Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SISTEM REPRODUKSI II

Perdarahan post partum, Syok hemoragik & Gangguan pembekuan darah


pada masa kehamilan

Nama : ANDANI R. B. AREROS

Nim : (14061062)

Kelas : B/Semester VI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2017
1. PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
Definisi
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang
terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan primer pasca persalinan dini terjadi dalam 24 jam
sedangkan perdarahan sekunder (perdarahan masa nifas) terjadi setelah itu.
Perdarahan lebih dari 500 mL (pada persalinan per vaginal) atau lebih dari 1000
mL (pada persalinan caesar) setelah bayi lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum,
selama, dan setelah plasenta lahir.
Menurut terjadinya dibagi atas dua bagian:
Perdarahan post partum dini (early postpartus hemorrhage) : terjadi dalam 24
jam pertama setelah bayi lahir.
Perdarahan post partum lanjut (late postpartus hemorrhage) : terjadi setelah 24
jam sampai 6 minggu setelah bayi lahir

Etiologi
Etiologi perdarahan pasca persalinan ialah atonia uteri, retensio lasenta, trauma jalan
lahir, inversion uteri, rupture uteri, dan gangguan system pembekuan darah. Faktor
predisposisi yang harus dipertimbangkan ialah riwayat perdarahan pasca persalinan
sebelumnya, multiparitas, perdarahan antepartum, dan partus lama.

Penilaian klinik

Table 1 Penilaian Klinik untuk Menentukan Derajat Syok

Volume
Tekanan darah
kehilangan Gejala dan Tanda Derajat syok
(sistolik)
darah
5001000 Normal Palpitasi, takirkadia, Terkompensasi
mL (10-15%) pusing
1000-1500 Penurunan ringan Lemah, takikardia, Ringan
mL (15-25%) (80-100 mmHg) berkeringat
1500-2000 Penurunan sedang Gelisah, pucat, oliguria Sedang
mL (25-35%) (70-80 mmHg)
2000-3000 Penurunan tajam Pingsan, hipoksia, Berat
mL (35-50%) (50-70 mmHg) anuria
Table 2 Penilaian Klinik untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum

Gejala dan Tanda Penyulit Derajat kerja


Uterus tidak berkontraksi Syok, bekuan darah pada Atonia uteri
dan lembek. serviks atau posisi terlentang
Perdarahan segera setelah akan menghambat aliran
anak lahir. darah keluar
Darah segar mengalir Pucat Robekan jalan lahir
segera setelah bayi lahir Lemah
Uterus berkontraksi, keras Menggigil
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
setelah 30 menit traksi berlebihan
Perdarahan segera Inversion uteri akibat
Uterus berkontraksi dan tarikan
keras Perdarahan lanjutan
Plasenta atau sebagian Uterus berkontraksi tetapi Retensi sisa plasenta
selaput tidak lengkap tinggi fundus tidak
Perdarahan segera berkurang
Uterus tidak teraba Neurogenic syok Inversion uteri
Lumen vagina terisi massa Pucat dan limbung
Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir)
Sub-involusi uterus Anemia Endometritis atau
Nyeri tekan perut bawah Demam sisa fragmen
dan pada uterus plasenta
Perdarahan sekunder

Patofisiologi
Selama masa kehamilan banyak sekali sinus-sinus darah terbentuk di bawah plasenta.
Setelah persalinan otot uterus berkontraksi, gerakannya menutup pembuluh darah,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti dan mencegah kehilangan banyak darah. Bila terdapat jaringan dalam uterus
atau bila ototnya terlampau teregang, uterus tidak dapat berkontraksi dengan
sempurna dan mengakibatkan hemoragie atau perdarahan. Oleh karena itu, plasenta
tertahan, inversi uterus, dan tumor dapat menyebabkan perdarahan postpartum serius.

Komplikasi
Syok, KID, sindrom Sheehan (nekrosis hipofisis pars anterior)

Pemeriksaan Penunjang
Darah: kadar Hb, hematocrit, masa pendarahan, masa pembekuan.
USG: bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterine.

