Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan


publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para
ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada
yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi walau bagaimanapun korupsi ini
merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi kebersamaan bangsa.
Pada hakekatnya, korupsi adalah benalu sosial yang merusak struktur
pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan
dan pembangunan pada umumnya.
Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin
dapat diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian
yang eksak. Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum
yang pasti. Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus
diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri.
Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang
memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak.
Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup yang
berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat
dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status sosial yang tinggi dimata
masyarakat.
Korupsi sudah berlangsung lama, sejak zaman Mesir Kuno, Babilonia,
Roma sampai abad pertengahan dan sampai sekarang. Korupsi terjadi diberbagai
negara, tak terkecuali di negara-negara maju sekalipun. Di negara Amerika Serikat
sendiri yang sudah begitu maju masih ada praktek-praktek korupsi. Sebaliknya,
pada masyarakat yang primitif dimana ikatan-ikatan sosial masih sangat kuat dan
control sosial yang efektif, korupsi relatif jarang terjadi. Tetapi dengan semakin
berkembangnya sektor ekonomi dan politik serta semakin majunya usaha-usaha
pembangunan dengan pembukaan-pembukaan sumber alam yang baru, maka

1
semakin kuat dorongan individu terutama di kalangan pegawai negeri untuk
melakukan praktek korupsi dan usaha-usaha penggelapan.
Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usaha
pembangunan yang diinginkan, sedangkan proses birokrasi relatif lambat,
sehingga setiap orang atau badan menginginkan jalan pintas yang cepat dengan
memberikan imbalan-imbalan dengan cara memberikan uang pelicin (uang
sogok). Praktek ini akan berlangsung terus menerus sepanjang tidak adanya
kontrol dari pemerintah dan masyarakat, sehingga timbul golongan pegawai yang
termasuk OKB-OKB (orang kaya baru) yang memperkaya diri sendiri (ambisi
material).
Agar tercapai tujuan pembangunan nasional, maka mau tidak mau
korupsi harus diberantas. Ada beberapa cara penanggulangan korupsi, dimulai
yang sifatnya preventif maupun yang represif.

2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KORUPSI

Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat
dari struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada
hakekatnya mempunyai makna yang sama.
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan
pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan
gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi,
salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum
dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan
jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi
dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat
dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari
seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan
yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang
yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam
korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak
ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan
kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang
mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai
korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling
menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas
pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat,
pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.

3
B. CIRI-CIRI KORUPSI
Adapun ciri-ciri korupsi, antara lain:
1. Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin
dilakukan sendiri, pasti melibatkan lebih dari satu orang.Bahkan, pada
perkembangannya acapkali dilakukan secara bersama-sama untuk
menyulitkan pengusutan.
2. Serba kerahasiaan. Meski dilakukan bersama-sama, korupsi
dilakukandalam koridor kerahasiaan yang sangat ketat. Masing-masing
pihak yangterlibat akan berusaha semaksimal mungkin menutupi apa
yang telahdilakukan.
3. Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang
dimaksudelemen perizinan adalah bidang strategis yang dikuasai oleh
negaramenyangkut pengembangan usaha tertentu. Misalnya izin
mendirikanbangunan, izin perusahaan,dan lain-lain.
4. Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan/maksud tertentu
dibalik kebenaran.
5. Koruptor menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan
memilikipengaruh. Senantiasa berusaha mempengaruhi pengambil
kebijakan agarberpihak padanya. Mengutamakan kepentingannya dan
melindungisegala apa yang diinginkan.
6. Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh
badanhukum publik dan masyarakat umum. Badan hukum yang
dimaksudsuatu lembaga yang bergerak dalam pelayanan publik atau
penyediabarang dan jasa kepentingan publik.
7. Setiap tindak korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan.
Ketikaseseorang berjuang meraih kedudukan tertentu, dia pasti berjanji
akanmelakukan hal yang terbaik untuk kepentingan semua pihak.
Tetapisetelah mendapat kepercayaanm kedudukan tidak pernah
melakukan apayang telah dijanjikan.
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif
darikoruptor sendiri. Sikap dermawan dari koruptor yang acap
ditampilkandi hadapan publik adalah bentuk fungsi ganda yang
kontradiktif. Di satupihak sang koruptor menunjukkan perilaku
menyembunyikan tujuanuntuk menyeret semua pihak untuk ikut

4
bertanggung jawab, di pihak laindia menggunakan perilaku tadi untuk
meningkatkan posisi tawarannya.

