09 - SE - M - 2015 Pedoman Pelaksanaan Struktur Jembatan Beruji Kabel PDF
09 - SE - M - 2015 Pedoman Pelaksanaan Struktur Jembatan Beruji Kabel PDF
PEDOMAN
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
i
6.3 Optimasi dan penyesuaian (adjustment) ..................................................................... 28
6.4 Komponen utama kontrol konstruksi ........................................................................... 28
6.5 Tingkat ketelitian dari kontrol konstruksi ...................................................................... 29
6.6 Persyaratan umum pelaksanaan kontrol konstruksi .................................................... 29
7 Instrumen dan peralatan ................................................................................................ 30
8 Prosedur keselamatan kerja........................................................................................... 30
8.1 Kontrol kualitas ........................................................................................................... 30
8.2 Peralatan keselamatan................................................................................................ 31
9 Pengujian sebelum jembatan beroperasi ....................................................................... 31
Lampiran A (informatif) Contoh kasus .................................................................................. 32
Gambar 1 - Konstruksi menara dengan tower crane dan creeper crane ................................ 5
Gambar 2 - Konstruksi menara dengan truck crane ............................................................... 6
Gambar 3 - Konstruksi menara dengan uplift machine........................................................... 6
Gambar 4 - Staging method ................................................................................................... 7
Gambar 5 - Metode kombinasi kantilever dan staging (one-side pushing method)................. 8
Gambar 6 - Metode balancing................................................................................................ 8
Gambar 7 - Mengangkat langsung kabel dengan alat yang dipasang pada puncak menara .. 9
Gambar 8 - Menarik kabel utama sepanjang catwalk ........................................................... 10
Gambar 9 - Metode memasang dan menarik kabel dengan penyangga .............................. 11
Gambar 10 - Metode memasang dan menarik kabel dengan penyangga ............................ 11
Gambar 11 - Metode penarikan kabel dengan dongkrak ...................................................... 12
Gambar 12 - Metode mengangkat ujung gelagar menggunakan false cable ........................ 12
Gambar 13 - Metode mendongkrak saddle pada kepala menara ......................................... 13
Gambar 14 - Metode pemasangan gelagar .......................................................................... 13
Gambar 15 - Metode pengangkatan gelagar untuk menarik kabel ....................................... 14
Gambar 16 - Sistem pengendalian selama konstruksi ......................................................... 15
Gambar 17 - Contoh lokasi titik-titik bench mark pada menara ............................................ 18
Gambar 18 - Contoh lokasi titik-titik kontrol elevasi gelagar ................................................. 19
Gambar 19 - Contoh lokasi titik-titik kontrol deviasi pada menara ........................................ 20
Gambar 20 - Contoh arah memanjang lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada
girder ............................................................................................................... 23
Gambar 21 - Contoh arah melintang lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada
girder ............................................................................................................... 23
Gambar 22 - Contoh lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada cross beam .......... 24
Gambar 23 - Contoh lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada cross beam .......... 24
Gambar 24 - Contoh lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada pelat lantai ........... 25
Gambar 25 - Contoh lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada menara ................ 26
ii
Prakata
Pedoman pelaksanaan jembatan beruji kabel disusun berdasarkan atas proses perencanaan
dan pembangunan jembatan uji coba beruji kabel kabel Jembatan Palibaja Sukabumi,
sehingga panduan ini hanya berlaku untuk proyek dengan tingkat kompleksitas yang setara.
Umumnya untuk jembatan beruji kabel dengan panjang bentang 300 - 600 m dan lebar jalur
kendaraan 3 - 7 m.
Pedoman ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan
Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan 91-01/S2 melalui
Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) No. 08:2007
dan dibahas dalam forum rapat konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 12
September 2012 di Bandung, dengan melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga
terkait.
iii
Pendahuluan
Jembatan beruji menjadi alternatif dalam pembangunan jembatan bentang panjang. Ruji
kabel adalah kabel eksternal dengan dwi fungsi. Ruji kabel berfungsi sebagai perancah
dalam pemasangan gelagar lantai dengan sistem kantilever bertahap dan sebagai
perletakan elastis/pegas atau pilar antara dalam struktur akhir. Bentang yang dicapai dengan
sistem beruji kabel adalah empat kali bentang gelagar sederhana bila dimensi dipertahankan
sama.
Konfigurasi kabel menghubungkan gelagar pada puncak menara sehingga terjadi
keseimbangan gaya dalam poligon segitiga. Menara dibuat tunggal, ganda atau triple
dengan bentangan gelagar lantai yang simetris atau antimetris. Ketinggian menara sangat
memengaruhi dimensi struktur secara keseluruhan dan juga dibatasi oleh ruang bebas
vertikal, misalnya pada lokasi yang berdekatan bandar udara.
Konstruksi dan desain jembatan beruji kabel mempunyai hubungan yang sangat erat.
Banyak faktor seperti teknik konstruksi, mutu material, proses konstruksi, temperatur
lingkungan, tahapan instalasi, dan gaya pada kabel yang mempunyai dampak secara
langsung pada kekuatan dan keselarasan jembatan. Terdapat perbedaan antara parameter
perencanaan dan kondisi nyata di lapangan dan, karena itu, data lapangan sangat
diperlukan. Setelah data di lapangan dianalisis, data lapangan tersebut dapat digunakan
untuk menyesuaikan nilai teoritis serta melakukan modifikasi pada tahap-tahap konstruksi
dan gaya tarik pada kabel untuk memenuhi persyaratan perencanaan yang diinginkan.
Kontrol konstruksi akan dapat meminimalkan pekerjaan penyesuaian gaya pada kabel,
mengurangi waktu konstruksi dan menghemat biaya kontruksi.
