Anda di halaman 1dari 12

Dilakukan secara Autoanamnesis

Keluhan Utama : Telinga terasa penuh


Riwayat Penyakit Sekarang :

Ny. N datang dengan keluhan telinga terasa penuh sejak 1 minggu sebelum datang
ke poli RSUD Tais. Telinga dirasakan penuh pada kedua telinga, awalnya pasien memang
sering mengorek telinganya setiap habis mandi pagi, kemudian lama kelamaan pasien merasa
telinganya penuh sehingga terasa tidak dapat mendengar dengan jelas dan telinga juga
dirasakan gatal. Kemudian 1 hari sebelumnya pasien merasa nyeri saat menekan bagian luar
telinga kanan dan kiri. Riwayat mengorek telinga dengan cotton buds (+), riwayat keluar cairan
telinga disangkal, telinga berdenging disangkal. Riwwayat alergi disangkal.
Riwayat Pengobatan :

Pasien belum pernah berobat ke dokter THT

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami keluhan diatas

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien

I. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital :

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 82 x/menit, kuat angkat, isi dan tegangan cukup, reguler

- Pernapasan : 20 x/menit, reguler

- suhu : 36,3 0C (aksial)

Kepala dan wajah :

1
- Kepala : normocefali

- Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-

- Telinga : hiperemis-/-, sekret -/-, serumen +/+ berwarna cokelat, berbau


-/-, membran timpani tertutup serumen/tertutup serumen, sikatrik -/- nyeri
tekan tragus +/+

- Hidung : septum nasi di tengah, hiperemis -/-, secret-/-

- Mulut : palatum dan mukosa normal

- Bibir : basah

Thoraks :

o Cor dan Pulmo


o Inspeksi : Simetris kanan dan kiri

o Palpasi : SF kanan = kiri

o Perkusi : sonor

o Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, ronki -/- basal, wheezing -/-,

BJ I > II reguler, murmur (-) , gallop (-)

Abdomen :

o Inspeksi : Rata

o Palpasi : Hepar dan limfa tidak teraba membesar

o Perkusi : timpani

o Auskultasi : Bising usus normal

Ekstremitas : Edema Pretibial -/- inferior, sianosis -/-

II. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (-)

2
Pemeriksaan Radiologi (-)

III. Diagnosis kerja


Cerumen prop AD/S

IV. PENATALAKSANAAN

Irigasi serumen

Otilon 4 dd 4 gtt AD/S

V. PROGNOSIS

AD VITAM : DUBIA AD BONAM

AD FUNGSIONAM : DUBIA AD BONAM

AD SANATIONAM : DUBIA AD BONAM

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TELINGA

Telinga luar (AURIS EKSTERNA)

Telinga luar terdiri atas daun telinga dan liang telinga

1. DAUN TELINGA (AURICULA)


Telinga luar atau auris eksterna terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Aurikulum = daun telinga = pina
Berbentuk pipih dan berlekuk, tersusun atas kerangkan tulang rawan (kartilago)
kecuali pada lobulus, diliputi oleh kulit yang melekat pada perikondrium.
Pada proses mendengar daun telinga ini berfungsi untuk menangkap dan
mengumpulkan glombang bunyi serta menentukan arah sumber bunyi (pada binatang
aurikulum ini dapat digerakan).

3
2. Liang telinga luar = CANALIS AUDITORIUS EKSTERNUS
Terdiri atas:
a. Meatus akustikus eksternus ( lubang )
b. Canalis auditorius eksternus ( saluran ), terbagi menjadi:
1/3 lateral = pars kartilago = cartilago auricula, lapisan kulit ( folikel rambut, kel.
Sebasea, kel. Sudorifera, kel. Ceruminosa )
2/3 medial = pars oseus, kulit / mukosa, folikel rambut, kelenjar, melekat erat pada
tulang, infeksi selulitis gejala hebat. Berbentuk seperti tabung dengan penampang 0,5
cm dan panjang 2,5-3 cm.

Pada proses mendengar memiliki fungsi untuk melanjutkan gelombang suara dan
meresonansi bunyi + 12-15 dB.

Telinga Tengah

Sebagai batas antara telinga luar dan telinga tengah dibatasi oleh membran yang disebut
dengan membrana tympani.

