Youth Culture Toward The 21st Century
Youth Culture Toward The 21st Century
29 JULI
1998
YOUTH CULTURE TOWARD THE 21st CENTURY
PDT. JOSHUA LIE, S.Th.
Masa Transisi
Di dalam sepanjang yang Alkitab nyatakan kepada
kita, beberapa kali Tuhan memimpin umat Israel
melalui masa yang boleh disebut sebagai masa
transisi. Masa transisi adalah suatu masa yang sukar,
masa yang memerlukan kesungguhan hati untuk
melaluinya, Masa transisi adalah masa dimana kita
perlu memahami kehendak Tuhan, sehingga kita
tidak sekedar diarahkan oleh masa dan jaman itu,
tetapi kita boleh dipakai Tuhan untuk memimpin
dalam masa transisi itu menuju ke tempat yang
Tuhan kehendaki.
Transisi Pertama
Di dalam perjalanan sejarahnya, umat Israel berasal
dari satu keluarga (Abraham) yang
kemudian mau dipimpin oleh Tuhan menjadi satu
bangsa yang besar. Ini satu masa transisi yang tidak
mudah. Bagaimana mungkin dari satu keluarga yang
berpindah-pindah (nomaden), Tuhan pimpin untuk
menjadi satu bangsa? Maka Tuhan Allah
membangkitkan seorang yang bernama Yusuf untuk
memimpin transisi yang sukar ini. Tuhan memimpin
Yusuf untuk pergi terlebih dahulu ke Mesir. Di Mesir,
Yusuf dipakai Tuhan menjadi seorang yang penting.
Maka lahirlah satu bangsa, Israel, yang dalam
kelahirannya ini boleh kita pakai istilah "dari dalam
rahim negara Mesir".
Dari satu keluarga, sebelum dilahirkan menjadi satu
bangsa, perlu dipelihara, dikandung terlebih dahulu.
Dalam proses itu, Tuhan Allah memakai seorang
yang bernama Yusuf untuk memimpin masa yang
sukar itu. Yusuf dibentuk Tuhan, dari seorang anak
yang dicintai ayahnya, menuju ke penjara, kepada
hidup yang tidak berpengharapan, sampai akhirnya
dipakai Tuhan di negara yang besar pada waktu itu,
yaitu Mesir. Inilah transisi pertama.
Transisi Kedua.
Setelah Israel menjadi satu bangsa, maka Israel
dipersiapkan Tuhan untuk menjadi satu kingdom
atau kerajaan. Dari satu bangsa mau dijadikan satu
kerajaan, juga merupakan masa yang sukar, masa
transisi yang sulit sekali. Di dalam masa transisi
yang sukar itu, Tuhan membangkitkan seorang yang
bernama Samuel. Dari satu bangsa yang diakhiri
dengan masa hakim-hakim, masa yang paling rumit,
paling mengerikan. Masa dimana setiap orang boleh
melakukan apa yang dipandangnya baik; Kalau dia
anggap membunuh orang itu baik, maka dia
kerjakan itu; Kalau dia mau berbuat apa yang
dianggap baik, dia kerjakan itu. Masa hakim-hakim
adalah masa yang paling rumit, paling mengerikan,
di dalam sejarah Israel.
Dari keadaan yang seperti itu, mau dipimpin menuju
kepada satu kerajaan yang teratur, yang tertib, yang
ada rajanya, yang memimpin, mengelola satu
kerajaan,... Itu masa yang tidak mudah. Dan Tuhan
mempersiapkan Samuel untuk melewati masa yang
sukar itu.
Transisi Berikutnya
Kemudian muncul lagi masa transisi sukar yang
berikutnya, yaitu Israel dari satu kerajaan yang
merdeka, yang besar dan hebat, sekarang
ditaklukkan oleh Babel.
Mereka dibuang ke Babel. Ini cara penghancuran
satu bangsa yang paling mengerikan. Kalau Israel
hanya ditawan oleh Babel di tempatnya sendiri, itu
sudah mengerikan. Tetapi belum seberapa, karena
itu berarti Israel masih ingat bahwa mereka berada
di tanahnya sendiri, berada di rumahnya sendiri.
Israel akan dapat mempertahankan identitasnya.
Namun Israel dibuang ke Babel, itu dilakukan supaya
Israel lupa siapa dirinya, sehingga boleh menjadi
Babel; supaya Israel lupa bahwa mereka adalah
umat Allah.
Pertanyaan I:
Berapa lama lagi engkau berduka cita karena Saul ?
Bukankah ia telah Ku-tolak sebagai raja atas Israel?
Sebagai orang yang dipersiapkan Tuhan untuk
memimpin masa yang sukar itu menuju masa yang
berikutnya, Samuel mengalami kegentaran yang
dahsyat, kekacauan, kebingungan, serta
kedukacitaan. Pertanyaan Tuhan yang pertama: Mau
berapa lama lagi engkau berduka cita karena Saul?
Seorang yang mau dipakai Tuhan melewati setting
culture yang berubah dahsyat ini, harus mendengar
suara Tuhan bertanya pertanyaan pertama ini.
Maksudnya adalah: Hai Samuel, berapa lama lagi
segala perasaanmu, pergumulanmu, kekuatanmu,
hanya diikat oleh problema yang baru kau hadapi,
yaitu problema Saul? Kalau perasaanmu, tenagamu,
kekuasaanmu sudah habis diikat oleh problema Saul,
bagaimana engkau bisa memimpin umat Allah
menuju ke satu era yang baru? Mengapa engkau
berduka cita karena Saul? Samuel menjawab:
Mengapa tidak boleh berduka cita, Tuhan? Karena
memang Saul sudah Ku-tolak sebagai raja! Yang
ditolak Tuhan harus kita tolak. Yang diterima Tuhan,
tidak boleh kita tolak. Kalau engkau berduka cita
karena Saul, berarti engkau tidak setuju kepada
kehendak Tuhan! Berarti engkau menangis berduka
cita karena kehendak Tuhan mau dijalankan. Lucu
sekali, bukan? Itulah sebabnya tadi saya katakan,
berapa banyak problema-problema di pemuda, di
remaja, di hidup kita sehari-hari, di masyarakat, itu
hanya agenda-agenda dunia yang berdosa yang kita
ambil, kita lekatkan menjadi problema kita, sehingga
kita tidak bisa berdaya lagi berjalan, taat kepada
Tuhan, mengerjakan pekerjaan yang lebih besar,
karena terikat oleh problema-problema yang dibuat
oleh dunia yang berdosa.
Berapa lama lagi engkau berduka cita karena Saul?