Penatalaksanaan
Pencegahan. Obati anemia dalam kehamilan. Pada pasien dengan riwayat
perdarahan pasca persalinan sebelumnya, persalinan harus berlangsung di
rumah sakit. Jangan memijat dan mendorong uterus ke bawah sebelum
plasenta lepas. Berikan 10 unit oksitosin im setelah anak lahir dan 0,2 mg
ergometrin im setelah plasenta lahir.
Penanganan. Tentukan apakah terdapat syok, bila ada segera berikan transfuse
cairan/darah, control perdarahan dan berikan O2. Bila keadaan umum telah
membaik, lakukan pemeriksaan untuk menentukan etiologi.

2. SYOK HEMORAGI
Definisi
Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak.
Akibat perdarahan pada kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan ektopik dan
penyakit trofoblas (mola hidatidosa); perdarahan antepartum seperti plasenta previa,
solusio plasenta, rupture uteri, dan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan
laserasi jalan lahir.
Syok hemoragik adalah kehilangan akut volume peredaran darah yang
menyebabkan suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan
inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang
menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam keadaan
syok. Syok hemoragik dalam obstetrik dapat di jumpai pada :
1. Antepartum : Plasenta previa, solusio plasenta, abortus.
2. Intrapartum : Rupture uteri.
3. Pospartum : Pendarahan post partum, Luka jalan lahir.

Etiologi
Pendarahan
Abortus
Infeksi berat
Solusio Plasenta
Luka jalan lahir
Emboli air ketuban
Inversio uteri
Syok postular
Kolaps Vasomotor postpartum
Fakta predisposisi timbulnya syok

Patofisiologi Syok Hemoragik


Telah diketahui dengan baik respons tubuh saat kehilangan volum sirkulasi. Tubuh secara
logis akan segera memindahkan volum sirkulasinya dari organ non vital dan dengan
demikian fungsi organ vital terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi
perdarahan akut, curah jantung dan denyut nadi akan turun akibat rangsang baroreseptor
di aortik arch dan atrium. Volume sirkulasi turun, yang mengakibatkan teraktivasinya
saraf simpatis di jantung dan organ lain. Akibatnya, denyut jantung meningkat, terjadi
vasokonstriksi dan redistribusi darah dari organ-organ nonvital, seperti di kulit, saluran
cerna, dan ginjal. Secara bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan
akut ini, dimana akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin, yang akan merangsang
pelepasan glukokortikoid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitary posterior akan melepas
vasopressin, yang akan meretensi air di tubulus distalis ginjal. Kompleks Jukstamedula
akan melepas renin, menurunkan MAP (Mean Arterial Pressure), dan meningkatkan
pelepasan aldosteron dimana air dan natrium akan direabsorpsi kembali. Hiperglikemia
sering terjadi saat perdarahan akut, karena proses glukoneogenesis dan glikogenolisis
yang meningkat akibat pelepasan aldosteron dan growth hormone. Katekolamin dilepas
ke sirkulasi yang akan menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah
meningkat. Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan
spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak
dimana pasokan aliran darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP (Mean
Arterial Pressure). Ginjal juga mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90% dalam
waktu yang cepat dan pasokan aliran darah pada saluran cerna akan turun karena
mekanisme vasokonstriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian
resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat
kompensasinya dalam pertahanan tubuh.

Tanda dan Gejala


1. Kesadaran penderita menurun
2. Nadi berdenyut cepat ( Lebih dari 140 */menit ) Kemudian melemah, lambat dan
menghilang.
3. Penderita merasa mual ( mau muntah )
4. Kulit penderita dingin, lembab dan pucat.
5. Nafas dangkal dan kadang tak teratur.
6. Mata penderita nampak hampa, tidak bercahaya dan manik matanya/pupil ) melebar.

Adapun dari buku lain tanda tanda terjadinya syok obstetri yaitu :
1. Nadi cepat dan halus ( > 112 / menit )
2. Menurunnya tekanan darah ( diastotik < 60 )
3. Pernapasan cepat ( Respirasi > 32 / menit )
4. Pucat ( terutama pada konjungtiva palpebra, telapak tangan, bibir )
5. Berkeringat, gelisah, aptis / bingungan / pingsan / tidak sadar.