1. Membran tympani

Merupakan sutu selaput yang berwarna putih seperti mutiara, berbentuk oval-kerucut, terdri
dari:

- Pars flasida (2 lapis): terdiri atas stratum kutaneum dan stratum mukosum

- Pars tensa (3 lapis): terdiri atas stratum kutaneum, stratum fibrosum, dan stratum mukosum

4
2. Kavum Timpani

Kavum timpani merupakan bangunan yang berbentuk kubus yang tak teratur, terletak antara
telinga tengah dan telinga dalam. Cavum timpani terdiri atas 3 bagian:

a. Epitimpanum; merupakan cavum timpani bagian atas yang berhubungan dengan antrum
dengan aditus ad antrum

b. Mesotimpanum; merupakan cavum timpani bagian tengah

c. Hipotimpanum; merupakan cavum timpani bagian bawah yang berhubungan dengan tuba
eustachius

Pembagian secara fisiologi:

a. Timpani anterior, terdiri dari: mesotimpani, hipotimpani, tuba auditiva

b. Timpani posterior, terdiri dari: retrotimpani ( antrum dan selula)


Cavum timpani berisi:

- Osikula: Maleus, Inkus, Stapes

- Muskulus: muskulus temsor timpani, stapedius

- Lain-lain: ligamen, saraf (korda timpani)

Pada proses mendengar:

- Membran timpani dan osikula memperkuat gelombang bunyi sekitar 25-30 kali. Sedangkan
muskulus stapedius dan muskulus tensor timpani mengurangi gelmbang bunyi yang
berlebihan.

5
3. Tuba Eustachius

Menghibungkan cavum timpani dengan nasofaring. Terdiri dari 2 bagian, yaitu:

a. Pars osseus : 1/3 bagian lateral ( panjang 12 mm ) selalu terbuka

b. Pars cartilaginosa / pars membranacea: 2/3 bagian medial , selalu tertutup.

Tuba pada anak lebih pendek, lebih lebar, dan lebih horisontal. Oleh karena itu anak sering
mengalami otitis media akut karena kuman mudah masuk. Berfungsi:

- Drainase

- Ventilasi (pertahankan tekanan udara dan oksigenasi

4. Antrum dan sel-sel mastoid

- Berhubungan dengan cavum timpani melalui aditus ad antrum.

- Dibentuk oleh pars squamosa dan pars petrosa, dimana melekat m. Sternokleidomastoideus
dan m. Digastricus venter posterior

- Mengandung rongga udara yang disebut selluale, yang juga berhubungan dengan antrum

- Antrum sudah ada sejak kecil sedang selula terbentuk sejak kehidupan tahun-tahun pertama
sampai tahun ke 5 atau ke 6

- Radang di cavum timpani dapat menyebabkan radang di antrum mastoidea disebut


mastoiditis.

Telinga Dalam = Auris Interna = Labirin

Telinga dalam terdiri atas 2 bagian:


Terdiri dari 2 bagian:
1. Tulang = labirin osseus
2. Membran = labirin membranaceus
Labirin membranaseus terdapat didalam labirin osseus, diantara keduanya terdapat
perilimphe, sedang didalam labirin membranaseus terdapat endolimphe.

6
A. Labirin Osseus

Terdiri dari:

1. Cochlea, seperti rumah siput terletak didepan, berupa bangunan 2,5 lingkaran

2. Canalis semisirkularis:

- Canalis semisirklaris horisontalis / lateralis

- Canalis semisirkularis superior / anterior

- Canalis semisirkulais inferior / posterior

B. Labirin membranaceus

Terdapat diadalam labirin osseus dengan pemisah perilimphe yang berisi endolimpe. Terdiri
dari:
1. Duktus cochlearis: di dalam cochlea fungsi pendengaran: n. Cochlearis

2. Saculus dan utriculus : didalam vestibulum

a. Saculus

Bentuk: globoid, lebih besar utriculus

Letak: depan bawah

Terdapat daerah sensoris maculi saculi, terdiri dari:

1. sel-sel reseptor

2. sel-sel penyokong

3. membrane basilaris beraksi terhadap gerakan ventrikel

7
b. Utriculus

Bentuk ovoid

Letak belakang atas

Terdapat daerah sensoris makuli utriculus, terdiri dari:

- Sel-sel reseptor

- Sel-sel penyokong

- Membrane basilaris

Bereaksi terhadap gerakan horizontal, linier

3. Duktus semisirkularis : di dalam kanalis semisirkularis pada membrana basilaris terdapat


organon corti dengan bangunan:

- Pilar dalam dan pilar luar yang membentuk tunel of corti

- Sel-sel rambut dalam 1 deret keluar 3-4 deret

- Sel-sel penyokong: el deiters, sel hansen, claudies dan membrane tektoria.

Duktus semisirkularis

Terdapat 3 ampula, yaitu:

- Ampula romb. Anterior

- Ampula romb. Lateral

- Ampula romb. Posterior

Pada proses mendengar; organ corti merupakan reseptor pendengaran rangsang bunyi
(mekanik) diubah menjadi listrik.

8
B. Pengertian

Serumen adalah hasil produksi kelenjar seromusinosa yang terdapat di liang telinga
luar, yang berguna untuk melicinan dinding liang telinga, dan mencegah masuknya serangga
kecil ke liang telinga.

Serumen adalah hasil sekresi kelenjar sebasea, kelenjar cerumeninosa dan proses deskuamasi
epitel pada bagian kartilaginea kanalis auditorius eksternus. Produksi cerumen pada dasarnya
sebuah konsekuensi yang timbul dari anatomi lokal yang unik. Kanalis auditorius adalah
satu-satunya cul-de-sac dari stratum korneum dalam tubuh. Oleh karena itu, erosi fisik tidak
dapat secara rutin menghapus stratum korneum dalam saluran pendengaran. Ada dua jenis
serumen yaitu jenis kering berwarna kekuning-kuningan atau abu-abu, rapuh atau keras dan
jenis basah berwarna coklat, licin, lengket dan dapat berubah warna menjadi gelap bila
terpapar udara bebas (Hawke, 2002)

Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang telinga,


sehingga menyumbat antara lain ialah:

1. Dermatitis kronis liang telinga luar

2. Liang telinga sempit

3. Produksi serumen banyak dan kental

4. Adanya benda asing di liang telinga

5. Adanya eksostosis (pertumbuhan jinak dari permukaan tulang) liang telinga

6. Serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi, atau kebiasaan
mengorek telinga.

Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat, sehingga
pendengaran berkurang. Rasa nyeri dapat timbul apabila serumen keras membatu, dan
menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung (tinitus) dan pusing dapat timbul apabila
serumen telah menekan membran timpani, terkadang dapat disertai batuk, oleh karena
rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.

9
Penatalaksanaan
a. Serumen yang masih lunak, dapat dibersihkan dengan kapas yang dililitkan oleh aplikator
(pelilit).

b. Serumen yang sudah agak mengeras dikait dan dibersihkan dengan alat pengait.

c. Serumen yang lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga mendekati mebran timpani,
dapat dikeluarkan dengan mengirigasi liang telinga (spooling).

d. Serumen yang telah keras membatu, harus dilembekkan terlebih dahulu dengan karbol
gliserin 10 %, 3 kali 3 tetes sehari, selama 2-5 hari (tergantung keperluan), setelah itu
dibersihkan dengan alat pengait atau diirigasi (spooling).

Teknik Irigasi Liang Telinga

Dalam melakukan tindakan irigasi liang telinga (spooling) ada beberapa hal yang harus
diketahui dan diperhatikan oleh tenaga medis sebelum melakukan tindakan tersebut, antara
lain :

Pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture gendang telinga,
seperti riwayat congekan (OMSK), maupun riwayat trauma gendang telinga.

Pasien tidak sedang mengalami sakit telinga luar (otitis eksterna).


Prosedur Tindakan Spooling (Irigasi) telinga adalah :

10
A. Persiapan Alat :

1. Alat Spooling atau Spuit 20 cc.

2. Kom berisi air hangat kuku secukupnya.

3. Bak Bengkok untuk menampung kotoran telinga.

4. Handuk sebagai alas pelindung .

5. Sarung tangan disposable.

6. Otoscope

7. Cotton bud secukupnya.

8. Cairan NaCl hangat atau air hangat.

9. Cairan H2O2 3 % dalam tempatnya.

B. Persiapan pasien :

1. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan (inform consent), dan
minta kepada pasien agar bersikap kooperatif.

2. Posisikan pasien dengan terlentang dan kepala miring ke sisi berlawanan dengan telinga
yang akan dibersihkan.

3. Tindakan

a. Tetesi telinga pasien dengan H2O2 3 % (jika masih ada yang keras), tunggu sampai
kotoran hancur atau larut kira-kira 10 15 menit.

b. Tempatkan bak bengkok dibawah telinga yang dibersihkan, dan beri alas handuk untuk
mencegah tetesan air mengenai pasien.

c. Perintahkan pasien agar bangun dan duduk tegak

d. Semprot telinga pasien dengan Cairan NaCl hangat secara perlahan sampai telinga bersih.

11
e. Eksplorasi dengan otoscope.

DAFTAR PUSTAKA

1. Iskandar, H. Nurbaiti. Sumbatan Seruman. Dalam: Soepardi, dr. Efiaty Arsyad; Hadjzt, dr.
Fachri; Iskandar, prof. dr. Nurbaiti (editor). Penatalaksanaan penyakit dan kelainan Telinga
Hidung Tenggorok. Edisi ketiga. Jakarta, Balai penerbit FKUI, 2003: 33-34.

2. Buku ajar ilmu kesehatan THT FKUI

3. Slide kuliah dr. Sri Soekesi H., Sp.THT

4. Gray's Anatomi for student

12

Anda mungkin juga menyukai