunjukkan
bahwa serbuk yang dihasilkan dari ekstraksi mengandung pati. Apabila pati
biru hilang. Jika polimer glukosa lebih besar dari 20, pati akan memberi warna biru
2.3. Selulosa
Selulosa merupakan senyawa menyerupai serabut liat, tidak larut dalam air,
secara alami terdapat pada kayu, kapas, rami, dan pada tumbuhan lainnya.
Selulosa merupakan senyawa polimer dari -glukosa dengan ikatan -1-4 antar
unit unit glukosa yang terdiri dari sekitar 5000 atau lebih unit D-glukosa. Selulosa
pertama kali diisolasi dari kayu pada tahun 1885 oleh Charles F. Cross dan Edward
Bevan di Jodrell Laboratory of Royal Botanic Gardens, Kew, London. Pada tahun
1898 tiga ahli kimia berkebangsaan Inggris, Charles Frederick Cross, Edward John
Bevan dan Clayton Beadle berhasil membuat film selulosa yang selnjutnya pada tahun
1913 Dr. Jacques Brandenberger mengembangkan film tipis selulosa transparan sebagai
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Dari hasil pemeriksaan selulosa dengan menggunakan sinar X menunjukkan
bahwa selulosa terdiri atas rantai linear dari unit selobiosa, yang oksigen cincinnya
berselang-seling dengan posisi ke depan dan ke belakang. Molekul linear ini yang
mengandung rata-rata 5000 unit glukosa, beragregasi menghasilkan fibril yang terikat
bersebelahan. Selulosa memiliki ikatan hidrogen yang kuat, hal ini menyebabkan tidak
dapat larut dalam air, meskipun memiliki banyak gugus hidroksil dan bersifat polar.
Manusia dan hewan verteberata lainnya tidak dapat mencerna selulosa karena tidak ada
enzim selulase yang dikeluarkan oleh manusia dan verteberata, akan tetapi pati dan
glikogen dapat dicerna oleh usus manusia dan verteberata, satu-satunya perbedaan
kimia antara pati dan selulosa adalah stereokimia ikatan glikosidik, tepatnya stereo
kimia pada C-1 dari setiap unit glukosa. Sistem pencernan manusia mengandung
enzim yang dapat mengkatalisis hidolisis ikatan -glikosidik, tetapi tidak mengandung
2003).
yang bersama-sama dengan polisakarida membentuk jalinan yang terdiri dari serat
selulosa yang dihasilkan oleh strain xylinum, subspesies dari Acetobacter aceti,
selulosa yang berasal dari tumbuhan dan merupakan polisakarida berantai lurus yang
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
tersusun oleh molekul D-glukosa melalui ikatan -1,4. Jalur biosintesis selulosa
glukosa dari larutan gula dan air kelapa yang diberi asam lemak membentuk prekursor
(penciri nata), pada membrane sel precursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk
xylinum yang merupakan hasil sekresi proses metabolisme gula yang ditambah pada
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
kerapatan antara 300 dan 900 kg/m3, kekuatan tarik tinggi, elastis dan terbiodegradasi
(Krystinowich, 2001).
Selulosa bakteri hasil fermentasi memiliki struktur kimia yang sama seperti
selulosa yang berasal dari tumbuhan, akan tetapi selulosa bakteri yang dihasilkan dari
fermentasi tersusun oleh serat selulosa yang lebih baik dari selulosa yang berasal dari
tumbuhan. Setiap serat tunggal dari selulosa bakteri mempunyai diameter 50 m, dan
selulosa bakteri terdapat dalam bentuk kumpulan serat-serat tunggal yang berdiameter
sekitar 0,1 - 0,2 m. Serat-seratnya saling melilit satu sama lainnya membentuk
struktur jaringan sehingga panjang seratnya tidak dapat ditentukan karena kumpulan
serat-serat tunggal selulosa saling melilit satu sama lain membentuk struktur jaringan.
Dan sebagai pembandingnya, diameter dari selulosa bentuk kristalin adalah 10-30 m
(Philips, 2000).
