Anda di halaman 1dari 140

TESIS

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KOMPENSASI


DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PUSKESMAS
DI KOTA DENPASAR

MADE KARMA MAHA WIRAJAYA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KOMPENSASI


DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PUSKESMAS
DI KOTA DENPASAR

MADE KARMA MAHA WIRAJAYA


NIM 1392161036

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KOMPENSASI
DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PUSKESMAS
DI KOTA DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

MADE KARMA MAHA WIRAJAYA


NIM 1392161036

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

ii
Lembar Pengesehan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 22 JULI 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos, M.M dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH
NIP. 19681231 1989031 057 NIP. 19831104 2008012 005

Mengetahui

Ketua Program Studi Direktur


Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana
Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Universitas Udayana,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, SP.S (K)
NIP. 19481010 1977021 001 NIP. 19590215 1985102 001

iii
Tesis Ini Telah Duji Pada
Tanggal 22 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor


Universitas Udayana, No.: 0794/UN14.4/MK/2015, Tanggal 22 Juli 2015

Ketua : Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos, M.M


Anggota :
1. dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH
2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M. Repro PA (K)
3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamitha Duarsa, Msi
4. Dr. Luh Seri Ani, S.KM, M.Kes

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : MADE KARMA MAHA WIRAJAYA


NIM : 1392161036
PROGRAM STUDI : MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JUDUL TESIS : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN
KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA
PEGAWAI PUSKESMAS DI KOTA DENPASAR

Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 22 Juli 2015

Made Karma Maha Wirajaya

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul

Hubungan Kepemimpinan, Motivasi dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja

Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp PD-KEMD,

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A Raka

Sudewi, Sp.S(K) dan Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. dr. Dewa

Nyoman Wirawan, MPH atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

2. Bapak Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos, M.M sebagai pembimbing utama yang

dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan,

dan saran selama penulis mengikuti program magister khususnya dalam

menyelesaikan tesis ini

3. Ibu dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH selaku pembimbing kedua yang penuh

perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada

penulis

4. Tim penguji pada sidang tesis yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.

Repro PA(K), Ibu Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi. Dan Dr. Luh

vi
Seri Ani, S.KM, M.Kes yang telah memberikan koreksi dan saran untuk

perbaikan tesis ini.

5. Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Puskesmas II Denpasar Selatan, Puskesmas

III Denpasar Utara dan responden penelitian yang telah berpartisipasi dalam

penelitian ini

6. Teman-teman MIKM angkatan V Universitas Udayana yang telah saling

memberikan semangat

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan

tesis ini selanjutnya.

Demikian tesis ini penulis susun dan dapat memberi manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

dan menyelesaikan tesis ini.

Denpasar, 22 Juli 2015

Penulis

vii
ABSTRAK
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KOMPENSASI
DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PUSKESMAS DI KOTA DENPASAR

Kepuasan kerja merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh


puskesmas karena dapat mempengaruhi perilaku kerja pegawai dalam suatu
organisasi. Oleh sebab itu perilaku pegawai harus diarahkan untuk pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat kecenderungan ketidakpuasan pegawai
puskesmas terhadap aspek pengawasan, perhatian pimpinan dan kompensasi.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kepemimpinan, motivasi dan
kompensasi dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas Kota Denpasar.
Desain penelitian survei sampel ini adalah cross sectional analitik dengan
jumlah sampel 75 orang. Sampel di masing-masing puskesmas terpilih (2
puskesmas di Kota Denpasar) diambil dengan teknik Total Population Sampling.
Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat (chi-square) dan multivariat
(regresi logistik).
Sebagian besar pegawai puskesmas mempersepsikan kurang baik
kepemimpinan kepala puskesmas (52%), memiliki motivasi tinggi dalam bekerja
(56%), kompensasi yang diterima memadai (60%) dan merasa puas dalam bekerja
(52%). Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan signifikan kepemimpinan
(OR=12,01; 95% CI =4,02-35,89; p=0,001), motivasi (OR= 8,81; 95% CI=3,07-
25,22; p=0,001) dan kompensasi (OR= 3,63; 95% CI =1,37-9,60; p=0,010)
dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas Kota Denpasar. Namun pada analisis
multivariat, hanya dua variabel yang berhubungan bermakna yaitu kepemimpinan
(OR=7,28; 95% CI=2,17-24,46; p=0,001) dan motivasi (OR=4,31; 95% CI =1,29-
14,39; p=0,018).
Faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas adalah
kepemimpinan dan motivasi. Diperlukan upaya peningkatan kemampuan
manajemen kepala puskesmas dan memperhatikan kondisi kerja pegawai sehingga
mampu menciptakan kepuasan kerja.

Kata kunci : Kepemimpinan, Motivasi, Kompensasi, Kepuasan kerja

viii
ABSTRACT
THE ASSOCIATION BETWEEN LEADERSHIP, MOTIVATION,
COMPENSATION AND EMPLOYEES SATISFACTION IN PRIMARY
HEALTH CENTRES, DENPASAR

Employees satisfaction is very important because it can affect the behavior


of employees working in an organization. Therefore, the behavior of employees
should be directed to the achievement of the goals organization. There is a
tendency of employees dissatisfaction on monitoring, care from head of primary
health centres and compensation. This study aims to determine the relationship of
leadership, motivation, compensation and employees satisfaction in primary
health centres, Denpasar.
This study is cross-sectional study, which involving 75 samples. Samples in
each primary health centres (two primary health centres) were selected using total
population sampling. Data analyzed using univariate, bivariate (chi-square) and
multivariate (logistic regression).
The result shows that most of employees perceived a lack in leadership of
head the primary health centres (52%), have a high motivation to work (56%),
received adequate compensation (60%) and satisfied with their work (52%).
Bivariate analysis shows significant association between leadership (OR = 12.01;
95% CI = 4.02 to 35.89; p = 0.001), motivation (OR = 8.81; 95% CI = 3.07 to 25,
22; p = 0.001) and compensation (OR = 3.63; 95% CI = 1.37 to 9.60; p = 0.010)
with employees satisfaction in primary health centres, Denpasar. However,
according to the multivariate analysis, a significant association only two variables,
that are leadership (OR = 7.28; 95% CI = 2.17 to 24.46; p = 0.001) and motivation
(OR = 4.31; 95% CI = 1,29- 14.39; p = 0.018).
Factors associated to the employees satisfaction in primary health centres are
leadership and motivation. Therefore, need to improve the head of primary health
centres managerial skill and keep the working conditions of employees in order to
improve employees satisfaction.

Keywords: Leadership, Motivation, Compensation, Employees Satisfaction

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ....................................................................................... i


PRASYARAT GELAR ............................................................................... .ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................. .v
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT................................................................................................ ix
DAFTAR ISI.................................................................................................x
DAFTAR TABEL ......................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis ...............................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .........................................................................8
2.1 Kepemimpinan.............................................................................8
2.1.1 Definisi Kepemimpinan ....................................................8
2.1.2 Peranan Kepemimpinan ....................................................8
2.1.3 Tipe Kepemimpinan .........................................................9
2.1.4 Kepemimpinan di Puskesmas .........................................10
2.2 Motivasi.....................................................................................14

x
2.2.1 Definisi Motivasi ............................................................14
2.2.2 Teori Kepuasan Motivasi ................................................15
2.2.3 Jenis Motivasi ................................................................21
2.3 Konsep Reward dan Punishment dalam Organisasi ....................22
2.3.1 Kompensasi ....................................................................24
2.3.2 Kompensasi Finansial .....................................................24
2.4 Kepuasan Kerja ..........................................................................27
2.4.1 Definisi Kepuasan Kerja .................................................27
2.4.2 Efek Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja........................28
2.4.3 Dimensi Kepuasan Kerja ................................................31
2.5 Hasil Penelitian Relevan ............................................................35
2.5.1 Hubungan Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja ........35
2.5.2 Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja ..................37
2.5.3 Hubungan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja .............37
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS................39
3.1 Kerangka Berpikir......................................................................39
3.2 Konsep Penelitian ......................................................................40
3.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................41
BAB IV METODE PENELITIAN ..............................................................42
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................42
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................42
4.3 Penentuan Sumber Data .............................................................42
4.3.1 Populasi penelitian .........................................................42
4.3.2 Sampel Penelitian ...........................................................43
4.3.3 Besar Sampel..................................................................43
4.4 Teknik Pengambilan Sampel ......................................................44
4.5 Variabel Penelitian .....................................................................45
4.5.1 Identifikasi Variabel .......................................................45
4.5.2 Definisi Operasional Variabel .........................................45
4.6 Instrumen Penelitian ..................................................................49
4.7 Prosedur Penelitian ....................................................................49

xi
4.7.1 Jenis Data .......................................................................49
4.7.2 Pengumpulan Data .........................................................49
4.8 Pengolahan Data ........................................................................50
4.9 Analisis Data .............................................................................51
4.10 Etika Penelitian ..........................................................................52
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................53
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...........................................53
5.2 Gambaran Karakteristik Sosio-Demografis
Responden Penelitian di Puskesmas Kota Denpasar ...................56
5.3 Gambaran Kepemimpinan Kepala Puskesmas
Di Kota Denpasar.......................................................................60
5.4 Gambaran Motivasi Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar .......62
5.5 Gambaran Kompensasi Pegawai Puskesmas
Di Kota Denpasar.......................................................................64
5.6 Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas
Di Kota Denpasar.......................................................................66
5.7 Analisis Bivariat Kepemimpinan, Motivasi
dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar .......................................67
5.8 Analisis Multivariat Kepemimpinan, Motivasi
dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar .......................................70
BAB VI PEMBAHASAN ...........................................................................72
6.1 Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas
di Kota Denpasar .......................................................................72
6.2 Hubungan Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar .......................................77
6.3 Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar .......................................81
6.4 Hubungan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar .......................................84

xii
6.5 Keterbatasan Penelitian ..............................................................87
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN..........................................................89
7.1 Simpulan....................................................................................89
7.2 Saran..........................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 45
5.1 Distribusi Jenis Ketenagaan di Puskesmas Kota Denpasar ..................... 53
5.2 Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat di Puskesmas Kota Denpasar.......... 54
5.3 Gambaran Karakteristik Sosio-Demografis
Responden Penelitian di Puskesmas Kota Denpasar ............................. 57
5.4 Perbandingan Karakteristik Sosio-Demografis
Responden Penelitian di Puskesmas II Denpasar Selatan
dan Puskesmas III Denpasar Utara ....................................................... 59
5.5 Gambaran Kepemimpinan Kepala Puskesmas di Kota Denpasar ........... 61
5.6 Perbandingan Kepemimpinan
Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan
dan Puskesmas III Denpasar Utara ....................................................... 62
5.7 Gambaran Motivasi Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar ................... 63
5.8 Perbandingan Motivasi Pegawai
Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara ...... 63
5.9 Gambaran Kompensasi Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar .............. 64
5.10 Perbandingan Kompensasi Pegawai
Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara ...... 65
5.11 Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar ........ 66
5.12 Perbandingan Kepuasan Kerja Pegawai
Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara ...... 67
5.13 Analisis Bivariat Hubungan Kepemimpinan, Motivasi
dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar .................................................. 68
5.14 Analisis Multivariat Hubungan Kepemimpinan, Motivasi
dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar .................................................. 70

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Konsep penelitian hubungan kepemimpinan,

motivasi dan kompensasi dengan kepuasan kerja

pegawai puskesmas di Kota Denpasar .... 40

xv
DAFTAR SINGKATAN

1. IKM : Indeks Kepuasan Masyarakat

2. Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah

3. JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

4. Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

5. Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

6. PNS : Pegawai Negeri Sipil

7. SDM : Sumber Daya Manusia

8. UMR : Upah Minimum Regional

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Hasil Output Analisis Stata SE 12

Lampiran 4. Surat Keterangan Kelaikan Etik

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Provinsi
Bali
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Denpasar
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Denpasar

xvii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menyelenggarakan

pembangunan kesehatan sebagai bagian penting dalam mencapai tujuan

pembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat agar

tercapainya peningkatan status kesehatan di masyarakat. Pembangunan kesehatan

tersebut diselenggarakan dengan fokus perhatian pada penduduk yang rentan yaitu

ibu, bayi, anak-anak, lanjut usia dan keluarga miskin (Kementerian Kesehatan,

2010). Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan memegang peranan yang

penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia

(Kementerian Kesehatan, 2004).

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan

pembangunan kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan berkesinambungan

agar tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai (Kementerian Kesehatan,

2004). Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan status kesehatan

masyarakat adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

melalui penyediaan jenis fasilitas kesehatan dasar yang paling mudah untuk

dijangkau oleh masyarakat yaitu puskesmas.

Puskesmas sebagai fasilitas tingkat pertama dalam memberikan pelayanan

kesehatan dasar kepada masyarakat dituntut agar mempunyai kualitas pelayanan

1
2

kesehatan yang baik. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas perlu disikapi dengan peningkatan kualitas SDM. Oleh

sebab itu SDM terutama di sektor kesehatan memegang peranan yang penting

sebagai sumber penggerak program di bidang kesehatan. Peranan SDM juga

menentukkan derajat kesehatan suatu negara yang dapat dilihat pada beberapa

indikator kesehatan (Misnaniarti, 2010). Kondisi tersebut menjelaskan bahwa

kualitas sumber daya manusia sangat menentukkan kualitas proses yang akan

dilaksanakan sehingga mampu menghasilkan pencapaian tujuan yang baik. Hal ini

dapat diwujudkan apabila SDM mampu bekerja lebih baik dengan kepuasan kerja

yang tinggi (Djestawana, 2012).

Kepuasan kerja adalah hal yang sangat penting diperhatikan oleh puskesmas.

Kepuasan kerja dapat diamati secara langsung melalui ekspresi perasaan yang

diungkapkan dalam pernyataan atau perilaku tertentu (Wijaya, 2012). Pegawai

yang merasa puas bekerja memiliki tingkat kehadiran dan terkadang memiliki

prestasi yang lebih baik dibandingkan pegawai tidak puas bekerja (Handoko,

2001). Selain itu pegawai yang merasa puas cenderung memiliki kinerja yang

baik, memiliki tingkat kemangkiran yang rendah dan keinginan yang rendah untuk

pindah kerja (Robbins, 2008). Pegawai yang tidak puas bekerja cenderung lebih

sering melamun, kurang memiliki semangat dalam bekerja, cepat mengalami

kelelahan, cepat bosan, emosi tidak stabil dan melakukan kegiatan yang tidak ada

kaitannya dengan pekerjaan (Wibisono, 2011). Selain itu dampak yang

ditimbulkan akibat ketidakpuasan dapat dilihat pada lambatnya pegawai dalam

bekerja, tingkat kemangkiran yang tinggi, kelalaian, rendahnya prestasi,


3

rendahnya kualitas produk dan masalah disiplin pegawai (David, 2011). Hal

tersebut menunjukkan kepuasan kerja merupakan aspek yang penting untuk

pegawai dan organisasi terutama karena mampu menciptakan suatu keadaan

positif di lingkungan organisasi.

Kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja pegawai dalam suatu

organisasi. Oleh sebab itu perilaku pegawai dalam organisasi harus diarahkan

untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin dalam suatu organisasi

harus mampu menerapkan kepemimpinan yang efektif dalam arti mampu

mendorong pegawainya untuk mencapai tujuan organisasi tanpa mengabaikan

kepuasan kerja. Motivasi merupakan suatu pendorong yang juga mempengaruhi

perilaku pegawai dalam organisasi (Tirtayana, 2005). Perilaku pegawai dalam

bekerja pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kepuasan sehingga perlu

diperhatikan hal-hal yang mampu memotivasi pegawai tersebut. Hasil yang

didapatkan oleh pegawai dalam bekerja dirasakan dalam bentuk kompensasi

terutama kompensasi finansial. Pemberian kompensasi yang sesuai oleh suatu

organisasi terhadap pegawainya salah satunya bertujuan untuk menciptakan

kepuasan kerja pegawai di organisasi tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Kota Denpasar telah memiliki jumlah puskesmas yang cukup merata di tiap

kecamatan. Tercatat di tiap kecamatan terdapat paling sedikit dua puskesmas.

Tiap puskesmas juga telah memiliki SDM yang cukup merata baik dari segi jenis

dan jumlah tenaga yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Berdasarkan data rekap pegawai Dinas Kesehatan Kota Denpasar

Tahun 2015, total jumlah pegawai puskesmas sebanyak 565 pegawai yang terdiri
4

dari 19 tenaga gizi, 26 tenaga kefarmasian, 251 tenaga keperawatan, 35 tenaga

kesehatan masyarakat, 78 tenaga dokter, 14 tenaga analis kesehatan dan 133

tenaga non kesehatan. Kondisi ini menuntut adanya pengelolaan dan pehatian

yang lebih baik terhadap pegawai terutama kepuasan kerjanya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan tujuh pegawai di dua puskesmas Kota Denpasar didapatkan

bahwa empat dari tujuh pegawai (57%) kurang puas terhadap aspek pengawasan

yang dilakukan oleh pimpinan terhadap pegawai, perhatian pimpinan terhadap

pegawai, pembagian jasa pelayanan yang belum baik dan belum adanya reward

atas hasil kerja yang dicapai oleh pegawai. Kondisi di atas mengindikasikan

adanya permasalahan terkait kepuasan kerja pegawai puskesmas.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepemimpinan,

motivasi dan kompensasi berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai

puskesmas. Penelitian oleh Wibisono (2011), Hilatunnisa (2009) dan Djestawana

(2012) mendapatkan bahwa kepemimpinan memiliki hubungan yang erat dan

faktor yang paling dominan dalam menentukkan kepuasan kerja. Penelitian oleh

Taufik (2003) menunjukkan bahwa motivasi memiliki pengaruh yang kuat

terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas. Selain itu penelitian yang dilakukan

oleh Gagu (2008) dan Tirtayana (2006) menunjukkan kompensasi memiliki

hubungan yang positif dan faktor yang paling berkontribusi terhadap kepuasan

kerja pegawai puskesmas.

Penelitian di atas telah menjelaskan bahwa kepemimpinan, motivasi dan

kompensasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai

puskesmas namun penelitian tersebut belum dapat menjelaskan hubungan ketiga


5

faktor tersebut secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas.

Selain itu juga penilaian kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota Denpasar

belum pernah dilaksanakan. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti

Hubungan Kepemimpinan, Motivasi dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja

Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka rumusan

masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota

Denpasar?

2. Apakah ada hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja

pegawai puskesmas di Kota Denpasar?

3. Apakah ada hubungan antara motivasi dengan kepuasan kerja pegawai

puskesmas di Kota Denpasar?

4. Apakah ada hubungan antara kompensasi dengan kepuasan kerja pegawai

puskesmas di Kota Denpasar?

5. Apakah ada hubungan antara kepemimpinan, motivasi dan kompensasi

secara bersama sama dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota

Denpasar?
6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan kepemimpinan,

motivasi dan kompensasi dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota

Denpasar

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota Denpasar

2. Hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja pegawai

puskesmas di Kota Denpasar

3. Hubungan antara motivasi dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di

Kota Denpasar

4. Hubungan antara kompensasi dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas

di Kota Denpasar

5. Hubungan antara kepemimpinan, motivasi dan kompensasi secara bersama

sama dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota Denpasar

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dalam memahami

hubungan faktor kepemimpinan, motivasi dan kompensasi dengan kepuasan kerja

pegawai di puskesmas. Hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk peneliti lain

sebagai referensi penelitian selanjutnya tentang kepuasan kerja pegawai.


7

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pimpinan

puskesmas dan Pemerintah Daerah Kota Denpasar untuk memperhatikan juga

kepuasan pegawai puskesmas sebagai usaha dalam peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan sehingga kinerja puskesmas akan lebih baik dan mampu

memberikan kepuasan kepada masyarakat di wilayah kerjanya.


2 BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seorang pemimpin dalam

mempengaruhi pegawainya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Robbins,

2006). Kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam

mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan oleh seorang

pemimpin (Siagian, 2002). Selain itu kepemimpinan diartikan juga sebagai proses

mempengaruhi orang lain agar dapat memahami pelaksanaan tugas yang baik dan

proses untuk memfasilitasi pegawainya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan

(Yukl, 2005). Penjelasan di atas lebih menunjukkan bahwa kepemimpinan

merupakan proses yang lebih ditekankan pada hubungan antara pemimpin dan

orang yang dipimpin.

2.1.2 Peranan Kepemimpinan

Peranan kepemimpinan ada tiga bentuk yakni peranan yang bersifat

interpersonal, informasional dan peran dalam pengambilan keputusan. Adapun hal

tersebut dijelaskan sebagai berikut (Siagian 2002).

1. Peranan yang bersifat interpersonal berarti pemimpin dalam organisasi

merupakan simbol akan keberadaan organisasi. Pemimpin memiliki

tanggung jawab untuk memberikan motivasi dan arahan kepada

pegawainya dan seorang pemimpin memiliki peran sebagai penghubung

8
9

2. Peranan yang bersifat informasional menunjukkan bahwa pemimpin dalam

organisasi meiliki peran dalam memberi, menerima dan menganalisa

informasi

3. Peran pemimpin dalam pengambilan keputusan berarti bahwa pemimpin

mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa

strategi dalam mengembangkan inovasi, mengambil peluang dan

bernegosiasi serta menjalankan usaha secara konsisten

2.1.3 Tipe Kepemimpinan

Hubungan pemimpin dengan pegawainya dapat diukur melalui kinerja

pemimpin dalam mengarahkan dan membimbing pegawainya untuk

melaksanakan tugas. Pemimpin juga dituntut untuk mampu memecahkan masalah

dan mengambil keputusan yang tepat dan efektif. Terdapat empat tipe

kepemimpinan dalam organisasi yaitu sebagai (Mitfah, 2007).

1. Kepemimpinan instruksi

Perilaku pemimpin dengan pengarahan tinggi tetapi rendah dukungan yang

dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan

terhadap peranan pegawainya dan memberitahu tentang mekanisme

pelaksanaan tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan dilakukan oleh pemimpin. Pelaksanaan pekerjaan diawasi

secara ketat oleh pemimpin.

