Anda di halaman 1dari 18

Pemeriksaaan Tumbuh Kembang Pada Anak

Jean V C Tahapary
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : jeanvionatahapary@gmail.com

Abstrak

Anak memiliki suatu ciri khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat
lahir sampai berakhirnya masa remaja. Tujuan dari ilmu tumbuh kembang adalah
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik maupun mental. Apabila salah satu aspek
tersebut mengalami gangguan, maka proses tumbuh kembang pada anak akan terganggu baik
secara fisik maupun mental. Untuk menunjang tumbuh kembang anak yang optimal
dibutuhkan evaluasi kesehatan dengan melakukan pemeriksaan antropometri, Denver
Developmental Screening Test II, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan
memberikan imunisasi, dan memperhatikan asupan nutrisi.

Kata Kunci: Faktor Tumbuh Kembang Anak, Tes Denver II, Antropometri pada Anak,
Imunisasi

The child has a characteristic that is always growing and developing since birth until
the end of adolescence. The purpose of science is studying the growth and development of
various matters relating to all efforts to maintain and optimize growth and development of
children both physically and mentally. If one aspect of the disorder, then the growth process
in children will be disrupted both physically and mentally. To support the optimal
development of the child who needed medical evaluation by anthropometric examination,
Denver Developmental Screening Test II, improve the health and well-being by providing
immunization, and concerned about nutrition.
Keywords: Growth Factors, Denver II test, ANthropometric in Children, Immunization

1
Pendahuluan

Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran
dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Perkembangan ialah bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam arti adanya proses
perubahan dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya juga termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Dengan kata lain, bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit
daripada pengukuran pertumbuhan. Karena itu, penting bagi seorang dokter untuk
memberikan penyuluhan kepada para orang tua untuk menyadari pentingnya pemberian hal-
hal yang sangat dibutuhkan anak mereka demi tercapainya suatu proses tumbuh-kembang
yang optimal, serta melakukan berbagai macam pemeriksaan yang sangat bermanfaat,
misalnya antropometri untuk pemeriksaan pertumbuhan dan tes Denver II untuk memeriksa
perkembangan anak.1

Pembahasan

Anamnesis
Dalam kasus ini digunakan teknik alloanamnesis yaitu mendapatkan informasi
tentang pasien dari orang lain karena pasien tidak dapat menjelaskan keluhannya .Pasien usia
9 bulan datang ke polikilinik karena belum dapat duduk sendiri. Dari faktor ibu , riwayat
kehamilan tidak ada komplikasi, lahir dengan cara normal, tanpa komplikasi dan bayi dengan
kuat menangis. Faktor anak yaitu: tumbuh kembang anak, RPS&RPD, imunisasi, nutrisi &
riwayat penyakit keluarga.

Pengertian Tumbuh Kembang

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup dua peristiwa yang sifatnya


berbeda, akan tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu perkembang dan
petumbuhan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh), sedangkan perkembangan

2
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan
lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu,
termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan, pertumbuhan
dan perkembangan memiliki makna yang berbeda akan tetapi kedunnya tidak dapat
dipisahkan, pertumbuhan menunjukkan arti perubahan kuantitatif. Pertambahan dalam ukuran
dan struktur. Sedangkan, perkembangan menujukkan perubahan kuantitaif dan kualitatif
sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu. Walaupun
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.1

Kebutuhan Dasar Anak1


Pola Asih
Hubungan yang erat, mesra, dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan
syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun
psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan selanggeng mungkin,
akan menjamin rasa aman bagi bayinya (Soetjiningsih, 1995). Pemenuhan kebutuhan emosi
dan kasih sayang dapat dimulai sedini mungkin. Sejak anak berada dalam kandungan, perlu
diupayakan kontak psikologis antara ibu dan anak. Setelah lahir, upaya tersebut dapat
dilakukan dengan mendekapkan bayi ke dada ibu segera setelah lahir (Nursalam dkk, 2005).
Keadaan ini akan menimbulkan kontak fisis (kontak kulit) dan psikis (kontak mata) sedini
mungkin (Tanuwidjaya, 2002). Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu/orang tua
dengan anak sangat penting, karena berguna untuk menentukan perilaku anakdi kemudian
hari, merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak terhadap dunia
luar (Nursalam dkk, 2005).

