Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia.

Hadirnya anak akan membuat bahagia ketika memandangnya, hati akan

merasa tentram dan penuh suka cita setiap bercanda dengan mereka.

Masa terpenting dalam pendidikan adalah masa kanak-kanak, yang

merupakan masa terpanjang dalam kehidupan. Pada masa itu seorang

pendidik memiliki peluang yang sangat besar dalam membentuknya menjadi

apa saja sesuai yang diinginkan oleh pendidik. Oleh karena itu, orang tua

selaku pendidik pertama memiliki peran yang sangat menentukan. (Nur,

2003: 108)

Berbicara masalah pendidikan anak, kiranya tak bisa lepas dari

pemahaman perkembangan jiwa anak. Anak bukanlah robot yang bisa

diprogram begitu saja sehingga bergerak atas kemauan guru atau orang tua.

Anak adalah individu unik yang mempunyai eksistensi, jiwa, serta

mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai

dengan iramanya masing-masing.

Mereka hidup dalam dunianya yang indah, yaitu dunia bermain,

sehingga pendidikan awal pada anak-anak di masa dini juga harus

mempertimbangkan unsur dunia bermain yang indah (Mulyadi, 2000: 91-

92).

1
2

Terjun langsung atau bermain adalah aktivitas spontan yang

melibatkan motivasi serta prestasi dalam diri anak secara mendalam dalam

dunianya. Seorang anak memiliki posisi sebagai decision maker dan play

master. Dengan bermain anak bebas beraksi dan menghayalkan sebuah

dunia lain, sehingga dengan bermain ada elemen petualangan. Bermain juga

bisa menjadi media olah raga bagi anak, dimana anak bermain secara

sporadic dan banyak menggunakan fisik dan melatih otot-ototnya. (Effendi,

2003: 17)

Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi anak-

anak usia prasekolah dan merupakan cara atau jalan bagi anak untuk

mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan, serta cara mereka menjelajahi

dunia lingkungannya (Patmonodewo, 2000: 112). Bermain juga dapat

mendorong imajinasi anak, menambah daya ingat dan kesempatan menalar.

Inilah sebabnya bermain dapat menjadikan anak mempunyai kesiapan mental

serta dapat membantu mempunyai penyesuaian diri yang baik dalam

kehidupannya, karena seorang anak belajar mengatasi masalah sehari-hari

dari hasil bermain tersebut, terutama pada situasi-situasi praktis sehari-hari.

(Purnomo, 2004: 39)

Ini berarti metode bermain adalah cara yang paling tepat bagi kita

para orang tua dan pendidik untuk menyiasati perkembangan anak (Aeni,

2000: 63). Bermain juga membantu anak untuk menjalin hubungan sosial

antar anak (Patmonodewo, 2000: 112). Sosialisasi bagi anak tak pelak lagi

merupakan sesuatu yang penting bagi keberhasilan anak dalam belajar


3

(Hurlock, 1999: 5). Walaupun sosialisasi ini berjalan sepanjang usia, namun

perkembangannya yang utama terjadi pada masa kanak-kanak. (Aeni, 2000:

60)

Anak usia prasekolah biasanya bermain dengan menggunakan alat

permainan, tetapi dengan bertambahnya usia, maka kegiatan bermain dengan

benda-benda menurun. Pada akhir usia pra-sekolah, anak-anak biasanya

melakukan bermain konstruktif, bermain dengan suatu bentuk atau

bangunan. Benda-benda yang ditemui akan diperlakukan secara simbolis

atau bermain dengan beberapa aturan. (Patmonodewo, 2000: 108)

Unsur dasar bermain bagi seorang anak adalah untuk merasa

senang. Jika seorang anak tidak merasakan kesenangan di kala bermain baik

yang mengajak berfikir maupun tidak, maka implikasi yang diharapkan tidak

akan terwujud (Gharawiyan, 2002: 112). Bermain adalah segala kegiatan

yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak. Bermain dilakukan anak

dengan suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Kegiatan bermain

tidak mempunyai aturan kecuali yang ditetapkan oleh pemain itu sendiri.

(Rahman, 2002: 85)

Pada usia anak-anak fungsi bermain mempunyai implikasi besar

sekali bagi perkembangan anak. Jika pada orang dewasa sebagian besar dari

perbuatannya diarahkan pada pencapaian tujuan dan prestasi dalam bentuk

kegiatan kerja, maka kegiatan anak sebagian besar berbentuk aktivitas

bermain. (Kartono, 1995: 16)

Perkembangan setiap anak itu berlangsung menurut tempo atau


4

kecepatan dan ritme tertentu, sesuai dengan pembawaan sendiri. Jadi, pada

setiap anak terdapat impuls untuk berkembang dengan caranya sendiri dalam

melatih semua bakat dan kemampuannya.

Sarana permainan pada Taman Kanak-Kanak merupakan sarana

bermain yang efektif untuk anak, oleh karena itu penulis tertarik untuk

meneliti masalah metode bermain konstruktif dan pengaruhnya terhadap

perkembangan keagamaan anak. Dalam hal ini penulis mengadakan

penelitian di Taman Kanak-Kanak Bina Putra Mojopurno, Magetan.

Dalam latar belakang itulah penulis mencoba meneliti masalah

tersebut untuk dikomparasikan, sehingga akan dapat diketahui titik

kelemahan dan kekurangannya. Dalam hal ini judul penelitian ini adalah

Metode Bermain Konstruktif Dalam Belajar dan Implikasinya Terhadap

Perkembangan Keagamaan Anak di TK Bina Putra Mojopurno Kabupaten

Magetan.

1.2 Rumusan Masalah

Berlandaskan uraian latar belakang tersebut di atas, maka secara rinci

per,asalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana metode bermain konstruktif siswa Taman Kanak-Kanak Bina

Putra Mojopurno, Kab. Magetan?

2. Bagaimana kondisi perkembangan keagamaan siswa Taman Kanak-

Kanak Bina Putra Mojopurno, Kab. Magetan?

3. Bagaimana implikasi metode bermain konstruktif terhadap

perkembangan keagamaan siswa Taman Kanak-Kanak Bina Putra


5

Mojopurno, Kab. Magetan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan di dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Untuk mengetahui metode bermain konstruktif siswa Taman Kanak-

Kanak Bina Putra Mojopurno, Kab. Magetan.

2. Untuk mengetahui kondisi perkembangan keagamaan siswa Taman

Kanak-Kanak Bina Putra Mojopurno, Kab. Magetan.

3. Untuk mengetahui implikasi metode bermain konstruktif terhadap

perkembangan keagamaan siswa Taman Kanak-Kanak Bina Putra

Mojopurno, Kab. Magetan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat bagi:

1. Khasanah ilmu pengetahuan dalam ilmu pendidikan, khususnya

metodologi pengajaran untuk anak maupun dalam bidang psikologi anak.

2. Lembaga pendidikan siswa sekolah, khususnya Taman Kanak-Kanak

Bina Putra Mojopurno, Magetan dalam mengembangkan kurikulum yang

digunakan.

3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, terutama dalam penentuan

kebijaksanaan bagi pelaksanaan metode bermain konstruktif bagi anak

usia dini.
6

1.5 Definisi Variabel dan Keterbatasan Penelitian

1.5.1 Definisi Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, dan menghindari

kesalah pahaman tentang judul skripsi ini, maka kiranya penulis perlu

menjelaskan istilah sebagai berikut:

1. Metode Bermain Konstruktif

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu pekerjaan yang mencapai tujuan

yang ditentukan (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1995: 652). Bermain adalah melakukan

perbuatan untuk menyenangkan hati (dengan alat-alat tertentu

atau tidak) (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1995: 543). Konstruktif adalah bersifat

membina, memperbaiki, dan membangun. (Tim Penyusun Kamus

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995: 457)

Dengan demikian yang dimaksud dengan metode

bermain konstruktif adalah cara bermain yang bersifat

membangun, membina, memperbaiki, dimana anak-anak

menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan untuk

tujuan bermanfaat, melainkan lebih ditujukan bagi kegembiraan

yang diperolehnya dari membuatnya. (Hurlock, 1999: 330)


7

2. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. (Slameto, 1995: 2)

3. Implikasi

Implikasi adalah daya yang ada atau yang timbul dari

sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa. Adapun

yang dimaksud implikasi di sini adalah daya yang ditimbulkan

oleh metode bermain konstruktif terhadap perkembangan jiwa

anak.

4. Perkembangan keagamaan Anak

Perkembangan keagamaan anak adalah suatu proses

perubahan yang terjadi secara menyeluruh dalam diri seorang

anak. Menyeluruh dalam arti menjangkau hampir semua aspek

kehidupan anak, di mana perubahan pada suatu aspek berkaitan

dengan perubahan pada aspek yang lain. (Sakti, 2000: 25)

Dengan demikian yang dimaksud dengan judul penelitian di

atas adalah metode bermain konstruktif yang dilakukan oleh Taman

Kanak-Kanak Bina Putra Mojopurno, Kab. Magetan dalam

mengembangkan kreativitas bermain pada anak serta hasil yang

dicapai melalui pola yang diberlakukan.

Anda mungkin juga menyukai