Komplikasi
Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan di berbagai organ, sehingga
dapat menjadi komplikasi-komlikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis hipofise, dan
koagulasi intravaskular diseminata (DIC)

Penanganan
Bila terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera lakukan resusitasi, berikan oksigen,
infuse cairan, dan transfuse darah dengan crossmatched. Diagnosis plasenta
previa/solusio plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG. Selanjutnya atasi
koagulopati dan lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut jantung janin. Bila
terjadi tanda-tanda hipoksia, segera lahirkan anak. Jika terjadi atonia uteri pasca
persalinan segera lakukan masase uterus, berikan suntikan metil ergometrin (0,2 mg) IV
dan oksitosin IV atau per infuse (20-40 U/I), dan bila gagal menghentikan perdarahan
lanjutkan dengan ligasi a hipogastrika atau histerektomi bila anak sudah cukup. Kalau
ada pengalaman dan tersedia peralatan dapat dilakukan embolisasi a.iliaka interna dengan
bantuan transkateter. Semua laserasi yang ada sebelumnya harus dijahit.

3. GANGGGUAN PEMBEKUAN DARAH PADA MASA KEHAMILAN


Definisi
Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang terjadi
karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga darah tetap
mengalir.

Etiologi
Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang berupa
hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi, tetapi abnormalitas yang didapat biasanya
yang menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang berhubungan dengan solusio
plasenta, sindroma HELLP, IUFD, emboli air ketuban dan sepsis. Kadar fibrinogen
meningkat pada saat hamil, sehingga kadar fibrinogen pada kisaran normal seperti pada
wanita yang tidak hamil harus mendapat perhatian. Selain itu, koagulopati dilusional
dapat terjadi setelah perdarahan post partum masif yang mendapat resusiatsi cairan
kristaloid dan transfusi PRC.
DIC, yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya disebabkan oleh
hipo atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata (Disseminated
Intravaskular Coagulation). DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh
hipoperfusi jaringan, yang menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin
jaringan. Pada kasus ini terdapat peningkatan kadar D-dimer dan penurunan fibrinogen
yang tajam, serta pemanjangan waktu trombin (thrombin time).

Patofisiologi
Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari lepasnya
substansi substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk konsepsi ke dalam
sirkulasi darah ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh endotoksin. Setelah itu mulailah
serangkaian reaksi berantai yang mengaktifkan mekanisme pembekuan darah,
pembentukan dan pengendapan fibrin dan, sebagai konsekuensinya, aktivasi sistem
fibrinolitik yang normalnya sebagai proteksi. Gangguan patofisiologi yang kompleks ini
menjadi suatu lingkaran setan yang muncul sebagai diathesis perdarahan klinis dengan
berubah ubahnya hasil rangkaian tes pembekuan darah sehingga membingungkan.

Tanda dan gejala


1. Perdarahan berlangsung terus
2. Merembes dari tempat tusukan
(Chapman, 2006)

Komplikasi
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC (Koagulasi
Intravaskuler Diseminata) :
1. Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan abortus septic
2. Syok berat
3. Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus
(Schward, 2000)

Penatalaksanaan
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati dilusional.
Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk darah bersifat sangat
esensial. Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus transfusi masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada pasien
dengan trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit dengan cepat. Satu
unit trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar 5.000 10.000/mm3. Dosis
biasa sebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila
hitung trombosit di bawah 20.000/mm3. transfusi trombosit diindakasikan bila hitung
trombosit 10.000 50.000/mm3, jika direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan
aktif atau diperkirakan diperlukan suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin
dibutuhkan karena masa paruh trombosit hanya 3 4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V, VII, IX, X
dan fibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak diperlukan adanya
kesesuaian donor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi dengan sel-sel penerima.
Bila ditemukan koagulopati, dan belum terdapat pemeriksaan laboratorium, plasma segar
yang dibekukan harus dipakai secara empiris. Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor
pembekuan VIII, XII dan fibrinogen, dipakai dalam penanganan hemofilia A,
hipofibrinogenemia dan penyakit von Willebrand. Kuantitas faktor-faktor ini tidak dapat
diprediksi untuk terjadinya suatu pembekuan, serta bervariasi menurut keadaan klinis.
DIC
Uterotonika dosis adekuat
Tambahan fibrinogen langsung
Analisa factor bekuan darah
DAFTAR PUSTAKA

A, Zuyina Lukluk & Siti Aspuah. 2013. Anatomi Fisiologi dan Obsgyn untuk Kebidanan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Sukarni, Icemi & Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Marmi. (2012). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai