Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 1

FISIKA REAKTOR

Tipe-Tipe Reaktor Nuklir

OLEH :

S. ABDULLAH AHMAD

(08072621620002)

DOSEN PENGASUH :

Dr. Menik Ariani, M.Si

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PRODI MIPA FISIKA

TAHUN 2016/2017
Tipe-Tipe Reaktor Nuklir
Tipe Reaktor Nuklir Berdasarkan Tipe Reaksi

Berdasarkan tipe reaksinya, reaktor nuklir dibedakan atas reaktor yang memanfaatkan reaksi
fisi dan reaktor yang memanfaatkan reaksi fusi.

Reaktor Fisi

Semua jenis reaktor komersial yang sudah digunakan saat ini adalah tipe reaktor fisi. Reaktor
ini memanfaatkan pembelahan inti berat menjadi inti yang lebih ringan. Proses pembelahan
ini menghasilkan energi yang relatif sangat besar, sebagai contoh, jika satu inti U-235
mengalami reaksi fisi, akan dihasilkan energi sekitar 200 MeV per atomnya. Jika
dikalkulasikan secara makroskopik, berapa besar energi yang dihasilkan dari reaksi fisi 1 kg
U-235? Untuk menjawabnya, perhatikan perhitungan di bawah ini.

1 MeV = 106 1.6 10-19 Joule = 1.6 10-13 Joule


1 kg U-235 = 1000 x 235 x 6.02 1023 = 1.415 1029 atom U-235

Jadi, energi total yang dapat dihasilkan dari reaksi fisi 1 kg U-235 adalah sebesar.

E = 200 MeV x 1 kg U-235 = 1.6 10-13 x 1.415 1029 Joule

E = 2.264 1016 Joule

Untuk mendapatkan energi sebesar itu pada PLTU, dibutuhkan setidaknya 2000000 ton
batubara. Tapi, pada kenyataannya, energi yang didapatkan dari hasil reaksi di reaktor nuklir
besarnya masih dibawah hasil perhitungan tersebut karena ada faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil reaksi di reaktor nuklir.

Pada tiap reaksi inti U-235, rata-rata dihasilkan 2 3 neutron tiap reaksinya. Neutron-neutron
yang dihasilkan akan memicu reaksi pada inti U-235 lain sehingga terjadi reaksi berantai
yang menyebabkan energi yang dihasilkan tidak terkendali. Oleh karena itu, pada reaktor
nuklir fisi, dilakukan pengendalian reaksi tersebut sehingga energi yang dihasilkan dapat juga
dikendalikan.

Reaktor Fusi

Reaktor fusi memanfaatkan reaksi penggabungan inti-inti atom ringan untuk membentuk inti
berat. Inti ringan yang biasanya digunakan antara lain adalah hidrogen, deutrium, tritium,
litium, dan sebagainya. Energi yang dihasilkan dari fusi 2 inti ringan menjadi inti yang lebih
berat umumnya lebih besar daripada energi yang dihasilkan dari fisi inti berat. Silakan lihat
kurva binding energy per nukleon di bawah ini.
Gambar 1. Kurva binding energy

Binding energy atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai energi ikat. Pada daerah masa
atom ringan, jika terjadi penggabungan neukleon, akan dihasilkan energi yang sebanding
dengan jumlah nukleon yang bergabung. Sebaliknya, pada daerah masa atom berat, jika
terjadi pemutusan nukleon akan menghasilkan energi sebesar nukleon yang hilang. Kurva di
atas memperlihatkan bahwa pada masa atom yang lebih rendah, kemiringan kurva jauh lebih
besar dibandingkan dengan kemiringan pada daerah masa atom yang besar. Oleh karena itu,
pada nomor atom ringan, energi yang dihasilkan lebih besar.

Hasil dari reaksi fusi pun relatif tidak meninggalkan banyak limbah radioaktif. Oleh karena
itu, reaktor fusi digadang-gadang menjadi teknologi masa depan yang lebih efisien dan lebih
bersih. Namun, pada praktiknya agar dua inti ringan bergabung menjadi inti berat dibutuhkan
energi yang sangat besar (panas mencapai 6000000 K), dan sampai saat ini belum ditemukan
material yang efektif untuk menahan panas sebesar 6000000 K. Saat ini, telah dikembangkan
tokamak, yakni device yang digunakan untuk melangsungkan terjadinya reaksi fusi. Konsep
desain tokamak memanfaatkan medan magnet untuk menahan plasma hasil dari reaksi fusi
agar tidak keluar ke lingkungan. Penjelasan lebih jauh insya Allah akan saya tuliskan pada
postingan-postingan lain.

Tipe Reaktor Nuklir Berdasarkan Penggunaannya


Berdasarkan penggunaannya, reaktor nuklir dibedakan atas:

Reaktor Riset

Sesuai dengan namanya, reaktor ini dipergunakan untuk kepentingan riset/penelitian. Selain
itu, reaktor riset juga dipergunakan untuk memproduksi isotop-isotop radioaktif yang
nantinya digunakan pada bidang kedokteran, material, pertanian, dan lain-lain. Reaktor
riset ini diusahakan agar daya yang dihasilkan sekecil mungkin. Indonesia sendiri memiliki 3
buah reaktor riset yakni reaktor TRIGA 2000 Bandung, Reaktor Kartini Yogyakarta dan
Reaktor G.A. Siwabessy, Serpong).

Pada reaktor riset energi hasil reaksi fisi dibuang ke lingkungan karena pada dasarnya hasil
reaksi yang diambil dari reaktor riset ini adalah partikel neutron-nya saja agar bisa digunakan
untuk produksi isotop radioaktif, analisis material, dan lain-lain.

Reaktor Daya

Reaktor daya merupakan reaktor nuklir yang digunakan untuk kepentingan komersial.
Reaktor ini memanfaatkan energi hasil dari reaksi fisi untuk menguapkan air sehingga uap
tersebut dapat memutar turbin, dan turbin akan memutar generator listrik. Skema reaktor daya
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. transfer energi reaktor nuklir tipe BWR

Gambar di atas merupakan skema transfer energi dari reaktor nuklir tipe BWR. Dapat dilihat
bahwa uap yang dihasilkan ditransfer ke turbin sehingga generator berputar dan dihasilkanlah
listrik. Perlu diperhatikan bahwa air yang diuapkan tidak dilepas ke udara karena air ini
membawa partikel radiaktif. Oleh karena itu, air didinginkan kembali melalui pipa pendingin
tanpa adanya kontak secara langsung.

Tipe Reaktor Nuklir Berdasarkan Energi Neutron yang Digunakan


Neutron merupakan partikel yang memicu terjadinya reaksi fisi nuklir. Besar kecilnya energi
neutron dapat mempengaruhi parameter neutronik bahan bakar reaktor nuklir karena besarnya
cross section amat dipengaruhi oleh energi atau kecepatan neutron yang digunakan. Oleh
karena itu, reaktor nuklir pun dibedakan berdasarkan energi neutron yang digunakannya.
Sebelum membahas tipe reaktor-nya, terlebih dahulu harus diketahui klasifikasi neutron
berdasarkan rentang energi-nya. Berikut tampilan tabel klasifikasi neutron berdasarkan
rentang energy.

Tabel 1. Klasifikasi energi neutron (wikipedia)

Sekarang kita sudah mengetahui klasifikasi neutron berdasarkan energinya. Pada aplikasinya,
energi neutron yang umumnya digunakan pada reaktor nuklir berada pada daerah thermal
neutron (neutron termal) dan fast neutron (neutron cepat). Mengapa tidak ada reaktor nuklir
yang menggunakan rentang energi selain termal dan fast? Jawabannya adalah karena pada
rentang energi selain termal dan fast neutron menghasilkan data cross section yang tidak
stabil sehingga sulit dilakukan analisis ataupun pengendalian reaktor jika data cross
sectionnya tidak stabil. Sedangkan pada rentang energi termal dan fast umumnya memiliki
data cross section yang relatif stabil terutama pada inti Th-232, U-233, U-235, U-238, Pu-
239, dan sebagainya. Selanjutnya, reaktor nuklir yang pengoperasiannya memanfaatkan
neutron termal disebut sebagai reaktor termal. Sedangkan reaktor nuklir yang
pengoperasiannya memanfaatkan neutron cepat (fast neutron) disebut sebagai reaktor cepat
(fast reactor). Lalu, apa perbedaan dari reaktor termal dan reaktor cepat? Berikut ini
penjelasannya.

