Oleh
Tim PKRS Ruang 8
IRNA: III
1. Topik : Nifas
2. Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Nifas
3. Sasaran : Pasien, keluarga pasien, dan
pengunjung di Ruang 8
RSSA Malang
4. Tempat : Ruang 8 RSUD Saiful Anwar Malang
5. Waktu : Kamis, 16 Februari 2017
6. Alokasi Waktu : 30 menit
7. Pemberi Materi : Mahasiswa Profesi PSIK UB
8. Metode : Ceramah dan diskusi
9. Media : LCD
10. Materi : Terlampir
11. Tujuan :
a. Tujuan Umum:
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami dan
mengetahui Tanda Bahaya Nifas
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Tanda Bahaya Nifas, diharapkan peserta
dapat mengerti tentang :
a. Konsep Nifas
b. Tanda Bahaya Nifas
12. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah
plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh
organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam
waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa
ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses
pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas dini,
dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas
adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah
melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah
melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1
minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu ataupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian akibat nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi
ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara
2
keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa
pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi,
disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan
dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi
kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah
dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan. Oleh karena itu promosi
kesehatan penting dilakukan pada masa nifas agar ibu mampu melakukan deteksi
dini tanda bahaya nifas untuk mencegah terjadinya komplikasi masa nifas.
3
16. DAFTAR PUSTAKA
Boyle, M. 2009. Seri Praktik Kebidanan Pemulihan Luka. Jakarta: EGC.
Hirnle, Constance, J., & Craven, Ruth, F., (2003). Fundamentals of Nursing Human
Health and Function (4th ed): Lipincott Williams & Wilkins.
Cunningham, F. Gary et al. 2006. Obstetric Williams Edisi 21 vol.1. Jakarta: EGC.
Kumar V, Abul K. Abbas, Nelson Fausto. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis
of disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. P: 107-114
Lawler W, Ahmed A, Hume WJ. 2002. Buku Pintar Patologi untuk Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC, p:15-17.
Mackay, D & Miller, AL. 2003. Nutritional Support for Wound Healing. Altern Med
Review, 8 (4):359-360.
Miloro, M, Ghali, GE, Larsen, PE & Waite, PD. 2004. Petersonss Principle of Oral
and Maxilofacial Surgery, 2nd , London, BC Decker Inc, p. 3-8.
Morison, Moya J. 2003. Manajemen Luka. Jakarta:EGC.
Padilla, et al. 2008. Risk Factors in Cesarean Section. Ginecol Obstet Mex Article in
Spanish. 2008 Jul;76(7):392-7
Walley, J., Simkin, P., dan Keppler, A. (2008). Panduan Praktis Bagi Calon Ibu :
Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
4
MATERI
KONSEP MASA NIFAS DAN TANDA BAHAYA NIFAS
5
infeksi nifas dan sisa plasenta. Menurut Manuaba (2005), perdarahan
post partum merupakan penyebab penting kematian maternal.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah:
a. Paritas lebih dari 5
b. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa (Notoatmodjo, 2008).
Penanganan :
Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan penanganan umum dengan
perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infuse, transfuse darah,
pemberian antibiotic, dan pemberian uterotonika. Pada kegawatdaruratan
dilakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 2008).
6
c) Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)
Pengertian:
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60
gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu
disebut sub involusi (Eny, 2009).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya.
Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat
(Manuaba, 2008).
Penanganan :
Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap
hari ditambah ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan
kuretase. Berikan antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo,
2005).
7
umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum
tetap baik. Pada pelvio peritonitis bisa terdapat pertumbuhan abses
(Prawirohardjo, 2007).
8
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya pada bayinya.
Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
9
e) Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk
mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa
agar nanah dapat keluar terus.
10
g) Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
h) Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan
berdebar-debar.
11
DAFTAR PUSTAKA
12