Pola Asuh

Anak terus berkembang baik secara fisik maupun secarapsikis untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi bila orang tua dalam memberi pengasuhan
dapat mengerti, memahami, menerima dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat

3
perkembangan psikis anak, disamping menyediakan fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya.
Hubungan orang tua dengan anak ditentukan oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap
anaknya. Sikap tersebut diwujudkan dalam pola asuh orang tua di dalam keluarga (Direktorat
PADU, 2002).

Pola Asah
Kebutuhan stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian
stimulasi ini sudah dapat diberikan sejak masa pranatal, dan setelah lahir dengan cara
menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental
merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi
mental (asah) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan,
ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan
sebagainya (Soetjiningsih, 1995).

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Faktor Internal ( Genetik )
Merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan. Melalui genetik juga
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, yang ditandai dengan:
(1) Intensitas dan kecepatan pembelahan
(2) Derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan
(3) Umur pubertas
(4) Berhentinya pertumbuhan tulang.

Yang termasuk faktor internal antara lain faktor bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, obstetrik, dan ras (suku bangsa). Jika potensi genetik dapat berinteraksi dalam
lingkungan yang baik dan optimal maka pertumbuhan juga akan optimal.
Gangguan pertumbuhan di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetik, sedangkan
di negara berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik, juga oleh lingkungan yang
tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal sehingga kematian balita di negara
berkembang cukup tinggi.2

Faktor Eksternal (lingkungan)

Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.


Kondisi lingkungan yang buruk berakibat kondisi genetik optimal tidak dapat tercapai. Yang
termasuk faktor lingkungan adalah bio-fisik-psikososial. Faktor ini mempengaruhi setiap
individu sejak masa konsepsi sampai akhir hayat.3
4
Faktor lingkungan dibagi dua:
Lingkungan Pranatal
Mempengaruhi pertumbuhan janin sejak konsepsi hingga lahir. Meliputi gizi ibu saat
hamil, mekanisme toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, anoksia embrio.
Lingkungan Pascanatal
Dipengaruhi oleh lingkungan , meliputi lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor
psikososial, keluarga dan adat-istiadat.

FAKTOR CONTOH
I Internal
a. Genetik Individu (keluarga)
Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan
plasenta)
b. Obstetrik Individu (keluarga)
Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan
plasenta)
c. Seks Laki-laki lebih panjang dan berat
II Eksternal

a. Gizi Fetus (diet maternal: protein, energi dan iodium)


Bayi (ASI dan susu botol)
Anak (protein, energi, iodium, zink, vitamin D dan
asam folat)
b. Obat-obatan Alkohol, tembakau dan kecanduan obat-obat
lainnya
c. Lingkungan Iklim
Daerah kumuh
d. Penyakit

1. Endokrin Hormon pertumbuhan

2. Infeksi Bakteri akut dan kronis, virus dan cacing

3. Kongenital Anemia sel sabit, kelainan metabolisme sejak lahir

4. Penyakit kronis Kanker, malabsorpsi usus halus, jantung, ginjal dan


hati

5. Psikologis Kemunduran mental/emosi

Tabel 1 : Faktor internal & external.2

Pemeriksaan Antropometri

5
Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan
bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-norma
untuk jenis kelamin,usia, berat badan, suku bangsa dll. Antropometri dilakukan pada anak-
anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh
kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukuran sangat
penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau kelalaian dalam cara
pengukuran akan mempengaruhi hasil pengamatan.3
Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut :

Pengukuran Berat Badan


Berat badan merupakan indikator untuk keadaan gizi anak. Gangguan pada berat
badan biasanya menggambarkan gangguan yang bersifat perubahan akut/jangka pendek.
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:
1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan
3. Umum dan luas dipakai di Indonesia
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur
5. Digunakan dalam KMS
6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur
7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi ( dacin )

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan menggunakan timbangan bayi :


1. Untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
2. Letakkan timbangan pada meja datar, tidak mudah bergoyang.
3. Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
4. Bayi sebaiknya telanjang
5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan.
8. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-
tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.

Gambar1 : Timbangan Bayi


Sumber : www.images.google.com

6
Pengkuran berat badan menggunakan timbangan injak :
1. Letakkan timbangan di lantai yang datar
2. Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke 0
3. Anak pakai baju sehari-hari yang tipis (tidak pakai alas kaki, jaket, topi, jam
tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu)
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
7. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

Gambar 2 : Timbangan Badan


Sumber : www.images.google.com

Pengukuran Tinggi Badan/Panjang Badan


Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat
gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.3
Untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri dapat menggunakan infantometer.
Cara mengukur dengan posisi berbaring yaitu :
1. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
2. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
4. Petugas 1 : ke2 tangan pegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala).
5. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi dengan lengan kiri bawah agar
lurus, sedangkan tangan menjaga agar posisi kaki tetap lurus (tidak fleksi
ataupun ekstensi). Tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.
6. Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.