Pada awalnya, neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi berada pada kondisi neutron cepat (fast
neutron). Pada reaktor termal, dimana membutuhkan neutron yang berada pada energi termal
untuk menumbuk inti fisil, dibutuhkan moderator untuk menyerap energi neutron yang
dihasilkan dari reaksi fisi sehingga berada pada kondisi neutron termal pada saat menumbuk
inti fisil berikutnya. Sedangkan pada fast reactor tidak perlu menggunakan moderator karena
neutron yang dibutuhkan sudah berada pada rentang energi yang dibutuhkan.

Selanjutnya, perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 3. Cross section fisi U-235, U-238, dan Pu-239

Gambar di atas menunjukkan cross section untuk isotop U-235, U-238, dan Pu-239. Dari
gambar di atas, kita bisa melihat bahwa cross section U-235 dan Pu-239 di daerah neutron
termal nilainya jauh lebih besar daripada nilai di daerah neutron cepat. Selain itu, cross
section fisi U-238 pada daerah neutron termal hampir bernilai nol dan pada daerah neutron
cepat lumayan bernilai.

Dari data di atas, dapat kita pelajari bahwa pada reaktor termal yang menggunakan bahan
bakar uranium dibutuhkan material fisil yang lebih sedikit dibandingkan pada reaktor cepat.
Artinya enrichment pada reaktor termal pun relatif lebih kecil dibandingkan dengan
enrichment pada reaktor cepat. Mengapa demikian? Karena pada reaktor termal pemanfaatan
neutron lebih efektif untuk melakukan reaksi fisi, sedangkan pada reaktor cepat sebagian
neutron efektif ditangkap oleh material fertil untuk membentuk material fisil (biasanya U-238
untuk membentuk Pu-239), sehingga biasanya pada reaktor cepat digunakan pula untuk
breeding (pembiak bahan fisil). Oleh karena itu, reaktor cepat lebih ekonomis dari sisi
pemanfaatan neutron dibandingkan reaktor termal karena pada reaktor termal banyak neutron
yang diserap oleh absorber untuk menjaga kesetabilan daya.

Dilihat dari sisi enrichment bahan bakarnya, reaktor termal lebih banyak disukai karena
membutuhkan enrichment yang kecil. Mengapa demikian? Pada reaktor cepat dibutuhkan
enrichment yang cukup besar sehingga rentan sekali terhadap penyalahgunaan bahan bakar
nuklir, karena pada enrichment yang besar, bahan bakar nuklir bisa disalahgunakan untuk
dijadikan bom nuklir. Oleh karena itu, sampai saat ini sebagian besar reaktor nuklir yang
beroperasi di seluruh dunia merupakan reaktor termal, misalnya LWR (PWR dan BWR),
HWR, Candu, dan sebagainya. Sedangkan reaktor cepat yang pernah beroperasi sejauh yang
saya ketahui adalah Superphenix (Fast Breeder Reactor) yang dimiliki oleh Perancis.

Tipe Reaktor Nuklir Berdasarkan Pendingin

Reaktor nuklir membutuhkan pendingin agar suhu yang dicapai oleh reaktor tidak melebihi
suhu batas yang ditentukan. Ada banyak macam pendingin yang digunakan misalnya air
ringan, air berat, gas, garam cair (molten salt), logam cair (liquid metal) dan lain-lain. Berikut
ini beberapa jenis reaktor yang populer diketahui saat ini.

Reaktor Air Ringan / Light Water Reactor (LWR)

Light Water Reactor (LWR) merupakan reaktor termal yang menggunakan air ringan sebagai
pendingin sekaligus moderator. Yang dimaksud air ringan disini adalah H2O dengan isotop
hidrogen H-1. LWR merupakan tipe reaktor yang paling banyak digunakan di dunia. Reaktor
tipe LWR yang paling populer selama ini adalah Pressurized Water Reactor (PWR) dan
Boiling Water Reactor (BWR).