Dalam pelaksanaan konstruksi jembatan, pada setiap tahapan konstruksi, besarnya gaya-
gaya dalam, tidak boleh melampaui kapasitas penampang dan pada tahap akhir
pembebanan, perpindahan titik puncak menara dan lendutan lantai jembatan harus
memenuhi yang disyaratkan dalam perencanaan.
iv
Pelaksanaan struktur jembatan beruji kabel
1 Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan struktur jembatan beruji kabel. Aspek-aspek yang dibahas meliputi prinsip-
prinsip yang berkaitan dengan:
a) metode pelaksanaan,
b) kontrol konstruksi,
c) inspeksi pada tahap konstruksi.
2.1
analisis backward construction sequence
analisis yang bertujuan untuk mendapatkan tegangan pada kabel yang memenuhi
persyaratan perencanaan, dan selanjutnya membuat model terbaik dari urutan pelaksanaan
dengan memindahkan segmen jembatan dan kabel secara bertahap untuk mendapatkan
gaya-gaya dalam kabel pada setiap tahapan konstruksi
2.2
analisis forward construction sequence
analisis yang bertujuan untuk membangun model analisis sesuai dengan urutan
pemasangan gelagar dan penarikan kabel untuk mendapatkan gaya dalam dan lendutan
(perpindahan)
2.3
angkur ruji kabel
bagian dari elemen ruji kabel yang berfungsi sebagai tambatan atau pengunci atau
mengencangkan tarikan gaya kabel
2.4
bench mark
jaring titik kontrol atau titik referensi yang dibangun di lokasi yang aman di dekat jembatan
atau di menara untuk dijadikan referensi dalam pengukuran elevasi dan koordinat
2.5
buffeting
getaran pada dek jembatan akibat variasi kecepatan angin terhadap arah dan waktu
2.6
cross beam
elemen jembatan dalam arah melintang antar gelagar jembatan
2.7
flutter
amplitudo getaran yang terus membesar (divergent) pada dek jembatan akibat damping
negatif yang disebabkan oleh gaya aerodinamik dan dapat mengakibatkan keruntuhan
jembatan
1 dari 40
2.8
gaya putus statis
kondisi ketika kabel telah mencapai keadaan putus misalnya akibat adanya korosi pada
kawat baja, kegagalan pada alat angkur, atau kasus lainnya
2.9
gelagar lantai
gelagar pengaku yang menahan deformasi akibat variasi tegangan kabel dan perubahan
bentuk/simpangan menara
2.10
girder
gelagar utama dari jembatan dalam arah memanjang
2.11
jembatan beruji kabel (cable-stayed bridge)
jembatan yang terdiri dari satu atau lebih menara (pylon) dengan susunan kabel yang
memikul gelagar lantai
2.12
kabel damper
bagian sistem dari bangunan atas jembatan yang berfungsi sebagai redaman untuk
mengurangi getaran yang timbul pada ruji kabel
2.13
kabel jangkar (back stay)
ruji kabel penahan di bentang samping yang mengikat menara langsung ke abutmen atau
pilar
2.14
kabel utama (main stay)
ruji kabel pemikul di bentang utama
2.15
kawat baja jalinan tujuh (7-wire strand)
kabel yang terdiri dari tujuh buah lilitan kawat dengan kuat tarik tinggi
2.16
kecepatan angin dasar (basic wind speed)
kecepatan angin yang dijadikan dasar untuk perencanaan semua elemen jembatan dan
didefinisikan sebagai beban angin rata-rata pada elevasi 10 m di atas ketinggian muka air
laut di lokasi proyek
2.17
kecepatan angin rencana (design wind speed)
kecepatan angin utama yang dijadikan dasar untuk menghitung beban angin atau untuk
memeriksa kestabilan aerodinamik dan dihitung dari perkalian antara kecepatan angin dasar
dengan faktor modifikasi untuk memperhitungkan pengaruh ketinggian elemen jembatan
2.18
kecepatan angin kritis (critical wind speed)
kecepatan angin terendah dengan jenis getaran divergen seperti flutter dapat terjadi pada
jembatan
2 dari 40
2.19
kecepatan angin pemeriksaan (verification wind speed)
kecepatan angin di mana jenis getaran divergen seperti flutter akan diperiksa. Jika
kecepatan angin kritis lebih besar dari kecepatan angin pemeriksaan, maka struktur
dinyatakan aman
2.20
lock up device
bagian sistem dari bangunan atas yang berfungsi memberikan suatu hubungan yang kaku
(rigid link) antara dek jembatan dengan abutmen atau pilar jembatan
2.21
menara (pylon)
kolom dengan dimensi langsing yang menahan tekanan dan momen dalam memikul gaya
kabel akibat beban mati dan beban hidup jembatan
2.22
modular expansion joint
bagian atas jembatan yang menyatukan segmen-segmen gelagar jembatan
2.23
perletakan elastis/pegas
hubungan kabel pada gelagar yang berfungsi sebagai pilar antara semu
2.24
ruji kabel (stayed cable)
kabel prategang eksternal yang merupakan unsur tarik dalam menjamin hubungan kaku
antara menara dan gelagar lantai
2.25
selubung HDPE
bagian dari elemen ruji kabel yang berfungsi sebagai selubung/pembungkus dari kawat-
kawat baja (strands) yang terbuat dari bahan polypropylene atau high density polyethylene
(HDPE) dan berfungsi untuk melindungi kabel dari bahaya korosi
2.26
stabilitas aerodinamis
kinerja jembatan beruji kabel akibat pengaruh angin dinamik
2.27
strain-gauge
alat/sensor untuk mengukur besarnya regangan yang terjadi
2.28
strand
untaian benang baja prategang
2.29
titik kontrol deviasi menara
lokasi di mana defleksi atau deviasi dari menara diukur pada setiap tahap konstruksi
2.30
titik kontrol elevasi
lokasi di mana elevasi dari gelagar jembatan diukur pada setiap tahap konstruksi
3 dari 40
2.31
titik kontrol tegangan
lokasi di mana regangan/tegangan yang terjadi pada elemen jembatan diukur pada setiap
tahap konstruksi
2.32
transverse limit-stop block
bagian atas jembatan yang menyatukan antara menara dan gelagar jembatan
2.33
vortex shedding
getaran pada penampang jembatan akibat terjadinya resonansi antara frekuensi pusaran
angin di belakang jembatan dengan salah satu frekuensi jembatan itu sendiri
Pada tahap konstruksi, struktur jembatan beruji kabel belum memiliki kekuatan dan stabilitas
sepenuh tahap akhirnya. Metode ereksi jembatan yang dipilih harus diperiksa dan
diperhitungkan terhadap efek-efek yang ditimbulkannya terhadap struktur demi keamanan
dan ekonomisasi pelaksanaan. Perubahan-perubahan geometrik, kondisi pengekang, sifat-
sifat bahan dan detail-detail struktural lainnya harus dipertimbangkan dalam proses analisis
struktur tahap konstruksi. Beban-beban konstruksi mungkin saja menimbulkan tegangan
besar dalam struktur yang sedang dibangun. Sifat-sifat bahan yang bergantung waktu
seperti rayapan dan penyusutan berdampak signifikan, khususnya pada jembatan-jembatan
dengan gelagar utama adalah gelagar fabrikasi segmental beton cetak di tempat (in-situ)
atau penampang-penampang komposit.