2. Kepemimpinan konsultasi

Perilaku pemimpin dengan pengarahan yang tinggi dan dukungan yang

tinggi juga. Peran pemimpin lebih banyak dalam hal memberikan


10

pengarahan dan pengambilan keputusan tetapi diikuti dengan adanya

komunikasi dua arah dan perilaku mendengarkan perasaan pengikut

tentang keputusan yang dibuat serta ide dan saran pegawai

3. Kepemimpinan partisipasi

Perilaku pemimpin dengan tingkat dukungan yang tinggi tetapi rendah

pada pengarahan. Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

dilakukan secara bergantian, adanya komunikasi dua arah dan pemimpin

juga mendengar secara aktif. Tanggung jawab pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan sebagian besar ada pada pegawai. Menekankan

pada pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan seluruh jajaran

organisasi yang melibatkan bawahannya yaitu meminta sugesti sugesti dari

para bawahannya dan menggunakan sugesti sugesti tersebut pada saat

membuat keputusan

4. Kepemimpinan delegasi

Perilaku pemimpin yang dicirikan dengan rendahnya dukungan dan juga

pengarahan oleh pemimpin. Pemimpin mendiskusikan masalah bersama

sama dengan pegawainya yang kemudian keputusan yang dibuat akan

didelegasikan secara keseluruhan kepada pegawainya

2.1.4 Kepemimpinan di Puskesmas

Kepemimpinan dalam suatu organisasi lebih ditujukan pada kemampuan

mempengaruhi, mengarahkan dan membimbing pegawai untuk mencapai tujuan

organisasi. Hal tersebut mengandung arti bahwa suatu organisasi harus memiliki

seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi, mengarahkan dan membimbing


11

pegawai dalam organisasi (Darwito, 2008). Terdapat dua jenis pemimpin dalam

organisasi yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal

merupakan seseorang yang diangkat secara resmi oleh suatu organisasi tertentu

untuk memangku jabatan sebagai pimpinan sedangkan pemimpin informal adalah

seseorang yang memiliki kualitas sebagai seorang pemimpin untuk mempengaruhi

perilaku pegawainya (Kartono, 2006). Pemimpin yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pemimpin formal yaitu kepala puskesmas.

Kepala puskesmas merupakan seorang tenaga kesehatan dengan kriteria

yaitu tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi

manajemen puskesmas, masa kerja di puskesmas minimal dua tahun dan telah

mengikuti pelatihan manajemen puskesmas (Kementerian Kesehatan, 2014).

Kepala puskesmas memiliki peranan yang penting dalam hal mengatur dan

mengelola seluruh kegiatan di puskesmas termasuk pegawainya. Oleh sebab itu

kepala puskesmas memerlukan kompetensi di bidang manajemen puskesmas

dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan di puskesmas.

Peranan kepala puskesmas dalam hal perencanaan berkaitan dengan kemampuan

dalam mengidentifikasi permasalahan dan menyusun kegiatan yang akan

dikerjakan dalam satu tahun kerja. Peranan kepala puskesmas dalam hal

pelaksanaan berkaitan dengan pengorganisasian tugas kepada pegawainya

termasuk pelaksanaan rapat koordinasi baik yang bersifat internal maupun

eksternal dengan kecamatan dan dinas terkait. Peranan kepala puskesmas dalam

hal pengawasan berkaitan dengan pengawasan kegiatan sehari hari termasuk


12

pemeriksaan capaian program yang telah dicapai yang dilaporkan oleh pegawai

kepada kepala puskesmas dalam bentuk laporan.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang kepala puskesmas

dalam memimpin pegawai di puskesmas adalah perilakunya. Perilaku seorang

pemimpin dapat diterima dengan baik oleh pegawainya sejauh mereka pandang

sebagai sumber kepuasan segera atau sebagai sarana bagi kepuasan masa datang.

Perilaku kepala puskesmas akan bersifat motivasional apabila mampu

menciptakan kepuasan kerja pegawai sehingga meningkatkan kinerja pegawai

secara efektif dengan memberikan dukungan, pelatihan, bimbingan dan ganjaran

yang diperlukan (Robbins, 2007). Penilaian kepemimpinan kepala puskesmas

dapat dilihat pada perilakunya yang berkaitan dengan keteladanan, motivator,

informasi dan komunikasi dan pengambilan keputusan. Adapun penjelasannya

adalah sebagai berikut.

1. Keteladanan

Keteladanan adalah salah satu bentuk perilaku seorang pemimpin.

Keteladanan diperlukan oleh pemimpin agar pegawainya patuh dan

mentaati peraturan yang telah ditetapkan bersama (Adman, 2004). Seorang

pemimpin dalam organisasi harus mampu memberikan teladan yang baik,

sikap dan perilaku terpuji yang menjadi panutan bagi pegawainya.

Pimpinan yang baik harus mampu menumbuhkan perasaan ikut serta dan

bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sehingga meningkatkan

semangat kerja pegawai (Wijaya, 2007).


13

2. Motivator

Salah satu bentuk perilaku seorang pemimpin yang lain adalah perilaku

untuk memotivasi pegawai. Memotivasi pegawai baik secara langsung

atau tidak langsung akan membangkitkan potensi yang dimiliki sehingga

pegawai tersebut memiliki usaha dalam mencapai tujuan pribadi dan

organisasi secara efektif dan efisien (Adman, 2004).

3. Informasi dan komunikasi

Perilaku kepemimpinan dalam hal ini dilakukan dengan melakukan

monitoring, penyebarluasan informasi dan kemampuan menyampaikan

informasi. Seorang pemimpin harus terus memantau lingkungan

organisasinya termasuk pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai. Hal ini

bertujuan agar pemimpin mampu mengumpulkan informasi penting yang

berkaitan dengan pekerjaan pegawai. Informasi yang diperoleh pemimpin

harus dimanfaatkan secara bersama dan didistribusikan pada pegawainya.

Kemampuan menyampaikan informasi tersebut berkaitan dengan

kemampuan komunikasi pemimpin kepada pegawainya (Hasanah et al.,

2012). Kemampuan berkomunikasi merupakan wujud dari perilaku

kepemimpinan yang akan terlihat pada penyampaian informasi yang jelas

dan mudah dipahami oleh pegawainya (Adman, 2004).

4. Pengambilan keputusan

Kemampuan untuk mengambil keputusan yang berkualitas juga

merupakan salah satu bentuk perilaku pemimpin. Pengambilan keputusan

merupakan penciptaan kejadian yang menyangkut suatu peristiwa dengan


14

menentukan sebuah pilihan atau arah tindakan tertentu (Drumond, 1991).

Visi dan misi organisasi dalam hubungannya dengan kepemimpinan

dipandang sebagai inovasi dalam proses menjalankan tugas

kepemimpinan. Visi dan misi organisasi sangat penting peranannya dalam

proses pengambilan keputusan bagi pemimpin termasuk juga dalam

menentukan kebijakan dan penentuan strategi organisasi. Visi merupakan

salah satu atribut kunci kepemimpinan dan juga menjadi pedoman bagi

setiap anggota organisasi dalam beraktivitas (Adman, 2004).

2.2 Motivasi

2.2.1 Definisi Motivasi

Motivasi awalnya merupakan bahasa latin yaitu movere yang

mengandung arti mendorong. Jadi motivasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan

berbagai faktor yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik yang mendorong individu

untuk melakukan suatu kegiatan tertentu (Winardi, 2011). Motivasi juga

merupakan daya pendorong yang membuat seseorang lebih bersemangat untuk

bekerja agar dapat bekerja sama, bekerja secara efektif dan terintegrasi yang

bertujuan untuk mendapatkan kepuasan (Hasibuan, 2004). Selain itu ada juga

yang menjelaskan bahwa motivasi terbentuk oleh sikap suatu pegawai di

lingkungan kerja organisasinya. Hal ini mengandung arti bahwa motivasi adalah

kondisi yang mendorong pegawai untuk mencapai tujuan organisasi

(Mangkunegara, 2005).
15

Pemberian motivasi kepada pegawai memiliki beberapa tujuan yaitu

mendorong pegawai untuk bekerja lebih bersemangat, meningkatkan kepuasan

kerja pegawai, meningkatkan kedisplinan pegawai, menciptakan kondisi dan

hubungan kerja yang baik serta meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap

tugas-tugas yang dikerjakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian

motivasi penting dilakukan karena pemimpin memerlukan kerja sama yang baik

dengan pegawainya dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi (Hasibuan, 2001). Selain itu pemberian motivasi diperlukan

untuk mendorong dan mengarahkan kemampuan pegawai secara lebih baik

dengan tetap memperhatikan batas-batas kemampuan manusia (Apramana, 2001).

Manusia adalah unsur yang penting dalam organisasi oleh sebab itu perlu

diperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan motivasi pegawai untuk menjaga

keselarasan antara keinginan organisasi dengan keinginan pegawai sebagai

pribadi. Adapun ciri-ciri pegawai yang memiliki motivasi yaitu bekerja sesuai

dengan prosedur kerja, suka bekerja, merasa dirinya berharga, rajin bekerja,

semangat dalam bekerja yang tinggi, sedikit mengeluh, tidak mudah untuk

menyerah, mentaati perintah pimpinan dan jarang istirahat saat bekerja

(Manulang, 2005).

2.2.2 Teori Kepuasan Motivasi

Teori kepuasan motivasi berfokus pada hal-hal yang berasal dari dalam

diri individu yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan dan berhenti untuk

berperilaku. Adapun teori tersebut dijelaskan sebagai berikut (Firman et al.,

2013).
16

1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Teori ini mengemukakan masing-masing kebutuhan memiliki kekuatan

yang berbeda dalam memotivasi seseorang untuk melakukan suatu

kegiatan. Hal ini berarti bahwa kebutuhan seseorang bersifat bertingkat

dan berurutan. Urutan tersebut dari yang terkuat sampai yang terlemah

dalam meotivasi seseorang yang terdiri dari:

1) Kebutuhan fisik yaitu rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan

perumahan), seks dan kebutuhan jasmani lainnya

2) Kebutuhan keamanan yaitu keselamatan dan perlindungan terhadap

kerugian fisik dan emosional

3) Kebutuhan sosial yakni kasih sayang, rasa memiliki, diterima

dengan baik dan persahabatan

4) Kebutuhan penghargaan meliputi rasa hormat internal seperti harga

diri, otonomi dan prestasi serta faktor hormat eksternal yaitu status,

pengakuan dan perhatian

5) Kebutuhan aktualisasi diri yaitu dorongan menjadi diri sendiri

meliputi pertumbuhan, mencapai potensialnya dan pemenuhan diri

Teori tingkatan kebutuhan maslow ini didasari oleh beberapa asumsi yaitu

(Nawawi, 2003):

1) Kebutuhan yang lebih rendah adalah kebutuhan yang terkuat

sehingga harus dipenuhi terlebih dahulu. Kebutuhan tersebut yaitu

kebutuhan fisik. Hal ini berarti kebutuhan yang terkuat memotivasi


17

seseorang untuk bekerja adalah mendapatkan penghasilan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiknya

2) Kekuatan kebutuhan dalam memotivasi tidak lama karena setelah

terpenuhi akan melemah dalam memotivasi. Oleh karena itu usaha

memotivasi pegawai perlu diulang-ulang apabila kekuatannya

melemah dalam mendorong para pekerja melaksanakan tugasnya

3) Cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi

ternyata lebih banyak daripada memenuhi kebutuhan yang rendah

contohnya memenuhi kebutuhan fisik. Satu satunya cara yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik adalah mendapatkan

penghasilan. Namun kebutuhan aktualisasi diri perlu menggunakan

banyak cara yang memerlukan kreativitas dan inisiatif pemimpin

2. Teori X dan Y Gregor

Teori ini didasarkan bahwa pegawai secara jelas dapat dibedakan menjadi

pegawai penganut teori X (teori tradisional) dan teori Y (teori demokratik).

Teori X menyatakan beberapa hal mengenai kerja pegawai yaitu rata rata

pegawai tidak suka bekerja dan malas, menghindari tanggung jawab, lebih

suka dibimbing dan diperintah dalam melaksanakan tugasnya dan lebih

memetingkan diri sendiri. Jenis motivasi yang diterapkan cenderung pada

motivasi negatif. Teori Y menjelaskan beberapa hal mengenai kerja

pegawai yaitu rata rata pegawai rajin, pegawai dapat mengemban

tanggung jawab dan pegawai selalu berusaha mencapai tujuan organisasi.

Menurut teori Y dalam memotivasi pegawai sebaiknya dilakukan dengan


18

cara peningkatan partisipasi pegawai, kerja sama dan keterikatan pada

keputusan. Jenis motivasi yang dikemukakan oleh teori Y cenderung pada

motivasi positif.

3. Teori Dua Faktor Herzberg

Teori ini menjelaskan ada dua faktor yang dapat memberikan kepuasan

kerja yaitu sebagai berikut (Nawawi, 2003).

1) Faktor Motivasi

Faktor yang dapat memotivasi yaitu faktor prestasi,

pengakuan,/penghargaan, tanggung jawab, memperoleh kemajuan

dan perkembangan dalam bekerja khususnya promosi dan

pekerjaan itu sendiri. Motivator ini termasuk kebutuhan tingkat

tinggi dalam teori kebutuhan oleh Maslow

2) Faktor Higiene

Kebutuhan kesehatan lingkungan kerja. Faktor ini umumnya

bentuk upah atau gaji, hubungan antara pekerja, supervisi, kondisi

kerja, kebijakan organisasi dan proses administrasi organisasi.

Faktor ini berkaitan dengan kebutuhan tingkat rendah dalam teori

kebutuhan oleh Maslow

Implementasinya dalam organisasi, teori ini lebih menekankan pentingnya

mewujudkan keseimbangan antara kedua faktor tersebut yaitu apabila

salah satu faktor tidak terpenuhi dapat mengakibatkan pekerjaan menjadi

tidak efektif dan efisien. Teori ini membuat pihak manajemen mempunyai

dua alternatif dalam memotivasi karyawan yaitu (Winardi, 2004):


19

1) Mengarahkan upaya ke arah pemuasan kebutuhan motivasional

dengan mendesain pekerjaan yang memiliki kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut

2) Mengarahkan upaya ke arah pemuas kebutuhan yang bersifat

ekstrinsik bagi pekerjaan itu sendiri

4. Teori Existence Relatedness Growth

Alderfer mengemukakan tiga kategori kebutuhan. Kebutuhan tersebut

antara lain sebagai berikut.

1) Existence atau eksistensi yang mencakup kebutuhan fisiologis

seperti rasa lapar, haus, kebutuhan materi dan lingkungan kerja

yang menyenangkan

2) Relatedness atau keterkaitan yakni menyangkut hubungan dengan

orang penting bagi kita seperti keluarga, teman kerja dan pimpinan

di tempat kerja

3) Growth atau pertumbuhan mencakup keinginan kita untuk

produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan

kita.

Alderfer menjelaskan bahwa apabila kebutuhan eksistensi tidak terpenuhi,

pengaruhnya mungkin kuat namun kategori kebutuhan yang lain masih

penting dalam mengarahkan perilaku pegawai untuk mencapai tujuan. Hal

ini menunjukkan bahwa kebutuhan dapat berlangsung terus sebagai

pengaruh kuat dalam keputusan meskipun suatu kebutuhan telah

terpenuhi.
20

5. Teori Tiga Motif Sosial Clelland

Clelland menyatakan bahwa terdapat tiga motif utama manusia dalam

bekerja yaitu (Robbins, 2003):

1) Kebutuhan berprestasi

Dorongan untuk lebih unggul atau berprestasi sehubungan dengan

seperangkat standar dan menjadi sukses. Misalnya menyelesaikan

pekerjaan yang menantang, memenangkan kompetisi dan dapat

menyelesaikan masalah dengan baik

2) Kebutuhan akan kekuasaan

Kebutuhan dalam membuat orang lain berperilaku tanpa paksaan

misalnya kekuasaan untuk memerintah atau menentukkan

kebijakan suatu organisasi

3) Kebutuhan berafiliasi

Kebutuhan untuk menjalin hubungan antar pribadi yang ramah dan

akrab misalnya menjalin persahabatan atau pertemanan

Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa teori ini menjelaskan manusia pada

dasarnya memiliki kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan

orang lain. Seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi

apabila memiliki keinginan untuk melakukan suatu pekerjaan yang

berprestasi lebih baik dari prestasi orang lain. Implementasi teori motivasi

ini sebagai berikut (Nawawi, 2003).


21

1) Para pekerja dapat mengemban tanggung jawab dalam bekerja

karena kemampuan melaksanakannya merupakan prestasi yang

bersangkutan

2) Para pekerja menyukai pekerjaan yang berisiko lunak (moderat).

Pekerjaan yang berisiko tinggi dapat membuat kecewa karena

apabila gagal berarti kurang berprestasi. Sebaliknya juga pegawai

kurang menyukai pekerjaan yang berisiko rendah yang dapat

dikategorikan kurang berprestasi baik berhasil maupun gagal dalam

melaksanakannya

3) Pekerja yang berprestasi tinggi menyukai informasi umpan balik

karena terdorong untuk memperbaiki dan meningkatkan

kegiatannya dalam bekerja

4) Kelemahannya adalah pekerja yang berprestasi tinggi menyukai

pekerjaan mandiri sehingga kurang positif sebagai manajer.

Kemandirian tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan

prestasinya yang lebih baik dari pekerja yang lain

2.2.3 Jenis Motivasi

Motivasi pada umumnya dibedakan menjadi dua yakni motivasi positif

dan motivasi negatif (Ranunpandojo & Hasan, 2002). Motivasi positif yaitu

sesuatu yang mendorong orang lain untuk berperilaku sesuai dengan keinginan

kita dengan cara memberikan uang, penghargaan dan lainnya sedangkan motivasi

negatif adalah sesuatu yang mendorong orang lain untuk berperilaku sesuai

keinginan kita melalui ketakutan misalnya dengan hukuman atau sanksi.


22

Selain hal yang dijelaskan di atas, pembagian motivasi juga dibedakan

menjadi dua yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Nawawi, 2003).

Motivasi intrinsik merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk bekerja

yang berasal dari dalam dirinya dalam bentuk kesadaran akan manfaat pekerjaan

yang dilaksanakan. Motivasi ini berasal dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh

pegawai tersebut baik karena memenuhi kebutuhan, menyenangkan atau mencapai

tujuan organisasi misalnya memperoleh kesempatan untuk aktualisasi diri.

Motivasi ekstrinsik adalah hal yang mendorong seseorang untuk bekerja yang

berasal dari luar dirinya dalam bentuk suatu kondisi yang mewajibkan pegawai

melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik misalnya karena gaji yang tinggi,

memiliki kekuasaan besar, terhormat, pujian dan hukuman.

2.3 Konsep Reward dan Punishment dalam Organisasi

Reward merupakan ganjaran, upah dan hadiah (Shadily et al., 2004). Reward

juga merupakan sembarang peransang, situasi atau pernyataan lisan yang bisa

menghasilkan kepuasan atau menambah kemungkinan suatu perbuatan (Chapilin,

2004). Jadi reward merupakan ganjaran atau imbalan yang dapat berupa

ransangan untuk menghasilkan kepuasan dan memperkuat suatu perbuatan dengan

memberikan suatu hal diantaranya promosi jabatan, pengembangan karir dan

kompensasi sehingga pegawai dapat bekerja lebih baik (Jayanti, 2014). Reward

memiliki banyak bentuk namun yang paling sederhana adalah pujian yang

diberikan oleh seeorang atas hasil kerja yang dicapai. Reward umumnya

digunakan untuk mengatur jam kerja pegawai dalam organisasi yang berarti
23

reward akan membuat seorang pegawai bekerja tanpa adanya kendali dari

pemimpin melainkan dapat berjalan sesuai dengan pekerjaan yang menjadi

tanggung jawab pegawai tersebut. Hal ini didukung oleh Gouillart dan Kelly

bahwa reward yang diberikan merupakan konsekuesi atas hasil kerja yang dicapai

dan dapat mengubah perilaku pegawai secara fundamental.

Punishment merupakan hukuman yang diberikan karena adanya pelanggaran

terhadap peraturan yang berlaku. Punishment merupakan penderitaan yang

diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang sesudah terjadinya

suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan. Reward merupakan suatu hal yang

positif sedangkan punishment merupakan suatu hal yang negatif namun apabila

punishment diberikan secara tepat dan bijaksana maka akan menjadi alat

peransang pegawai dalam meningkatkan produktivitasnya. Secara umum

punishment terdiri atas dua macam yaitu sebagai berikut (Indrakusuma, 2000).

1. Punishment preventif

Punishment preventif adalah punishment yang diberikan dengan maksud

untuk mencegah terjadinya pelanggaran. Selain itu punishment preventif

juga merupakan hukum yang bersifat pencegahan yang bertujuan menjaga

agar hal-hal yang dapat menghambat proses kerja dapat dihindari.

Punishment preventif dapat berupa tata tertib, perintah, laranagan, paksaan

dan disiplin.

2. Punishment represif

Punishment represif merupakan punishment yang dilakukan karean adanya

pelanggaran. Jadi punishment ini dilakukan setelah terjadinya pelanggaran


24

atau kesalahan. Hal-hal yang termasuk punishment represif adalah

pemberitahuan, teguran, peringatan dan hukuman.

2.3.1 Kompensasi

Kompensasi adalah salah satu bentuk reward yang diberikan oleh

organisasi. Kompensasi diartikan sebagai balas jasa yang diberikan secara tetap

kepada pegawai dan umumnya dalam bentuk uang (Nitisemito, 1996).

Kompensasi merupakan seluruh pendapatan baik berbentuk uang maupun barang

yang diterima oleh pegawai sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan kepada

organisasi (Hasibuan, 2006). Kompensasi juga merupakan bentuk penghargaan

baik finansial maupun non finansial yang diberikan kepada pegawai dengan adil

dan layak atas usahanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama

(Tulus, 1996). Secara umum pemberian kompensasi bertujuan untuk penarikan

yang efektif, kepuasan kerja, motivasi, menekan turn over pegawai dan mematuhi

peraturan yang telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2003).

2.3.2 Kompensasi Finansial

Kompensasi secara umum dibagi atas dua bagian yakni kompensasi dalam

bentuk uang yang disebut kompensasi finansial dan kompensasi dalam bentuk

bukan uang yang disebut kompenasi non finanisal (Mondy et al., 1995).

Kompensasi dalam penelitian ini berkaitan dengan kompensasi finansial.

Kompensasi finansial merupakan kompensasi dalam bentuk uang yang diberikan

kepada pegawai dalam organisasi. Pada umumnya terdapat tiga bentuk komponen

kompensasi finansial yang diberikan kepada pegawai dalam suatu organisasi


25

meliputi gaji, tunjangan dan insentif. Namun di puskesmas terdapat empat bentuk

kompensasi yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Gaji

Gaji sebagai komponen kompensasi yang menyangkut analisis gaji dimana

pegawai yang dibayarkan secara sistematis atas usaha yang disumbangkan

kepada organisasi. Tujuan pemberian gaji kepada pegawai yaitu sebagai

bentuk imbalan yang adil dan layak diterima oleh pegawai. Terdapat

banyak masalah terkait dengan fungsi balas jasa tersebut. Masalah tersebut

meliputi tingkat, struktur dan penetapan gaji per individu, metode

penetapan gaji tidak langsung, gaji pegawai lepas dan pengawasan gaji.

Pemberian gaji yang efektif dilakukan dengan pemberian gaji tepat waktu

terhadap pegawai (Simmamora, 1995). Selain terkait ketepatan waktu,

kebijakan gaji juga perlu kejelasan penghitungan dan sosialisasi kepada

pegawai yang artinya organisasi harus mengkomunikasikan kepada

pegawai dan perlunya transparansi (Armstrong, 1996).