Pada BWR, panas yang dihasilkan oleh fisi mengubah air menjadi uap yang langsung
dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Lain halnya dengan PWR, pada
reaktor tipe ini panas yang dihasilkan oleh fisi ditransfer ke loop sekunder melalui penukar
panas. Uap dihasilkan di loop sekunder, dan uap di loop sekunder ini dialirkan untuk
menggerakkan turbin pembangkit listrik. Pada kedua reaktor ini, setelah uap mengalir melalui
turbin, uap berubah kembali menjadi air di kondensor. Skema transfer panas untuk reaktor
tipe BWR dapat dilihat pada gambar 2. Sedangkan untuk tipe PWR bisa dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 4. Skema transfer panas pada PWR

Reaktor PWR menggunakan pressurizer untuk mengatur tekanan pendingin primer agar tetap
stabil.
Reaktor Air Berat / Heavy Water Reactor (HWR)

Reaktor tipe ini menggunakan air berat sebagai pendingin. Air berat yang dimaksud adalah
D2O, D adalah deutrium yang merupakan isotop hidrogen dengan nomor masa 2 (H-2).
Reaktor ini umumnya menggunakan uranium alam tanpa pengayaan sebagai bahan bakarnya.
Pendingin air berat terjaga oleh tekanan, memungkinkan untuk dipanaskan sampai suhu yang
lebih tinggi tanpa mendidih, seperti halnya PWR. Meskipun air berat secara signifikan lebih
mahal daripada air ringan, tetapi pendingin air berat memiliki nilai keekonomisan neutron
yang lebih tinggi, hal ini memungkinkan reaktor beroperasi tanpa pengayaan bahan bakar dan
umumnya meningkatkan kemampuan reaktor agar secara efisien memanfaatkan siklus bahan
bakar di dalamnya.

Salah satu jenis HWR adalah CANDU (Canadian Deuterium Uranium) yang merupakan
reaktor nuklir di Kanada. CANDU menghasilkan listrik dengan cara yang sama
seperti pembangkit listrik bahan bakar fosil. Panas dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
dan digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang biasanya terletak di power hall
terpisah. CANDU mengkonsumsi bahan bakar nuklir secara in-situ. ketika bahan bakar sudah
selesai mengalami pembakaran, bahan bakar tersebut dikeluarkan dari reaktor dan
disimpan sebagai limbah radioaktif tingkat tinggi. Berikut ini skema pengoperasian reaktor
nuklir jenis CANDU yang saya ambil dari wikipedia.

Gambar 5. Skema pengoperasian CANDU

Reaktor Berpendingin Gas / Gas Cooled Reactor (GCR)


Gas Cooled Reactor adalah pembangkit listrik yang menggunakan gas sebagai pendingin
reaktor. Panas diambil oleh gas selama proses pendinginan reaktor yang kemudian digunakan
secara tidak langsung untuk menghasilkan uap dimana uap tersebut digunakan untuk
menggerakan turbin, atau pada kasus lain pendingin yang mengambil panas ini dapat
digunakan secara langsung sebagai fluida kerja dari turbin gas sehingga tidak
memerlukan sirkuit uap terpisah. Tentu saja kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Moderator yang digunakan pada jenis reaktor ini adalah
grafit yang memiliki kelebihan tetap stabil di bawah kondisi radiasi tinggi serta suhu tinggi.
Contoh reaktor berpendingin gas adalah Gas Cooled Fast Reactor (GCFR). Berikut ini
diperlihatkan skema sirkuit dari GCFR.

Gambar 6. Skema sirkuit GCFR

Seperti ditunjukkan pada gambar di atas, GCFR menggunakan spektrum neutron cepat
dengan pendingin helium. Menggunakan siklus bahan bakar tertutup. Bahan bakar
merupakan komposit keramik yang terbungkus dengan rapih, dilapisi (U, Pu)C. Reaktor ini
didesain memiliki suhu output 850 C yang memungkinkan untuk menghasilkan hidrogen
atau memproses panas dengan efisiensi konversi yang tinggi.

Reaktor Berpendingin Logam Cair / Liquid Metal Cooled Reactor (LMCR)


Reaktor Berpendingin Logam Cair merupakan tipe reaktor cepat, digunakan logam cair untuk
menjaga agar neutron tetap berada pada spektrum neutron cepat. Reaktor ini biasanya sangat
kompak dan bisa juga berpotensi digunakan untuk sumber energi kapal angkatan laut.
Meskipun pada saat ini ada reaktor berpendingin logam cair yang digunakan sebagai
pembangkit listrik, sebagian besar contoh merupakan prototipe yang telah dibangun di
seluruh dunia sebagai reaktor eksperimental. Contoh dari reaktor tipe ini antara lain adalah
Sodium Cooled Fast Reactor (SCFR) dan Lead Cooled Fast Reactor (LCFR). Berikut ini
ditampilkan skema sirkuit dari kedua reaktor tersebut.

Gambar 7. Skema sirkuit SFR

Gambar 8. Skema sirkuit LFR

Reaktor Garam Cair / Molten Salt Reactor (MSR)


Molten Salt Reactor (MSR) merupakan reaktor fisi nuklir dimana pendingin primer, atau
bahkan bahan bakar itu sendiri merupakan campuran garam cair. MSRs dijalankan pada suhu
yang lebih tinggi dari reaktor berpendingin air untuk efisiensi termodinamika yang lebih
tinggi, namun tekanan uap rendah.

Proyek penelitian MSR sudah dilakukan sejak tahun 60-an, namun sampai saat ini belum
digunakan untuk keperluan komersial. Salah satu alasannya adalah bahwa banyak modal
penelitian nuklir berasal dari militer, dan teknologi MSR skala besar biasanya kurang
diminati untuk keperluan sumber energi kapal selam dan kapal induk dibandingkan LWR
yang berukuran relatif lebih kecil. selain itu, MSR membutuhkan fasilitas terpisah untuk
menyaring campuran inti (bahan bakar). Namun, untuk keperluan produksi listrik
secara massal, desain MSR memiliki beberapa keuntungan, terutama berkaitan dengan dua
isu utama yakni aspek keselamatan dan aspek ekonomi.

Berikut ini adalah gambar skema sirkuit Molten Salt Reactor.

Gambar 9. Skema sirkuit MSR

Referensi
1. Wikipedia. http://www.wikipedia.org.
2. Infonuklir. http://www.infonuklir.com.
3. Rouf. Buku Catatan Kuliah Fisika Reaktor. 2013.
4. http://www.tbc.school.nz/.
5. Ricky, Gas Cooled Reactors in Nuclear Plants, http://www.brighthubengineering.com.
6. Langegger, Ruppet. Generation IV Gas cooled Fast Reactor. Austrian Nuclear
Societies. http://www.oektg.at/.
7. Neurovore. Nuclear Technology Basics: Part 8 Liquid Metal Cooled Reactors.
http://www.neurovoresnuclearnetworknews.blogspot.com.
8. Templeton, Graham. The 500MW molten salt nuclear reactor: Safe, half the price of
light water, and shipped to order. 2013. http://www.extremetech.com/.
9. https://nuclearthinker.wordpress.com/2014/04/06/tipe-tipe-reaktor-nuklir/
10. https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F
%2Fcatatanstudi.files.wordpress.com%2F2016%2F08%2Fcrosssection-
fission.gif&imgrefurl=https%3A%2F%2Fcatatanstudi.wordpress.com
%2F2016%2F08%2F09%2Fpake-thorium-burnup-menurun
%2F&docid=eDKgHPFHNdwdtM&tbnid=EceOYfa3UdQ5xM
%3A&vet=1&w=696&h=313&bih=657&biw=1366&q=Cross%20section%20fisi
%20U-235%2C%20U-238%2C%20dan%20Pu-
239%20&ved=0ahUKEwjqh_acio3SAhXFQ48KHbEQDtgQMwgZKAAwAA&iact=
mrc&uact=8#h=313&imgrc=EceOYfa3UdQ5xM:&vet=1&w=696
11. https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F
%2Fseptiadiah.files.wordpress.com%2F2011%2F04%2Fpltn.jpg&imgrefurl=https
%3A%2F%2Fseptiadiah.wordpress.com%2F2011%2F04%2F07%2Freaktor-nuklir-
serta-pengaruh-peristiwa-kebocorannya-terhadap-manusia-dan-lingkungan
%2F&docid=u4B8jEcJz5pOnM&tbnid=IcizYIkZmvaARM
%3A&vet=1&w=500&h=301&bih=657&biw=1366&q=Skema transfer energi
reaktor nuklir tipe
BWR&ved=0ahUKEwj2vcKFiY3SAhVLMI8KHYryA24QMwgcKAEwAQ&iact=m
rc&uact=8#h=301&imgrc=IcizYIkZmvaARM:&vet=1&w=500

Anda mungkin juga menyukai