7
Gambar 3 : Cara pengukuran tinggi badan ( bayi & balita)
Sumber : www.images.google.com

Untuk anak yang sudah dapat berdiri dapat menggunakan microtoise. Cara mengukur
pada posisi berdiri yaitu :
1. Anak tidak pakai sandal atau sepatu.
2. Berdiri tegak menghadap ke depan, kedua mata kaki rapat.
3. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
5. Baca angka pada batas tersebut.

Gambar 4: cara pengukuran tinggi badan pada anak-anak


Sumber : www.images.google.com

Pengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala bertujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas
normal atau di luar batas normal. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan
tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar
lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. 3
Cara mengukur lingkar kepala yaitu :
1. Pita ukur diletakkan pada oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela.
2. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.

8
3. Hasil dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin.
4. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.

Gambar 5 : cara pengukuran lingkar kepala


Sumber : www.images.google.com

Pengukuran Lingkar Lengan Atas


Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah, murah dan cepat.
Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan
energi, sehingga dapat mencerminkan status KEP (Kurang Energi Protein) pada balita. Namun
kelemahannya adalah :3
1. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai
untuk digunakan di Indonesia
2. Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada tinggi badan
3. Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan
dewasa.

Gambar 6: cara pengukuran lingkar lengan atas


Sumber : www.images.google.com

DDST (Denver Development Screening Test)4


DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai
kemajuan perkembangan usia 0-6 tahun. DDST di gunakan untuk mendetaksi adanya
masalah dalam perkembangan anak yang berat dan sebagai metode yang cepat untuk
9
mengidentifikasi anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. DDST adalah salah satu
metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau
tes IQ. (Soetjiningsih, 1998). DDST terdiri dari item-item tugas perkembangan yang sesuai
dengan usia anak mulai dari usia 0-6 tahun . item item tersebut tersusun dalam formulir
khusus yang terbagi dalam 4 sektor yaitu :
a. Sektor personal sosial adalah penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi
b. Sektor motorik halus yaitu koordinasi tangan kemampuan memainkan dan
menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah
c. Sektor bahasa adalah mendengar,mengerti menggunakan bahasa
d. Sektor motorik kasar adalah duduk,berjalan,dan melakukan gerakan otot besar
lainnya.
DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan
motorikkasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun. Aspek-aspek Perkembangan yang
Dinilai dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas
perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok
besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi :

Personal sosial Motorik Halus Bahasa Motorik kasar


Menatap muka Mengikuti ke garis tengah Bereaksi Gerakan seimbang
Membalas senyum Mengikuti lewat garis Bersuara Aaaahh Mengangkat kepala
pemeriksa tengah