C. MACAM-MACAM KORUPSI
Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun 1999 jo
UU No 20 Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut, terdapat 33 jenis tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi.
33 tindakan tersebut dikategorikan ke dalam 7 kelompok yakni :
1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara;
2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap;
3. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan;
4. Korupsi yang terkait dengan pemerasan;
5. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang;
6. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan;
7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi.

D. PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI


Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab-
sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :
1. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan,
administrasi yang lamban dan sebagainya;
2. Warisan pemerintahan kolonial;
3. Sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak
halal, tidak ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang
pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah.

E. AKIBAT TERJADINYA KORUPSI


Ada beberapa akibat terjadinya korupsi, yaitu:
1. Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap
perusahaan, gangguan penanaman modal;
2. Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial;
3. Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar
negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik;
4. Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan
administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara,
keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan
represif.

5
Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak
sendi-sendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional
seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

F. DAMPAK NEGATIFNYA KORUPSI


1. Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan.
Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan
proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan;
korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam
pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena
prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi
pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

2. Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit
pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan
yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam
negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau
karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus
yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan
menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan
baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga
mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi

6
dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan
perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor
publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek
masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat
mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk
menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih
banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi
juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu
faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia,
terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang
menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar
negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan
yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening
bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto
yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok),
namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi
infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas
Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian
modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi
dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri. [1] (Hasilnya, dalam artian
pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya
dalam satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika,
salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan
bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama
yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat
untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari
ekspropriasi di masa depan.
3. Kesejahteraan umum Negara

7
Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman
besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan
pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas.
Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang
melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan
kecil (SME). Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan
pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan
besar kepada kampanye pemilu mereka.

G. CARA MENANGGULANGI KORUPSI


Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara
ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka
akan terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat
yang selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara
(the end justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara
tuntas dan bertanggung jawab.

Ada beberapa cara untuk menanggulangi korupsi, yaitu:


1. Preventif.
a. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di
instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas
dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik
Negara;
b. Mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan
pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan
swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan
integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan
kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya;
c. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan
diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai
bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka
terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan
Negara;

8
d. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif
dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan;
e. Menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka
untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan
kekuasaan itu cenderung disalahgunakan;
f. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana
menumbuhkan sense of belongingness dikalangan pejabat dan
pegawai, sehingga mereka merasa peruasahaan tersebut adalah
milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat
yang terbaik.
2. Represif.
a. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi.
b. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat.

H. PERTANYAAN-PERTANYAAN
Ada beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan pada
Koran Kompas edisi 9 Maret 2013 dengan judul Bangsa Alami Disorientasi
di lihat dari aspek kepemimpinan, yaitu:
1. Apa yang diketahui dari kasus ini sebelum membaca?
Jawab :
Dilihat dari judul bacaannya, dapat dipahami bahwa pemerintah masih
bersifat tertutup dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sehingga terjadilah
penyelewengan-penyelewengan dalam proses pelaksanaannya. Salah
satunya ialah adanya korupsi. Adapun masyarakat bangsa kita saat
sekarang ini sedang dalam masa di mana mereka telah mulai
menghadapai situasi acuh tak acuh atau tidak ingin tahu menahu dengan
apa yang terjadi disekelilingnya. Ini diakibatkan oleh para pemimpin
yang hanya memanfaatkan siatuasi yang ada. Bukan untuk menjalankan
kewajibannya tetapi malah untuk menikmati kekuasaannya.

2. Apa issuenya?
Jawab :
Banyak hal yang membuat terjadinya praktek korupsi dalam
pemerintahan khususnya, menurut beberapa pendapat atau berita-berita

9
yang tersebar dalam masyarakat atau di tengah-tengah politisi sendiri
adalah pemimpin bangsa dinilai masih sangat lemah dan tidak sungguh
dalam melaksanakan Pancasila dan UUD 1945. Dan mungkin yang
membuat terjadinya disorientasi karena kurangnya rasa percaya
masyarakat lagi terhadap pemerintah juga sudah terlanjur melihat fakta
yang terjadi dalam pemerintahan yang cenderung penuh kemunafikan
para pemimpin yang tidak memiliki integritas. Apalagi ditambah dengan
masih banyaknya para politisi yang merasa tidak bersalah setelah apa
yang mereka lakukan. Mereka merasa dugaan-dugaan negatif itu adalah
hanya sebuah issu belaka saja.