2. Tunjangan

Tujuan utama pemberian tunjangan kepada pegawai agar pegawai tersebut

bekerja lebih lama dalam suatu organisasi (Flippo, 1994). Selain itu

dijelaskan juga bahwa tunjangan dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

Adapun pembagian tersebut adalah sebagai berikut.

1) Pembayaran terhadap waktu saat tidak bekerja yang meliputi

pembayaran jam istirahat, pembayaran makan siang, pembayaran


26

terhadap waktu cuti, hari libur dan waktu dalam memberikan suara

seperti pemilu

2) Perlindungan terhadap bahaya misalnya penyakit, keadaan cedera,

hutang, pengangguran, ketidakmampuan bekerja secara tetap, usia

lanjut dan kematian

3) Pelayanan terhadap pegawai seperti perumahan, makanan dan

rekreasi

4) Pembayaran yang dituntut oleh hukum seperti kompensasi

pengangguran, asuransi dalam bekerja, asuransi usia lanjut

3. Insentif

Insentif adalah penghargaan terhadap pegawai atas hasil kerjanya yang

diberikan dalam bentuk uang dan cenderung tidak pasti dalam tiap bulan.

Insentif umumnya diberikan kepada pegawai yang bekerja dengan

tanggung jawab yang lebih besar dan berhasil dalam melaksanakan tugas

tersebut (Ass.ad, 2002). Tujuan pemberian insentif mencakup pemberian

rangsangan agar pegawai bekerja secara maksimal untuk mencapai

prestasi yang tinggi, mempertahankan pegawai yang berprestasi untuk

tetap berada di suatu organisasi dan menumbuhkan semangat, motivasi

dan kepuasan dalam bekerja serta meningkatkan status sosial pegawai

tersebut (Nasution, 1994).

4. Jasa pelayanan

Jasa pelayanan juga merupakan salah satu bentuk kompensasi finansial.

Jasa pelayanan kesehatan terutama di puskesmas diberikan kepada tenaga


27

kesehatan. Umumnya pembagian jasa pelayanan diatur secara internal oleh

pihak puskesmas. Terdapat tiga jenis jasa pelayanan yang diberikan oleh

puskesmas yaitu jasa pelayanan yang diperoleh dari dana kapitasi Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN), jasa pelayanan Jamkesda dan jasa pelayanan

umum. Jasa pelayanan umum adalah jasa pelayanan yang berasal dari dana

perseorangan di luar JKN dan Jamkesda. Sistem pembagian jasa pelayanan

JKN diatur dalam Permenkes Nomor 19 tahun 2014 dan Permenkes

Nomor 28 tahun 2014. Pembagian jasa pelayanan jamkesda diatur oleh

peraturan masing masing daerah sedangkan jasa pelayanan umum diatur

oleh pihak puskesmas.

2.4 Kepuasan Kerja

2.4.1 Definisi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan keadaan emosi positif yang berasal dari

penilaian terhadap pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang (Luthans, 2006).

Kepuasan kerja juga merupakan cerminan dari pegawai terhadap pekerjaannya

(Umar, 2005). Kepuasan kerja adalah sifat umum yang merupakan hasil beberapa

sikap khusus terhadap faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial

individu (Asaad, 2001). Kepuasan kerja merupakan keadaan yang menyenangkan

atau kurang menyenangkan dari sudut pandang pegawai terhadap pekerjaan yang

dilakukan (Handoko, 2001).

Kepuasan kerja merupakan sikap pegawai terhadap pekerjaan di dalam

suatu organisasi. Pegawai yang merasa puas cenderung menunjukkan sikap positif
28

terhadap pekerjaannya tetapi pegawai yang merasa tidak puas akan memiliki sikap

negatif terhadap pekerjaannya. Selain itu dijelaskan pula bahwa pegawai yang

bekerja tidah hanya berfokus pada tugas yang menjadi tanggung jawabnya tetapi

memerlukan hubungan sosial dengan teman kerja termasuk pimpinan, kepatuhan

terhadap kebijakan dan peraturan yang berlaku dan memenuhi standar kinerja. Hal

tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa

hal yaitu pekerjaan itu sendiri, teman kerja, hubungan dengan pemimpin, promosi

dan lingkungan kerja (Robbins, 2003). Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa

hal namun secara umum yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah kepuasan

yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri, pengakuan, kompensasi, hubungan

dengan pemimpin dan kesempatan berprestasi. Hal tersebut secara keseluruhan

menghasilkan perasaan puas dengan pekerjaan itu sendiri (Mathis & Jakson,

2001).

2.4.2 Efek Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja

Kepuasan kerja dapat digunakan untuk meningkatkan semangat kerja.

Ketidakpuasan kerja hanya akan memperburuk kinerja dan mengurangi

produktivitas tetapi juga berdampak negatif terhadap pegawai dan organisasi.

Pegawai akan cenderung tidak mempunyai keinginan bertahan lama jika tidak

dapat menikmati suasana lingkungan bekerja secara nyaman. Beberapa akibat

perasaan tidak puas diekspresikan dalam dua bentuk perilaku yaitu perilaku

negatif dan perilaku positif. Perilaku negatif muncul sebagai ekspresi perasaan

kecewa sehingga mereka bekerja tanpa memperhatikan prosedur kerja, tidak

disiplin dan tidak mengerjakan tugas dengan serius, keluar dari tempat kerja dan
29

mencari pekerjaan lain. Perilaku positif diekspresikan melalui komunikasi dengan

pimpinan terkait dengan kondisi kerja. Akibat ketidakpuasan kerja timbul reaksi

dalam bentuk perilaku seperti tidak masuk kerja, berhenti bekerja, keluar dari

tempat kerja dan lain-lain yang mengakibatkan kerugian bagi organisasi yaitu

proses kerja yang terganggu dan juga pegawai yaitu kehilangan pekerjaan dan

pendapatannya (Wijaya, 2012).

Tiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dan tergantung

kesesuaian nilai pada individu tersebut. Semakin banyak hal-hal pada pekerjaan

yang sesuai keinginan pegawai maka semakin tinggi juga tingkat kepuasan yang

diperoleh. Efek kepuasan kerja pada pegawai adalah sebagai berikut (Robbins,

2008).

1. Kepuasan dengan kinerja

Organisasi dengan pegawai yang lebih banyak puas cenderung lebih

efektif dibandingkan organisasi dengan pegawai yang kurang puas.

Hubungan kepuasan kerja pegawai dengan kinerja sangat erat

hubungannya dengan penghargaan yang diberikan. Apabila penghargaan

yang diberikan dirasa adil oleh pegawai maka akan menimbulkan

kepuasan kerja sehingga mendorong untuk bekerja lebih baik. Pegawai

yang mampu bekerja lebih baik merupakan pegawai yang memiliki kinerja

baik

2. Kepuasan dengan kemangkiran

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli serta pengalaman

berbagai organisasi menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat


30

antara kepuasan kerja dengan kemangkiran. Pegawai yang tingkat

kepuasannya tinggi maka tingkat kemangkirannya semakin rendah

demikian pula sebaliknya

3. Kepuasan dengan tingkat keluarnya pegawai

Salah satu penyebab munculnya keinginan untuk pindah bekerja adalah

tingkat kepuasan yang rendah di tempat kerja yang sekarang. Pegawai

yang memiliki kepuasan kerja tinggi cenderung untuk bertahan pada

organisasinya

4. Kepuasan dengan kepuasan pasien

Pegawai yang puas akan mampu meningkatkan kepuasan pasien. Hal ini

terjadi karena dalam organisasi jasa, kepuasan pelanggan terletak pada

cara pegawai berhubungan dengan pasiennya dalam memberikan

pelayanan. Pegawai yang puas akan menunjukkan kinerja yang baik

seperti lebih ramah dan responsif terhadap pasiennya. Selain itu pegawai

yang puas memiliki kemungkinan yang kecil untuk pindah sehingga

pasien akan sering menjumpai pegawai yang akrab dan berpengalaman.

Hal tersebut dapat membangun kepuasan pasien terhadap suatu organisasi.

Selain itu semakin banyak aspek pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan

pegawai maka semakin tinggi tingkat ketidakpuasan yang dirasakan. Bentuk

ketidakpuasan tersebut antara lain (Robbins, 2008):

1. Keluar

Perilaku yang ditunjukkan dengan meninggalkan organisasi meliputi

pengunduran diri dan mencari posisi baru


31

2. Aspirasi

Secara aktif berusaha untuk memperbaiki kondisi termasuk menyarankan

adanya perbaikan, mendiskusikan masalah dengan pimpinan dan beberapa

bentuk aktivitas serikat kerja

3. Pengabaian

Membiarkan terjadinya kondisi lebih buruk termasuk ketidakhadiran atau

keterlambatan yang terus menerus, usaha yang kurang dalam bekerja dan

meningkatnya kesalahan

2.4.3 Dimensi Kepuasan Kerja

Terdapat beberapa dimensi kepuasan kerja yang dikemukakan oleh para

ahli. Menurut Luthans (2006) dimensi kepuasan kerja terdiri dari pekerjaan itu

sendiri, promosi, gaji, pengawasan, kondisi kerja dan kelompok kerja. Menurut

Asaad (2001) terdapat 10 dimensi kepuasan kerja yaitu kesempatan untuk maju,

keamanan kerja, manajemen, gaji, pengawasan, pekerjaan itu sendiri, kondisi

kerja, rekan kerja, fasilitas dan komunikasi sedangkan menurut Hasibuan (2007)

terdapat tujuh dimensi kepuasan kerja yaitu kompensasi, penempatan yang sesuai,

beban kerja, suasana pekerjaan, kelengkapan alat, sikap pimpinan dan sifat

pekerjaan. Menurut Robbins (2006) menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi

untuk mengukur kepuasan kerja yaitu pekerjaan yang menantang, kompensasi

yang sesuai, rekan kerja, kondisi kerja dan kesesuaian kepribadian dengan

pekerjaan. Menurut Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa ada dua dimensi

untuk mengukur kepuasan kerja yaitu:


32

1. Faktor pada diri karyawan yaitu IQ, jenis kelamin, kecakapan khusus,

umur, kondisi fisik, pendidikan, kepribadian, pengalaman kerja, masa

kerja, emosi, sikap kerja, cara berpikir dan persepsi

2. Faktor pekerjaan itu sendiri yaitu jenis pekerjaan, kualitas pengawasan,

struktur organisasi, pangkat, kedudukan, jaminan keuangan, kesempatan

promosi, hubungan sosial dan hubungan kerja

Menurut Frederick Herzberg bahwa terdapat tujuh faktor dimensi kepuasan kerja

pegawai yakni kondisi kerja, pengawasan, kompensasi, pengakuan, kesempatan

berprestasi, tanggung jawab dan pekerjaan yang lebih menantang (Tirtayana,

2005). Selain itu ada yang menyebutkan dimensi kepuasan kerja terdiri dari

kompentensi, kerja sama, pengembangan karier, remunerasi dan lingkungan kerja

(Wijaya, 2012). Berdasarkan penjelasan para ahli di atas terdapat keberagaman

dalam menentukkan dimensi kepuasan kerja. Penelitian ini menggunakan dimensi

kepuasan kerja sebagai berikut.

1. Kompetensi

Kompetensi diartikan sebagai karakteristik yang mendasar dan berkaitan

dengan efektivitas kinerja pegawai suatu organisasi. Kompetensi

merupakan sesuatu yang digunakan untuk memperkirakan tingkat kinerja.

Kompetensi memiliki lima karakteristik dasar yaitu motif, pembawaan,

konsep diri, pengetahuan dan keterampilan (Wijaya, 2012). Pengukuran

kompentesi dalam penelitian ini melalui tiga hal yaitu pengetahuan,

tanggung jawab dan kesesuaian pekerjaan. Pengetahuan adalah informasi

yang dimiliki seseorang sesuai dengan kemampuannya. Tanggung jawab


33

adalah delegasi wewenang yang memungkinkan pegawai mampu

mengawasi dirinya sendiri dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan

yang dilakukan (Budiwati, 2001). Kesesuaian pekerjaan berkaitan dengan

kesesuaian pekerjaan yang dikerjakan dengan latar belakang pendidikan,

minat dan kemampuan.

2. Kerja sama

Kerja sama adalah hubungan sekelompok pegawai yang saling mendukung

dan memiliki tujuan yang sama. Setiap pegawai puskesmas dalam

pelaksanaan tugasnya selalu terhubung antara satu sama lain. Hubungan

tersebut dapat terjadi antara sesama rekan kerja dan juga dengan pimpinan.

Hubungan sesama antar pegawai perlu dijaga agar bisa saling

menghormati dan menghargai serta bekerja bersama sama yang harus

ditumbuhkan agar suasana kerja bisa berkembang harmonis. Komunikasi

yang baik antar pegawai dan juga dengan pimpinan perlu ditumbuhkan

sesuai aturan organisasi. kondisi ini tentu akan menumbuhkan kepuasan

kerja pegawai sehingga lebih giat dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kerja sama dapat diukur melalui indikator pengawasan oleh pimpinan,

komunikasi dengan rekan kerja dan koordinasi dalam melaksanakan

pekerjaan (Wijaya, 2012).

3. Kesempatan berprestasi

Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai sesuai dengan

tugas dan tanggung jawabnya dalam organisasi (Hariandja, 2002). Setiap

pencapaian prestasi kerja pegawai akan dapat memberikan umpan balik


34

kepada pegawai tersebut sebagai upaya untuk memperbaiki dan

meningkatkan kinerja organisasi termasuk untuk kepentingan pegawai

seperti promosi, kenaikan gaji, melanjutkan pendidikan dan mengikuti

pelatihan. Penilaian prestasi kerja pegawai harus dilakukan secara objektif

yaitu pelaksanaan penilaian harus berdasarkan keberhasilan pekerjaan

yang dilakukan (Tirtayana, 2005).

4. Pekerjaan yang lebih menantang

Organisasi memiliki suatu pekerjaan di dalamnya dan setiap pekerjaan

memiliki desain pekerjaan masing-masing. Desain pekerjaan berkaitan

dengan kegiatan kerja pegawai secara organisasional. Tujuan desain

pekerjaan tersebut adalah mengatur tugas kerja yang sesuai dengan

kebutuhan organisasi. Dilihat dari sisi manajemen personalia, desain

pekerjaan akan mempengaruhi kualitas kerja pegawai. Kondisi ini akan

tercermin pada kepuasan kerja pegawainya (Tirtayana, 2005). Seorang

pegawai harus jelas mengetahui otonomi tugasnya, identitas tugas dan

umpan balik dari pekerjaan tersebut sehingga mencapai kepuasan kerja.

Adanya otonomi tugas diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan

motivasi kerja disamping dapat memberikan proses pembelajaran bagi

pegawai sebagai bagian yang penting dalam usaha pengembangan pegawai

(Hariandja, 2002).

5. Kondisi kerja

Kondisi kerja merupakan kondisi lingkungan sekitar seorang pegawai

dalam suatu organisasi. Lingkungan di tempat kerja terdiri atas lingkungan


35

fisik dan sosial. Lingkungan fisik mencakup ruangan pegawai tersebut

bekerja, penerangan ruangan, suhu ruangan, gangguan suara dalam

ruangan, warna ruangan dan peralatan kerja sedangkan lingkungan sosial

mencakup hubungan dengan pemimpin, hubungan dengan teman kerja dan

keadaan emosi saat bekerja. Melihat adanya korelasi fisik terhadap mental

maka sebagai seorang pemimpin organisasi harus mampu mengelola

tempat kerja sedemikian rupa sehingga pegawai tetap dapat tersenyum dari

awal kerja sampai pulang kerja. Kebahagiaan pegawai tersebut

memberikan kita tanda bahwa mereka bergairah dan bersemangat dalam

bekerja. Hal ini tentu memberikan kepuasan dalam bekerja dan akhirnya

mampu meningkatkan produktivitas mereka (Tohardi, 2002).

2.5 Hasil Penelitian Relevan

Kepuasan kerja pegawai perlu mendapatkan perhatian karena kepuasan

kerja berpengaruh terhadap perilaku pegawai dalam bekerja di suatu organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepuasan kerja

pegawai dipengaruhi beberapa faktor yaitu kepemimpinan, motivasi, dan

kompensasi. Adapun gambaran hasil penelitian sebelumnya dijelaskan di bawah

ini.

2.5.1 Hubungan Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja

Hasil penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan kepemimpinan

dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas menunjukkan bahwa kepemimpinan

memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas.


36

Penelitian oleh Hilatunnisa pada Tahun 2009 di Tiga Puskesmas Perawatan

Kabupaten Tangerang menunjukkan hanya variabel kepemimpinan yang

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai di tiga

puskesmas perawatan (p=0,001).

Beberapa penelitian mengenai hubungan kepemimpinan dengan kepuasan

kerja pegawai puskesmas juga pernah dilakukan di Malang. Penelitian yang

dilakukan oleh Wibisono pada Tahun 2011 di Puskesmas Turen Malang

menunjukkan faktor perilaku pimpinan, motivasi, arus komunikasi dan praktik

pengambilan keputusan secara bersama sama berhubungan terhadap kepuasan

kerja pegawai (R2=0,342 dan nilai p=0,794). Selain itu secara parsial, faktor

faktor tersebut meliputi perilaku pimpinan, motivasi, arus komunikasi dan praktik

pengambilan keputusan berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai (perilaku

pimpinan p=0,075; motivasi p=0,076; arus komunikasi p=0,069; pengambilan

keputusan p=0,084). Penelitian yang dilakukan oleh Sudarsono pada tahun 2010

di Puskesmas Kecamatan Sumbermanjing Wetan Malang menunjukkan ada

hubungan antara karakteristik organisasi (perilaku pimpinan dan lingkungan

kerja) dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas (p=0,012). Penelitian ini juga

menjelaskan bahwa karakteristik organisasi adalah variabel yang memiliki

pengaruh paling besar terhadap kepuasan pegawai (r2=0,133225 atau r2=13,3%).

Penelitian mengenai hubungan kepemimpinan dengan kepuasan kerja

pegawai puskesmas juga pernah dilakukan di Provinsi Bali khususnya Kota

Denpasar. Penelitian tersebut dilakukan oleh Djestawana pada Tahun 2012 di 10

puskesmas Kota Denpasar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kepemimpinan


37

memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas. Hasil penelitian

ini juga menjelaskan bahwa faktor yang paling dominan dalam menentukkan

kepemimpinan adalah perilaku pemimpin.

2.5.2 Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja

Hasil penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan motivasi dengan

kepuasan kerja pegawai puskesmas menunjukkan bahwa motivasi memiliki

hubungan yang erat dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas. Beberapa

penelitian mengenai hubungan motivasi dengan kepuasan kerja pegawai

puskesmas pernah dilakukan di Provinsi DIY dan DKI Jakarta.

Penelitian di Puskesmas Depok I Kabupaten Sleman Provinsi DIY yang

dilakukan oleh Gagu Tahun 2008 mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan

antara karakteristik individu (umur p=0,304; tingkat pendidikan p=0,667; masa

kerja p=0,632; status kepegawaian p=0,795; jabatan p=0,507) dengan kepuasan

kerja. Hasil uji regresi berganda menunjukkan tidak ada hubungan bermakna

antara motivasi intrinsik (=0,185 dengan p=0,113) dan ekstrinsik (=0,186

dengan p=0,072) terhadap kepuasan karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh

Taufik pada Tahun 2003 di Puskesmas Swadana Tebet di Provinsi DKI Jakarta

menunjukkan ada hubungan antara motivasi dengan kepuasan kerja (r=0,686

dengan p=0,000).

2.5.3 Hubungan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja

Hasil penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan kompensasi

dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas menunjukkan bahwa kompensasi

memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas.


38

Beberapa penelitian mengenai hubungan kompensasi dengan kepuasan kerja

pegawai puskesmas pernah dilakukan di Provinsi DIY dan DKI Jakarta. Penelitian

di Puskesmas Depok I Kabupaten Sleman Provinsi DIY yang dilakukan oleh

Gagu Tahun 2008 mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara

kompensasi (=0,661 dengan p=0,000) dengan kepuasan karyawan. Penelitian

yang dilakukan oleh Taufik pada Tahun 2003 di Puskesmas Swadana Tebet di

Provinsi DKI Jakarta juga menunjukkan ada hubungan bermakna antara

kompensasi dengan kepuasan kerja (r=0,492 dengan p=0,000).

Penelitian di Provinsi Bali khususnya di Kabupaten Karangasem hanya

meneliti mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja

pegawai puskesmas. Penelitian tersebut dilakukan oleh Tirtayana pada Tahun

2005 di Puskesmas Kabupaten Karangasem dengan sampel yang digunakan

sebanyak 125 pegawai puskesmas. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa

kompensasi merupakan faktor yang paling berkontribusi terhadap kepuasan

pegawai dengan persentase varian sebesar 15,32%.


3 BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Kepuasan kerja pegawai perlu diperhatikan karena kepuasan kerja tersebut

akan mempengaruhi perilaku pegawai dalam suatu organisasi. Kepuasan kerja tiap

pegawai berbeda sesuai dengan nilai yang dianut. Banyak faktor yang perlu

mendapatkan perhatian untuk menganalisis kepuasan kerja pegawai. Faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja tersebut diantaranya mencakup kepemimpinan,

motivasi dan kompensasi.

Kepemimpinan memiliki peranan yang penting karena pemimpin dapat

menpengaruhi perilaku pegawai dalam bekerja untuk mendorong tercapai tujuan

organisasi. Kepemimpinan yang efektif adalah perilaku pimpinan yang dapat

mengarahkan pegawainya mencapai sasaran bersama sesuai dengan kehendak

pemimpin tanpa mengabaikan kepuasan pegawainya. Hal tersebut berarti seorang

pemimpin juga harus memperhatikan kepuasan kerja pegawainya. Keteladanan

seorang pemimpin, motivasi dari pimpinan, informasi dan komunikasi yang

diberikan oleh pimpinan serta pengambilan keputusan yang dibuat merupakan

beberapa bentuk perilaku pemimpin dalam suatu organisasi yang dapat

menciptakan suatu kepuasan kerja bagi pegawainya.

Motivasi memegang peranan penting dalam menentukkan berhasil atau

tidaknya seseorang dalam mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada

dasarnya motivasi adalah pendorong agar pegawai dalam organisasi dapat bekerja

39
40

secara efektif dan mampu bekerja sama dengan baik untuk mencapai kepuasan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku yang ditunjukkan pegawai dalam suatu

organisasi merupakan hasil dari beberapa faktor intrinsik dan ekstrinsik yang

mendorong pegawai untuk bekerja dalam organisasi.

Kompensasi pada dasarnya merupakan imbalan yang diberikan oleh suatu

organisasi atas jasa yang telah dilakukan oleh pegawai tersebut terhadap suatu

organisasi. Pemberian kompensasi di dalam suatu organisasi perlu diatur dengan

baik agar menjadi suatu sistem kompensasi yang adil. Besar kecilnya kompensasi

yang diberikan tergantung pada besar kecilnya sumbangan tenaga dan pikiran

yang diberikan kepada organisasi. Pemberian kompensasi yang sesuai oleh suatu

organisasi terhadap pegawainya akan mempengaruhi kepuasan kerja pegawai

tersebut.

3.2 Konsep Penelitian

Konsep penelitian digambarkan dalam sebuah bagan sebagai berikut.

Kepemimpinan

Motivasi Kepuasan Kerja Pegawai

Kompensasi

Gambar 3.1

Konsep penelitian hubungan kepemimpinan, motivasi dan kompensasi dengan


kepuasan kerja pegawai di puskesmas Kota Denpasar
41

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil kajian pustaka, kepuasan kerja pegawai dipengaruhi

beberapa faktor meliputi kepemimpinan, motivasi dan kompensasi. Hasil

penelitian sebelumnya juga mendapatkan bahwa kepemimpinan, motivasi dan

kompensasi memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan kerja pegawai.

Berdasarkan hal tersebut peneliti membuat hipotesis yaitu:.

1. Ada hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja pegawai di

puskesmas Kota Denpasar

2. Ada hubungan antara motivasi dengan kepuasan kerja pegawai di

puskesmas Kota Denpasar

3. Ada hubungan antara kompensasi dengan kepuasan kerja pegawai di

puskesmas Kota Denpasar


4 BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah survei sampel dimana data dikumpulkan

secara cross sectional.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Puskesmas yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah puskesmas yang

memiliki nilai IKM tertinggi yaitu Puskesmas II Denpasar Selatan dan nilai IKM

terendah yaitu Puskesmas III Denpasar Utara. Nilai IKM digunakan sebagai

indikasi tingkat kepuasan kerja pegawai di puskesmas Kota Denpasar karena nilai

IKM dapat menunjukkan bahwa suatu organisasi memiliki kinerja yang baik dan

kinerja yang baik berasal dari pegawai yang puas dalam bekerja. Pengumpulan

data penelitian ini dimulai pada bulan Mei sampai Juni Tahun 2015.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Populasi penelitian

Populasi target penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja di

puskesmas Kota Denpasar sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh

pegawai baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan yang bekerja di

Puskesmas III Denpasar Utara dan Puskesmas II Denpasar Selatan.

42
43

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

sehingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sudigdo & Ismael, 2008).

Pegawai puskesmas yang dijadikan sampel tersebut sebelumnya harus memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusinya adalah sebagai berikut :

1. Seluruh pegawai puskesmas baik berstatus PNS maupun Non PNS

2. Pegawai puskesmas yang bersedia menjadi responden yang dibuktikan

dengan penandatanganan formulir persetujuan responden

3. Pegawai puskesmas yang telah bekerja minimal 1 tahun

Kriteria eksklusinya adalah sebagai berikut :

1. Pegawai puskesmas yang bertugas sebagai kepala puskesmas dan penjaga

malam

2. Pegawai puskesmas yang sedang cuti atau menerima tugas belajar

3. Pegawai yang bekerja di puskesmas induk namun ditempatkan pada

puskesmas pembantu

4.3.3 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel minimal yang harus diambil untuk mampu

menggambarkan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan

rumus Lemeshow (1997). Rumus ini digunakan karena jumlah populasi (N) telah

diketahui yaitu sebanyak 94 pegawai. Besar sampel minimal dihitung

menggunakan rumus di bawah ini.


44

Keterangan :

n : Besar sampel minimal yang harus diambil


Z 1- /2 : Standar deviasi dengan 95% CI sebesar 1.96
P : Proporsi pegawai puskesmas yang puas bekerja 0,43 (Duhri, 2012)
P(1-P) Proporsi pegawai puskemas yang tidak puas bekerja
d : Degree of precision yaitu sebesar 5 %
N : Jumlah populasi pegawai puskesmas terpilih sebanyak 94 orang

Hasil perhitungan besar sampel minimal yang harus diambil adalah sebagai

berikut.

n=

n= 1,96.0,43.0,57.94
(0,05. (94-1))+ 1,96. 0,43.0,57

n = 75 sampel

Berdasarkan perhitungan di atas maka besar sampel minimal yang harus diambil

sebesar 75 sampel.

4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pegawai di Puskesmas II Denpasar Selatan dan

Puskesmas III Denpasar Utara adalah Total Population Sampling yaitu seluruh

pegawai yang bekerja di kedua puskesmas tersebut diambil sebagai sampel

penelitian dengan jumlah sebesar 94 sampel.


45

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian merupakan karakteristik subjek yang diteliti dan

mengalami perubahan dari satu subjek ke subjek yang lain (Sudigdo & Ismael

2008). Variabel penelitian ini terdiri atas dua yakni variabel bebas dan terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas terdiri dari variabel kepemimpinan (keteladanan,

motivator, informasi dan komunikasi dan pengambilan keputusan),

variabel motivasi (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) dan variabel

kompensasi (gaji, tunjangan, insentif dan jasa pelayanan).

2. Variabel Terikat

Variabel terikatnya adalah kepuasan kerja yang meliputi kompetensi, kerja

sama, kesempatan berprestasi, pekerjaan yang lebih menantang dan

kondisi kerja.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional masing masing variabel penelitian dijelaskan pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Subvariabel Definisi Cara dan Skala data
Operasional Alat
Pengukuran
Karakteristik Jenis kelamin Jenis kelamin Wawancara Nominal
Sosio- responden dengan a. Laki laki
Demografi kuesioner b. Perempuan
Umur Umur responden Wawancara Dikelompokka
yang dihitung dengan n sesuai
sejak tanggal kuesioner dengan sebaran
46

kelahiran sampai data yang


pada saat diperoleh
pengisian
kuesioner
Status Status Wawancara Nominal
perkawinan perkawinan dengan a. Menikah
responden yang kuesioner b. Belum
sah secara hukum Menikah
c. Janda/Duda
Jumlah Jumlah orang Wawancara Dikelompokka
tanggungan yang ditanggung dengan n sesuai
oleh responden kuesioner dengan sebaran
data yang
diperoleh
Tingkat Tingkat Wawancara Nominal
pendidikan pendidikan dengan a. <SMA
tertinggi yang kuesioner b. >SMA
ditamatkan oleh
responden
Jenis Jenis pekerjaan Wawancara Nominal
pekerjaan responden di dengan a. Tenaga
puskesmas kuesioner Kesehatan
b. Tenaga Non
Kesehatan
Status Status Wawancara Nominal
kepegawaian kepegawaian dengan a. PNS
responden kuesioner b. Non PNS
Masa kerja Masa dari awal Wawancara Dikelompokka
mulai bekerja di dengan n sesuai
puskesmas kuesioner sebaran data
sampai pada saat yang diperoleh
pengisian
kuesioner
Kepemimpinan Keteladanan Perilaku kepala Wawancara Nominal
puskesmas yang dengan a. Baik (>15)
dapat memberi kuesioner b. Kurang Baik
panutan bagi (<15)
pegawainya
Motivator Perilaku kepala Wawancara Nominal
puskesmas dalam dengan a. Baik (>15)
memberikan kuesioner b. Kurang Baik
dukungan dan (<15)
bimbingan tugas
kepada pegawai
Informasi Perilaku kepala Wawancara Nominal
dan puskesmas dalam dengan a. Baik (>5)
47

komunikasi berkomunikasi kuesioner b. Kurang Baik


dengan pegawai (<5)
Pengambilan Perilaku kepala Wawancara Nominal
keputusan puskesmas dalam dengan a. Baik (>7)
mengambil kuesioner b. Kurang Baik
keputusan terkait (<7)
dengan
kepentingan
organisasi dan
tugas pegawai
Motivasi Motivasi Daya dorong Wawancara Nominal
intrinsik pegawai yang dengan a. Motivasi
berasal dari kuesioner Tinggi
dirinya dan (>15)
berkaitan dengan b. Motivasi
pekerjaannya Rendah (<15)
Motivasi Daya dorong Wawancara Nominal
ekstrinsik pegawai yang dengan a. Motivasi
berasal dari luar kuesioner Tinggi
dirinya dan (>23)
mendukung b. Motivasi
pekerjaannya Rendah (<23)
Kompensasi Gaji Kompensasi Wawancara Nominal
dalam bentuk dengan a. Memadai
uang yang kuesioner (>5)
diterima b. Kurang
responden setiap memadai (<5)
bulan secara tetap
Tunjangan Kompensasi Wawancara Nominal
dalam bentuk dengan a. Memadai
uang di luar gaji kuesioner (>5)
pokok yang b. Kurang
diterima memadai (<5)
responden
Insentif Tambahan uang Wawancara Nominal
di luar gaji dan dengan a. Memadai
tunjangan yang kuesioner (>7)
diterima b. Kurang
responden dan memadai (<7)
berasal dari
pemerintah
daerah
Jasa Kompensasi Wawancara Nominal
pelayanan dalam bentuk dengan a. Memadai
uang yang kuesioner (>7)
diterima b. Kurang
48

responden dalam memadai (<7)


memberikan
pelayanan
Kepuasan Kerja Kompetensi Kemampuan Wawancara Nominal
dasar pegawai dengan a. Puas (>27)
yang diukur kuesioner b. Tidak puas
dengan (<27)
pengetahuan,
tanggung jawab
dan kesesuaian
pekerjaan
Kerja sama Perilaku pegawai Wawancara Nominal
yang berkaitan dengan a. Puas (>29)
dengan hubungan kuesioner b. Tidak puas
dengan kepala (<29)
puskesmas dan
sesama rekan
kerja
Kesempatan Penilaian hasil Wawancara Nominal
berprestasi kerja pegawai, dengan a. Puas (>11)
pengembangan kuesioner b. Tidak puas
karir, kesempatan (<11)
mendapatkan
pendidikan dan
pelatihan dan
pencapaian hasil
kerja oleh
pegawai
Pekerjaan Pemberian Wawancara Nominal
lebih keleluasan, sistem dengan a. Puas (>5)
menantang pembagian tugas kuesioner b. Tidak puas
dan umpan balik (<5)
oleh kepala
puskesmas
kepada responden
Kondisi kerja Kondisi Wawancara Nominal
lingkungan kerja dengan a. Puas (>15)
yang meliputi kuesioner b. Tidak puas
lingkungan fisik (<15)
dan sosial
49

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner terstruktur yang

berisikan daftar pertanyaan untuk mengukur variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas berisikan daftar pertanyaan tentang variabel kepemimpinan

meliputi keteladanan, motivator, informasi dan komunikasi dan pengambilan

keputusan; variabel motivasi meliputi motivasi intrinsik dan ekstrinsik; variabel

kompensasi meliputi gaji, tunjangan dan insentif. Variabel terikat yaitu kepuasan

kerja diukur dengan lima dimensi meliputi kompetensi, kerja sama, kesempatan

berprestasi, pekerjaan yang lebih menantang dan kondisi kerja.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini tergolong data primer. Data primer ini

dikumpul melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah

dipersiapkan sebelumnya kepada responden untuk mendapatkan informasi

mengenai karakteristik sosio-demografis, kepemimpinan, motivasi, kompensasi

dan kepuasan kerja.

4.7.2 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dimulai dengan pengurusan etik dan ijin

penelitian. Selanjutnya peneliti merekrut empat orang tenaga pewawancara dari

mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana yang

dikoordinir oleh peneliti sendiri. Peneliti juga akan melakukan pelatihan pengisian

kuesioner kepada empat orang tenaga pewawancara untuk menyamakan persepsi.


50

Tenaga pewawancara akan mendapatkan uang transport dan insentif selama

proses pengumpulan data penelitian. Setelah itu peneliti melakukan koordinasi

dengan kepala puskesmas yang terpilih sebagai sampel untuk meminta ijin

pelaksanaan penelitian. Pegawai puskesmas yang menjadi responden penelitian

mendapatkan snack saat proses wawancara berlangsung.

4.8 Pengolahan Data

Adapun tahapan dalam pengolahan data penelitian ini dijelaskan di bawah

ini.

1. Editing

Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali kelengkapan pengisian jawaban

kuesioner oleh responden sehingga diperoleh data yang benar benar terisi

lengkap dan terbaca dengan baik. Editing langsung dilakukan setelah

wawancara selesai dilakukan peneliti

2. Coding

Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden

dengan kode tertentu. Data yang diberikan coding merupakan data

mengenai karakteristik sosio-demografis responden mencakup jenis

kelamin, umur, status perkawinan, pendidikan, status kepegawaian dan

masa kerja

3. Scoring

Scoring merupakan tahap untuk memberikan skor pada setiap jawaban

responden. Data yang telah terkumpul dari hasil wawancara responden


51

akan diberikan skor sesuai dengan variabel yang ditanyakan baik pada

variabel bebas yaitu kepemimpinan, motivasi dan kompensasi dan variabel

terikat yaitu kepuasan kerja.

4. Entry data

Data yang telah melalui proses editing, coding dan scoring akan

dimasukkan ke dalam program komputer untuk memudahkan peneliti

menganalisa data tersebut

5. Cleaning data

Data yang telah di entry kemudian dicetak kembali untuk memastikan

bahwa tidak terdapat kesalahan dalam pengkodean maupun membaca kode

dan data siap untuk dianalisis

4.9 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software statistik yang ada di

komputer. Analisa data dilakukan secara bertahap yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel penelitian yaitu

karakteristik sosio-demografis, kepemimpinan, motivasi, kompensasi dan

kepuasan kerja. Data ini dianalisa secara deskriptif yang disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi berupa persentase (%) tiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing masing

variabel bebas meliputi kepemimpinan, motivasi dan kompensasi dengan


52

variabel terikat yaitu kepuasan kerja dengan menggunakan tabel silang

2x2. Pada tabel 2x2, variabel bebas terletak di row dan variabel terikat

terletak di column. Analisis yang digunakan adalah analisis Chi-Square.

3. Analisis Multivariat

Analisa multivariat digunakan untuk melihat secara keseluruhan hubungan

variabel bebas yakni kepemimpinan, motivasi dan kompensasi dengan

variabel terikat yakni kepuasan kerja. Selain itu analisis ini juga digunakan

untuk melihat jenis variabel bebas yang paling besar hubungannya dengan

variabel terikat. Analisis yang digunakan adalah Logistic Regression.

4.10 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan ijin dari komisi Etik Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali No. 1051/

UN.14.2/Litbang/2015, ijin penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Perijinan

Provinsi Bali No. 070/30130/IV/BPMP dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kota Denpasar No.070/2037/BKBP. Responden diberikan lembar persetujuan

setelah responden mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat penelitian,

informasi yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan

bersedia menjadi responden penelitian. Penelitian ini tidak mencantumkan nama

pada lembar pengumpulan data namun hanya berisi kode tertentu untuk menjamin

kerahasiaan responden.
5 BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Denpasar merupakan Ibukota Provinsi Bali yang terdiri dari empat

kecamatan dengan 43 desa atau kelurahan dan 209 dusun. Kota Denpasar

memiliki jumlah puskesmas yang cukup merata di tiap kecamatan yaitu sebanyak

11 buah Puskesmas induk yang telah memiliki kemampuan gawat darurat dan 25

buah Puskesmas pembantu. Dilihat dari segi rasio tenaga kesehatan per 100.000

penduduk, hampir mencapai target yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan

yaitu dokter umum (38,9), dokter gigi (10,4), perawat (242,1), bidan (56,7), gizi

(14) dan sanitarian (2,3). Distribusi jenis ketenagaan di masing-masing puskesmas

Kota Denpasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1
Distribusi Jenis Ketenagaan di Puskesmas Kota Denpasar
Jenis Ketenagaan
Puskesmas Tenaga Tenaga Non Jumlah
Kesehatan Kesehatan
I Denpasar Barat 37 9 46
II Denpasar Barat 64 20 84
I Denpasar Timur 62 13 75
II Denpasar Timur 34 8 42
I Denpasar Utara 32 8 40
II Denpasar Utara 37 8 45
III Denpasar Utara 39 6 45
I Denpasar Selatan 29 10 39
II Denpasar Selatan 36 13 49
III Denpasar Selatan 29 7 36
IV Denpasar Selatan 50 14 64
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2014

53
54

Penilaian terhadap kinerja puskesmas dalam memberikan pelayanan

kesehatan di Kota Denpasar dilakukan melalui Survey Indeks Kepuasan

Masyarakat. Survey IKM ini dilaksanakan dua kali dalam satu tahun kerja. Hasil

ini digunakan sebagai peneliti dalam menentukkan lokasi penelitian. Hasil IKM

digunakan sebagai indikasi kepuasan kerja pegawai puskesmas Kota Denpasar.

Berdasarkan hasil IKM tersebut peneliti memilih puskesmas yang memiliki nilai

IKM tertinggi dan nilai IKM terendah. Nilai IKM tertinggi di Puskesmas II

Denpasar Selatan dan nilai IKM terendah di Puskesmas III Denpasar Utara.

Adapun hasil IKM Tahun 2014 di masing-masing puskesmas dapat dilihat di

bawah ini.

Tabel 5.2
Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat di Puskesmas Kota Denpasar
Tahun 2014 Indeks Kepuasan
Puskesmas
Semester I Semester II Masyarakat
I Denpasar Barat 86,08 86,50 86,29
II Denpasar Barat 88,45 85,35 86,90
I Denpasar Timur 85,69 83,47 84,58
II Denpasar Timur 86,80 85,93 86,37
I Denpasar Utara 82,88 85,26 84,07
II Denpasar Utara 87,37 84,89 86,13
III Denpasar Utara 84,22 82,38 83,30
I Denpasar Selatan 87,06 85,71 86,37
II Denpasar Selatan 87,73 87,89 87,81
III Denpasar Selatan 85,61 87,22 86,42
IV Denpasar Selatan 83,98 83,18 83,58
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2014

Kompensasi finansial yang diterima oleh pegawai puskesmas di Kota

Denpasar terdiri dari empat jenis yaitu gaji, tunjangan, insentif dan jasa

pelayanan. Gaji yang diterima didasarkan pada status kepegawaian yakni PNS
55

atau Non PNS. PNS mendapatkan gaji sesuai dengan golongan dan masa kerja

sedangkan Non PNS mendapatkan gaji sesuai dengan UMR yakni sebesar Rp

1.800.000. Pegawai yang diberikan tunjangan merupakan pegawai yang berstatus

sebagai PNS. Secara umum tunjangan ada dua yaitu tunjangan struktural dan

tunjangan fungsional. Tunjangan struktural diberikan pada pegawai yang

menjabat sebagai kepala puskesmas dan kepala tata usaha sedangkan tunjangan

fungsional diberikan pada pegawai yang menjabat sebagai staf. Insentif yang

diberikan kepada pegawai berasal dari Pemerintah Kota Denpasar dan

diperuntukkan hanya bagi pegawai yang berstatus PNS. Besaran insentif yang

diberikan berkisar antara Rp 1.500.000 sampai Rp 2.500.000. Jasa pelayanan

diberikan kepada seluruh pegawai baik yang berstatus sebagai PNS maupun Non

PNS. Besaran jasa pelayanan yang diberikan berkisar antara Rp 1.000.000 sampai

Rp 2.000.000. Secara keseluruhan, kompensasi finansial yang diterima oleh

pegawai puskesmas berkisar antara Rp 2.800.000 sampai Rp 7.500.000.

Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan satu dari empat puskesmas yang

berada di Kecamatan Denpasar Selatan. Puskesmas ini memiliki luas wilayah

kerja + 13,11 km2 dengan wilayah kerja pada dua kelurahan dan dua desa.

Puskesmas ini juga memiliki tiga puskesmas pembantu yang terletak di Renon,

Sanur Kauh dan Sanur Kaja. Jumlah pegawai di puskesmas ini sebanyak 49

pegawai dengan rincian enam pegawai puskesmas berada di puskesmas pembantu

dan 43 pegawai berada di puskesmas induk. Pegawai puskesmas yang berada di

masing masing puskesmas pembantu terdiri dari satu bidan dan satu perawat.
56

Puskesmas III Denpasar Utara merupakan satu dari tiga puskesmas yang

berada di wilayah Kecamatan Denpasar Utara. Puskesmas ini memiliki luas

wilayah kerja 17,05 km2 yang mencakup satu kelurahan dan tiga desa. Puskesmas

ini juga memiliki tiga puskesmas pembantu yang terletak di Peguyangan Kaja,

Peguyangan dan Peguyangan Kangin. Jumlah pegawai di puskesmas ini sebanyak

45 pegawai dengan rincian enam pegawai di puskesmas pembantu dan 39 pegawai

di puskesmas induk. Pegawai puskesmas yang berada di dua puskesmas pembantu

terdiri dari dua bidan sedangkan hanya satu puskesmas pembantu yang terdiri dari

satu bidan dan satu perawat.

5.2 Gambaran Karakteristik Sosio-Demografis Responden Penelitian di


Puskesmas Kota Denpasar

Gambaran karakteristik sosio-demografis pegawai puskesmas Kota

Denpasar dapat dilihat dari jenis kelamin, umur, status, jumlah tanggungan,

pendidikan, jenis pekerjaan, status kepegawaian dan masa kerja. Adapun hasilnya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


57

Tabel 5.3
Gambaran Karakteristik Sosio-Demografis
Responden Penelitian di Puskesmas Kota Denpasar
Karakteristik Sosio-Demografis Frekuensi (orang) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 26,67%
Perempuan 55 73,33%
Umur
<42 Tahun 35 46,67%
>42 Tahun 40 53,33%
Status
Belum Menikah 6 8%
Menikah 69 92%
Jumlah Tanggungan
<2 Orang 21 28%
>2 Orang 54 72%
Pendidikan
<SMA 25 33,33%
>SMA 50 66,67%
Jenis Pekerjaan
Tenaga Kesehatan 53 70,67%
Tenaga Non Kesehatan 22 29,33%
Status Kepegawaian
PNS 59 78,67%
Non PNS 16 21,33%
Masa Kerja
<6 Tahun 27 36%
>6 Tahun 48 64%

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dilihat dari jenis kelamin sebagian besar

responden merupakan perempuan yaitu sebanyak 55 orang (73,33%) sedangkan

dilihat dari kelompok umur, sebagian besar responden merupakan kelompok usia

>42 Tahun yaitu 40 orang (53,33%). Berdasarkan statusnya, sebagian besar

responden telah menikah yaitu sebanyak 69 orang (92%) dan memiliki jumlah

tanggungan lebih dari dua orang yakni sebanyak 54 orang (72%) dan dilihat dari
58

tingkat pendidikan, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan lebih

tinggi dari SMA yaitu sebanyak 50 orang (66,67%). Dilihat dari jenis pekerjaan

dan status kepegawaiannya, sebagian besar responden merupakan tenaga

kesehatan yaitu 53 orang (70,67%) dan berstatus sebagai PNS yaitu sebanyak 59

orang (78,67%). Selain itu diilihat dari masa kerja, sebagian besar responden

memiliki masa kerja lebih dari enam tahun yaitu sebanyak 48 orang (64%).