Dalam tahap konstruksi jembatan beruji kabel, terdapat dua kesalahan (galat) utama yang
kerap terjadi:
- kesalahan penentuan gaya tarik dalam kabel-kabel;
- kesalahan geometrik dalam pengendalian elevasi dek jembatan.
Selisih antara nilai-nilai parameter perancangan dan kenyataan, misalnya modulus
elastisitas, kerapatan massa beton, berat segmen-segmen gelagar, dan penyimpangan
bentuk, tidak dapat dihindari dan akan memengaruhi kinerja struktural. Akumulasi
kesalahan-kesalahan ini harus dihindari untuk menjamin keamanan rancangan. Oleh sebab
itu, selama masa konstruksi, struktur harus dimonitor secara berkesinambungan sehingga
penyesuaian-penyesuaian yang tepat dapat dilakukan kapanpun tindakan koreksi ini
diperlukan.
4 dari 40
baik dan meningkatkan mutu produksi secara terintegrasi. Namun lokasi perakitan dan
dermaga kapal harus tersedia terlebih dahulu.
Pemilihan floating crane harus dilakukan di awal dan meliputi pemasangan menara dan
penentuan posisi menggantungnya pada crane. Aspek penting yang perlu ditinjau adalah
penyelidikan kestabilan struktur crane dan evaluasi pekuatan posisi menggantung.
b) Penggunaan crane (tower crane, creeper crane dsb.)
Metode pemasangan dengan menggunakan crane seperti tower crane dan creeper crane
(lihat Gambar 1) adalah sangat menguntungkan jika diterapkan pada menara yang tinggi.
Namun yang perlu diperhatikan yaitu pada saat pemasangan crane.
Berat segmen-segmen menara yang akan diangkat cenderung dibatasi tergantung
kapasitas crane. Hal ini akan menghasilkan peningkatan dalam jumlah penyambungan
menara. Kadang kala, alat kabel pengikat perlu dipertimbangkan.
Pemasangan dengan creeper crane harus hati-hati dengan cara pengendalian yang teliti
karena pada crane mungkin terjadi momen eksentris.
5 dari 40
Setelah memperhatikan faktor-faktor di atas, kemudian perlu ditentukan kapasitas
angkat, lama pekerjaan dan posisi crane untuk memperoleh tipe crane yang akan dipilih.
6 dari 40
3.2 Konstruksi gelagar
7 dari 40
Gambar 5 - Metode kombinasi kantilever dan staging (one-side pushing method)
Metode pelaksanaan kabel mempunyai dua tahapan. Tahapan pertama, kabel direntangkan
menghubungan menara dan gelagar pengaku pada titik-titik tetap yang telah ditentukan.
Tahap berikutnya, kabel diberi gaya tarik yang diperlukan.
8 dari 40
3.3.1 Metode perentangan kabel
Gambar 7 - Mengangkat langsung kabel dengan alat yang dipasang pada puncak
menara
b) Pemasangan kabel menggunakan false cable dengan cara roller hanger (lihat Gambar 8)
Sebuah false cable yang dipasang di antara menara bagian atas dan di ujung gelagar.
Kabel disebarkan di atas gelagar dengan menggunakan roller hanger, kemudian ditarik
ke menara dari ujung gelagar. Setelah mengikat kabel pada sisi menara, socket kabel
dibawa oleh peralatan penyeret kabel pada sisi gelagar untuk diikat pada gelagar
memanjang.
Metode ini memerlukan penggantian false cable dan agak kurang efisien dibandingkan
menarik langsung, namun kabel dengan penampang besar lebih besar dapat ditangani
dengan metode ini.
9 dari 40
Gambar 8 - Menarik kabel utama sepanjang catwalk
c) Pemasangan kabel menggunakan false cable dengan cara dragging stay (lihat Gambar
9)
Sebuah false cable dipasang antara menara bagian atas dan ujung gelagar, kabel yang
disebarkan di atas gelagar ditarik vertikal ke menara menggunakan kabel pengangkat
dan diikat pada socket kabel.
Mirip dengan metode (b) di atas, metode ini memerlukan pekerjaan penggantian false
cable. Jika urutan pemasangan kabel dari tahapan atas dan bawah dapat dilakukan,
maka kabel utama dapat dipakai sebagai false cable.