3. Apa faktanya?
Jawab :
Dari bacaan yang ada, terbukti bahwa banyak fakta mengenai kasus
korupsi di Indonesia yang masih sangat merajalela. Ternyata di
pemerintahan para politikus masih banyak yang melakukan
penyelewengan dengan melakukan tindak korupsi dengan segenap
proyek-proyek yang ada. Contohnya ialah para politisi tersangkut kasus
korupsi, seperti kasus proyek Hambalang, kuota impor daging sapi, dan
pengadaan Al-Quran. Serta adanya berbagai kasus yang mengurangi rasa
percaya masyarakat terhadap para aparatur Negara seperti contohnya
penyerangan terhadap Markas Kepolisian Resor Ogan Komering Ulu
(OKU), Sumatera Selatan.

4. Di mana sumbernya?
Jawab :
Sumbernya berasal dari :
Koran Kompas edisi 9 Maret 2013
Asyumardi Azra (Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah)
A. Syafii Maarif (Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat
Muhammadiyah)
Taufik Abdullah (Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan)
Siti Zuhro (Peneliti LIPI)
Yudi Latif (Direktur Eksekutif Reform Institute)

10
Frans Magnis-Suseno (Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat
Driyakarya)
Sarlito Wirawan Sarwono (Guru Besar Fakultas Psikologi UI)
Syamsuddin Haris (Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI)
Ramlan Surbakti (Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga)

5. Apa penyebab masalahnya?


Jawab :
Penyebab terjadinya masalah-masalah seperti korupsi karena kurangnya
kepemimpinan yang tegas dalam mengatur dan mengelola struktur
pemerintahan yang bagus dalam negeri serta pemimpin Negara yang ada
tidak mampu memberikan teladan pada masyarakat. Serta karena
keteladanan elite politik dan para pemimpin bangsa ini cenderung
mengalami anomi yaitu kehilangan pegangan terhadap nilai-nilai
kebaikan dan kebenaran. Ditambah dengan selama 40 tahun (orde lama
dan orde baru), bangsa Indonesia dipimpin secara otoriter. Secara tak
langsung, tumbuh dalam diri kita sikap otoriter, yaitu merasa benar dan
mau menang sendiri. Sehingga bangsa saat ini terbentuk akibat system
otoriter lebih dari tiga decade. Hal itu diperparah oleh ketiadaan
kepemimpinan yang memberi arah. Konsolidasi demokrasi juga belum
terwujud.

6. Apa solusinya?
Jawab :
Untuk mengatasi berbagai masalah itu, system politik harus diperbaiki
dan kualitas aktor-aktor poltik ditingkatkan. Negara harus kembali
kepada tujuannya, terutama mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu
caranya ialah dengan memilih pemimpin Negara dan anggota legislatife
yang berkualitas dalam pemilu 2014. Dengan menekankan pada ketiga
model kepemimpinan yaitu, model sifat, model perilaku dan model
kontingensi. Jadi, seorang pemimpin itu harus bertanggung jawab atas
kewajiban yang telah diberikan.

11
PENUTUP

Ada beberapa kesimpulan dari pembahasan di atas, yaitu:

1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau


pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya;
2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak
sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa;
3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif.
Pencegahan (preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan
dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang
jelas antara milik negara atau perusahaan dengan milik pribadi,
mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-
kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan
dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan
pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol
sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa sense of belongingness
diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang bersifat Represif
adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan wajah
koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan
pejabat dan pegawai.
4. Di Indonesia masih terdapat beberapa oknum-oknum dalam pemerintahan
yang melakukan penyelewengan salah satunya adalah melakukan korupsi.
Sehingga ke depannya diharapkan figur seorang pemimpin yang dapat
melaksanakan tujuan negara yaitu untuk menciptakan kesejahteraan rakyat
Indonesia yang adil dan makmur.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bangsa Indonesia Alami Disorientasi.


http://nasional.kompas.com/read/2013/03/09/09132632/Bangsa.Indonesia
.Alami.Disorientasi. (Tanggal Akses, 17 Maret 2013)
Berantas Korupsi Perlu Indeks Pencegahan dan Penindakan.
http://nasional.kompas.com/read/2009/07/28/14484059/Berantas.Korupsi
.Perlu.Indeks.Pencegahan.dan.Penindakan . (Tanggal Akses, 17 Maret
2013)
Korupsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi. (Tanggal Akses, 16 Maret 2013)
Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta : Penerbit
Ghalia Indonesia.
Sejarah Korupsi Di Indonesia. http://www.untukku.com/artikel-untukku/sejarah-
korupsi-di-indonesia-untukku.html. (Tanggal Akses, 16 Maret 2013)

13

Anda mungkin juga menyukai