Jean V C Tahapary
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : jeanvionatahapary@gmail.com
Abstrak
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat
lahir sampai berakhirnya masa remaja. Tujuan dari ilmu tumbuh kembang adalah
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik maupun mental. Apabila salah satu aspek
tersebut mengalami gangguan, maka proses tumbuh kembang pada anak akan terganggu baik
secara fisik maupun mental. Untuk menunjang tumbuh kembang anak yang optimal
dibutuhkan evaluasi kesehatan dengan melakukan pemeriksaan antropometri, Denver
Developmental Screening Test II, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan
memberikan imunisasi, dan memperhatikan asupan nutrisi.
Kata Kunci: Faktor Tumbuh Kembang Anak, Tes Denver II, Antropometri pada Anak,
Imunisasi
The child has a characteristic that is always growing and developing since birth until
the end of adolescence. The purpose of science is studying the growth and development of
various matters relating to all efforts to maintain and optimize growth and development of
children both physically and mentally. If one aspect of the disorder, then the growth process
in children will be disrupted both physically and mentally. To support the optimal
development of the child who needed medical evaluation by anthropometric examination,
Denver Developmental Screening Test II, improve the health and well-being by providing
immunization, and concerned about nutrition.
Keywords: Growth Factors, Denver II test, ANthropometric in Children, Immunization
1
Pendahuluan
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran
dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Perkembangan ialah bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam arti adanya proses
perubahan dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya juga termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Dengan kata lain, bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit
daripada pengukuran pertumbuhan. Karena itu, penting bagi seorang dokter untuk
memberikan penyuluhan kepada para orang tua untuk menyadari pentingnya pemberian hal-
hal yang sangat dibutuhkan anak mereka demi tercapainya suatu proses tumbuh-kembang
yang optimal, serta melakukan berbagai macam pemeriksaan yang sangat bermanfaat,
misalnya antropometri untuk pemeriksaan pertumbuhan dan tes Denver II untuk memeriksa
perkembangan anak.1
Pembahasan
Anamnesis
Dalam kasus ini digunakan teknik alloanamnesis yaitu mendapatkan informasi
tentang pasien dari orang lain karena pasien tidak dapat menjelaskan keluhannya .Pasien usia
9 bulan datang ke polikilinik karena belum dapat duduk sendiri. Dari faktor ibu , riwayat
kehamilan tidak ada komplikasi, lahir dengan cara normal, tanpa komplikasi dan bayi dengan
kuat menangis. Faktor anak yaitu: tumbuh kembang anak, RPS&RPD, imunisasi, nutrisi &
riwayat penyakit keluarga.
2
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan
lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu,
termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan, pertumbuhan
dan perkembangan memiliki makna yang berbeda akan tetapi kedunnya tidak dapat
dipisahkan, pertumbuhan menunjukkan arti perubahan kuantitatif. Pertambahan dalam ukuran
dan struktur. Sedangkan, perkembangan menujukkan perubahan kuantitaif dan kualitatif
sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu. Walaupun
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.1
Pola Asuh
Anak terus berkembang baik secara fisik maupun secarapsikis untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi bila orang tua dalam memberi pengasuhan
dapat mengerti, memahami, menerima dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat
3
perkembangan psikis anak, disamping menyediakan fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya.
Hubungan orang tua dengan anak ditentukan oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap
anaknya. Sikap tersebut diwujudkan dalam pola asuh orang tua di dalam keluarga (Direktorat
PADU, 2002).
Pola Asah
Kebutuhan stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian
stimulasi ini sudah dapat diberikan sejak masa pranatal, dan setelah lahir dengan cara
menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental
merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi
mental (asah) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan,
ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan
sebagainya (Soetjiningsih, 1995).
Yang termasuk faktor internal antara lain faktor bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, obstetrik, dan ras (suku bangsa). Jika potensi genetik dapat berinteraksi dalam
lingkungan yang baik dan optimal maka pertumbuhan juga akan optimal.
Gangguan pertumbuhan di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetik, sedangkan
di negara berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik, juga oleh lingkungan yang
tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal sehingga kematian balita di negara
berkembang cukup tinggi.2
FAKTOR CONTOH
I Internal
a. Genetik Individu (keluarga)
Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan
plasenta)
b. Obstetrik Individu (keluarga)
Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan
plasenta)
c. Seks Laki-laki lebih panjang dan berat
II Eksternal
Pemeriksaan Antropometri
5
Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan
bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-norma
untuk jenis kelamin,usia, berat badan, suku bangsa dll. Antropometri dilakukan pada anak-
anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh
kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukuran sangat
penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau kelalaian dalam cara
pengukuran akan mempengaruhi hasil pengamatan.3
Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut :
6
Pengkuran berat badan menggunakan timbangan injak :
1. Letakkan timbangan di lantai yang datar
2. Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke 0
3. Anak pakai baju sehari-hari yang tipis (tidak pakai alas kaki, jaket, topi, jam
tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu)
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
7. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
7
Gambar 3 : Cara pengukuran tinggi badan ( bayi & balita)
Sumber : www.images.google.com
Untuk anak yang sudah dapat berdiri dapat menggunakan microtoise. Cara mengukur
pada posisi berdiri yaitu :