10 dari 40
Gambar 9 - Metode memasang dan menarik kabel dengan penyangga
Berikut ini adalah proses pengendalian penarikan kabel yang umum digunakan:
a) Penarikan kabel menggunakan dongkrak (jack)
Metode menarik kabel secara langsung dengan sebuah dongkrak (lihat Gambar 11) pada
sisi sebuah gelagar atau menara untuk tujuan menarik kabel agar menghasilkan tension
(tegangan).
b) Pengangkatan ujung gelagar menggunakan false cable (lihat Gambar 12)
Meskipun keuntungan metode ini dapat menarik kabel tanpa menggunakan peratan yang
besar, namun cukup sulit untuk mengangkat ujung gelagar setinggi mungkin hanya
dengan menggunakan false cable. Saat ini biasanya dilakukan dengan meninggikan atau
mendongkrak saddle pada puncak menara.
11 dari 40
Gambar 11 - Metode penarikan kabel dengan dongkrak
12 dari 40
Gambar 13 - Metode mendongkrak saddle pada kepala menara
13 dari 40
Gambar 15 - Metode pengangkatan gelagar untuk menarik kabel
Pada jembatan beruji kabel, rencana pengendalian untuk gaya tarik kabel adalah sangat
penting (lihat Gambar 16). Jembatan-jembatan beruji kabel merupakan struktur statis tak
tentu dengan banyak variasi keseimbangan yang mungkin.
Pada jembatan beruji kabel, penyeimbangan tegangan yang terjadi pada kabel dan momen
lentur pada gelagar dalam tahap desain dilakukan melalui hubungan perencanaan tegangan-
tegangan dengan tegangan awal pada kabel.
Kelebihan regangan ataupun pengendoran pada kabel akan menyebabkan penyimpangan
perencanaan bentuk dan distribusi tegangan. Situasi ini dapat menyebabkan
ketidaksesuaian konfigurasi ultimit dan membuat jembatan rentan dari sudut pandang
keamanan.
Batas kesalahan tegangan dalam setiap tahapan ereksi cenderung berakumulasi selama
perkembangan pekerjaan ereksi.
Batas kesalahan tegangan tersebut harus dievaluasi dalam setiap langkah operasi ereksi
berdasarkan prediksi distribusi tegangan dalam konfigurasi ultimit.
Kontruksi dan desain jembatan beruji kabel mempunyai hubungan yang sangat erat. Banyak
faktor seperti teknik konstruksi, mutu material, proses konstruksi, temperatur lingkungan,
tahapan instalasi, dan gaya pada kabel yang mempunyai dampak secara langsung pada
kekuatan dan keselarasan jembatan.
14 dari 40
Terdapat perbedaan antara parameter perencanaan dan kondisi nyata di lapangan maka
untuk itu data lapangan sangat diperlukan. Setelah data di lapangan dianalisis, data
lapangan tersebut dapat digunakan untuk menyesuaikan nilai teoritis serta melakukan
modifikasi pada tahapan-tahapan konstruksi dan gaya tarik pada kabel untuk memenuhi
persyaratan perencanaan yang diinginkan. Kontrol konstruksi akan dapat meminimalkan
pekerjaan penyesuaian gaya pada kabel, mengurangi waktu konstruksi dan menghemat
biaya kontruksi.
Dalam pelaksanaan konstruksi jembatan, pada setiap tahapan konstruksi, besarnya gaya-
gaya dalam, tidak boleh melampaui kapasitas penampang dan pada tahap akhir pembeban,
perpindahan titik puncak menaradan lendutan lantai jembatan harus memenuhi yang
disyaratkan dalam perencanaan.
Pengukuran bentuk
gelagar utama
Pengukuran temperatur
Pengukuran tegangan gelagar utama
alas menara utama
Komputer
Data Logger
4 Kontrol konstruksi
Konstruksi dan desain jembatan beruji kabel mempunyai hubungan yang sangat erat.
Banyak faktor seperti teknik konstruksi, mutu material, proses konstruksi, temperatur
lingkungan, tahapan instalasi, dan gaya pada kabel yang mempunyai dampak secara
langsung pada kekuatan dan keselarasan jembatan. Terdapat perbedaan antara parameter
perencanaan dan kondisi nyata di lapangan maka untuk itu data lapangan sangat diperlukan.
Setelah data di lapangan dianalisis, data lapangan tersebut dapat digunakan untuk
menyesuaikan nilai teoritis serta melakukan modifikasi pada tahapan-tahapan konstruksi dan
gaya tarik pada kabel untuk memenuhi persyaratan perencanaan yang diinginkan.Kontrol
konstruksi akan dapat meminimalkan pekerjaan penyesuaian gaya pada kabel, mengurangi
waktu konstruksi dan menghemat biaya kontruksi.
Tujuan dari kontrol konstruksi secara garis besar adalah:
membuat alinemen horisontal menjadi mulus dan memenuhi persyaratan perencanaan
setelah segmen terakhir (closure) dipasang.
mengetahui penyebab dan pengaruh dari berbagai deviasi, pengaruh beban (tegangan
dan gaya pada setiap girder, menara dan kabel) pada setiap tahap kontruksi dan setelah
segmen terakhir/closure dipasang agar sesuai dengan spesifikasi perecanaan.
Kontrol konstruksi pada Jembatan adalah sebuah tahapan yang sistematis yang dibagi
menjadi 2 tahap yaitu:
a) tahap pertama: pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan pemasangan berbagai macam sensor dan instrument untuk
memperoleh data, termasuk parameter geometri dan data mechanical.
b) tahap kedua: menganalisa data yang didapat
16 dari 40
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang dapat dilakukan dengan program
komputer dan untuk menentukan parameter tahap konstruksi selanjutnya. Melakukan
penyesuaian dan pengendalaian gaya internal pada kabel dan alinemen dari jembatan agar
sesuai dengan nilai perencanaan yang sudah diperkirakan dan untuk menjamin keselamatan
pada saat konstruksi serta tampilan keseluruhan dari jembatan.
Komponen utama dari kontrol konstruksi adalah:
analisis dan perhitungan kondisi konstruksi;
pengukuran parameter konstruksi;
analisis kontrol dan penyesuaian.
Sistem monitoring kontruksi jembatan beruji kabel berisi monitoring dan pengujian parameter
desain struktur, parameter geometrik, kondisi beban-beban, kontrol temperatur dan
sebagainya. Termasuk di dalam sistem monitoring adalah survei alinemen, survei gaya pada
kabel, survei tegangan, survei temperatur.
Pada setiap sisi menara perlu dibuat masing-masing 2 titik bench mark (BM).
Untuk jembatan beruji kabel dengan lokasi menara terletak di darat atau dekat dengan
daratan, titik bench mark dapat dibuat di darat. Titik-titik BM tersebut harus dibuat permanen
dan mudah untuk ditemukan.
Jika tidak memungkinkan untuk membuat titik bench mark di darat, titik-titik BM tersebut
dapat dibuat di menara seperti ditunjukkan pada Gambar 17.
17 dari 40
Titik-titik tolok ukur (benchmark)
ELEVASI SAMPING
18 dari 40
ELEVASI
Untuk memonitor defleksi dan deviasi menara, diperlukan 2 buah titik-titik kontrol pada
puncak dari masing-masing menara, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 19.
Pemeriksaan defleksi menara dilakukan pada tahap-tahap berikut
setelah menara selesai dibangun, dilakukan pengukuran pada temperatur yang stabil
dan pada kondisi tidak ada cahaya langsung dari matahari. Ambil rata-rata dari 2 hasil
pengukuran sebagai nilai kondisi awal.
pada setiap pemasangan segmen gelagar jembatan, pengukuran dilakukan setelah
penarikan kabel tahap kedua selesai dilakukan.
19 dari 40
ELEVASI MENARA
PRISMA
As kabel-kabel
Pengukuran penurunan fondasi dilakukan dengan menggunakan 4 buah titik-titik pada setiap
fondasi menara.
Jadwal waktu pengukuran penurunan pada fondasi adalah sebagai berikut:
survei/pengukuran pertama dilakukan saat menara selesai dipasang
pengukuran kedua dilakukan saat setengah bagian girder dari bentang tepi atau
seperempat bagian gelagar pada bentang tengah selesai dipasang
20 dari 40
pengukuran ketiga dilakukan pada saat setengah bagian gelagar pada bentang tengah
selesai dipasang
pengukuran terakhir dilakukan seluruh elemen jembatan terpasang.
Metode analisis spektra dapat digunakan untuk mengukur tegangan pada ruji kabel. Hasil
pengukuran harus dibandingkan dan diperiksa terhadap nilai dari gaya tarik pada dongkrak
penarik kabel.
Prinsip dari metode analisis spektra adalah dengan menempatkan sensor yang sangat
sensitif pada kabel, membaca sinyal dari sensor, frekuensi osilasi dari kabel akan didapat
dengan proses filtering dan pembesaran.
Berdasarkan hubungan antara osilasi dan tegangan pada kabel, nilai tegangan pada kabel
akan dapat ditentukan.
Persamaan keseimbangan osilasi pada tegangan kabel adalah sebagai berikut:
4 y 2 y 2 y (1)
EI 4 p 2 m 2 0
x x t
Keterangan:
EI adalah kekakuan kabel
p adalah tegangan kabel
m adalah massa kabel per satuan panjang
y adalah amplitudo osilasi kabel
x adalah koordinat kabel
Pada kasus kabel dengan perletakan sendi pada kedua ujungnya, hubungan antara
frekuensi kabel ( f i ) dan tegangan pada kabel ( p ) adalah sebagai berikut:
4 m l 2 fi2 (2)
p 2
i2 D
i
Keterangan:
l adalah panjang kabel
fi adalah massa dari panjang kabel
i = 1, 2, 3,mode dari frekuensi
2 EI
D dihitung sebagai: D
l2
Untuk kabel dengan panjang yang besar dan diameter D sangat kecil, pengaruh kekakuan
lentur sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Persamaan (2) dapat dinyatakan sebagai berikut
4 m l 2 fi2 (3)
p
i2
Untuk kabel yang sama, nilai m dan l akan selalu sama. Jika kekuatan kabel p sama, maka
fi 2
nilai akan tetap sebagaimana ditunjukkan pada persamaan berikut:
i2
f12 f 22 f 32 fi2 (4)
12 22 32 i2
21 dari 40
Dari persamaan (4) dapat dinyatakan bahwa:
f1 : f 2 : f 3 : : f i 1 : 2 : 3 : : i (5)
dan dapat dinyatakan juga bahwa
f 2 f1 f 3 f 2 f i f i 1 f i (6)
Pesamaan (6) ditunjukkan dalam spektogram, di mana interval antara frekuensi yang
berdekatan pada berbagai mode adalah sama dan nilai interval tersebut sama dengan nilai
frekuensi pada mode pertama ( f1 ).
Pada saat pengamatan di lapangan, nilai interval tersebut dapat dijadikan pedoman apakah
spektogram dari kabel sesuai dengan karakteristik yang umum berlaku. Jika tidak, penyebab
perbedaan harusdiketahui selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap instrumen yang
digunakan serta dilakukan survei ulang kembali untuk memastikan tingkat akurasi hasil
pengamatan.
5.4 Inspeksi tegangan dan temperatur pada girder, cross beam, dan menara
( Ga
mbar 20):
a) Pada pertemuan girder dengan menara di dua sisi yaitu arah ke bentang tengah dan
bentang tepi
b) Pada setengah bentang tepi
c) Pada seperempat bentang tengah
22 dari 40
d) Pada setengah bentang tengah
ELEVASI
Dalam arah melintang, strain-gauge diletakkan pada girder utama sebagaimana disajikan
pada
23 dari 40
As Ruji Kabel
As Jembatan
Beton Sambungan
Gambar 21 - Contoh arah melintang lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada
girder
Lokasi titik-titik pengukuran tegangan dan regangan pada cross beam adalah
(
Gambar 22 dan
24 dari 40
Gambar 23)
a) pada setengah bentang tepi;
b) pada seperempat bentang tengah;
c) pada setengah bentang tengah.
Gambar 22 - Contoh lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada cross beam
25 dari 40
As Jembatan
As Slinger
Gambar 23 - Contoh lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada cross beam
Lokasi titik-titik pengukuran tegangan dan regangan dalam arah lateral pada Pelat Lantai
Jembatan adalah
(
Gambar 24):
a) pada setengah bentang tepi;
b) pada seperempat bentang tengah;
c) pada setengah bentang tengah.
26 dari 40
As Ruji Kabel
As Jembatan
Beton Sambungan
Gambar 24 - Contoh lokasi pengukuran tegangan dan temperatur pada pelat lantai
Lokasi titik-titik pengukuran tegangan dan regangan pada menara adalah secara umum di
lokasi di mana terjadi perubahan dimensi menara/segmen menara sebagaimana disajikan
Gambar 25 di bawah.
27 dari 40
cross beam atas
cross
beam
tengah
Tabel 1 menyajikan contoh skedul pengukuran. Skedul pengukuran dapat berubah sesuai
tahapan konstruksi, akan tetapi pokok yang diukur harus tetap.
28 dari 40
Tabel 1 - Proses konstruksi dan pokok pengukuran
Terdapat banyak faktor yang memengaruhi tegangan yang terjadi pada struktur jembatan
beruji kabel selama tahap konstruksi yaitu:
variasi dari berat sendiri setiap segmen girder;
29 dari 40
variasi kekakuan girder, menara dan kabel;
variasi tegangan tarik;
rangkap dan susut beton;
variasi beban konstruksi;
temperatur;
variasi gaya prategang.
melakukan penyesuaian terhadap tegangan kabel pada segmen berjalan dan segmen
berikutnya
melakukan penyesuaian alinemen pada segmen jembatan berikutnya.
Pada perencanaan jembatan beruji kabel, pemberian tegangan pada kabel, agar memenuhi
persyaratan perencanaan setelah jembatan selesai dibangun (distribusi momen yang
merata, pengaruh yang kecil pada menara, dsb), harus dianalisis pada tahap perencanaan.
Analisis tahap konstruksi harus meliputi forward construction sequence dan backward
construction sequence.
Analisis forward construction sequence bertujuan untuk membangun model analisis sesuai
dengan urutan pemasangan girder dan penarikan kabel untuk mendapatkan gaya dalam dan
lendutan/perpindahan. analisis backward construction sequence bertujuan untuk
mendapatkan tegangan pada kabel yang memenuhi persyaratan perencanaan, dan
selanjutnya membuat model terbaik dari urutan pelaksanaan dengan memindahkan segmen
jembatan dan kabel secara bertahap untuk emndapatkan gaya-gaya pada kabel pada setiap
tahapan konstruksi.
Secara teoritis, dengan menggunakan parameter yang didapat dari analisis backward
construction sequence ke dalam analisis forward construction sequence akan memberikan
hasil penyelesaian yang diinginkan. Akan tetapi dengan mempertimbangkan susut dan
rangkak pada beton berhubungan dengan proses struktur, analisis backwards construction
sequence tidak bisa merefleksikan gaya internal dan perpindahan secara teliti.
Nilai teoritis dari parameter yang dominan perlu ditentukan adalah sebagai berikut
a) Nilai parameter teoritis yang dominan pada berbagai tahap konstruksi dan setelah
konstruksi selesai adalah
- elevasi dari girder utama;
- deviasi dari menara;
- tegangan pada kabel;
- tegangan dan regangan pada titik-titik ukur.
b) Nilai parameter teoritis yang dominan selama konstruksi
- tegangan pada kabel;
- elevasi.
30 dari 40
6.5 Tingkat ketelitian dari kontrol konstruksi
Deviasi dari posisi segmen girder setelah segmen akhir (closure) dipasang adalah:
a) Tingkat deviasi L 3000 ;
b) Deviasi gaya pada kabel setiap kabel harus memenuhi tegangan kabel maksimum yang
disyaratkan;
Kontrol presisi pada menara:
a) Variasi yang iizinkan pada menara adalah: H 3000 ;
a) Kontrol konstruksi harus dilakukan oleh Tim Independent yang dibiayai oleh Kontraktor
Pelaksana;
b) Konstruksi jembatan sampai dengan pemasangan segmen terakhir (closure) harus
mematuhi program konstruksi yang telah ditentukan. Modifikasi apapun baru dapat
dilaksanakan setelah dilakukan analisis dan evalusi secara ekstensif;
c) Penyimpangan dari besarnya beban permanen balok komposit mempunyai dampak
signifikan terhadap tegangan dan deformasi pada struktur, oleh karena itu penyimpangan
harus dikendalikanseminimal mungkin dengan cara antara lainberat girder baja dan berat
dek beton harus diperiksa dengan benar dan akurat;
d) Survei harus dilakukan oleh pihak ketiga yang terpisah dari pihak-pihak terkait. Survei
harus mencakup kondisi lapangan, tanggal, waktu, keadaan cuaca, beban khusus
konstruksi, dan pengaruh beban yang lainnya;
e) Tahap/Segmen berikutnya baru dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan yang
didasarkan hasil segmen/tahap pelaksanaan sebelumnya;
f) Hasil pengukuran yang dilakukan sebelum dan sesudah instalasi girder dan penarikan
kabel dilaksanakan, harus dipastikan terbebas dari pengaruh perbedaan temperatur
akibat penyinaran matahari;
g) Data yang dicatat harus dilaporkan ke Inspektor segera setelah kabel ditarik pada setiap
segmen. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model perhitungan sesuai dengan
perubahan parameter dan analisis atas data yang diperoleh, Inspektor akan memprediksi
gaya pada kabel dan level girder untuk section selanjutnya dan mengeluarkan jadwal
pemasangan berikutnya;
h) Konstruksi pada section berikutnya baru dapat dilaksanakan setelah jadwal pemasangan
tersebut yang disetujui oleh pihak-pihak terkait;
i) Beban sementara konstruksi harus dikendalikan dengan benar. Penempatan material
sementara harus diawasi. Material diletakkan pada tempat yang telah ditentukan dan
dengan besar beban telah ditentukan.
31 dari 40
7 Instrumen dan peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan inspeksi kontrol konstruksi diuraikan dalam
Tabel 2.
Tabel 2 - Peralatan pengukuran kontrol konstruksi
Ketelitian
No Nama Alat Fungsi
Minimum
2 mm + 2 Mengukur alinemen girder dan menara
1 Total station
ppm jembatan
Instrumen pengukur Mengukur defleksi girder, alinemen jembatan
2 0.01 mm
level dan penurunan fondasi
Mengukur frekuensi kabel yang digunakan
Instrumen Pengukur 0.5 % 0.01
3 untuk mengukur tegangan dan gaya pada
frekuensi getar kabel Hz
kabel
4 Strain-gauge 1 Mengukur regangan/tegangan
Instrument dan peralatan yang akan digunakan untuk melaksanakan pengukuran pada
jembatan harus memiliki karakteristik berikut:
a) tingkat presisi yang tinggi;
b) ketahanan yang tinggi;
c) stabilitas yang tinggi;
Semua instrumen dan peralatan harus dikalibrasi oleh otoritas yang telah ditentukan
sebelum disetujui untuk digunakan.
a) Pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan jembatan beruji kabel harus menerapkan
dan memenuhi SMK3L, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja
Lingkungan. Tujuan utama penerapan SMK3L adalah menciptakan suatu sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif;
b) Pada tahap penyelidikan awal, semua personil teknik harus dikoordinir untuk
mempelajari dokumen kontrol kontruksi dan inspeksi jembatan serta menentukan
standar-standar yang diterkait dengan pelaksanaan pekerjaan;
c) Tanggung jawab harus diberikan kepada masing-masing individu, dan pelaksanaan
tugas harus dilaksanakan secara sistematis;
d) Semua peralatan dan fasilitas yang digunakan harus dikalibrasi untuk memastikan
bahwa alat tersebut memenuhi persyaratan;
e) Dalam rangka meminimumkan perubahan peralatan, tidak akan dilakukan pergantian
terhadap peralatan selama pelaksanaan pekerjaan kecuali dengan alasan khusus;
f) Pembacaan nilai pengukuran harus akurat dan pencatatan harus mengikuti prosedur.
Penyimpangan yang signifikan dari prosedur yang ditetapkan harus segera dievaluasi
untuk memastikan ketelitian dari data yang didapat tersebut;
32 dari 40
g) Selama pemeriksaan, semua peralatan harus dijaga dengan hati-hati, untuk memastikan
alat tersebut dapat berfungsi normal;
8.2 Peralatan keselamatan
a) Pada tahap persiapan konstruksi, semua pekerja yang terlibat harus mempelajari
prosedur kerja dan meningkatkan kesadaran keselamatan kerja;
b) Membangun tanggung jawab posisi kerja. Kepala tim harus bertanggung jawab secara
keseluruhan atas keselamatan kerja dan bertanggung jawab untuk menentukan langkah-
langkah keselamatan kerja;
c) Menjalankan regulasi keselamatan pekerjaan secara tegas dan pelanggaran apapun
akan diperingatkan atau dihukum sesuai peraturannya;
d) Semua fasilitas kelistrikan dan kabel harus diisolasi dengan baik. Semua pekerja harus
melakukan pekerjaannya sesuai dengan prosedur;
e) Area kerja harus ditandai dan konstruksi pada malam hari harus disediakan lampu dan
peralatan keselamatan;
f) Mengikuti dan mematuhi semua prosedur konstruksi.
Setelah Jembatan selesai dibangun dan sebelum jembatan beroperasi melayani beban lalu
lintas, pemeriksaan dan pengujian yang menyeluruh dan mendetail perlu dilakukan. Data
hasil pemeriksaan dan pengujian disimpan di dalam data base jembatan beserta dokumen
perencanaan dan gambar as-built drawing. Hasil pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
disebut Bridge Signature atau Bridge Finger Print.
Persyaratan pemeriksaan dan pengujian sebelum jembatan beroperasi antara lain:
a) Pemeriksaan Detail tersebut harus dilakukan oleh pihak yang memenuhi qualifikasi;
b) Pemeriksaan Detail harus dilaksanakan oleh tenaga ahli profesional dengan metode
teknis yang profesional dilengkapi dengan pengujian lapangan;
c) Hasil pengujian dan analisis harus disampaikan dalam bentuk laporan tertulis lengkap;
Pokok-pokok yang harus dilaksanakan dan diperiksa pada pengujian sebelum jembatan
beroperasi:
Data yang relevan dari jembatan beruji kabel harus dikumpulkan seperti laporan
perhitungan, gambar rancangan (design drawing), hasil pengujian material, catatan
selama konstruksi;
Pengujian beban statis dilakukan untuk mendapatkan lendutan pada bagian penting
jembatan seperti di tengah bentang dan di menara sesuai dengan standard pengujian
beban yang ada;
Pengujian beban dinamis dilakukan untuk mengukur respon dinamis dan menganalisis
frekuensi alamiah serta parameter dinamik struktur, serta mengevaluasi kinerja dinamik
jembatan;
Untuk jembatan beruji kabel, pengukuran gaya pada kabel perlu dilakukan;
Posisi dan putaran dari perletakan (bearing) harus dicatat dan diberi tanda;
Posisi dari seismic damperjika ada harus dicatat dan diberi tanda;
Celah dan posisi dari modular expansion joint harus dicatat.
33 dari 40
Lampiran A
(informatif)
Contoh kasus
Tahapan pelaksanaan untuk contoh tipikal jembatan beruji kabel dari bahan baja adalah
sebagai berikut:
a) Gelagar dan menara baja dibuat secara pabrikasi dalam segmen yang mudah diangkut
ke lokasi jembatan;
b) Fondasi dan bangunan bawah dibangun dengan menyertakan pemasangan baut jangkar
untuk perletakan (Gambar A.1);
c) Segmen baja pertama/bagian bawah dari menara baja sepanjang 5 meter dipasang pada
dasar menara disertai dengan balok tumpuan untuk perletakan gelagar jembatan
(Gambar A.1);
34 dari 40
segmen kolom
kepala pilar
jembatan jangkar menara
gelagar tepi
kepala
jembatan pilar jangkar menara jepit baut rol/sendi
sementara penahan
f) Pasang segmen bagian dari pilar baja dan kabel sementara dengan wartel mur dari
puncak menarake pilar jangkar (Gambar A.3);
35 dari 40
tinggi
kabel sementara menara
kolom menara 33m
pilar jangkar
g) Pasang secara bertahap gelagar jembatan pada bentang tengah secara kantilever
segmental dari kedua sisi menara (Gambar A.4) dan pasang kabel secara kencang
tangan mulai kabel no1. sampai no. 5 pada angkur mati di gelagar dan angkur hidup di
menara.
Pemasangan bentang utama secara kantilever dari sisi kiri dan kanan:
- segmen pertama 15 m dengan pasangan kabel no.1;
- segmen ke-dua 12,5 m dengan pasangan kabel no.2;
- segmen ke-tiga 12,5 m dengan pasangan kabel no.3;
- segmen ke-empat 12,5 m dengan pasangan kabel no. 4;
- segmen ke-lima 15 m dengan pasangan kabel no.5;
- segmen akhir 7,5 m (segmen penutup menjadi 2 7,5 m = 15 m).
h) Setiap pemasangan segmen kantilever harus disertai dengan penarikan pasangan kabel
secara bersamaan dari sisi kiri dan kanan menara (Gambar A.6). Kabel sementara dapat
dilepaskan setelah pasangan kabel pertama ditarik.
Penarikan kabel secara bertahap disertai dengan monitoring pengukuran lendutan
teoritis sesuai Tabel A.1.
Toleransi 25% diperbolehkan untuk perbedaan antara lendutan teoritis dan aktual/terukur
selama pelaksanaan (lihat Gambar A.5).
Perletakan Jepit sementara pada menara digunakan untuk menahan gelagar selama
penarikan kabel. Jepit sementara tersebut akan dilepaskan setelah gelagar tersambung
di tengah bentang utama.
Berbagai program komputer juga memerlukan masukan jepit sementara tersebut untuk
melakukan analisis tahapan kantilever seimbang sesuai kondisi pelaksanaan aktual.
36 dari 40
z neg z pos kabel stay
kabel stay
(no 1 - no 5) ka
(no 1 - no 5) ki
ypos
x menara,
2 bidang
kabel
30 m 45 m L = 150 m 45 m 30 m
Gambar A.4 - Skema pemasangan bentang utama secara segmental, penarikan awal
kabel stay mulai dari menara sampai gelagar tersambung di tengah bentang
37 dari 40
Tabel A.1 - Lendutan teoritis akibat berat sendiri gelagar pada penarikan awal kabel
stay secara bertahap sesuai skema
Deviasi
Gaya Tarik awal No.
Lendutan Gelagar pada
Tahapan pada Kabel (kN) Pasangan
menara
Pemasangan kabel
Jarak dari
Segmen Lendutan y (ki dan ka) 4
Menara x z (mm) kiri kanan
(mm) buah kabel
(m)
1 15 +3.8 -48 260 200 1
2 27.5 -20 -60 320 250 2
3 40 -47 -72 500 280 3
4 52.5 -98 -66 560 440 4
5 67.5 -184 -74 770 325 5
75
6
(tengah -256 -56
(segmen akhir)
bentang)
Tabel A.2 - Lendutan pelaksanaan akibat berat sendiri gelagar pada penarikan awal
kabel stay secara bertahap sesuai skema
Deviasi
Gaya Tarik Awal No.
Lendutan Gelagar pada
Tahapan pada Kabel (kN) Pasangan
menara
Pemasangan Kabel
Jarak dari
Segmen Lendutan y (ki dan ka) 4
Menara x z (mm) kiri kanan
(mm) buah kabel
(m)
1 15 +3.0 -45 261 205 1
2 27.5 -24 -55 330 258 2
3 40 -50 -68 510 300 3
4 52.5 -103 -60 565 443 4
5 67.5 -190 -75 778 330 5
75
6
(tengah -259 -55
(segmen akhir)
bentang)
38 dari 40
1 ki 1 ka tinggi
menara
33 m
30 m 45 m 150 m 45 m 30 m
2 ki 2 ka
tinggi
menara
33 m
tinggi gelagar 3 m
30 m 45 m 150 m 45 m 30 m
3 ki 3 ka
tinggi
menara
33 m
tinggi gelagar 3m
pilar jangkar
30 m 45 m 150 m 45 m 30 m
4 ki 4 ka
tinggi
menara
33 m
tinggi gelagar 3 m
30 m 45 m 150 m 45 m 30 m
5 ki 5 ka
tinggi
15 m menara
33 m
30 m 45 m 150 m 45 m 30 m
Gambar A.6 - Tahapan pemasangan bentang utama dan penarikan kabel stay
39 dari 40
Bibliografi
40 dari 40