Tersenyum spontan Memegang icik-icik Tertawa Kepala terangkat keatas


Mengamati tangan Mengikuti 1800 Berteriak Duduk kepala tegak
Berusaha menggapai Mengamati manik-manik Menoleh ke bunyi icik- Menumpu badan pada
mainan icik kaki
Makan sendiri Tangan bersentuhan Menoleh ke arah suara Dada terangkat
menumpu satu lengan
Tepuk tangan Meraih Satu silabel Membalik
Menyatakan keinginan Mencari benang Meniru bunyi kata-kata Bangkit kepala tegak
Daag-daag dengan Menggaruk manik-manik Papa/mama tidak spesifik Duduk tanpa pegangan
tangan
Main bola dengan Memindahkan kubus Kombinasi silabel Berdiri tanpa pegangan
pemeriksa
Menirukan kegiatan Mengambil dua buah Mengoceh Bangkit waktu berdiri
kubus
Minum dengan cangkir Memegang dengan ibu Papa\mama spesifik Bangkit terus duduk
jari dan jari
Membantu dirumah Membenturkan 2 kubus 1 kata Berdiri 2 detik
10
Menggunakan sendok Menaruh kubus di cangkir 2 kata Berdiri sendiri
& garfu
Membuka pakaian Mencoret-coret 3 kata Membungkuk kemudian
berdiri
Menyuapi boneka Mengambil manik-manik 6 kata Berjalan dengan baik
ditunjuk
Memakai baju Menara dari 2 kubus Menunjuk 2 gambar Berjalan dengan mundur
Gosok gigi dengan Menara dari 4 kubus Kombinasi kata lari
bantuan
Cuci dan mengeringkan Menara dari 6 kubus Menyebut 1 gambar Berjalan naik tangga
tangan Menyebut bagian badan
Menyebut nama teman Meniru garis vertikel Menunjuk 4 gambar Menendang bola
kedepan
Memakai T-shirt Menara dari kubus Bicara dengan dimengerti Melompat
Berpakaian tanpa Menggoyangkan dari ibu Menyebut 4 gambar Melempar bola, lengan
bantuan jari ke atas
Bermain ular Mencontoh O Mengetahui 2 kegiatan Loncat
tangga\kartu
Gosok gigi tanpa Menggambar dengan tiga Mengerti 2 kata sifat Berdiri 1 kaki 1 detik
bantuan bagian
Mengambil makan Mencontoh titik Menyebut satu warna Berdiri 1 kaki 2 detik
Memilih garis yang lebih Kegunaan 2 benda Melompat dengan 1
panjang kaki
Mencontoh yang ditunjuk Mengetahui Berdiri 1 kaki 3 detik
Menggambar orang 6 Bicara semua dimengerti Berdiri 1 kaki 4 detik
bagian
mencontoh Mengerti 4 kata depan Berjalan tumit ke jari
kaki
Menyebut bagian badan Berdiri 1 kaki 6 detik
Menyebut 4 warna
Mengartikan 6 kata
Mengetahui 3 kata sifat
Menghitung 6 kubus
Berlawanan 2
Mengartikan 7 kata

Cara penilaian4
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur
kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

11
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F,
selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan
(Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
a. Abnormal
Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor
atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang
lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
b. Meragukan
Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

c. Tidak dapat dites


Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
d. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

Interpretasi Hasil
Penilaian per item
a. Penilaian item lebih (advance). Nilai di berikan apabila anak lulus dari item sebelah
kanan garis usia
b. Penilaian Ok atau normal : nilai ini di berikan pada anak dengan kondisi
c. Anak gagal atau menolak melakukan tugas pada item di sebelah kanan garis usia
d. Anak lulus,gagal atau menolak melakukan tugas pada item di derah putih kotak
( 25%-75%)
e. Penilaian item P peringatan (C=caution). Nilai ini diberikan jika anak gagal atau
menolak melakukan tugas padaitem yang di lalui garis usia di daerah gelap kotak
(75%-90%)
f. Penilaian item T terlambat ( D= delayed). Nilai ini diberikan jika anak gagal atau
meolak melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut di
tunjukan untuk anak yang lebih muda
12
g. Penilaian item tak tak ada kesempatan (No Opurtunity). Niali ini di berikan jika
anak mendapat skor tak atau tidak ada kesempatan untuk mencoba.

Penialaian keseluruhan test


a. Normal : intepretasi ini di berikan jiak ada skor terlambat dan maksimal satu
peringatan. Lakukan uji ulang pada pertemuan berikutnya
b. Suspek : interpretasi ini di berikan jika ada terdapat satu atau lebih skor
terlambat dan dua atau lebih peringatandi sebab kan oleh kegagalan bukan
penolakan. Lakukan uji ulang 1-2 minggu berikutnya . jika test hasil berulang kali
suspek dan tidak dapat di uji , lakukan konsultasi dengan seorang ahli.
c. Tidak dapat di uji : interpretsai ini diberikan jika terdapat satu atau lebih skor
terlambat dan dua atau lebih peringtan di sebabkan oleh penolakan bukan
kegagalan. Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian

Jenis-jenis imunisasi pada anak < 1 tahun.5

BCG
HEPATITIS B
POLIO
DPT
CAMPAK
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio
atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga
kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus
Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.

JENIS IMUNISASI
Sesuai dengan program pemerintah, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi dasar
terhadap tujuh macam penyakit yaitu TBC, difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), polio,
13
campak (measles, morbili) dan hepatitis B.Sedangkan imunisasi terhadap penyakit lain
seperti gondongan (mumps), campak Jerman (rubella), tifus, radang selaput otak (meningitis)
Hib, hepatitis A,cacar air (chicken pox, varicella) dan rabies tidak diwajibkan, tetapi
dianjurkan.Berikut ini penjelasan mengenai beberapa vaksin yang sering diberikan pada
anak:

1. Vaksin BCG
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ
tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi),kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal,
hati, atau selaput otak (yangterberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada
bayi yang barulahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan
sebelum,bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja.Bila pemberian
imunisasi ini "berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan,
suntikan sebaiknya dilakukan dipaha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan,
bayi tidak menderita demam.

2. Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)


Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi
dan tampak adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan cepat meluas dan
menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri dapat menyerang otot
jantung, ginjal, dan beberapa serabutsaraf. Racun dari kuman tetanus merusak sel saraf pusat
tulang belakang,mengakibatkan kejang dan kaku seluruh tubuh. Pertusis (batuk 100 hari)
cukupparah bila menyerang anak balita, bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kematian.Di
Indonesia vaksin terhadap difteri, pertusis, dan tetanus terdapat dalam 3jenis kemasan, yaitu:
kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT, dan kombinasi DPT. Imunisasi
dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu sejakbayi berumur 2 bulan dengan selang waktu
penyuntikan minimal selama 4minggu. Suntikan pertama tidak memberikan perlindungan
apa-apa, itu sebabnya
suntikan ini harus diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1
_ - 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-3. Imunisasi ulang
berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi
imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Reaksi yang terjadi biasanya demam ringan,

14
pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Imunisasi ini tidak boleh
diberikan kepada anak yang sakit parah dan yang menderita kejang demam kompleks.

3. Vaksin Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak
lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.Terdapat 2 jenis
vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman
yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut.Di beberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin
polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT.

4. Vaksin Campak (Morbili, Measles)


Penyakit ini sangat mudah menular. Gejala yang khas adalah timbulnya bercak-
bercak merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita demam, batuk,atau pilek. Bercak merah
ini mula-mula timbul di pipi yang menjalar ke muka,tubuh, dan anggota badan. Bercak merah
ini akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam waktu 7-10 hari.Pada stadium
demam, penyakit campak sangat mudah menular. Sedangkan pada anak yang kurang gizi,
penyakit ini dapat diikuti oleh komplikasi yang cukup berat seperti radang otak
(encephalitis), radang paru, atau radang saluran kencing. Bayi baru lahir biasanya telah
mendapat kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam kandungan dan kekebalan ini bertahan
hingga usia bayi mencapai 6 bulan.Imunisasi campak diberikan kepada anak usia 9 bulan.
Biasanya tidak terdapatreaksi akibat imunisasi. Namun adakalanya terjadi demam ringan atau
sedikitbercak merah pada pipi di bawah telinga, atau pembengkakan pada tempat suntikan.

5. Vaksin Hepatitis B
Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi darah, dan jarum
suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu melalui plasenta semasa bayi dalam
kandungan atau pada saat kelahiran. Virus ini menyerang hati dan dapat menjadi
kronik/menahun yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker
hati di kemudian hari.Imunisasi dasar hepatitis B diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1

15
bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua
dan ketiga. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar.

6. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)


Vaksin ini masih diimpor dan harganya cukup mahal. Penyakit gondonga
sebenarnya tidak berbahaya, tetapi bisa mengakibatkan komplikasi yang serius seperti radang
otak dan radang buah pelir (pada pria) atau kandung telur (pada wanita) dan dapat
mengakibatkan kemandulan. Penyakit rubella sebenarnya ringan, tetapi dapat membahayakan
karena dapat merusak janin dalam kandungan pada masa kehamilan muda. Imunisasi MMR
diberikan satu kali setelah anak berumur 15 bulan. Imunisasi ulang dilakukan setelah anak
berusia 12 tahun.

7. Vaksin Tifus/ Demam Tifoid


Vaksin ini tidak diwajibkan dengan pertimbangan bahwa penyakit tifus tidak
berbahaya pada anak dan jarang menimbulkan komplikasi. Gejala penyakit yang khas adalah
demam tinggi yang dapat berlangsung lebih dari 1 minggu disertai dengan lidah yang tampak
kotor, sakit kepala, mulut kering, rasa mual, lesu,dan kadang-kadang disertai sembelit atau
mencret. Ada 2 jenis vaksin demam tifoid, yaitu vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan
(TyphimVi). Vaksin suntikan diberikan sekali pada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3
tahun.Vaksin oral diberikan pada anak umur 6 tahun atau lebih. Kemasan vaksin oral terdiri
dari 3 kapsul yang diminum sekali sehari dengan selang waktu 1 hari.