1. Anak tidak pakai sandal atau sepatu.
2. Berdiri tegak menghadap ke depan, kedua mata kaki rapat.
3. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
5. Baca angka pada batas tersebut.
Pengukuran lingkar kepala bertujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas
normal atau di luar batas normal. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan
tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar
lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. 3
Cara mengukur lingkar kepala yaitu :
1. Pita ukur diletakkan pada oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela.
2. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
8
3. Hasil dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin.
4. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
Cara penilaian4
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur
kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
11
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F,
selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan
(Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
a. Abnormal
Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor
atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang
lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
b. Meragukan
Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
Interpretasi Hasil
Penilaian per item
a. Penilaian item lebih (advance). Nilai di berikan apabila anak lulus dari item sebelah
kanan garis usia
b. Penilaian Ok atau normal : nilai ini di berikan pada anak dengan kondisi
c. Anak gagal atau menolak melakukan tugas pada item di sebelah kanan garis usia
d. Anak lulus,gagal atau menolak melakukan tugas pada item di derah putih kotak
( 25%-75%)
e. Penilaian item P peringatan (C=caution). Nilai ini diberikan jika anak gagal atau
menolak melakukan tugas padaitem yang di lalui garis usia di daerah gelap kotak
(75%-90%)
f. Penilaian item T terlambat ( D= delayed). Nilai ini diberikan jika anak gagal atau
meolak melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut di
tunjukan untuk anak yang lebih muda
12
g. Penilaian item tak tak ada kesempatan (No Opurtunity). Niali ini di berikan jika
anak mendapat skor tak atau tidak ada kesempatan untuk mencoba.
BCG
HEPATITIS B
POLIO
DPT
CAMPAK
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio
atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga
kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus
Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
JENIS IMUNISASI
Sesuai dengan program pemerintah, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi dasar
terhadap tujuh macam penyakit yaitu TBC, difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), polio,
13
campak (measles, morbili) dan hepatitis B.Sedangkan imunisasi terhadap penyakit lain
seperti gondongan (mumps), campak Jerman (rubella), tifus, radang selaput otak (meningitis)
Hib, hepatitis A,cacar air (chicken pox, varicella) dan rabies tidak diwajibkan, tetapi
dianjurkan.Berikut ini penjelasan mengenai beberapa vaksin yang sering diberikan pada
anak:
1. Vaksin BCG
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ
tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi),kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal,
hati, atau selaput otak (yangterberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada
bayi yang barulahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan
sebelum,bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja.Bila pemberian
imunisasi ini "berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan,
suntikan sebaiknya dilakukan dipaha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan,
bayi tidak menderita demam.
14
pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Imunisasi ini tidak boleh
diberikan kepada anak yang sakit parah dan yang menderita kejang demam kompleks.
3. Vaksin Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak
lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.Terdapat 2 jenis
vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman
yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut.Di beberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin
polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT.
5. Vaksin Hepatitis B
Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi darah, dan jarum
suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu melalui plasenta semasa bayi dalam
kandungan atau pada saat kelahiran. Virus ini menyerang hati dan dapat menjadi
kronik/menahun yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker
hati di kemudian hari.Imunisasi dasar hepatitis B diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1
15
bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua
dan ketiga. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar.
8. Vaksin Radang
Selaput Otak Haemophilus influenzae tipe B (Hib) Penyakit ini berbahaya dan
paling sering menyerang anak usia 6-12 bulan.Radang selaput otak Hib sering mengakibatkan
cacat saraf atau kematian. DiIndonesia telah beredar 2 jenis vaksin Hib, yaitu ActHIB buatan
Perancis dan PedvaxHIB buatan USA.PedvaxHIB: Imunisasi dasar diberikan 2 kali pada usia
2-14 bulan dengan selang waktu 2 bulan. Bila dosis kedua diberikan pada usia di bawah 12
bulan, maka imunisasi ulangan harus diberikan paling cepat 2 bulan setelah suntikan kedua.
Untuk anak yang baru mendapat imunisasi setelah berusia lebih dari 15 bulan, maka
imunisasi cukup diberikan satu kali tanpa ulangan. ActHIB: Imunisasi dasar diberikan pada
usia 2-6 bulan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 1-2 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 12
16
bulan setelah imunisasi terakhir. Bila imunisasi diberikan pada usia 1-5 tahun maka cukup
diberikan satu kali tanpa ulangan.
9. Vaksin Hepatitis A
Walaupun gejalanya lebih nyata dan lebih berat dari hepatitis B, penyakit ini jarang
menyebabkan komplikasi atau kematian. Tanda-tandanya adalah demam, mual, lesu, mata
dan kulit kekuningan disertai warna kencing seperti air teh. Biasanya akan sembuh dalam
waktu 2-3 minggu. Imunisasi dasar dengan vaksin Havrix diberikan 2 kali dengan selang
waktu 2-4 minggu. Dosis ke-3 diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama.
Kesimpulan
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu
lahir. Status gizi dan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada anak
perlu diperhatikan. Status gizi pada anak dapat diukur dengan pelaksanaan antropometri, tes
17
denver II. Dengan bantuan imunisasi yang dianjurkan akan membantu perbaikan status gizi
maupun tumbuh kembang anak tersebut. Berdasarkan kasus, anak usia 9 bulan yang belum
bisa duduk merupakan suatu hal yang normal karena menurut tes denver di usia 8 bulan anak
tersebut menjalani proses duduk dengan mandiri, nanti ketika 10 bulan maka anak tersebut
akan dapat duduk.
Daftar pustaka
6. Cahyono JBSB, Lusi RA, Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K. Vaksinasi ,
cara ampuh mencegah penyakit infeksi. Jakarta: Kanisius;2010.h. 165-9
18