yang bernilai tambah sudah banyak dilakukan antara lain penggunaan selulosa baterial
dalam bidang medis salah satu diantaranya untuk penyembuhan luka secara efektif
yakni dengan menjaga tingkat kelembapan, luka harus dirawat pada keadaan basah dan
temperatur konstan pada dasar luka, melindungi sel sel yang baru terbentuk,
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
memudahkan angiogenesis dan repitelisasi, mengurangi sakit dan melindungi luka
Penutup luka yang baik adalah kulit dari pasien tersebut, yang bersifat
permeabel terhadap uap dan melindungi jaringan tubuh bagian dalam terhadap cedera
mekanis dan infeksi. Untuk beberapa waktu, penutup luka biologis yang berasal dari
kulit babi atau kulit dari jenazah manusia telah digunakan, tetapi bahan tersebut mahal
Selulosa bakteri juga mempunyai kerangka jaringan yang sangat baik dan
hidrofisilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pembuluh darah buatan
Selulosa bakteri merupakan polimer alam yang bersifat sama seperti hidrogel
yang diperoleh dari polimer sintetik yakni memperlihatkan kandungan air yang tinggi
(98-99%), daya serap cairan baik, tidak alergenik dapat disterilisasi tanpa
kulit manusia, selulosa bakteri dapat digunakan sebagai pengganti kulit untuk merawat
2.5. Enzim
Enzim adalah suatu kelompok protein yang mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses aktivitas biologis, dan berfungsi sebagai biokatalisator dalam sel
dan sifatnya sangat khas yaitu suatu enzim hanya mampu menjadi biokatalisator untuk
reaksi tertentu saja. Misalnya enzim amilase substratnya adalah amilum dan bentuk
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
reaksinya adalah mengubah substrat menjadi glukosa. Molekul pati merupakan
polimer dari D-glikopiranosa akan dipecah enzim pada ikatan 1,4 dan 1,6
glikosida. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi enzimatis
tertentu sehingga pada organisme yang normal tidak terjadi penyimpangan dari hasil
reaksi.
Perbedaan antara eksoenzim dengan endoenzim dapat dilihat dari salah satu
contoh contoh enzim amilase ,enzim ini merupakan enzim golongan glikosida hidrolase
yang paling penting. Enzim amilase adalah enzim pengurai pati dan dikelompokkan
atas dua kelompok, yaitu enzim yang mengkatalis ikatan 1,6 antara rantai- rantai dan
yang mem utuskan ikatan 1,4 antara satuan glukosa pada rantai lurus. Golongan
terakhir ini terdiri atas endoenzim yang memutuskan ikatan pada titik acak
sepanjang rantai, dan eksoenzim yang memutuskan ikatan pada titik khusus dekat
ujung rantai .
memutuskan satuan maltose yang berurutan dari ujung yang tidak mereduksi pada
merupakan eksoenzim yang memutuskan satuan glukosa secara berturut turut dari
ujung tak mereduksi rantai substrat. Eksoenzim disekresikan oleh sel bakteri dan
sehingga sel bakteri tidak mampu untuk menguraikan molekul tersebut secara langsung
dan harus direduksi terlebih dahulu,dalam hal ini bakteri sangat bergantung pada enzim
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
yang bersifat hidrolisa, yang dibebaskan kedalam medium untuk memisahkan molekul
yang besar secara proses kimia yaitu proses hidrolisis.Enzim- enzim hidrolisa
2.6 Acetobacter-xylinum
0,6-0,8 x 1,0-3,0 m terdapat dalam bentuk tunggal, berpasangan atau dalam bentuk
dan tidak membentuk spora suhu optimumnya adalah 30C. Kultur yang masih muda
merupakan bakteri gram negatif, sedangkan kultur yang sudah agak tua merupakan
bakteri gram yang bervariasi. Acetobacter dapat mengoksidasi etanol menjadi asam
asetat, juga dapat mengoksidasi asetat dan laktat menjadi CO2 dan H20.
xylinum mampu mensistesis selulosa dari gula yang dikomsumsi. Nata yang dihasilkan
Defenisi nata adalah suatu zat yang menyerupai gel, tidak larut dalam air dan
terbentuk pada permukaan media fermentasi air kelapa dan beberapa sari buah yang
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
masam. Di bawah mikroskop, nata tampak sebagai massa benang yang melilit yang
Jika pH lebih dari 4 atau kurang dari tiga, proses fermentasi tidak akan bisa berjalan
(Warisno, 2004).
2.7. Kitosan
Kitosan adalah turunan kitin yang pertama kali ditemukan pada tahun 1894 oleh
Hoppe Seyler. Proses pendeasetilan yang dilakukan ialah dengan merefluks kitin dalam
yang sangat besar, antara lain penggunaan dalam bidang biomedik dan ditemukan
sangat biokompatibel (Muzzarelli, 1988) yaitu sebagai bahan pembalut luka, material
hemostatik dalam bentuk gel atau spon, bahan penutup luka, dan bahan pembalut luka.