Berikut tabel perbandingan karakteristik sosio-demografis puskesmas di

Kota Denpasar yang diwakili oleh Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas

III Denpasar Utara. Adapun tabel tersebut disajikan di bawah ini.


59

Tabel 5.4
Perbandingan Karakteristik Sosio-Demografis Responden Penelitian
di Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara
Karakteristik Puskesmas II Denpasar Selatan Puskesmas III Denpasar Utara
Sosio-
Frekuensi(orang) Persentase(%) Frekuensi(orang) Persentase(%)
Demografis
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 30,77% 8 22,22%
Perempuan 27 69,23% 28 77,78%
Umur
<42 Tahun 22 56,41% 13 36,11%
>42 Tahun 17 43,59% 23 63,89%
Status
Belum 5 12,82% 1 2,78%
Menikah
Menikah 34 87,18% 35 97,22%
Jumlah
Tanggungan
<2 Orang 15 38,46% 6 16,67%
>2 Orang 24 61,54% 30 83,33%
Pendidikan
<SMA 13 33,33% 12 33,33%
>SMA 26 66,67% 24 66,67%
Jenis Pekerjaan
Tenaga 28 71,79% 25 69,44%
Kesehatan
Tenaga Non 11 28,21% 11 30,56%
Kesehatan
Status
Kepegawaian
PNS 29 74,36% 30 83,33%
Non PNS 10 25,64% 6 16,67%
Masa Kerja
<6 Tahun 21 53,85% 6 16,67%
>6 Tahun 18 46,15% 30 83,33%

Berdasarkan tabel 5.4 di atas terlihat dari jenis kelamin, sebagian besar

perempuan baik di Puskesmas II Denpasar Selatan (69,23%) maupun Puskesmas

III Denpasar Utara (77,78%). Dilihat dari umur, pada Puskesmas II Denpasar
60

Selatan sebagian besar pada kelompok <42 Tahun (56,41%) sedangkan pada

Puskesmas III Denpasar Utara sebagian besar berada pada kelompok >42 Tahun

(63,89%). Dilihat dari status, sebagian besar pegawai telah menikah baik di

Puskesmas II Denpasar Selatan (87,18%) maupun Puskesmas III Denpasar Utara

(97,22%). Dilihat dari jumlah tanggungan, sebagian besar memiliki jumlah

tanggungan >2 Orang baik di Puskesmas II Denpasar Selatan (61,54%) maupun

Puskesmas III Denpasar Utara (83,33%). Dilihat dari pendidikan, sebagian besar

memiliki tingkat pendidikan > SMA baik di Puskesmas II Denpasar Selatan

(66,67%) maupun Puskesmas III Denpasar Utara (66,67%). Dilihat dari jenis

pekerjaan, sebagian besar pegawai merupakan tenaga kesehatan baik di

Puskesmas II Denpasar Selatan (71,79%) maupun Puskesmas III Denpasar Utara

(69,44%). Dilihat dari status kepegawaian, sebagian besar pegawai berstatus PNS

baik di Puskesmas II Denpasar Selatan (74,36%) maupun Puskesmas III Denpasar

Utara (83,33%). Dilihat dari masa kerja, pada Puskesmas II Denpasar Selatan

sebagian besar pegawai memiliki masa kerja <6 Tahun (53,85%) sedangkan pada

Puskesmas III Denpasar Utara sebagian besar pegawai memiliki masa kerja >6

Tahun (83,33%).

5.3 Gambaran Kepemimpinan Kepala Puskesmas Di Kota Denpasar

Gambaran kepemimpinan kepala puskesmas Kota Denpasar dapat dilihat

dari keteladanan, motivator, informasi dan komunikasi dan pengambilan

keputusan. Masing masing indikator dinilai dengan kategori baik dan kurang baik.

Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


61

Tabel 5.5
Gambaran Kepemimpinan Kepala Puskesmas di Kota Denpasar
Kepemimpinan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Keteladanan
Baik 48 64%
Kurang Baik 27 36%
Motivator
Baik 27 36%
Kurang Baik 48 64%
Informasi dan Komunikasi
Baik 69 92%
Kurang Baik 6 8%
Pengambilan Keputusan
Baik 52 69,33%
Kurang Baik 23 30,67%
Kepemimpinan Keseluruhan
Baik 36 48%
Kurang Baik 39 52%

Berdasarkan tabel 5.5 di atas, persepsi kepemimpinan kepala puskesmas

yang dilihat dari keteladanan sebagian besar mempersepsikan baik yaitu sebesar

64% dan persepsi terhadap kemampuan motivasi pemimpin terhadap pegawainya

yang dilihat dari indikator motivator sebagian besar mempersepsikan kurang baik

yaitu sebesar 64%. Dilihat dari kemampuan informasi dan komunikasi pemimpin,

sebagian besar mempersepsikan baik yaitu 92%. Selain itu persepsi dari segi

pengambilan keputusan, sebagian besar mempersepsikan baik yaitu sebesar

69,33%. Secara keseluruhan persepsi pegawai puskesmas terhadap kepemimpinan

kepala puskesmas dikategorikan kurang baik yaitu sebesar 52%.

Berikut tabel perbandingan kepemimpinan Kepala Puskesmas II Denpasar

Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara. Adapun hasilnya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.


62

Tabel 5.6
Perbandingan Kepemimpinan
Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara
Kepemimpinan Puskesmas II Denpasar Selatan Puskesmas III Denpasar Utara
Frekuensi(orang) Persentase(%) Frekuensi(orang) Persentase(%)
Baik 9 23,08% 27 75%
Kurang Baik 30 76,92% 9 25%

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa pada Puskesmas II

Denpasar Selatan hanya sedikit pegawai yang mempersepsikan kepemimpinan

yang dijalankan oleh kepala puskesmas adalah baik (23,08%) sedangkan pada

Puskesmas III Denpasar Utara sebagian besar pegawai mempersepsikan

kepemimpinan yang dijalankan oleh kepala puskesmas adalah baik (75%).

5.4 Gambaran Motivasi Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar

Gambaran motivasi pegawai puskesmas Kota Denpasar dapat dilihat dari

motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang dinilai dengan kategori tinggi dan rendah.

Motivasi intrinsik meliputi datang dan pulang sesuai jam kerja, memperhatikan

kelengkapan alat kerja, mengemukakan pendapat dan melaporkan hasil pekerjaan

sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi keamanan, kenyamanan, pemberlakuan

sanksi yang tegas, prosedur kerja, pujian, kesempatan mengikuti pelatihan dan

melanjutkan pendidikan. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
63

Tabel 5.7
Gambaran Motivasi Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar
Motivasi Frekuensi (orang) Persentase (%)
Motivasi Intrinsik
Tinggi 65 86,67%
Rendah 10 13,33%
Motivasi ekstrinsik
Tinggi 32 42,67%
Rendah 43 57,33%
Motivasi Keseluruhan
Tinggi 42 56%
Rendah 33 44%

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dilihat dari motivasi intrinsik pegawai

puskesmas, sebagian besar memiliki motivasi tinggi yaitu sebesar 86,67%

sedangkan dilihat dari motivasi ekstrinsiknya, sebagian besar memiliki motivasi

ekstrinsik yang rendah yaitu 57,33%. Secara keseluruhan, pegawai puskesmas

memiliki motivasi yang tinggi yaitu sebesar 56%.

Berikut tabel perbandingan motivasi pegawai Puskesmas Kota Denpasar

yang diwakili oleh Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar

Utara. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.8
Perbandingan Motivasi Pegawai
Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara
Motivasi Puskesmas II Denpasar Selatan Puskesmas III Denpasar Utara
Frekuensi(orang) Persentase(%) Frekuensi(orang) Persentase(%)
Tinggi 15 38,46% 27 75%
Rendah 24 61,54% 9 25%
64

Berdasarkan tabel 5.8 di atas terlihat bahwa hanya sedikit pegawai yang

memiliki motivasi tinggi (38,46%) di Puskesmas II Denpasar Selatan sedangkan

pada Puskesmas III Denpasar Utara sebagian besar pegawai memiliki motivasi

yang tinggi (75%).

5.5 Gambaran Kompensasi Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar

Gambaran kompensasi pegawai Puskesmas Kota Denpasar dapat dilihat dari

gaji, tunjangan, insentif dan jasa pelayanan yang dinilai dengan kategori memadai

dan kurang memadai. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.9
Gambaran Kompensasi Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar
Kompensasi Frekuensi (orang) Persentase (%)
Gaji
Memadai 57 76%
Kurang Memadai 18 24%
Tunjangan
Memadai 47 62,67%
Kurang Memadai 28 37,33%
Insentif
Memadai 56 74,67%
Kurang Memadai 19 25,33%
Jasa pelayanan
Memadai 64 85,33%
Kurang Memadai 11 14,67%
Kompensasi Keseluruhan
Memadai 45 60%
Kurang Memadai 30 40%

Berdasarkan tabel 5.9 di atas terlihat bahwa dari segi gaji, sebagian besar

mempersepsikan bahwa gaji yang diterima memadai yaitu sebesar 76% dan dilihat
65

dari segi tunjangan yang diberikan, sebagian besar juga mempersepsikan bahwa

tunjangan yang didapatkan memadai yaitu sebesar 62,67%. Dilihat dari segi

insentif yang diterima, sebagian besar mempersepsikan insentif yang diterima

memadai yaitu 74,67% dan dilihat dari jasa pelayanan yang diterima, sebagian

besar juga mempersepsikan memadai yaitu sebesar 85,33%. Secara keseluruhan,

persepsi terhadap kompensasi yang diterima oleh pegawai puskesmas adalah

memadai yaitu sebesar 60%.

Berikut tabel perbandingan kompensasi pegawai puskesmas di Kota

Denpasar yang diwakili oleh Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III

Denpasar Utara. Adapun hasilnya adapat dilihat di bawah ini.

Tabel 5.10
Perbandingan Kompensasi Pegawai
Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara
Kompensasi Puskesmas II Denpasar Selatan Puskesmas III Denpasar Utara
Frekuensi(orang) Persentase(%) Frekuensi(orang) Persentase(%)
Memadai 17 43,59% 23 63,89%
Kurang 22 56,41% 13 36,11%
Memadai

Berdasarkan tabel 5.10 di atas terlihat bahwa hanya sedikit pegawai yang

mempersepsikan kompensasi yang diterima memadai (43,59%) di Puskesmas II

Denpasar Selatan sedangkan pada Puskesmas III Denpasar Utara sebagian besar

pegawai mempersepsikan kompensasi yang diterima memadai (63,89%).


66

5.6 Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar

Gambaran kepuasan kerja pegawai Puskesmas Kota Denpasar dapat dilihat

dari kompetensi, kerja sama, kesempatan berprestasi, pekerjaan yang lebih

menantang dan kondisi kerja. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 5.11
Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar
Kepuasan Kerja Frekuensi (orang) Persentase (%)
Kompetensi
Puas 38 50,67%
Tidak Puas 37 49,33%
Kerja Sama
Puas 50 66,67%
Tidak Puas 25 33,33%
Kesempatan Berprestasi
Puas 42 56%
Tidak Puas 33 44%
Pekerjaan yang lebih Menantang
Puas 65 86,67%
Tidak Puas 10 13,33%
Kondisi Kerja
Puas 48 64%
Tidak Puas 27 36%
Kepuasan Kerja Keseluruhan
Puas 39 52%
Tidak Puas 36 48%

Berdasarkan tabel 5.11 di atas dilihat dari segi kompetensi, sebagian besar

merasa puas yakni sebesar 50,67% dan dilihat dari segi kerja sama, sebagian besar

juga merasa puas yakni 66,67%. Dilihat dari segi kesempatan berprestasi,

sebagian besar merasa puas yakni sebesar 56% termasuk dari segi pekerjaan yang

lebih menantang, sebagian besar juga merasa puas yakni 86,67%. Dilihat dari
67

kondisi kerja, sebagian besar merasa puas yakni sebesar 64%. Secara keseluruhan,

kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai puskesmas termasuk dalam kategori

puas yaitu 52%.

Berikut tabel perbandingan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota

Denpasar yang diwakili oleh Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III

Denpasar Utara. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.12
Perbandingan Kepuasan Kerja Pegawai
Puskesmas II Denpasar Selatan dengan Puskesmas III Denpasar Utara
Kepuasan Puskesmas II Denpasar Selatan Puskesmas III Denpasar Utara
Kerja Frekuensi(orang) Persentase(%) Frekuensi(orang) Persentase(%)
Puas 16 41,03% 23 63,89%
Tidak Puas 23 58,97% 13 36,11%

Berdasarkan tabel 5.12 di atas terlihat bahwa pegawai yang merasa puas

bekerja lebih banyak (63,89%) di Puskesmas III Denpasar Utara dibandingkan

dengan Puskesmas II Denpasar Selatan (41,03%).

5.7 Analisis Bivariat Kepemimpinan, Motivasi dan Kompensasi dengan


Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar

Hasil analisis bivariat hubungan kepemimpinan, motivasi dan kompensasi

dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas Kota Denpasar dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.
68

Tabel 5.3
Analisis Bivariat Kepemimpinan, Motivasi dan Kompensasi dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar
Kepuasan Kerja
Variabel Bebas Puas Tidak Puas OR 95%CI Nilai p
f(%) f(%)
Kepemimpinan
Kurang Baik 10(25,64%) 29(74,36%) Ref
Baik 29(80,56%) 7(19,44%) 12,01 4,02 35,89 <0,001
Motivasi
Rendah 8(24,24%) 25(75,76%) Ref
Tinggi 31(73,81%) 11(26,19%) 8,81 3,07 25,22 <0,001
Kompensasi
Kurang Memadai 10(33,33%) 20(66,67%) Ref
Memadai 29(64,44%) 16(35,56%) 3,63 1,37 9,60 0,010

Berdasarkan tabel 5.13 di atas menunjukkan bahwa semua variabel bebas

yaitu kepemimpinan, motivasi dan kompensasi berhubungan dengan kepuasan

kerja pegawai. Dilihat dari segi kepemimpinan, pegawai puskesmas yang

memiliki persepsi bahwa kepemimpinan yang dijalankan kurang baik digunakan

sebagai pembanding (referensi). Nilai OR pada pegawai puskesmas yang

mempersepsikan bahwa kepemimpinan yang dijalankan baik jika dibandingkan

dengan pegawai puskesmas yang mempersepsikan bahwa kepemimpinan yang

dijalankan kurang baik sebesar 12,01 yang berarti bahwa pegawai puskesmas

yang memiliki persepsi bahwa kepemimpinan yang dijalankan baik memiliki

peluang 12,01 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan pegawai

puskesmas yang memiliki persepsi bahwa kepemimpinan yang dijalankan kurang

baik. Secara statistik hubungan kepemimpinan dengan kepuasan kerja bermakna

dengan nilai 95%CI 4,02 sampai 35,89 dan nilai p <0,001.


69

Faktor lain yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai adalah

motivasi. Dilihat dari motivasi, motivasi rendah digunakan sebagai pembanding

(referensi). Nilai OR pada pegawai puskesmas yang memiliki motivasi tinggi jika

dibandingkan dengan motivasi yang rendah sebesar 8,81 yang berarti bahwa

pegawai puskesmas yang memiliki motivasi tinggi memiliki peluang untuk puas

8,81 kali lebih besar dibandingkan pegawai puskesmas yang memiliki motivasi

yang rendah. Secara statistik hubungan motivasi dengan kepuasan kerja bermakna

dengan nilai 95%CI 3,07 sampai 25,22 dan nilai p <0,001.

Selain kepemimpinan dan motivasi, kompensasi juga memiliki hubungan

dengan kepuasan kerja pegawai. Dalam hal ini pegawai puskesmas yang memiliki

persepsi bahwa kompensasi yang diterima kurang memadai dijadikan sebagai

pembanding (referensi). Nilai OR pada pegawai puskesmas yang memiliki

persepsi bahwa kompensasi yang diterima memadai jika dibandingkan dengan

pegawai puskesmas yang memiliki persepsi bahwa kompensasi yang diterima

kurang memadai sebesar 3,63 yang berarti bahwa pegawai puskesmas yang

memiliki persepsi bahwa kompensasi yang diterima memadai memiliki peluang

3,63 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan pegawai puskesmas yang

memiliki persepsi bahwa kompensasi yang diterima kurang memadai. Secara

statistik hubungan kompensasi dengan kepuasan kerja bermakna dengan nilai

95%CI 1,37 sampai 9,60 dan nilai p 0,010.


70

5.8 Analisis Multivariat Kepemimpinan, Motivasi dan Kompensasi dengan


Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas Di Kota Denpasar

Analisis multivariat penelitian ini menggunakan regresi logistik. Untuk

menguji apakah data fit untuk model ini maka dilakukan analisis goodness of fit

test. Hasil output goodness of fit test didapatkan nilai p 0,445 ini menunjukkan

bahwa data fit dengan model regresi logistik. Dari hasil uji bivariat, semua

variabel bebas yang mempunyai nilai p<0,25 akan diikutsertakan dalam uji

multivariat. Hasil uji multivariat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4
Analisis Multivariat Kepemimpinan, Motivasi dan Kompensasi dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar
95%CI
Variabel OR Nilai p
Batas Bawah Batas Atas
Kepemimpinan
Kurang Baik Ref
Baik 7,28 2,17 24,46 <0,001
Motivasi
Rendah Ref
Tinggi 4,31 1,29 14,39 0,018
Kompensasi
Kurang Memadai Ref
Memadai 3,07 0,91 10,28 0,069

Berdasarkan tabel 5.14 di atas menunjukkan bahwa faktor yang memiliki

hubungan dengan kepuasan kerja adalah kepemimpinan dan motivasi. Pada

variabel kepemimpinan, pegawai puskesmas yang memiliki persepsi bahwa

kepemimpinan yang dijalankan kurang baik digunakan sebagai pembanding

(referensi). Nilai OR pada pegawai puskesmas yang mempersepsikan bahwa

kepemimpinan yang dijalankan baik jika dibandingkan dengan pegawai


71

puskesmas yang mempersepsikan bahwa kepemimpinan yang dijalankan kurang

baik sebesar 7,28 yang berarti bahwa pegawai puskesmas yang memiliki persepsi

bahwa kepemimpinan yang dijalankan baik memiliki peluang 7,28 kali lebih besar

untuk merasa puas dibandingkan pegawai puskesmas yang memiliki persepsi

bahwa kepemimpinan yang dijalankan kurang baik. Secara statistik hubungan

kepemimpinan dengan kepuasan kerja bermakna dengan nilai 95%CI 2,17 sampai

24,46 dan nilai p <0,001

Pada variabel motivasi, motivasi yang rendah dijadikan sebagai pembanding

(referensi). Nilai OR pada pegawai puskesmas yang memiliki motivasi tinggi jika

dibandingkan dengan motivasi yang rendah sebesar 4,31 yang berarti bahwa

pegawai puskesmas yang memiliki motivasi tinggi memiliki peluang 4,31 kali

lebih besar untuk merasa puas dibandingkan pegawai puskesmas yang memiliki

motivasi yang rendah. Secara statistik hubungan motivasi dengan kepuasan kerja

bermakna dengan nilai 95%CI 1,29 sampai 14,39 dan nilai p <0,001.
6 BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas di Kota Denpasar

Kepuasan kerja merupakan sikap pegawai terhadap pekerjaan di dalam

suatu organisasi. Pegawai yang merasa puas cenderung menunjukkan sikap positif

terhadap pekerjaannya tetapi pegawai yang merasa tidak puas akan memiliki sikap

negatif terhadap pekerjaannya. Salah satu dampak adanya kepuasan kerja yang

dirasakan oleh pegawai adalah kinerja kerja yang baik. Kinerja yang baik dalam

memberikan pelayanan kesehatan akan membuat masyarakat menjadi puas

(Robbins, 2008).

Sebagian besar pegawai puskesmas di Kota Denpasar merasa puas dalam

bekerja (52%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hilatunnisa Tahun 2009 di tiga puskesmas perawatan Kabupaten Tangerang yang

mendapatkan bahwa sebagian besar pegawai merasa puas bekerja. Selain itu hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Wibisono Tahun 2008 di Puskesmas

Turen Malang dan Sudarsono Tahun 2010 di Puskesmas Sumbermanjing Wetan

Malang yang mendapatkan bahwa sebagian besar pegawai merasa puas bekerja di

puskesmas. Organisasi dengan pegawai yang lebih banyak puas cenderung lebih

efektif dibandingkan organisasi dengan pegawai yang kurang puas. Pegawai yang

puas akan mampu meningkatkan kepuasan pasien. Hal ini terjadi karena dalam

organisasi jasa, kepuasan pelanggan terletak pada cara pegawai berhubungan

dengan pasiennya dalam memberikan pelayanan. Pegawai yang puas akan

72
73

menunjukkan kinerja yang baik seperti lebih ramah dan responsif terhadap

pasiennya. Selain itu pegawai yang puas memiliki kemungkinan yang kecil untuk

pindah sehingga pasien akan sering menjumpai pegawai yang akrab dan

berpengalaman. Hal tersebut dapat membangun kepuasan pasien terhadap suatu

organisasi (Robbins, 2008).

Gambaran kepuasan kerja pegawai Puskesmas di Kota Denpasar diwakili

oleh Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas III Denpasar Utara yang

pemilihannya didasarkan pada nilai IKM sebagai indikasi tingkat kepuasan kerja

pegawai di puskesmas Kota Denpasar. Nilai IKM tertinggi terdapat pada

Puskesmas II Denpasar Selatan sedangkan nilai IKM terendah terdapat pada

Puskesmas III Denpasar Utara. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih

puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai Puskesmas II Denpasar

Selatan dibandingkan dengan Puskesmas III Denpasar Utara. Masyarakat yang

puas menunjukkan adanya indikasi pegawai merasa puas dalam bekerja. Kondisi

ini juga menunjukkan bahwa kepuasan kerja pegawai lebih tinggi pada Puskesmas

II Denpasar Selatan dibandingkan dengan Puskesmas III Denpasar Utara. Namun

hasil penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar pegawai merasa tidak puas

bekerja di Puskesmas II Denpasar Selatan (58,97%) sedangkan sebagian besar

pegawai merasa puas bekerja di Puskesmas III Denpasar Utara (63,89%). Hasil ini

berbeda dengan asumsi peneliti sebelumnya bahwa kepuasan masyarakat yang

tinggi juga mengindikasikan kepuasan kerja yang tinggi pada pegawainya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat yang puas belum tentu menunjukkan

bahwa pegawai juga merasa puas dalam bekerja.


74

Asumsi peneliti bahwa status Puskesmas II Denpasar Selatan sebagai

puskesmas ISO juga mempengaruhi kepuasan kerja pegawainya. Pada dasarnya

ISO bertujuan agar puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan yang

berkualitas sehingga mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat. Namun

terdapat beberapa standar kerja yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh seluruh

pegawai puskesmas. Kondisi ini mengakibatkan puskesmas yang berstatus ISO

memiliki beban kerja yang berbeda dengan puskesmas yang tidak berstatus ISO.