8. Vaksin Radang
Selaput Otak Haemophilus influenzae tipe B (Hib) Penyakit ini berbahaya dan
paling sering menyerang anak usia 6-12 bulan.Radang selaput otak Hib sering mengakibatkan
cacat saraf atau kematian. DiIndonesia telah beredar 2 jenis vaksin Hib, yaitu ActHIB buatan
Perancis dan PedvaxHIB buatan USA.PedvaxHIB: Imunisasi dasar diberikan 2 kali pada usia
2-14 bulan dengan selang waktu 2 bulan. Bila dosis kedua diberikan pada usia di bawah 12
bulan, maka imunisasi ulangan harus diberikan paling cepat 2 bulan setelah suntikan kedua.
Untuk anak yang baru mendapat imunisasi setelah berusia lebih dari 15 bulan, maka
imunisasi cukup diberikan satu kali tanpa ulangan. ActHIB: Imunisasi dasar diberikan pada
usia 2-6 bulan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 1-2 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 12

16
bulan setelah imunisasi terakhir. Bila imunisasi diberikan pada usia 1-5 tahun maka cukup
diberikan satu kali tanpa ulangan.

9. Vaksin Hepatitis A
Walaupun gejalanya lebih nyata dan lebih berat dari hepatitis B, penyakit ini jarang
menyebabkan komplikasi atau kematian. Tanda-tandanya adalah demam, mual, lesu, mata
dan kulit kekuningan disertai warna kencing seperti air teh. Biasanya akan sembuh dalam
waktu 2-3 minggu. Imunisasi dasar dengan vaksin Havrix diberikan 2 kali dengan selang
waktu 2-4 minggu. Dosis ke-3 diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama.

10. Vaksin Cacar Air (Varicella)


Cacar air merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi ringan. Gejalanya khas,
mula-mula timbul bintik kemerahan yang makin membesar membentuk gelembung berisi air
dan akhirnya mengering dalam waktu 1 minggu. Gejala ini mula-mula muncul di daerah
perut, dada dan punggung, kemudian menyebar ke muka, kepala dan anggota badan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah radang kulit, radang paru (pneumonia), radang otak
(encephalitis), atau varicella kongenital bila ibu menderita varicella pada kehamilan muda.
Harga vaksin (Varillix) masih mahal, karena itu direkomendasikan diberikan pada anak
berusia di atas 12 tahun yang belum pernah terkena varicella dan diulang 6-8 minggu
kemudian.

Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib6


1 bulan : Hepatitis B-1, BCG, OPV-1 (oral polio vaccine)
2 bulan : Hepatitis B-2, DPT-1, OPV-2
3 bulan : DPT-2, OPV-3
4 bulan : DPT-3, OPV-4
7 bulan : Hepatitis B-3
9 bulan : Campak

Kesimpulan

Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu
lahir. Status gizi dan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada anak
perlu diperhatikan. Status gizi pada anak dapat diukur dengan pelaksanaan antropometri, tes
17
denver II. Dengan bantuan imunisasi yang dianjurkan akan membantu perbaikan status gizi
maupun tumbuh kembang anak tersebut. Berdasarkan kasus, anak usia 9 bulan yang belum
bisa duduk merupakan suatu hal yang normal karena menurut tes denver di usia 8 bulan anak
tersebut menjalani proses duduk dengan mandiri, nanti ketika 10 bulan maka anak tersebut
akan dapat duduk.

Daftar pustaka

1. Narendra MB,Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S. Buku


Ajar Tumbuh Kembang Jilid I. Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri
Sosial Ikat an Dokter Indonesia, 2011.h.175-9

2. Narendra MB,Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S. Buku


Ajar Tumbuh Kembang Jilid II. Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri
Sosial Ikatan Dokter Indonesia, 2010. H.34-8

3. Hardjono S, Sulaiman I, Moersintowarti B.N. Gagal Tumbuh (Failure To Thrive).


Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak No.32,Oktober 2002.h 37-43

4. Schartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta : EGC:2011.h 25-31

5. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: penerbit buku kedokteran


EGC;2007.h15-7

6. Cahyono JBSB, Lusi RA, Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K. Vaksinasi ,
cara ampuh mencegah penyakit infeksi. Jakarta: Kanisius;2010.h. 165-9

18

Anda mungkin juga menyukai