Kitosan ini mempunyai reaktifitas kimia yang baik karena mempunyai sejumlah
gugus hidroksil (OH) dan gugus amin (NH2) ada rantainya. Kebanyakan polisakarida
yang terdapat di alam bersifat netral dan asam seperti selulosa, dekstran, peptin, asam
alginat, agar, agarose, dan carrageenan. Sedangkan kitin dan kitosan adalah contoh
polisakarida yang bersifat basa. Selulosa adalah suatu homopolimer, sedangkan kitin
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Kitosan adalah polimer polisakarida amina yang tersusun oleh unit glukosamin
dan N-asetil glukosamin yang merupakan polimer hidrofilik tidak beracun, cocok
Modifikasi kimia kitin yang paling sering dilakukan adalah deasetilasi dengan
penambahan basa pada kitin, di mana gugus asetamida akan terhidrolisis menghasilkan
gugus amino bebas dan terbentuklah kitosan. Hidrolisis dapat dilakukan dengan
penambahan NaOH 40%, di mana apabila derajat deasetilasi 45-55% bersifat dapat
larut dalam air, sedangkan untuk derajat deasetilsi >60% atau <40% bersifat tidak larut
kandungan abu dalam kitosan adalah kurang dari 0,1%. Perlakuan ini juga
kemudian kitin ditambahkan dengan larutan basa pekat yang panas. Kitosan
dihasilkan melalui rangkaian prosedur seperti gambar di bawah ini yang mencakup
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Cangkang
Prapencucian
Demineralisasi
Pencucian
Deproteinasi
Pencucian
Deasetilasi
Pencucian
Pengeringan
Tabel 2.2 menunjukkan spesifikasi kitosan yang berasal dari cangkang makhluk
hidup.
Tabel 2.2 Spesifikasi Kitosan yang berasal dari cangkang makhluk hidup
Spesifikasi Kadar
Kelembapan 6-10%
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Abu 0.5%
Protein 0.1%
% Deasetilasi 77-83%
Range viskositas 100-800 cps
Densitas bulk 0.2 gr/cc
Klorida 0.5%
Natrium 0.25%
SiO2 400 ppm
Total logam berat <5 ppm
(Colwell dan Sinskey, 1984)
Kitosan merupakan padatan putih yang tidak larut dalam air pada pH netral
sebab amina dalam bentuk yang bebas tidak larut dalam air. Kitosan juga tidak larut
dalam pelarut organik, alkali, dan asam mineral dalam berbagai kondisi. Kitosan larut
dalam asam formiat, asam asetat, dan asam organik lainnya dalam keadaan dipanaskan
sambil diaduk. Kitosan larut dalam asam mineral pekat, apabila dalam kondisi yang
bagus diperoleh dalam bentuk endapan. Namun dengan asam nitrat, kitosan yang
terbentuk adalah kitosan nitrat yang sukar larut. (Manskaya dan Drodzora, 1968).
Kitosan larut baik dalam asam organik encer seperti asam formiat, asam asetat dan
asam sitrat. Pelarut yang paling sering digunakan adalah CH3COOH 1%. Kelarutan
larut dalam HCl 1% tetapi tidak larut dalam asam sulfat dan asam fosfat. Stabilitas
larutan kitosan pada pH di atas 7 adalah rendah akibat dari pengendapan ataupun
pembentukan gel yang terjadi pada range pH alkali. Larutan kitosan membentuk
2005 ). Kitosan mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun , flokulan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
dan koagulan yang baik, mudah membentuk membran atau film dan mempunyai gugus
Sifat yang penting dari kitosan adalah kitosan memiliki muatan positif dalam
larutan asam. Sifat ini disebabkan oleh gugus amina primer dalam molekul kitosan
Chit-NH2+H3O+Chit-NH3++H2O
+ H3O+
+ H2O
OH NH3+
Aktivasi anti mikroba dari kitosan dipengaruhi beberapa faktor, baik intrinsik
maupun ekstrinsik. Kitosan yang memiliki molekul rendah mempunyai aktivitas yang
dibandingkan dengan kitosan yang memiliki proporsi gugus amino terasetilasi lebih
besar, karena peningkatan kelarutan dan densitas muatan yang lebih besar. pH yang
lebih rendah juga meningkatkan aktivitasi mikroba dengan alasan yang sama, faktor