Beban kerja yang meningkat disebabkan adanya beberapa kegiatan tambahan

seperti rapat ISO secara rutin, kegiatan pencatatan dan pembuatan laporan. Hal ini

akan membuat pegawai merasa tidak puas dalam bekerja. Dilihat dari karakterisk

umur dan masa kerja, sebagian besar pegawai termasuk dalam kategori umur yang

masih mudah yaitu <42 Tahun (56,41%) dan memiliki masa kerja yang belum

lama yaitu <6 Tahun (53,85%). Pegawai yang masih muda dan masa kerja yang

belum lama cenderung memiliki harapan yang tinggi terhadap pekerjaannya

sehingga apabila terdapat beberapa aspek pekerjaan yang dirasakan kurang,

pegawai akan cenderung tidak puas. Pendapat ini dipertegas oleh Glen dalam

Davis (1997) yang mengemukakan bahwa pegawai yang umurnya masih muda

memiliki harapan yang tinggi dan penyesuaian yang kurang. Luthans dalam

Mustar (1999) juga menyebutkan bahwa pegawai yang belum lama bekerja atau

tergolong pegawai baru memiliki kepuasan kerja yang rendah dibandingkan

pegawai yang telah lama bekerja karena pegawai yang tergolong baru cenderung

memiliki harapan yang tinggi terhadap pekerjaannya. Selain itu juga didapatkan

bahwa sebagian besar pegawai mempersepsikan kepemimpinan yang dijalankan


75

kurang baik (76,92%), memiliki motivasi yang rendah dalam bekerja (61,54%)

dan mempersepsikan kompensasi yang diterima kurang memadai (56,41%).

Kepala puskesmas tentunya akan mempertahankan status puskesmas sebagai

puskesmas ISO sehingga kemungkinan terdapat beberapa perubahan dalam cara

maupun gaya kepemimpinan yang dijalankan. Beban kerja yang meningkat dan

tidak adanya reward atas hasil kerja yang dicapai selama ini dalam meningkatkan

citra puskesmas membuat pegawai merasa kurang termotivasi dalam bekerja dan

merasa kompensasi yang diterima kurang memadai jika dibandingkan dengan

beban kerja yang dikerjakan. Kondisi ini akan mengakibatkan ketidakpuasan

dalam bekerja. Dampak yang akan ditimbulkan yaitu pegawai kurang memiliki

semangat dalam bekerja, cepat mengalami kelelahan, cepat bosan, emosi tidak

stabil dan melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan

(Wibisono, 2011).

Hasil yang berbeda ditemukan pada Puskesmas III Denpasar Utara.

Meskipun nilai IKM lebih rendah dibandingkan dengan Puskesmas II Denpasar

Selatan, ternyata sebagian besar pegawai merasa puas dalam bekerja (63,89%).

Asumsi peneliti bahwa puskesmas ini tidak berstatus sebagai puskesmas ISO

sehingga beban kerja pegawai tidak mengalami peningkatan. Pegawai merasa

lebih nyaman dalam bekerja karena tidak ada kegiatan tambahan seperti pada

puskesmas yang berstatus ISO. Dilihat dari karakteristik umur dan masa kerja,

sebagian besar pegawai berada pada kelompok umur yang tua yaitu >42 Tahun

(63,89%) dan memiliki masa kerja yang lama yaitu >6 Tahun (83,33%). Pegawai

yang lebih tua dan memiliki masa kerja yang lama memiliki pengalaman yang
76

lebih baik dalam bekerja dan juga telah mampu menyesuaikan diri dengan kondisi

dan situasi pekerjaan. Glen dalam Davis (1997) menjelaskan bahwa semakin

bertambah umur maka kepuasan kerja akan meningkat karena harapan akan

menurun dan telah berpengalaman dalam bekerja. Cherrington (1994)

menyebutkan bahwa ada dua alasan mengapa pekerja yang berusia tua lebih puas

yaitu jaminan diri yang lebih baik dan nilai kerja yang kuat sehingga memiliki

percaya diri yang tinggi dalam bekerja. Percaya diri yang tinggi akan memberikan

kepuasan dalam bekerja karena pekerjaan akan dilakukan senang hati sehingga

hasil kerja pun menjadi baik. Greenberg dan Baron (1997) juga mengemukakan

bahwa pegawai yang lebih berpengalaman cenderung lebih tinggi kepuasan

kerjanya dibandingkan pegawai yang kurang berpengalaman. Selain itu persepsi

pegawai terhadap kepemimpinan yang dijalankan oleh kepala puskesmas

tergolong baik (75%). Kondisi ini menunjukkan kepala puskesmas telah mampu

memberikan teladan yang baik, mampu memotivasi pegawai, pemberian

informasi dan komunikasi yang jelas dan mudah dipahami serta pengambilan

keputusan yang tepat terhadap permasalahan yang ada. Hal ini akan mendorong

pegawai puskesmas bekerja lebih baik yang terlihat pada motivasi pegawai

puskesmas yang termasuk dalam kategori motivasi tinggi (75%). Pegawai yang

memiliki motivasi tinggi cenderung bekerja sesuai dengan prosedur kerja,

semangat dalam bekerja yang tinggi, sedikit mengeluh dan mentaati perintah

pimpinan (Manulang, 2005). Dilihat dari kompensasi yang diterima, sebagian

besar juga mempersepsikan memadai (63,89%). Beban kerja yang sesuai dengan

kompensasi yang diterima juga turut mempengaruhi kepuasan pegawai dalam


77

bekerja. Adanya kepemimpinan yang baik, motivasi yang tinggi dalam bekerja

dan kompensasi memadai yang diterima oleh pegawai membuat pegawai merasa

puas dalam bekerja.

6.2 Hubungan Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja Pegawai


Puskesmas Di Kota Denpasar

Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat dan multivariat didapatkan

bahwa ada hubungan bermakna antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja

pegawai puskesmas Kota Denpasar. Hasilnya adalah pegawai puskesmas yang

memiliki persepsi bahwa kepemimpinan yang dijalankan baik memiliki peluang

7,28 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan pegawai puskesmas yang

memiliki persepsi bahwa kepemimpinan yang dijalankan kurang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hilatunnisa pada Tahun 2009 di Tiga Puskesmas Perawatan Kabupaten Tangerang

yang menunjukkan hanya variabel kepemimpinan yang mempunyai hubungan

yang signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai di tiga puskesmas perawatan

dengan p=0,001. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Wibisono pada

Tahun 2011 di Puskesmas Turen Malang menunjukkan bahwa faktor perilaku

pimpinan, motivasi, arus komunikasi dan praktik pengambilan keputusan secara

bersama sama berhubungan terhadap kepuasan kerja pegawai dengan R2=0,342

dan nilai p=0,794 dan secara parsial variabel kepemimpinan meliputi perilaku

pimpinan, motivasi, arus komunikasi dan praktik pengambilan keputusan

berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai (perilaku pimpinan p=0,075;

motivasi p=0,076; arus komunikasi p=0,069; pengambilan keputusan p=0,084).


78

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Djestawana pada Tahun

2012 di 10 puskesmas Kota Denpasar yang menunjukkan kepemimpinan memiliki

pengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas dimana faktor yang paling

dominan dalam menentukkan kepemimpinan adalah perilaku pemimpin.

Kepala puskesmas memiliki peranan yang sangat penting dalam hal

mengatur dan mengelola seluruh kegiatan di puskesmas termasuk pegawainya.

Kepemimpinan memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan organisasi.

Hal ini dikarenakan segala bentuk aktivitas manajemen di tingkat puskesmas baik

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan puskesmas diatur dan

dikelola oleh kepala puskesmas (Kementerian Kesehatan 2004). Salah satu

perilaku pemimpin yang dapat mempengaruhi pegawai dalam bekerja adalah

keteladanannya. Keteladanan diperlukan oleh pemimpin agar pegawainya patuh

dan mentaati peraturan yang telah ditetapkan bersama (Adman, 2004). Hasil

penelitian mendapatkan bahwa persepsi pegawai terhadap keteladanan kepala

puskesmas di Kota Denpasar tergolong baik (64%). Kondisi ini menunjukkan

bahwa kepala puskesmas telah mampu memberikan panutan yang baik terhadap

pegawainya dalam bekerja. Keteladanan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin

memperlihatkan keyakinan seorang pemimpin terhadap segala bentuk rencana

kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu pemimpin dalam

organisasi harus mampu memberikan teladan yang baik, sikap dan perilaku terpuji

yang menjadi panutan bagi pegawainya (Wijaya, 2007).

Seorang pegawai juga perlu diberikan motivasi terutama oleh seorang

pemimpin. Pemberian motivasi oleh pemimpin pada dasarnya bertujuan untuk


79

mencapai kepuasan kerja sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai dalam

bekerja. Hasil penelitian mendapatkan bahwa persepsi pegawai terhadap

kemampuan motivasi pemimpin yang dilihat dari indikator motivator tergolong

kurang baik (64%). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan pemimpin

masih kurang dalam memotivasi pegawai sehingga kemungkinan dapat

menyebabkan ketidakpuasan dalam bekerja. Dampak yang ditimbulkan akibat

ketidakpuasan dalam bekerja yaitu pegawai lambat dalam bekerja, kelalaian,

rendahnya prestasi, rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan dan pegawai

menjadi kurang disiplin (David, 2011). Oleh sebab itu pemberian motivasi penting

dilakukan karena pemimpin memerlukan kerja sama yang baik dengan

pegawainya dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi (Hasibuan, 2001).

Selain keteladanan dan kemampuan memotivasi pegawai, seorang

pemimpin juga harus memiliki kemampuan dalam informasi dan komunikasi.

Informasi yang diperoleh dapat berasal dari dalam maupun luar organisasi.

Informasi dari dalam berkaitan dengan tugas pengawasan pemimpin sehingga

memperoleh informasi penting terkait pekerjaan pegawai sedangkan informasi

luar berkaitan dengan informasi dari jejaring puskesmas yang berpengaruh

terhadap kegiatan puskesmas. Oleh sebab itu dalam menyampaikan informasi,

pemimpin perlu memiliki kemampuan komunikasi efektif yakni jelas dan mudah

dipahami (Adman, 2004). Hasil penelitian mendapatkan bahwa persepsi pegawai

pada indikator informasi dan komunikasi tergolong baik (92%). Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa proses informasi dan komunikasi telah berjalan dengan baik.
80

Komunikasi yang baik akan mendukung pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaannya sehingga menciptakan suasana yang positif di lingkungan organisasi

dan mampu menciptakan kepuasan kerja (Wibisono, 2011).

Pengambilan keputusan berarti bahwa pemimpin mempunyai peran sebagai

penentu kebijakan yang akan diambil berupa langkah-langkah dalam

menyelesaikan masalah ataupun merancang suatu kegiatan. Pengambilan

keputusan oleh pemimpin di tingkat puskesmas umumnya dilakukan secara

musyawarah artinya mempertimbangkan pendapat pegawai dalam organisasi.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa persepsi pegawai pada indikator

pengambilan keputusan tergolong baik (69,33%). Kondisi tersebut menunjukkan

bahwa pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala puskesmas telah

berjalan dengan baik. Sebagian besar pegawai organisasi menginginkan adanya

kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Peran serta yang

meningkat dalam pengambilan keputusan akan meningkatkan keterikatan anggota

pada organisasi. Peran serta ini akan memberikan sumbangan yang positif dalam

memecahkan persoalan organisasi karena mereka akan lebih tahu sasaran dan

tujuan organisasi, persoalan yang sedang dihadapi dan kaitannya dengan

pekerjaan mereka sehingga mereka terdorong untuk berkreasi memikirkan

alternatif pemecahan persoalan yang pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan

kerja mereka (Wibisono, 2011).

Seorang pemimpin diharapkan mampu menerapkan kepemimpinan yang

efektif yakni mampu menggerakkan pegawainya untuk mencapai tujuan secara

bersama sama tanpa mengabaikan kepuasan kerjanya. Pegawai akan merasa puas
81

ketika mereka merasa telah diperhatikan dan dipimpin dengan baik. Pemimpin

yang mampu merasakan apa yang dibutuhkan pegawai cenderung membuat

pegawai merasa puas dalam bekerja. Pegawai yang merasa puas akan berusaha

memberikan yang terbaik bagi organisasi agar organisasi tersebut mampu

mencapai tujuannya (Kuswandi, 2004). Pernyataan tersebut dipertegas oleh

Sasongko (2008) bahwa pemimpin yang mampu menerapkan kepemimpinan yang

baik akan membuat pegawai merasa puas yang akhirnya mampu memperbaiki

kinerja mereka ke arah lebih produktif sehingga tujuan yang ditetapkan oleh suatu

organisasi dapat tercapai. Kondisi tersebut sangat tergantung pada peran

pemimpin dalam menjalin hubungan dengan pegawai, memberikan penghargaan

kepada pegawai, mengembangkan dan memberdayakan pegawainya (Wibowo,

2009).

6.3 Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas Di


Kota Denpasar

Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat dan multivariat didapatkan

bahwa ada hubungan bermakna antara motivasi dengan kepuasan kerja pegawai

puskesmas Kota Denpasar. Hasilnya adalah pegawai puskesmas yang memiliki

motivasi tinggi berpeluang 4,31 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan

pegawai puskesmas yang memiliki motivasi rendah.

Hasil penelitian ini tidak sejalan penelitian yang dilakukan oleh Gagu Tahun

2008 di Puskesmas Depok I Kabupaten Sleman Provinsi DIY yang mendapatkan

hasil bahwa tidak ada hubungan bermakna antara motivasi intrinsik (p=0,113) dan

motivasi ekstrinsik (p=0,072) terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas.


82

Namun lebih banyak ditemukan hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian ini

seperti penelitian yang dilakukan oleh Taufik pada Tahun 2003 di Puskesmas

Swadana Tebet di Provinsi DKI Jakarta mendapatkan hasil bahwa ada hubungan

antara motivasi dengan kepuasan kerja dengan r=0,686 dan nilai p=0,000. Selain

itu penelitian yang dilakukan oleh Hartawan di Puskesmas Jatibarang Brebes

menunjukkan bahwa motivasi memiliki hubungan positif dan bermakna dengan

kepuasan kerja dengan nilai p 0,036.

Motivasi pada dasarnya merupakan daya dorong yang mampu

menggerakkan pegawai sehingga merasa puas dalam bekerja dan mendorong

mereka bekerja lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan Hasibuan (2004) bahwa

pemberian motivasi membuat seseorang lebih bersemangat untuk bekerja agar

dapat bekerja sama, bekerja secara efektif dan terintegrasi yang bertujuan untuk

mendapatkan kepuasan. Selain itu pemberian motivasi kepada pegawai bertujuan

untuk mendorong pegawai agar bekerja lebih semangat, meningkatkan kepuasan

kerja pegawai, meningkatkan kedisplinan pegawai, menciptakan kondisi dan

hubungan kerja yang baik serta meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap

tugas-tugas yang dikerjakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian

motivasi penting dilakukan terutama oleh pemimpin karena pemimpin

memerlukan kerja sama yang baik dengan pegawainya dalam melaksanakan

tugas-tugas organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2001).

Motivasi intrinsik lebih pada dorongan yang muncul dalam diri pegawai

sehingga mereka berkeinginan untuk bekerja lebih baik. Hasil penelitian

didapatkan bahwa sebagian besar pegawai puskesmas memiliki motivasi intrinsik


83

yang tinggi (86,67%). Motivasi intrinsik yang tinggi menunjukkan bahwa

pegawai memiliki dorongan yang tinggi untuk diakui sebagai pegawai yang

bekerja dengan baik, berprestasi dalam bekerja dan bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan Herzberg yang menjelaskan bahwa daya

dorong yang berasal dari dalam diri pegawai yang mempengaruhi kepuasan kerja

adalah faktor prestasi, pengakuan atau penghargaan dan tanggung jawab

(Nawawi, 2003). Selain motivasi intrinsik, terdapat juga motivasi ekstrinsik yang

mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Motivasi ekstrinsik lebih pada pengaruh

faktor kondisi pekerjaan yang mendorong pegawai dalam bekerja. Hasil penelitian

mendapatkan bahwa sebagian besar pegawai memiliki motivasi ekstrinsik yang

rendah (57,33%). Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya perhatian

terhadap situasi dan kondisi yang mendorong pegawai dalam bekerja seperti ruang

kerja yang belum aman dan nyaman, peraturan yang dirasakan kurang tegas dan

kurangnya kesempatan untuk mengembangkan diri sehingga dapat mengakibatkan

pegawai tidak puas dalam bekerja. Menurut Herzberg bahwa faktor kondisi kerja,

kebijakan organisasi dan proses administrasi organisasi yang jelas juga merupakan

faktor pendorong yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai (Nawawi, 2003).

Motivasi ekstrinsik harus diciptakan dan diarahkan supaya dapat membantu

tumbuhnya motivasi intrinsik. Meskipun motivasi intrinsik sudah dimiliki oleh

seseorang tetapi jika kondisi lingkungan kerja tidak dapat membangkitkan

motivasi ekstrinsik, hal ini tidak akan memberikan pengaruh terhadap seseorang

untuk bekerja. Hal yang sama terjadi apabila kondisi lingkungan kerja yang

sepenuhnya memberikan kesempatan untuk berkembang jika tidak disertai dengan


84

dorongan dari diri seorang pegawai maka tidak akan memberikan pengaruh

terhadap pegawai tersebut. Oleh karena itu keterpaduan motivasi intrinsik dan

ekstrinsik perlu ditingkatkan terutama dalam kondisi mengembangkan motivasi

pegawai dalam bekerja (Simoes, 2014).

Manusia adalah unsur yang penting dalam organisasi oleh sebab itu perlu

diperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan motivasi pegawai untuk menjaga

keselarasan antara keinginan organisasi dengan keinginan pegawai sebagai

pribadi. Pegawai puskesmas yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja

cenderung akan merasa puas sehingga mereka akan berusaha memberikan hasil

kerja yang baik terutama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Hal ini didukung oleh Handoko (2001) dan Hasibuan (2007) bahwa

motivasi pada pegawai pada dasarnya bertujuan agar pegawai tersebut merasa

puas yang kemudian diimplementasikan kepada orang lain dalam bentuk

pemberian pelayanan yang baik kepada pelanggan. Oleh sebab itu motivasi

memiliki peranan yang penting dalam mencapai kepuasan kerja pada pegawai

puskesmas dan dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat.

6.4 Hubungan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas Di


Kota Denpasar

Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara kompensasi dengan kepuasan kerja pegawai

puskesmas di Kota Denpasar sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan


85

tidak ada hubungan bermakna antara kompensasi dengan kepuasan kerja pegawai

puskesmas Kota Denpasar.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Gagu Tahun 2008 di Puskesmas Depok I Kabupaten Sleman Provinsi DIY

mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara kompensasi dengan

kepuasan karyawan dimana nilai p 0,000. Terdapat juga penelitian yang dilakukan

oleh Taufik pada Tahun 2003 di Puskesmas Swadana Tebet di Provinsi DKI

Jakarta yang menunjukkan ada hubungan antara kompensasi dengan kepuasan

kerja dengan r 0,492 dan p 0,000. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh

Tirtayana pada Tahun 2005 di Puskesmas Kabupaten Karangasem menemukan

bahwa kompensasi merupakan faktor yang paling berkontribusi terhadap

kepuasan kerja pegawai dengan persentase varian sebesar 15,32%.

Terdapat hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Nurhayani pada Tahun 2006 di Poliklinik Rawat Jalan

Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo yang menunjukkan bahwa

kompensasi tidak berhubungan dengan kepuasan kerja dengan nilai p 0,061.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Samy pada Tahun 2006 di Balai Besar

Laboratorium Kesehatan Kabupaten Palembang menunjukkan bahwa kompensasi

yang diterima pegawai tidak berhubungan dengan kepuasan kerja dengan nilai p

0,119.

Asumsi peneliti bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kota

Denpasar yang tergolong menengah ke atas juga turut menentukkan cara pandang

seseorang bahwa tujuan utama dalam bekerja bukan hanya untuk mendapatkan
86

kompensasi tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial seperti

hubungan dengan teman kerja, pengakuan dan perhatian. Dilihat dari kelompok

umur, sebagian besar (57,33%) berada di kelompok umur lebih dari 42 tahun yang

menunjukkan bahwa umumnya seseorang telah memiliki gaya hidup yang mapan

dan memiliki kematangan dalam bekerja sehingga yang menjadi tujuan bekerja

bukan hanya tentang kompensasi melainkan kebutuhan yang lebih tinggi seperti

aktualisasi diri. Terlihat pada hasil penelitian juga bahwa sebagian besar pegawai

puskesmas mempersepsikan kompensasi yang diterima memadai (60%).

Kompensasi yang memadai ditandai dengan kompensasi finansial yang diterima

sudah di atas UMR yakni berkisar Rp 2.800.000 sampai Rp 7.500.000. Kondisi ini

menunjukkan bahwa kebutuhan dasar pegawai puskesmas telah terpenuhi dengan

baik. Hal ini sejalan dengan Maslow yang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia

bersifat bertingkat yakni apabila kebutuhan dasar telah terpenuhi maka seseorang

akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Firman et al., 2013).

Kompensasi bukan satu satunya tolak ukur yang menentukkan pegawai

puskesmas merasa puas dalam bekerja melainkan terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi pegawai merasa puas dalam bekerja. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Djestawana (2012) bahwa kompensasi bukan segala, berapa pun

besarnya kompensasi yang diterima tidak akan pernah membuat pegawai merasa

puas. Kompensasi yang menarik bukan satu satunya cara untuk mempertahankan

pegawai dalam suatu organisasi. budaya yang baik, pemimpin yang mengayomi,

serta kesempatan yang luas untuk mengembangkan diri melalui pelatihan dan

pendidikan juga dapat mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Penjelasan tersebut


87

didukung oleh Robins (2008) yang menekankan jika manajemen menginginkan

pegawai memberikan pelayanan yang baik maka pegawai tidak hanya diberikan

kompensasi finansial tetapi juga dalam bentuk non finansial misalnya suasana

kerja yang kondusif, kesempatan untuk mengembangkan diri dan kondisi kerja

yang nyaman dan aman.

Pemberian kompensasi pada dasarnya bertujuan untuk mendorong pekerja

agar bekerja lebih baik sehingga merasa puas dalam bekerja. Hal ini sejalan

dengan pendapat Notoatmodjo (2009) bahwa kompensasi bertujuan untuk

memberikan kepuasan kerja sehingga pegawai dapat bekerja lebih baik untuk

mencapai tujuan organisasi. Para pegawai harus mendapat perhatian dalam arti

kompensasi yang diterima oleh pegawai atas jasa yang diberikan kepada suatu

organisasi harus mampu mempertahankan harkat dan martabatnya. Sistem

kompensasi yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan kerja

pegawai sehingga memungkinkan organisasi untuk memperoleh, memelihara dan

mempekerjakan pegawai dengan sikap dan perilaku yang positif dan mampu

meningkatkan kinerja dalam bekerja (Siagian, 2000).

6.5 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini terkait pada pemilihan lokasi penelitian.

Pemilihan lokasi penelitian ini menggunakan IKM sebagai indikasi kepuasan

kerja pegawai puskesmas di Kota Denpasar. Namun hasil IKM pada tiap

puskesmas di Kota Denpasar masih belum terlalu jauh berbeda sehingga lokasi
88

penelitian yang dipilih kurang dapat mencerminkan antara puskesmas yang

memiliki kepuasan kerja tertinggi dan kepuasan kerja terendah.


7 BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya maka simpulan

yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Sebagian besar pegawai di Puskesmas Kota Denpasar merasa puas dalam

bekerja (52%) dan kepuasan kerja pegawai Puskesmas II Denpasar Selatan

lebih rendah dibandingkan dengan kepuasan kerja pegawai di Puskesmas

III Denpasar Utara

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dengan

kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota Denpasar

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kepuasan kerja

pegawai puskesmas di Kota Denpasar

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kompensasi dengan

kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kota Denpasar

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan maka dapat

dirumuskan saran sebagai berikut.

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Denpasar

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kepemimpinan dan

motivasi merupakan faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja

89
90

pegawai puskesmas sehingga perlu adanya suatu pelatihan secara

konsisten dan berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan

manajemen kepala puskesmas dalam merencanakan, mengorganisasikan

dan pengawasan puskesmas. Selain itu diharapkan adanya perhatian

terhadap kelengkapan fasilitas kerja baik bahan maupun alat kerja di

puskesmas.

2. Bagi Kepala Puskesmas Kota Denpasar

Kepala puskesmas perlu memperhatikan aspek perilakunya terutama

kemampuan dalam memotivasi pegawai yaitu memberikan kesempatan

mengikuti pelatihan dan melanjutkan pendidikan, memberikan perhatian

dan tanggapan atas hasil kerja yang dicapai pegawai dan memberikan

kesempatan pegawai mengemukakan pendapat terkait pekerjaannya.

Selain itu perlu adanya perhatian terhadap kondisi kerja pegawai dengan

menjaga suasana kerja yang kondusif, kebersihan dan kerapian ruangan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Adanya keterbatasan dalam penelitian ini sehingga perlu diperhatikan

pemilihan lokasi penelitian yang lebih baik dan mampu mencerminkan

perbedaan kepuasan kerja. Selain mengukur kepuasan kerja pegawai

puskesmas dari sudut pandang pegawai puskesmas secara kuantitatif

sebaiknya juga menggunakan desain penelitian kualitatif agar lebih

mendalam mengeksplorasi berbagai hal tentang kepuasan kerja pegawai

puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Adman, S., 2004. Kepemimpinan dan Produktivitas Kerja (Studi Tentang Perilaku
Kepemimpinan dalam Menunjang Produktivitas Kerja Karyawan di Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung). JPIS FPIPS UPI.

Apramana, I.D.M., 2001. Pengaruh Beberapa Faktor Motivasi Kerja Terhadap


Kinerja Pegawai Direksi Teknis (Studi Kasus Pada Dinas Bina Marga Dan
Pengairan Kabupaten Badung). Universitas Udayana.

Armstrong, M., 1996. A Handbook of Personnel Management Practices, London:


Kogan Page Limited.

Asaad, M., 2002. Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty.

Asaad, M., 2001. Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia Edisi Keempat.,
Yogyakarta: Liberty.

Budiwati, I.G.A., 2001. Faktor Yang Memberi Kontribusi Terhadap kepuasan


Kerja Karyawan Bali Tourism Development Corporation. Universitas
Udayana.

Chapilin, J.P., 2004. Kamus Lengkap Psikologi Cetakan Ke., Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Cherrington, David J., 1994. Organizational Behavior: The Management Of


Individual & Organizational Performance. Second Edition., Massachusetts:
Paramount Publishing.

Darwito, 2008. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan


Kerja Dan Komitmen Organisasi Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan
(Studi pada RSUD Kota Semarang). Universitas Diponegoro Semarang.

Davis, Keith & Newstrom, John W., 1995. Perilaku Dalam Organisasi., Edisi
Ketujuh., Jakarta: Erlangga

David, R., 2011. Organization Behaviour, Concept, Controversies, Aplications


Eight Edit., New Jersey: Pretice-Hall International. Inc.

Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2014. Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Tahun 2014.

91
Djestawana, I.G.G., 2012. Pengaruh Pengembangan Organisasi, Kepemimpinan,
Jenjang Karir terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai Puskesmas.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 6(6), pp.261265.

Drumond, H., 1991. Effective Decision Making T. Hermaya, ed., Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Duhri, A.P., 2012. Kinerja Petugas Puskesmas Dalam Penemuan Penderita TB


Paru Di Puskesmas Kabupaten Wajo.

Firman, F. et al., 2013. Teori Motivasi: Teori Dua Faktor (Herzbergs Motivation-
Hygiene Theory),

Flippo, E.B., 1994. Manajemen Personalia, Jakarta: Erlangga.

Greenberg and Baron, R.A., Behavior In Organization. New Jersey. Prentice-Hall


International. Inc.

Handoko, T.H., 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia


Cetakan Ke., Yogyakarta: BPFE.

Hariandja, M.T.E., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia (Pengadaan,


Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan Produktivitas
Pegawai), Jakarta: PT Grasindo.

Hasanah, A. et al., 2012. Kepemimpinan, Malang.

Hasibuan, M.S., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revi., Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Hasibuan, M.S.P., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Hasibuan, M.S.P., 2006. Manajemen sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Haji


Masagung.

Indrakusuma, A., 2000. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.

Jayanti, N.D., 2014. Peran Reward and Punishment Dalam Rangka peningkatan
Produktivitas Kerja Pegawai Pada Bank (Studi Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Malang). Universitas Brawijaya Malang.

Kartono, K., 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Kementerian Kesehatan, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat.

Kementerian Kesehatan, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun


2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Kementerian Kesehatan, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun


2010-2014.

Kuswandi, 2004. Cara Mengukur Kepuasan Kerja, Jakarta: PT Elex Media


Komputindo.

Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J & Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel
Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Luthans, F., 2006. Perilaku Organisasi Edisi Kese., Yogyakarta: ANDI.

Mangkunegara, A.A.A.P., 2005. Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: PT Refika


Aditama.

Manulang, 2005. Dasar Dasar Manajemen Edisi XVII., Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Mathis, R.L. & Jakson, J.H., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi I.,
Jakarta: PT Salemba Emban Patria.

Misnaniarti, 2010. Aspek Penting Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber


Daya Manusia (SDM) Kesehatan Di Era Desentralisasi. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 1(1), pp.1219.

Mitfah, T., 2007. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta:
Rajawali Pers.

Mondy, R.W., Sharplin, A. & Flipo, E.B., 1995. Management: Concepts and
Practices IV., Boston: Allyn and Bacon.

Mustar., 1999. Hubungan Antara Karakteristik Demografik Dengan Kepuasan


Kerja Dan Komitmen Karyawan Di Bangsal Rawat Inap RSJP Surakarta.
Universitas Gadjah Mada.

Nasution, M., 1994. Manajemen Personalia, Jakarta: Djambatan.

Nawawi, H., 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Kompetitif, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nitisemito, A.S., 1996. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya
Manusia) III., Jakarta: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo, S., 2003. Pengembangan Sumber Daya Organisasi, Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Ranunpandojo & Hasan, S., 2002. Manajemen Personalia Edisi Keem.,


Yogyakarta: BPFE.

Robbins, S.P., 2008. Perilaku Organisasi Edisi Kedu., Jakarta: PT Prehallindo.

Robbins, S.P., 2006. Perilaku Organisasi Edisi XI., Jakarta: PT Indeks.

Robbins, S.P., 2007. Perilaku Organisasi B. Molan, ed., New Jersey Prentice
Hall.

Robbins, S.P., 2003. Perilaku Organisasi Bahasa Ind., Jakarta: PT Indeks.

Shadily, H., M, J. & Echols, 2004. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT


Gramedia Utama.

Siagian, S.P., 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Siagian, S.P., 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Pert., Jakarta: Bumi
Aksara.

Simmamora, H., 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE


YKPN.

Simoes, S.C.S., 2014. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Disiplin Diri Terhadap
Kepuasan Dan Kinerja Karyawan Kantor Kabupaten Ainaro Timor Leste.
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Sudigdo, S. & Ismael, S., 2008. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi
III., Jakarta: CV Sagung Seto.

Tirtayana, I.G.M., 2005. Analisis Faktor Faktor Yang Berkontribusi Terhadap


Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas Di Kabupaten Karangasem.
Universitas Udayana.

Tohardi, A., 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi
I., Bandung: CV. Mandar Maju.

Tulus, M.A., 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.
Umar, H., 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Edisi Keti.,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wibisono, A., 2011. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja (Studi
tentang Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai
Puskesmas Turen di Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen, 9(3), pp.1000
1010.

Wibowo, 2009. Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wijaya, I.B.W., 2007. Pengaruh Kompensasi, Pengembangan Karir,


Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Negeri
Sipil di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Universitas Udayana.

Wijaya, I.P.G., 2012. Penerapan Manajemen Berbasis Tri Hita Karana Pada
Kepuasan Kerja, Komitmen Kerja Dan Locus Of Control Terhadap Kinerja
Perawat Dan Bidan Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bangli.
Universitas Udayana.

Winardi, J., 2011. Motivasi Pemotivasian Dalam Manajemen Edisi VI., Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Yukl, G., 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta: PT Indeks.


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN
Tahun 2014 - 2015
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan ide
proposal
2 Studi
kepustakaan
3 Pembuatan
proposal
4 Penyelesaian
bimbingan
proposal BAB I
sampai BAB IV
5 Sidang Proposal
6 Revisi Proposal
7 Pengurusan izin
penelitian
8 Penelitian
9 Bimbingan hasil
penelitian
10 Sidang hasil
11 Sidang tesis
12 manuskrip
Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KOMPENSASI
DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PUSKESMAS
DI KOTA DENPASAR

MAHASISWA MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA

CATATAN WAWANCARA
Kode Responden
Waktu Wawancara Waktu mulai jam
Waktu selesai jam ..
Lama Wawancara . Menit
Tempat Wawancara
Nama Pewawancara
Kunjungan ke 1 2 3
Tanggal/ Bulan/ Tahun Wawancara
Hasil Kunjungan
Kode Hasil Kunjungan Terakhir 1. Wawancara selesai
2. Wawancara ditolak
3. Responden tidak ada di puskesmas
4. Lainnya, JELASKAN .
Tanda Tangan
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya (Made Karma Maha Wirajaya) adalah Mahasiswa Program Studi


Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana
bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Kepemimpinan,
Motivasi dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai di Puskesmas
Kota Denpasar. Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas III Denpasar
Utara dan Puskesmas II Denpasar Selatan. penelitian ini dapat dijadikan sebagai
masukan kepada pihak pimpinan puskesmas dan Pemerintah Kota Denpasar untuk
memperhatikan kepuasan pegawai puskesmas.
Seluruh informasi dan identitas Anda dalam penelitian ini bersifat rahasia
dan tidak akan dibuka kepada siapa pun. Informasi yang Anda berikan tidak akan
mempengaruhi pekerjaan Anda di puskesmas ini. Nama Anda, alamat dan
informasi pribadi lainnya akan dihilangkan dari kuesioner dan diganti dengan
kode yang akan menghubungkan nama Anda dengan jawaban Anda. Informasi
dari Anda hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Meskipun
penelitian ini akan dipublikasikan dalam laporan ilmiah namun identitas Anda
dalam penelitian ini tetap saya rahasiakan.
Keputusan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela dan
tidak ada sanksi apapun jika Anda memutuskan untuk tidak ikut berpartisipasi
atau keluar dalam penelitian ini. Jika Anda masih mempunyai pertanyaan
mengenai penelitian ini, Anda dapat menghubungi saya melalui via telepon di
0852-5397-7874 atau via email made.karma20@gmail.com.
Apabila Anda menandatangani formulir persetujuan di bawah ini
mengindikasikan bahwa Anda mengerti tentang apa yang saya harapkan dari
Anda dan Anda bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
FORMULIR PERSETUJUAN
Pernyataan oleh Responden

Kode Responden ( )

Persetujuan untuk berpartisipasi pada penelitian mengenai hubungan


kepemimpinan, motivasi dan kompensasi dengan kepuasan kerja pegawai di
puskesmas Kota Denpasar

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

1. Saya telah membaca dengan seksama lembar informasi dan penjelasan


penelitian di atas (atau telah dibacakan untuk saya)
2. Saya telah memahami tujuan penelitian ini dan sifat pertanyaan-pertanyaan
yang akan dijawab oleh saya
3. Saya telah menyadari dan mengerti tentang hak-hak dan kewajiban saya
sebagai responden dalam penelitian ini
4. Data dan identitas tentang saya dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiannya
5. Keikutsertaan saya dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan dari
pihak manapun
Saya SETUJU berpartisipasi dalam penelitian ini.

Denpasar, . 2015

Pewawancara Responden

( ) ( )
PENDAHULUAN
1. Ucapkan salam kepada responden
2. Perkenalkan diri peneliti
3. Jelaskan tujuan dan maksud penelitian ini
4. Tekankan mengenai kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh
responden, dan beritahukan bahwa nama responden tidak akan dicatat
5. Tanyakan keinginan mereka untuk menjadi responden dan bersedia
menjawab pertanyaan dengan jujur dan apa adanya
6. Ucapkan terima kasih pada responden atas kesediaannya menjawab

KARAKTERISTIK SOSIO-DEMOGRAFIS
Kuesioner ini akan dimulai dengan pertanyaan mengenai identitas diri anda.
Informasi ini akan dijaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
1 Jenis Kelamin a. Laki laki
b. Perempuan
2 Pada tanggal, bulan dan tahun berapa
/./
anda lahir?
3 Apa status perkawinan anda saat ini? a. Belum Menikah
b. Menikah
c. Janda/Duda
4 Berapakah jumlah tanggungan anda
............. Orang
saat ini?
5 Apa pendidikan tertinggi yang anda a. Tamat SD atau sederajat
tamatkan? b. Tamat SMP atau sederajat
c. Tamat SMA atau sederajat
d. Diploma
(Sebutkan ..)
e. Sarjana
(Sebutkan )
6 Apa jenis pekerjaan anda saat ini di a. Gizi
puskesmas ini? b. Kefarmasian
c. Perawat
d. Bidan
e. Kesehatan Masyarakat
f. Sanitarian
g. Medis
h. Analis Kesehatan
i. Tenaga Non Kesehatan
(Sebutkan)
7 Apa status kepegawaian anda saat ini? a. PNS
b. Non PNS
8 Sejak tahun berapa anda mulai bekerja
Tahun
di puskesmas ini?
I. KEPEMIMPINAN
Saya akan tanyakan kepada bapak/ibu/saudara mengenai aspek kepemimpinan
kepala puskesmas yang meliputi keteladanan, motivator, informasi dan
komunikasi dan pengambilan keputusan.
No Pertanyaan Jawaban
KETELADANAN
101 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara datang ke 1. Ya
puskesmas sesuai jam kerja? 2. Tidak (Lanjut 102)
101a Jika Ya, seberapa sering pimpinan 1. Sangat sering
ibu/bapak/saudara datang ke puskesmas sesuai 2. Sering
jam kerja? 3. Jarang
4. Sangat jarang
102 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara pulang 1. Ya
puskesmas sesuai jam kerja yang ditetapkan? 2. Tidak (Lanjut 103)
102a Jika Ya, seberapa sering pimpinan 1. Sangat sering
ibu/bapak/saudara pulang puskesmas sesuai jam 2. Sering
kerja yang ditetapkan? 3. Jarang
4. Sangat jarang
103 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara menyapa 1. Ya
atau memberikan salam ketika bertemu dengan 2. Tidak (Lanjut 104)
pegawainya?
103a Jika Ya, seberapa sering pimpinan 1. Sangat sering
ibu/bapak/saudara menyapa atau memberikan 2. Sering
salam ketika bertemu dengan pegawainya? 3. Jarang
4. Sangat jarang
104 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara mampu 1. Ya
mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik? 2. Tidak
105 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara 1. Ya
memberikan sanksi yang tegas jika ada pegawai 2. Tidak
yang melakukan pelanggaran?
MOTIVATOR
106 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara 1. Ya
mendorong pegawainya untuk melanjutkan 2. Tidak
pendidikan?
106a Jika Ya, seberapa sering pimpinan 1. Sangat sering
ibu/bapak/saudara mendorong pegawainya 2. Sering
untuk melanjutkan pendidikan? 3. Jarang
4. Sangat jarang
107 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara 1. Ya
mendorong pegawainya untuk mengikuti 2. Tidak
pelatihan?
107a Jika Ya, seberapa sering pimpinan 1. Sangat sering
ibu/bapak/saudara mendorong pegawainya 2. Sering
untuk mengikuti pelatihan? 3. Jarang
4. Sangat jarang
108 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara 1. Ya
memberikan perhatian dan tanggapan atas hasil 2. Tidak (Lanjut 109)
kerja yang telah dicapai oleh pegawai?
108a Jika Ya, seberapa sering pimpinan 1. Sangat sering
ibu/bapak/saudara memberikan perhatian dan 2. Sering
tanggapan atas hasil kerja yang telah dicapai 3. Jarang
oleh pegawai? 4. Sangat jarang
109 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara 1. Ya
memberikan kesempatan kepada pegawainya 2. Tidak (Lanjut 110)
dalam mengemukakan ide atau saran yang
berkaitan dengan pekerjaan?
109a Jika Ya, seberapa sering pimpinan 1. Sangat sering
ibu/bapak/saudara memberikan kesempatan 2. Sering
kepada pegawainya dalam mengemukakan ide 3. Jarang
atau saran yang berkaitan dengan pekerjaan? 4. Sangat jarang
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
110 Apakah informasi yang disampaikan oleh 1. Sangat mudah
pimpinan ibu/bapak/saudara mudah dipahami? dipahami
2. Mudah dipahami
3. Cukup dipahami
4. Tidak dipahami
5. Sangat tidak dipahami
111 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara 1. Ya
memberikan arahan dan bimbingan kepada 2. Tidak
pegawainya terlebih dahulu jika terdapat tugas
baru yang harus dikerjakan?
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
112 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara mampu 1. Sangat mampu
memberikan solusi yang tepat pada setiap 2. Mampu
permasalahan yang ada? 3. Cukup mampu
4. Tidak mampu
5. Sangat tidak mampu
113 Apakah pimpinan ibu/bapak/saudara meminta 1. Ya
pendapat pegawainya sebelum mengambil 2. Tidak (Lanjut 201)
keputusan?
113a Jika Ya, seberapa sering pimpinan 1. Sangat sering
ibu/bapak/saudara meminta pendapat 2. Sering
pegawainya sebelum mengambil keputusan? 3. Jarang
4. Sangat jarang

II. MOTIVASI
Saya akan tanyakan kepada bapak/ibu/saudara mengenai aspek motivasi yang
meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
No Pertanyaan Jawaban
MOTIVASI INTRINSIK
201 Apakah ibu/bapak/saudara datang ke puskesmas 1. Ya
sesuai jam kerja? 2. Tidak (Lanjut 202)
201a Jika Ya, seberapa sering ibu/bapak/saudara 1. Sangat sering
datang ke puskesmas sesuai jam kerja? 2. Sering
3. Jarang
4. Sangat jarang
202 Apakah ibu/bapak/saudara pulang puskesmas 1. Ya
sesuai jam kerja? 2. Tidak (Lanjut 203)
202a Jika Ya, seberapa sering ibu/bapak/saudara 1. Sangat sering
pulang puskesmas sesuai jam kerja? 2. Sering
3. Jarang
4. Sangat jarang
203 Apakah ibu/bapak/saudara memperhatikan 1. Ya
kelengkapan alat kerja di ruangan kerja? 2. Tidak
204 Apakah ibu/bapak/saudara berani 1. Ya
mengemukakan pendapat yang berkaitan 2. Tidak
dengan tugas yang dilaksanakan?
205 Apakah ibu/bapak/saudara melaporkan hasil 1. Ya
pekerjaan kepada pimpinan? 2. Tidak (Lanjut 206)
205a Jika Ya, seberapa sering ibu/bapak/saudara 1. Sangat sering
melaporkan hasil pekerjaan kepada pimpinan? 2. Sering
3. Jarang
4. Sangat jarang
MOTIVASI EKSTRINSIK
206 Apakah ibu/bapak/saudara merasa nyaman 1. Ya
bekerja di puskesmas ini? 2. Tidak
207 Apakah ibu/bapak/saudara merasa aman bekerja 1. Ya
di puskesmas ini? 2. Tidak
208 Apakah ibu/bapak/saudara merasa tata tertib 1. Sangat jelas
yang diberlakukan di puskesmas ini jelas? 2. Jelas
3. Cukup jelas
4. Tidak jelas
5. Sangat tidak jelas
209 Apakah ibu/bapak/saudara merasa bahwa sanksi 1. Sangat tegas
yang diberlakukan di puskesmas ini tegas? 2. Tegas
3. Cukup Tegas
4. Tidak tegas
5. Sangat tidak tegas
210 Apakah ibu/bapak/saudara merasa prosedur 1. Sangat jelas
kerja di ruang kerja jelas? 2. Jelas
3. Cukup jelas
4. Tidak jelas
5. Sangat tidak jelas
211 Apakah ibu/bapak/saudara mendapatkan pujian 1. Ya
bila menyelesaikan pekerjaan dengan baik? 2. Tidak (Lanjut 215)
211a Jika Ya, seberapa sering ibu/bapak/saudara 1. Sangat sering
mendapatkan pujian bila menyelesaikan 2. Sering
pekerjaan dengan baik? 3. Jarang
4. Sangat jarang
212 Apakah ibu/bapak/saudara diberi kesempatan 1. Ya
untuk melanjutkan pendidikan selama bekerja 2. Tidak
di puskesmas ini?
213 Apakah ibu/bapak/saudara diberi kesempatan 1. Ya
untuk mengikuti pelatihan selama bekerja di 2. Tidak (Lanjut 301)
puskesmas ini?

III. KOMPENSASI
Saya akan tanyakan kepada bapak/ibu/saudara mengenai aspek kompensasi yang
meliputi gaji, tunjangan, insentif dan jasa pelayanan.
No Pertanyaan Jawaban
GAJI
301 Apakah gaji yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan 2. Tidak
hidup?
302 Apakah gaji yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
telah sesuai dengan masa kerja? 2. Tidak
303 Apakah gaji yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
telah diberikan tepat waktu? 2. Tidak
TUNJANGAN
304 Apakah ibu/bapak/saudara mendapatkan 1. Ya
tunjangan? 2. Tidak (Lanjut 307)
304a Jika Ya, tunjangan apa saja yang 1. Tunjangan jabatan
ibu/bapak/saudara terima? 2. Tunjangan fungsional
(OPSI DIBACAKAN DAN JAWABAN 3. Tunjangan keluarga
DAPAT LEBIH DARI SATU) 4. Tunjangan kesehatan
5. Lainnya (sebutkan)
305 Apakah tunjangan yang ibu/bapak/saudara 1. Ya
terima sudah memadai? 2. Tidak
306 Apakah tunjangan yang ibu/bapak/saudara 1. Ya
terima telah sesuai dengan masa kerja? 2. Tidak
INSENTIF
307 Apakah ibu/bapak/saudara mendapatkan 1. Ya
insentif dari pemerintah Kota Denpasar? 2. Tidak (Lanjut 311)
308 Apakah insentif yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
telah dibagikan secara adil? 2. Tidak
309 Apakah insentif yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
diberikan tepat waktu? 2. Tidak
310 Apakah insentif yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
telah mengalami kenaikan? 2. Tidak
JASA PELAYANAN
311 Apakah ibu/bapak/saudara mendapatkan jasa 1. Ya
pelayanan (jaspel)? 2. Tidak (Lanjut 401)
311a Jika Ya, jaspel apa saja yang ibu/bapak/saudara 1. Jaspel JKN
terima? 2. Jaspel JKBM
(OPSI DIBACAKAN DAN JAWABAN 3. Jaspel Umum
DAPAT LEBIH DARI SATU)
312 Apakah jaspel yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
diberikan tepat waktu? 2. Tidak
313 Apakah jaspel yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
telah dibagikan berdasarkan kesepakatan 2. Tidak
bersama?
314 Apakah jaspel yang ibu/bapak/saudara terima 1. Ya
telah dibagikan secara adil sesuai dengan 2. Tidak
tingkat pendidikan, jabatan, status
kepegawaian, masa kerja, beban kerja dan
tingkat kehadiran pegawai?
IV. KEPUASAN KERJA
Saya akan tanyakan kepada bapak/ibu/saudara mengenai aspek kepuasan kerja di
puskesmas ini yang meliputi kompetensi, kerja sama, kesempatan berprestasi,
pekerjaan yang lebih menantang dan kondisi kerja
No Pertanyaan Jawaban
KOMPETENSI
PENGETAHUAN
401 Apakah anda memiliki pengetahuan tentang 1. Ya
tugas pokok dan fungsi yang anda kerjakan? 2. Tidak
402 Apakah anda memiliki pengetahuan tentang 1. Ya
tugas tambahan yang anda kerjakan? 2. Tidak
403 Apakah anda memiliki pemahaman tentang 1. Ya
tugas pokok dan fungsi yang anda kerjakan? 2. Tidak
404 Apakah anda memiliki pemahaman tentang 1. Ya
tugas tambahan yang anda kerjakan? 2. Tidak
TANGGUNG JAWAB
405 Apakah anda menyelesaikan tugas pokok dan 1. Sangat baik
fungsi dengan baik? 2. Baik
3. Cukup
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik
406 Apakah anda menyelesaikan tugas tambahan 1. Sangat baik
dengan baik? 2. Baik
3. Cukup
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik
407 Apakah anda ikut berpartisipasi atau terlibat 1. Ya
dalam setiap pengambilan keputusan sesuai 2. Tidak
dengan bidang tugas anda?
KESESUAIAN PEKERJAAN
408 Apakah tugas pokok yang anda kerjakan 1. Ya
sesuai dengan latar belakang pendidikan? 2. Tidak
409 Apakah tugas pokok yang anda kerjakan 1. Ya
sesuai dengan ketrampilan anda? 2. Tidak
410 Apakah tugas tambahan yang anda kerjakan 1. Ya
sesuai dengan latar belakang pendidikan? 2. Tidak
411 Apakah tugas tambahan yang anda kerjakan 1. Ya
sesuai dengan ketrampilan kerja anda? 2. Tidak
412 Apakah tugas tambahan yang anda kerjakan 1. Ya
sesuai dengan minat anda? 2. Tidak
KERJA SAMA
HUBUNGAN DENGAN PIMPINAN
413 Apakah anda mampu berkomunikasi dengan 1. Sangat baik
baik dengan pimpinan? 2. Baik
3. Cukup
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik
414 Apakah pimpinan anda memberikan 1. Ya
tanggapan terhadap keluhan atau masalah 2. Tidak (Lanjut 415)
yang dialami oleh pegawai?
414a Jika Ya, seberapa sering pimpinan anda 1. Sangat sering
memberikan tanggapan terhadap keluhan 2. Sering
atau masalah yang dialami oleh pegawai? 3. Jarang
4. Sangat jarang
415 Apakah pimpinan anda melakukan 1. Ya
pengawasan terhadap pekerjaan anda sehari 2. Tidak (Lanjut 416)
hari?
415a Jika Ya, seberapa sering pimpinan anda 1. Sangat sering
melakukan pengawasan terhadap pekerjaan 2. Sering
anda sehari hari? 3. Jarang
4. Sangat jarang
416 Apakah anda memberikan pendapat saat 1. Ya
berdiskusi dengan pimpinan apabila terdapat 2. Tidak (Lanjut 417)
masalah terkait dengan pekerjaan yang anda?
416a Jika Ya, seberapa sering anda memberikan 1. Sangat sering
pendapat saat berdiskusi dengan pimpinan 2. Sering
apabila terdapat masalah terkait dengan 3. Jarang
pekerjaan yang anda? 4. Sangat jarang
HUBUNGAN DENGAN TEMAN KERJA
417 Apakah anda mampu berkomunikasi dengan 1. Sangat baik
baik dengan teman kerja anda? 2. Baik
3. Cukup
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik
418 Apakah teman kerja anda memberikan 1. Ya
tanggapan terhadap pelaksanaan tugas yang 2. Tidak (Lanjut 419)
anda kerjakan?
418a Jika Ya, seberapa sering teman kerja anda 1. Sangat sering
memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan 2. Sering
tugas yang anda kerjakan? 3. Jarang
4. Sangat jarang
419 Apakah anda membantu teman kerja anda 1. Ya
ketika kesulitan dalam mengerjakan tugas? 2. Tidak (Lanjut 420)
419a Jika Ya, seberapa sering anda membantu 1. Sangat sering
teman kerja anda ketika kesulitan dalam 2. Sering
mengerjakan tugas? 3. Jarang
4. Sangat jarang
420 Apakah anda mampu berkoordinasi dengan 1. Sangat baik
baik dalam mengerjakan tugas dengan teman 2. Baik
kerja anda? 3. Cukup
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik
KESEMPATAN BERPRESTASI
421 Apakah sistem penilaian hasil kerja pegawai 1. Ya
telah dilaksanakan secara objektif? 2. Tidak
422 Apakah jenjang karir anda ditentukkan 1. Ya
dengan jelas? 2. Tidak
(kenaikan pangkat atau kesempatan menjadi
pegawai PNS)
423 Apakah anda diberikan kesempatan untuk 1. Ya
melanjutkan pendidikan? 2. Tidak
424 Apakah anda diberikan kesempatan untuk 1. Ya
mengikuti pelatihan? 2. Tidak
425 Apakah hasil kerja yang anda capai telah 1. Sangat sesuai
sesuai dengan harapan anda? 2. Sesuai
3. Cukup sesuai
4. Tidak sesuai
5. Sangat tidak sesuai
PEKERJAAN YANG LEBIH MENANTANG
426 Apakah anda diberikan keleluasaan dalam 1. Ya
mengerjakan tugas pokok dan tambahan? 2. Tidak
427 Apakah sistem pembagian tugas pokok dan 1. Ya
tambahan pegawai di puskesmas ini sudah 2. Tidak
adil?
428 Apakah pimpinan memberikan umpan balik 1. Ya
terhadap hasil kerja yang anda dicapai? 2. Tidak
KONDISI KERJA
429 Apakah kebersihan dan kerapian ruang kerja 1. Sangat baik
anda sudah baik? 2. Baik
3. Cukup
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik
430 Apakah fasilitas di ruang kerja anda sudah 1. Sangat lengkap
tersedia dengan lengkap? 2. Lengkap
3. Cukup lengkap
4. Tidak lengkap
5. Sangat tidak lengkap
431 Apakah kondisi ruang kerja anda seperti 1. Sangat baik
lampu penerangan, suhu ruangan dan warna 2. Baik
ruangan telah diatur dengan baik? 3. Cukup
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik
432 Apakah ruang kerja anda mampu 1. Ya
memberikan rasa nyaman dalam bekerja? 2. Tidak
433 Apakah ruang kerja anda mampu 1. Ya
memberikan rasa aman dalam bekerja? 2. Tidak

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA


___ ____ ____ ____ ____ (R)
/__ / ____/ / ____/
___/ / /___/ / /___/ 12.0 Copyright 1985-2011 StataCorp LP
Statistics/Data Analysis StataCorp
4905 Lakeway Drive
Special Edition College Station, Texas 77845 USA
800-STATA-PC http://www.stata.com
979-696-4600 stata@stata.com
979-696-4601 (fax)

Single-user Stata network perpetual license:


Serial number: 93611859953
Licensed to: STATAforAll
STATA

Notes:
1. (/v# option or -set maxvar-) 5000 maximum variables

summarize umur, detail

Umur
-------------------------------------------------------------
Percentiles Smallest
1% 23 23
5% 24 23
10% 27 24 Obs 75
25% 31 24 Sum of Wgt. 75

50% 42 Mean 40.68


Largest Std. Dev. 9.886054
75% 49 55
90% 53 56 Variance 97.73405
95% 55 56 Skewness -.1768567
99% 57 57 Kurtosis 1.778927

. summarize jumlah_tanggungan, detail

Jumlah_tanggungan
-------------------------------------------------------------
Percentiles Smallest
1% 0 0
5% 0 0
10% 0 0 Obs 75
25% 1 0 Sum of Wgt. 75

50% 2 Mean 2.226667


Largest Std. Dev. 1.429168
75% 3 5
90% 4 5 Variance 2.042523
95% 5 6 Skewness .2113391
99% 6 6 Kurtosis 2.977943

. summarize masa_kerja, detail

Masa_kerja
-------------------------------------------------------------
Percentiles Smallest
1% 1 1
5% 2 1
10% 2 2 Obs 75
25% 5 2 Sum of Wgt. 75

50% 6 Mean 10.8


Largest Std. Dev. 9.083695
75% 17 29
90% 26 31 Variance 82.51351
95% 29 31 Skewness 1.024053
99% 33 33 Kurtosis 2.677539

Karakteristik sosio-demografis Puskesmas II Denpasar Selatan


. tab jenis_kelamin

Jenis_kelam |
in | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Laki laki | 12 30.77 30.77
Perempuan | 27 69.23 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

. tab umur

Umur | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<42 Tahun | 22 56.41 56.41
>=42 Tahun | 17 43.59 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

. tab status

Status | Freq. Percent Cum.


--------------+-----------------------------------
Belum Menikah | 5 12.82 12.82
Menikah | 34 87.18 100.00
--------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

. tab jumlah_tanggungan

Jumlah_tang |
gungan | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
<2 Orang | 15 38.46 38.46
>=2 Orang | 24 61.54 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

. tab pendidikan

Pendidikan | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<=SMA | 13 33.33 33.33
>SMA | 26 66.67 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

. tab jenis_pekerjaan

Jenis_pekerjaan | Freq. Percent Cum.


---------------------+-----------------------------------
Tenaga Non Kesehatan | 11 28.21 28.21
Tenaga Kesehatan | 28 71.79 100.00
---------------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00
. tab status_kepegawaian

Status_kepe |
gawaian | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Non PNS | 10 25.64 25.64
PNS | 29 74.36 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

. tab masa_kerja

Masa_kerja | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<6 Tahun | 21 53.85 53.85
>=6 Tahun | 18 46.15 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

Karakteristik sosio-demografis Puskesmas III Denpasar Utara


tab jenis_kelamin

Jenis_kelam |
in | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Laki laki | 8 22.22 22.22
Perempuan | 28 77.78 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

. tab umur

Umur | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<42 Tahun | 13 36.11 36.11
>=42 Tahun | 23 63.89 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

. tab status

Status | Freq. Percent Cum.


--------------+-----------------------------------
Belum Menikah | 1 2.78 2.78
Menikah | 35 97.22 100.00
--------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

. tab jumlah_tanggungan

Jumlah_tang |
gungan | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
<2 Orang | 6 16.67 16.67
>=2 Orang | 30 83.33 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

. tab pendidikan

Pendidikan | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<=SMA | 12 33.33 33.33
>SMA | 24 66.67 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

. tab jenis_pekerjaan

Jenis_pekerjaan | Freq. Percent Cum.


---------------------+-----------------------------------
Tenaga Non Kesehatan | 11 30.56 30.56
Tenaga Kesehatan | 25 69.44 100.00
---------------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

. tab status_kepegawaian

Status_kepe |
gawaian | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Non PNS | 6 16.67 16.67
PNS | 30 83.33 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

. tab masa_kerja

Masa_kerja | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<6 Tahun | 6 16.67 16.67
>=6 Tahun | 30 83.33 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

Kepemimpinan, motivasi, kompensasi dan kepuasan kerja pegawai Puskesmas II Denpasar Selatan
tab skorkepemimpinan

SkorKepemim |
pinan | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Kurang Baik | 30 76.92 76.92
Baik | 9 23.08 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

. tab skormotivasi

SkorMotivas |
i | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Rendah | 24 61.54 61.54
Tinggi | 15 38.46 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

. tab skorkompensasi

SkorKompensasi | Freq. Percent Cum.


---------------+-----------------------------------
Kurang Memadai | 17 43.59 43.59
Memadai | 22 56.41 100.00
---------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00
Kepuasan_Ke |
rja_02 | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Tidak Puas | 23 58.97 58.97
Puas | 16 41.03 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 39 100.00

Kepemimpinan, motivasi, kompensasi dan kepuasan kerja pegawai Puskesmas II Denpasar Selatan
tab skorkepemimpinan

SkorKepemim |
pinan | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Kurang Baik | 9 25.00 25.00
Baik | 27 75.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

tab skormotivasi

SkorMotivas |
i | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Rendah | 9 25.00 25.00
Tinggi | 27 75.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

tab skorkompensasi

SkorKompensasi | Freq. Percent Cum.


---------------+-----------------------------------
Kurang Memadai | 13 36.11 36.11
Memadai | 23 63.89 100.00
---------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

Kepuasan_Ke |
rja_01 | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Tidak Puas | 13 36.11 36.11
Puas | 23 63.89 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 36 100.00

Gambaran karakteristik sosio-demografis responden penelitian di Puskesmas Kota Denpasar


tab Jenis_Kelamin

Jenis_Kelam |
in | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Laki laki | 20 26.67 26.67
Perempuan | 55 73.33 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

tab Umur

Umur | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<42 | 35 46.67 46.67
>=42 | 40 53.33 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Status

Status | Freq. Percent Cum.


--------------+-----------------------------------
Belum Menikah | 6 8.00 8.00
Menikah | 69 92.00 100.00
--------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

tab Jumlah_Tanggungan

Jumlah_Tang |
gungan | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
<2 | 21 28.00 28.00
>=2 | 54 72.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Pendidikan

Pendidikan | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<=SMA | 25 33.33 33.33
>SMA | 50 66.67 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Jenis_Pekerjaan

Jenis_Pekerjaan | Freq. Percent Cum.


---------------------+-----------------------------------
Tenaga Non Kesehatan | 22 29.33 29.33
Tenaga Kesehatan | 53 70.67 100.00
---------------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Status_kepegawaian

Status_kepe |
gawaian | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Non PNS | 16 21.33 21.33
PNS | 59 78.67 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

tab Masa_Kerja

Masa_Kerja | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
<6 | 27 36.00 36.00
>=6 | 48 64.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

Gambaran kepemimpinan kepala puskesmas di Kota Denpasar


tab Keteladanan

Keteladanan | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
Kurang Baik | 27 36.00 36.00
Baik | 48 64.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Motivator

Motivator | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
Kurang Baik | 48 64.00 64.00
Baik | 27 36.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Informasi_dan_Komunikasi

Informasi_d |
an_Komunika |
si | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Kurang Baik | 6 8.00 8.00
Baik | 69 92.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Pengambilan_Keputusan

Pengambilan |
_Keputusan | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Kurang Baik | 23 30.67 30.67
Baik | 52 69.33 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Kepemimpinan

Kepemimpina |
n | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Kurang Baik | 39 52.00 52.00
Baik | 36 48.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

Gambaran motivasi pegawai puskesmas di Kota Denpasar


tab Motivasi_Intrinsik

Motivasi_In |
trinsik | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Rendah | 10 13.33 13.33
Tinggi | 65 86.67 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Motivasi_Ekstrinsik

Motivasi_Ek |
strinsik | Freq. Percent Cum.
------------+-----------------------------------
Rendah | 43 57.33 57.33
Tinggi | 32 42.67 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Motivasi

Motivasi | Freq. Percent Cum.


------------+-----------------------------------
Rendah | 33 44.00 44.00
Tinggi | 42 56.00 100.00
------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

Gambaran kompensasi yang diterima pegawai puskesmas di Kota Denpasar


tab Gaji

Gaji | Freq. Percent Cum.


---------------+-----------------------------------
Kurang Memadai | 18 24.00 24.00
Memadai | 57 76.00 100.00
---------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Tunjangan

Tunjangan | Freq. Percent Cum.


---------------+-----------------------------------
Kurang Memadai | 28 37.33 37.33
Memadai | 47 62.67 100.00
---------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Insentif

Insentif | Freq. Percent Cum.


---------------+-----------------------------------
Kurang Memadai | 19 25.33 25.33
Memadai | 56 74.67 100.00
---------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Jasa_pelayanan

Jasa_pelayanan | Freq. Percent Cum.


---------------+-----------------------------------
Kurang Memadai | 11 14.67 14.67
Memadai | 64 85.33 100.00
---------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

. tab Kompensasi

Kompensasi | Freq. Percent Cum.


---------------+-----------------------------------
Kurang Memadai | 30 40.00 40.00
Memadai | 45 60.00 100.00
---------------+-----------------------------------
Total | 75 100.00

Analisis bivariat variabel bebas dengan variabel terikat


. tab Kepemimpinan Kepuasan_Kerja, row chi2

+----------------+
| Key |
|----------------|
| frequency |
| row percentage |
+----------------+

Kepemimpina | Kepuasan_Kerja
n | Tidak Pua Puas | Total
------------+----------------------+----------
Kurang Baik | 29 10 | 39
| 74.36 25.64 | 100.00
------------+----------------------+----------
Baik | 7 29 | 36
| 19.44 80.56 | 100.00
------------+----------------------+----------
Total | 36 39 | 75
| 48.00 52.00 | 100.00

Pearson chi2(1) = 22.6170 Pr = 0.000

. logistic Kepuasan_Kerja Kepemimpinan

Logistic regression Number of obs = 75


LR chi2(1) = 23.98
Prob > chi2 = 0.0000
Log likelihood = -39.935206 Pseudo R2 = 0.2309

--------------------------------------------------------------------------------
Kepuasan_Kerja | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
---------------+----------------------------------------------------------------
Kepemimpinan | 12.01428 6.708905 4.45 0.000 4.021404 35.89368
_cons | .3448276 .1264548 -2.90 0.004 .1680546 .7075444
--------------------------------------------------------------------------------

. tab Motivasi Kepuasan_Kerja, row chi2

+----------------+
| Key |
|----------------|
| frequency |
| row percentage |
+----------------+

| Kepuasan_Kerja
Motivasi | Tidak Pua Puas | Total
-----------+----------------------+----------
Rendah | 25 8 | 33
| 75.76 24.24 | 100.00
-----------+----------------------+----------
Tinggi | 11 31 | 42
| 26.19 73.81 | 100.00
-----------+----------------------+----------
Total | 36 39 | 75
| 48.00 52.00 | 100.00

Pearson chi2(1) = 18.1905 Pr = 0.000

. logistic Kepuasan_Kerja Motivasi

Logistic regression Number of obs = 75


LR chi2(1) = 18.99
Prob > chi2 = 0.0000
Log likelihood = -42.428994 Pseudo R2 = 0.1829
--------------------------------------------------------------------------------
Kepuasan_Kerja | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
---------------+----------------------------------------------------------------
Motivasi | 8.806818 4.727606 4.05 0.000 3.075274 25.22053
_cons | .32 .1299846 -2.81 0.005 .1443412 .7094302
--------------------------------------------------------------------------------

. tab Kompensasi Kepuasan_Kerja, row chi2

+----------------+
| Key |
|----------------|
| frequency |
| row percentage |
+----------------+

| Kepuasan_Kerja
Kompensasi | Tidak Pua Puas | Total
---------------+----------------------+----------
Kurang Memadai | 20 10 | 30
| 66.67 33.33 | 100.00
---------------+----------------------+----------
Memadai | 16 29 | 45
| 35.56 64.44 | 100.00
---------------+----------------------+----------
Total | 36 39 | 75
| 48.00 52.00 | 100.00

Pearson chi2(1) = 6.9801 Pr = 0.008

. logistic Kepuasan_Kerja Kompensasi

Logistic regression Number of obs = 75


LR chi2(1) = 7.09
Prob > chi2 = 0.0078
Log likelihood = -48.382238 Pseudo R2 = 0.0682

--------------------------------------------------------------------------------
Kepuasan_Kerja | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
---------------+----------------------------------------------------------------
Kompensasi | 3.625 1.801529 2.59 0.010 1.368621 9.601359
_cons | .5 .1936492 -1.79 0.074 .2340459 1.068166
--------------------------------------------------------------------------------

Analisis multivarat variabel bebas dengan variabel terikat


. logistic Kepuasan_Kerja Kepemimpinan Motivasi Kompensasi

Logistic regression Number of obs = 75


LR chi2(3) = 34.18
Prob > chi2 = 0.0000
Log likelihood = -34.83407 Pseudo R2 = 0.3292

--------------------------------------------------------------------------------
Kepuasan_Kerja | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
---------------+----------------------------------------------------------------
Kepemimpinan | 7.280604 4.501335 3.21 0.001 2.167206 24.45877
Motivasi | 4.309606 2.652541 2.37 0.018 1.289815 14.39951
Kompensasi | 3.072039 1.892686 1.82 0.069 .9183338 10.27668
_cons | .0975508 .0622714 -3.65 0.000 .0279169 .3408741
--------------------------------------------------------------------------------

. estat gof, all


Logistic model for Kepuasan_Kerja, goodness-of-fit test

number of observations = 75
number of covariate patterns = 8
Pearson chi2(4) = 3.72
Prob > chi2 = 0.4448

Anda mungkin juga menyukai