kesamaan juga mempengaruhi organisme target. Temperatur yang lebih tinggi (sekitar
37C) meningkatkan aktivitas anti-mikroba dan faktor matriks dari lingkungannya yang
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
polisakarida dalam penyakit alleviasi (alleviating disease), untuk mencegah penyakit
tergantung kepada jenis kitosan yang digunakan. Jamur dan kapang merupakan
kelompok yang paling terpengaruhi, diikuti dengan bakteri gram positif dan yang
Kitosan tidak terdapat pada jaringan tubuh manusia, tetapi di dalam glikoprotein
didegradasi, non immunogenik dan cocok dengan jaringan tubuh hewan, oleh
medis, seperti kulit buatan dan anti koagulan. Setiap makhluk hidup secara biologis
memiliki fungsi perlindungan tubuh terhadap infeksi penyakit luka, apabila terdapat
luka pada jaringan dapat ditutupi atau dirawat dengan menggunakan membran,
lembaran spons, kapas, bubuk halus, larutan, dan balsem yang terbuat dari kitosan
maupun senyawa turunannya, yang mana pada kulit yang luka, aktivasi kitinase
luka dapat dipercepat karena terhambatnya infeksi oleh mikroba. Beberapa penutup
luka seperti kulit buatan yang berasal dari kitosan telah banyak diproduksi dan dijual
Metode untuk mengobati luka dilakukan menggunakan perban luka untuk kulit
dengan penutup luka yang telah dilapisi dengan bahan antimikroba dan telah terbukti
efektif untuk mengendalikan invasi bakteri melalui matriks yang berpori. Atas dasar
inilah dibuat suatu penutup luka polielektrolit yang dilapisi dengan obat dalam bentuk
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
spons yang terbuat dari kitosan dan sodium alginat dalam mempercepat proses
Penutup luka yang baik dan pas pada tapak luka merupakan pelindung yang
baik terhadap serangan infeksi dari luar. Pada pengobatan modern, memelihara
transdermal aktif kedalam luka, dan memungkinkan tanpa rasa sakit, mudah mengganti
Produk dari kitin yang dikomersialkan diantaranya benang jahit untuk bedah
yang tidak perlu dibuka seusai pembedahan, karena benang tersebut diuraikan oleh
Kegunaan kitosan secara meluas antara lain sebagai membran sistim transfortasi
Gaya tarik antara molekul dapat terjadi apabila muatan positif dan negatif pada
molekul yang berlainan letaknya relatif agak berjauhan. Gaya tarik antar molekul
digolongkan atas:
Elektron senantiasa bergerak pada orbital . Perpindahan elektron dari suatu daerah
ke daerah lainnya menyebabkan suatu molekul yang secara normal bersifat non-
polar menjadi polar sehingga terjadi dipol sesaat. Dipol sesaat pada suatu molekul
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
terjadi gaya tarik-menarik antar molekul yang lemah. Hal ini dikemukakan oleh
Fritz London dari Jerman, sehingga disebut gaya London ( gaya dispersi ).
mempunyai dua ujung yang bermuatan atau dipol. Dalam zat polar, molekul-
dengan ujung (negative) dari molekul didekatnya menghasilkan suatu gaya tarik-
menarik yang disebut gaya tarik-menarik dipol-dipol. Gaya tarik dipol-dipol lebih
kuat dibandingkan gaya London. Gaya dipol-dipol dan gaya London disebut juga
c. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen dapat terjadi antara molekul molekul yang sangat polar dan
mengandung atom hidrogen. Ikatan hidrogen adalah gaya tarik dipol-dipol yang
teristimewa kuat terjadi antara molekul yang mengandung hidrogen yang terikat
pada nitrogen, oksigen dan fluor yang sangat elektronegatif. Atom hidrogen yang
parsial positif dari satu molekul ditarik oleh pasangan electron menyendiri dari
atom suatu molekul lain yang elektronegatif. Tarikan ini disebut ikatan hidrogen.
Atom hidrogen adalah kecil dibandingkan terhadap atom lain dan dapat menempati
suatu kedudukan yang sangat dekat dari elektron menyendiri dari atom elektron
negatif, akibatnya terjadi gaya tarik menarik yang sangat kuat, ikatan hidrogen ini
lebih kuat dari gaya Van der Waals. Itulah sebabnya mengapa zat yang memiliki
ikatan hidrogen mempunyai titik cair dan titik didih yang tinggi. Ikatan idrogen
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1 Bahan-bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari E Merck
yang berderajat pro analisis seperti: urea, pati, dan CH3COOH 25%, kitosan diperoleh
analitik, stirrer, pH meter, cawan penguap, termometer, oven, bunsen, pinset, scanning
electro microscope (SEM), spektroskopi FT-IR dan alat uji tarik (tensilmeter) type SC-
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas, neraca
analitik, stirrer, pH meter, cawan penguap, termometer, oven, bunsen, pinset, scanning
electro microscope (SEM), spektroskopi FT-IR dan alat uji tarik (tensilmeter) type SC-
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3.4 Prosedur Penelitian
Beaker ukuran 250 ml yang telah dilengkap dengan pengaduk magnet, ditambah 10 g
pati, 0.5 g urea dan diaduk hingga homogen. Kemudian diasamkan dengan
mendidih selama 15 menit. Kemudian campuran ini dituang dalam keadaan panas
kedalam wadah fermentasi yang telah di sterilkan dan ditutup. Dibiarkan hingga suhu
8-14 hari pada suhu kamar sambil dilakukan pengamatan pembentukan pelikel,
dalam oven pada suhu 70-80C. Produk yang diperoleh di karakterisasi secara
Beaker ukuran 250 mL yang telah dilengkapi dengan pengaduk magnet, ditambahkan
10 g pati, 0.5 g urea, dan diaduk hingga homogen. Kemudian diasamkan dengan
penambahan CH3COOH 25% hingga pH=4, dan ditambah 0.5 g kitosan dipanaskan
keadaan panas ke dalam wadah fermentasi yang telah disterilkan dan ditutup rapat
Dipermentasikan selama 8-14 hari pada suhu kamar, sambil dilakukan pengamatan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
pembentukan pelikel. Selanjutnya lapisan pelikel yang terbentuk dicuci dengan
aquadest kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 70-80C. Produk yang diperoleh
dikarakterisasi secara spektroskopi FT-IR, foto SEM dan uji tarik. Selanjutnya diulangi
dan 2 g.
Film hasil dari permentasi di potong sedemikian rupa untuk pembuatan sampel.
Selanjutnya di jepit pada tempat sampel, kemudian diletakkan pada alat ke arah
sinar infra merah. Hasilnya akan direkam kedalam kertas berskala berupa aliran
bakteri disepuh dengan emas (coating) dengan alat ion coater selama kurang-
gun melalui bilik pergantian sampel. Kemudian selulosa- kitosan bakteri diset
utama pada posisi ON dan diset detector Accelelerate voltage set, 20 kilo volt.
Filamen pada posisi ON sampel diset sampai didapatkan sampel current yang
tepat yang ditandai dengan munculnya gambar pada osiloskop. Gambar yang
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
c. Analisis uji tarik
Film hasil spesimen dipotong membentuk spesimen untuk pengujian uji tarik.
Film hasil spesimen yang dicetak dibentuk sedemikian rupa menurut bentuk
(Tensile Test). Bentuk sampel uji dibuat sesuai dengan standar pengujian,
10 mm 24 mm
20 mm
60 mm
70 mm
1. Benda uji atau sampel yang telah dipotong sesuai dengan ukuran diletakkan
pada kedua penjepit (grip) yang posisinya tegak lurus pada alat tarik,
2. Saklar mesin lentur dan saklar pencatat grafik dihidupkan. Kecepatan mesin
adalah 50 mm/menit,
3. Dari hasil pengujian mesin uji diperoleh hubungan antara gaya tarik
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3.5 Bagan Penelitian
Media Fermentasi
dituangkan ke dalam wadah
fermentasi dalam keadaan panas
dan ditutup
dibiarkan hingga suhu kamar
ditambahkan 20 mL media starter
Acetobacter xylinum
difermentasikan hingga 12
hari pada suhu kamar, dan diamati
secara kontiniu
Uji
FT-IR SEM
tarik
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3.5.2. Pembuatan Material Selulosa Kitosan Bakteri
Lapisan Filtrat
Pelikel
dicuci dengan akuades
dikeringkan dalam
oven pada suhu 70-80C
Lapisan Tipis
(selulosa- kitosan
bakteri)
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB IV
Dalam media air kelapa yang ditambahkan pati, urea, diaduk hingga homogen
dan diasamkan dengan asam asetat hingga pH = 4, sambil dipanaskan hingga mendidih
masa fermentasi 48 jam mulai terbentuk lapisan tipis yang mengambang pada
permukaan media. Lapisan tipis ini disebut pelikel, yang merupakan selulosa bakteri.
dengan nutrient yang ada pada media. Dalam penelitian ini sumber glukosa adalah pati
yang ditambahkan ke dalam medium air kelapa dalam suasana asam oleh Acetobacter
xylinum diluar sel dihidrolisis menjadi glukosa. Selanjutnya selama fermentasi melalui
dengan bantuan enzim glukokinase, dan kemudian terjadi isomerisasi menjadi glukosa-
enzim UDPG firoposporilase dan pembentukan selulosa diluar sel oleh enzim selulosa
digambarkan pada gambar 4.1, sedangkan reaksinya secara umum digambarkan pada
gambar 4.2.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Glukosa-6-fospat
Glukosa-1-fospat
UDP-Glukosa Selulosa
Dalam medium air kelapa yang dimodifikasi terhadap pati dengan penambahan
kitosan yang bervariasi (0,5 g; 1,0 g; 1,5 g; 2,0 g) setelah ditambahkan starter
yang terapung pada permukaan media setelah 48 jam. Pelikel ini adalah selulosa
kitosan bakteri dan lebih tebal dari hanya menggunakan pati. Selama fermentasi, terjadi
interaksi antara selulosa bakteri dengan kitosan yang dibuktikan melalui pengujian
spektroskopi FT-IR, uji permukaan dengan foto SEM, dan pengujian tarik
menggunakan tensil meter. Interaksi ini secara hipotesis digambarkan pada gambar
4.3 berikut :
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Glukosa selulosa bakteri
dengan gugus OH pada molekul selulosa yang dibuktikan melalui karakterisasi FT-
Spektrum FT-IR selulosa bakteri dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.4 Spektrum FT-IR Selulosa Bakteri
Pada gambar 4.4 menunjukkan spektrum FT-IR selulosa bakteri dengan serapan
menunjukkan adanya gugus -OH dari selulosa; 2930,93 merupakan serapan C-H;
1664,05 menunjukkan adanya gugus fungsi C=O pada rantai ujung dari monomer
C-O-H, yang kesemuanya menunjukkan gugus fungsi dari molekul selulosa bakteri.
Spektrum FT-IR pati dapat dilihat pada gambar 4.5. di bawah ini.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.5 Spektrum FT-IR Pati (Starch)
Pada gambar 4.5 menunjukkan spektrum FT-IR pati dengan serapan puncak-
puncak bilangan gelombang (cm-1): 3447,53 yang menunjukkan adanya gugus -OH;
C=O aldehid pada ujung monomer; 1425,14 - 1373,43 menunjukkan adanya gugus
C-O-H bengkok; 1161,01 1082,78 menunjukkan adanya gugus C-O-C eter; dan
bilangan gelombang 989,4 858,3 cm-1 menunjukkan adanya ikatan yang CH2 yang
kesemuanya menggambarkan gugus fungsi yang ditemukan pada struktur molekul dari
pati.
Spektrum FT-IR selulosa murni dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.6 Spektrum FT-IR Selulosa Murni
Pada gambar 4.6 menunjukkan spektrum FT-IR selulosa dengan serapan puncak-
puncak bilangan gelombang (cm-1): 3382,9 yang menunjukkan adanya gugus OH;
2904,6 merupakan serapan C-H; 1164,9 menunjukkan adanya serapan dari ikatan C-
O-C dari bentuk glikosida; 1033,8 menunjukkan adanya rentangan C-O gugus
hidroksil pada unit anhidroglukosa; dan bilangan gelombang 898,8 cm-1 khas untuk
piranosa yang kesemuanya menunjukkan gambaran gugus fungsi yang terdapat pada
molekul selulosa. Lebih jauh telah dibuktikan bahwa yang terbentuk dari hasil
fermentasi bukan amilum melalui pengujian terhadap larutan selulosa bakteri dengan
penambahan larutan Iodin (KI + I2) tidak membentuk warna biru, seperti halnya
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Spektrum FT-IR kitosan dapat dilihat pada gambar 4.7 di bawah ini.
Pada gambar 4.7 menunjukkan spektrum FT-IR kitosan dengan serapan puncak-
puncak bilangan gelombang (cm-1): 3386,8 yang menunjukkan adanya gugus OH, -
adanya gugus N-H amina primer dan gugus NH2. Dari spektrum ini menunjukkan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.8 Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (0,5 g kitosan)
gelombang (cm-1): 3375,58 yang menunjukkan adanya gugus -OH dari selulosa, NH2;
2927,75 menunjukkan adanya C-H ; 1655,10 menunjukkan adanya gugus C=O khas
amida dari N-asetil glukosamin dan bilangan gelombang 1021 cm-1 menunjukkan
Dari data spektrum ini menunjukkan terjadi interaksi antara selulosa bakteri
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.9 Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (1 g kitosan)
bilangan gelombang (cm-1): 3405,00 yang menunjukkan adanya gugus -OH dari
selulosa, gugus - NH2 - dari glukosamin dan - NH - Amida dari N-asetil glukosamin;
2928,95 merupakan serapan C-H; 1655,20 menunjukkan adanya gugus C=O khas
amida; 1021,74 menunjukkan adanya cincin piranosa dari ikatan glikosida. Dari
spektrum ini menunjukkan bahwa material tersebut merupakan interaksi antara selulosa
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.10 Spektrum FT-IR Meterial Selulosa-Kitosan Bakteri (1,5 g kitosan)
(cm-1) : 3402,70 yang menunjukkan adanya gugus -OH dari selulosa, gugus -NH2 dari
glukosamin dan NH- amida dari N- asetil glukosamin saling bertumpang tindih;
2928,11 menunjukkan adanya serapan C-H; 1655,2 menunjukkan adanya gugus C=O
spektrum ini menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara selulosa bakteri dengan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.11 Spektrum FT-IR Material Selulosa-Kitosan Bakteri (2,0 g kitosan)
gelombang (cm-1): 3414,92 yang menunjukkan adanya gugus -OH dari selulosa,
gugus -NH2 dari glukosamin dan -NH- dari N-asetil glukosamin yang saling tumpang
tindih; 2926,8 menunjukkan adanya serapan khas C-H; dan bilangan gelombang
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
1655,39 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O dari amida. Dari spektrum ini
material. Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.12 berikut menunjukkan
Pada gambar 4.12 foto SEM selulosa bakteri dengan perbesaran 400 kali,
menunjukkan morfologi permukaan dari selulosa bakteri tidak merata dan membentuk
kerutan-kerutan.
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.13 berikut menunjukkan bentuk
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.13 Foto SEM Pati
Gambar 4.13 menunjukkan foto SEM dari pati sebagai bahan awal dari pembuatan
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.14 berikut menunjukkan bentuk
Gambar 4.14 menunjukkan foto SEM dari selulosa murni yang memberikan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.15 berikut menunjukkan bentuk
Pada gambar 4.15. foto SEM kitosan menunjukkan morfologi permukaan yang
halus.
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.16 berikut menunjukkan bentuk
permukaan dari selulosa kitosan bakteri dari media dengan penambahan sebanyak 0,5
g kitosan.
rongga-rongga dari selulosa bakteri telah diisi oleh kitosan, memberikan dukungan
bahwa terjadi interaksi antara selulosa bakteri dengan kitosan dalam pembentukan
material tersebut.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.17 berikut menunjukkan bentuk
permukaan dari selulosa kitosan bakteri dari media dengan penambahan sebanyak 1,0
g kitosan.
Pada gambar 4.17 foto SEM selulosa kitosan bakteri dengan penambahan 1 g
kitosan dengan perbesaran 400 kali menunjukkan morfologi permukaan yang kurang
kitosan
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.18 berikut menunjukkan bentuk
permukaan dari selulosa kitosan bakteri dari media dengan penambahan sebanyak 1,5
g kitosan.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 4.18 Foto SEM Selulosa Kitosan Bakteri (1,5 g kitosan)
Pada gambar 4.18 foto SEM selulosa kitosan bakteri dengan penambahan 1,5
g kitosan, perbesaran 400 kali menunjukkan morfologi permukaan yang kurang merata
Hasil analisis pemeriksaan foto SEM gambar 4.19 berikut menunjukkan bentuk
permukaan dari selulosa kitosan bakteri dari media dengan penambahan sebanyak 2,0
g kitosan.
Pada gambar 4.19 foto SEM selulosa-kitosan bakteri dengan penambahan 2,0 g
kitosan, perbesaran 400 kali menunjukkan morfologi permukaan yang halus, tetapi
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Dari foto SEM ini menunjukkan bahwa dengan penambahan 0,5 g kitosan
sudah cukup baik untuk menghasilkan material selulosa kitosan bakteri dengan
Uji kekuatan tarik selulosa bakteri dan selulosa-kitosan bakteri dilakukan pada
suhu kamar dengan berat beban 2000 kgf. Kekuatan tarik selulosa bakteri dan selulosa-
kitosan bakteri dapat diketahui dari nilai load dan stroke serta (%) elongation yang
dimilikinya (kurva load vs stroke selulosa kitosan bakteri pada lampiran 1, dan contoh
perhitungan untuk mendapatkan nilai kekuatan tarik dan nilai regangan maksimum
pada lampiran 2). Data pengukuran uji tarik seperti pada tabel 4.1.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Tarik
1. Untuk hasil pengujian tarik, dari selulosa bakteri yang di buat tanpa kitosan,
tegangan maksimun sebesar 9,72 MPa dan regangan maksimum sebesar 4%.
2. Untuk hasil pengujian tarik, pada material selulosa kitosan bakteri dengan
penambahan 0,5 g kitosan, tegangan maksimum sebesar 6,86 MPa dan regangan
MPa dan regangan maksimum 1%. Dengan penambahan 1,5,g kitosan, tegangan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
3. Dari data di atas bahwa untuk uji tarik selulosa bakteri tanpa penambahan
kitosan lebih besar nilainya dari pada material selulosa kitosan bakteri.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Dalam medium air kelapa dengan penambahan pati dan kitosan dengan
2. Dalam medium air kelapa dengan penambahan pati, urea dan dimodifikasi dengan
sebanyak 0,5 g kitosan, tegangan maksimum sebesar 6,86 MPa dan regangan
maksimum 2%. Uji tarik dari material selulosa-kitosan bakteri dengan penambahan
sebanyak 0,5 g kitosan lebih besar nilainya dari pada material selulosa-kitosan
5.2. Saran
sebaiknya di uji secara medis, sehingga produk yang dihasilkan dapat digunakan dalam
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1976. The Merck Index. Ninth Edition. Merck and Co.Inc., New Jersey.
Banwart, G.K. 1981. Basic Food Microbiology. Van Nonstrand Reinhold Company,
New York.
Bergenia H.A., 1982. Reserve osmosis of coconut water through cellulose acetat
membrane, Proceedings of the second ASEAN workshop Membrane
Technology.
Colwell, .R., Pariser, E.R., dan Sinskey, A.J. 1984. Biotechnology of Marine
Polysaccharides. Third Edition. Massachusetts Institute of
Technology, Washington.
Duffresne, A., Jean-Yves CavaiLLe and William Helbert 1996. New Nano
Composites Material, Micro Crystaline Starch Reinforced Thermoplastic
Macromelecules, 29, 7624-7626, Elsevier Science, England.
Fessenden.R.J dan Fessenden.J.S. 1986. Kimia Organik. Edisi ketiga. Jilid kedua.
Erlangga. Jakarta.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Department of Chemical and Process Engineering University of Canterbury.
Hart, H., Craine, L.E., and Hart, D.J. 2003. Kimia Organik. Edisi Kesebelas.
Erlangga, Jakarta.
Hosokawa, J., Nishiyama, M., Yoshihara, K., and Kubo, T. 1990. Biodegrable Film
Derived from Chitosan and Homogenized Cellulose. Ind.Eng.chem.Res Volume
29: p. 800-805, Japan.
Kumar, M.N.V.R. 2000. Review of Chitin and Chitosan Application. Reactive &
Functional Polymers. Volume 46: p. 1-27, Pergamen Press, Oxford.
Muzzarelli, R.A., Ch. Jeuniawe, Gooday, G.W. 1986. Chitin and Nature and
Technology. Plennum Press, New York.
Palunkun, Ronny, 1992 Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebak Swadaya, Jakarta.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Rhoades, J., Rastall, B. Chitosan as an Antimicrobial Agent. Ingredients & Additivies,
Food Technology International: hal. 32-33.
Salunkhe, D.K. dan Desai, B.B. 1984. Postharvest Biotechnology of Fruits. Volume II.
CRC Press, Inc., Florida.
Silverstein, R.M., Bassler, G.C. dan Moill, T.C., 1981. Spectrometric Identification of
Organic Compounds. Fourth Edition. Jhon Wiley & Sons, USA.
Tunner, D.T, Pharm, J, 1979, volume 222, p. 421-422, CRC Press, Inc., Florida.
Warisno, 2004. Mudah & Praktis Membuat Nata de Coco. Cetakan kedua.
Agromedia Pustaka, Depok.
Warrand, J., 2006. Healthy Polysaccharides The Next Chapter in Food Product. Food
Technol. Biotechnol. Volume 44(3): p. 355-370,
Whistler Roy L, BeMiller James N, and Paschall Eugene F., 2nd Edn, 1984. Starch
Chemistry and Technology, Academic Press Inc, New York.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
(b) Selulosa bakterial dari 100 mL air kelapa + 10 g pati + 0.5 g kitosan
(c) Selulosa bakterial dari 100 mL air kelapa + 10 g pati + 1.0 g kitosan
(d) Selulosa bakterial dari 100 mL air kelapa + 10 g pati + 1.5 g kitosan
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008
Lampiran 2: Perhitungan Mendapatkan Nilai Kekuatan Tarik dan Nilai
Regangan Maksimum
l
Regangan maks: = ------------ x 100%
L
2
= -------------- x 100%
50
=4%
Dengan cara yang sama dapat ditentukan nilai kekuatan tarik dan regangan
maksimum untuk masing-masing percobaan berikutnya.
Lisbeth Tampubolon: Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri Dalam medium Air Kelapa Dengan Penambahan Pati
Dan Kitosan Menggunakan Acetobater-Xylinum, 2008.
USU e-Repository 2008