Bab Ii
Bab Ii
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Indra Dan Persepsi Sensori
3. Kematangan/maturasi
4. Degenerasi
5. Kognitif persepsi
4
Oleh karena itu komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan
fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan harus sedapat
mungkin digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang
lain. Sebagai contoh ketika melakukan orientasi ruang perawatan, klien harus
mendapat keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara lisan
misalnya, dengan menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa
langkah posisi tempat tidur dari pintu, letak kamar mandi dan sebagainya.
5
2. Klien dengan gangguan pendengaran
6
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual,kerusakan pita
suara,ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan
gangguan icara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan
ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara umumnya
telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau
menggunakan tulisan dan gambar.
7
Ketidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik klien
mengalami penurunan sehingga sering kali stimulus dari luar tidak dapat
diterima klien dank lien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
8
Melakukan komunikasi dengan klien berbahsa asing dapat menimbulkan
gangguan komunikasi di tingkat kognitif karena ada perbedaan pengetahuan dan
perbendaharaan kata serta kultur komunikasi.
9
e. Berhati-hatilah dalam menggunakn teknik komunikasi nonverbal
karena dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada klien.
Tanda dan gejala depresi dapat mencakup perubahan selera makan dan
kebiasaan tidur, kurangnya ketertarikan terhadap aktivitas sebelumnya,
penurunan libido, menangis , serta berbicara dan bergerak lambat. Pasien
mungkin mengekspresikan perasaan sedih, hilang harapan, gagal dan tak
berdaya. Gejala depresi dapat muncul sebagai bagian proses berduka yang
normal atau berhubungan dengan sesuatu yang disebut depresi situasional.
Contohnya, kehilangan orang yang terkasihi, perubahan besar situasi
kehidupan atau diagnosis penyakit yang memperpendek hidup semuanya
dapat menyebabkan gejala-gejala ini. Perbedaannya adalah depresi situasional
memiliki batasan waktu, gejala pasien akan terangkat secara bertahap, dan
pasien akan kembali kepada aktivitas hidup normalnya.
10
perasaan tidak berharga, tanpa harapan, dan kesia-siaan. Satu kekhawatiran
besar bagi penyedia layanan kesehatan adalah kerena perasaan-perasaan ini
dapat berujung pada pemikiran bunuh diri sebagai cara untuk mengakhiri
penderitaan. Pasien depresi yang menjadi semakin menarik diri, gelisah atau
tidak bisa istirahat atau berbicara mengenai membunuh diri mereka sendiri,
sekalipun bercanda , memerlukan intervensi segera.
11
dan bergantung pada setiap pasien dan keadaannya. Beberapa pasien tidak
jelas karena kurangnya pemahaman atau ketajaman mentau atau akibat efek
obat. Di sisi lain, pasien mungkin memberikan jawaban yang tidak jelas ketika
ia diberi pertanyaan yang terlalu pribadi, terlalu luas, atau terlalu sulit
dipahami.
12
perawat. Perawat dapat menegaskan ulang bahwa mereka memiliki perhatian
dan rasa hormat terhadap pasien tanpa menghakimi, meredakan kemungkinan
malu atau rasa bersalah yang berhubungan dengan membuka diri. Jika
pertanyaan terlihat meningkatkan kecemasan pasien atau rinciannya tidak
penting untuk asuhan pasien yang bersifat segera, perawat mungkin dapat
menyadari hak privasin pasien dan melanjutkan ke aspek penilaian lainnya.
13
pada tujuan interaksi dan masalah kesehatan pasien akan memberikan data
yang lebih akurat secara tepat waktu. Di lain kesempatan, jika waktu
mengizinkan , percakapan menarik mengenai pengalaman pasien dapat
memberikan informasi yang lebih rinci dan seringkali memperkaya hubungan
perawat-pasien.
14
MI menggunakan empat langkah untuk membantu pasien mempertimbangkan
untuk membuat perubahan :
1 Ekspresikan empati sehingga konselor (perawat) memahami pengalaman
pasien
2 Kembangkan kesenjangan antara kondisi pasien saat ini dengan kondisi
yang diharapkan atau antara nilai-nilainya dengan kenyataan
3 Ulangi terus-menerus karena keengganan untuk berubah merupakan
respons yang normal buka patologis
4 Dukung efikasi diri dan otonomi pasien untuk bergerak maju dengan
percaya diri
15
untuk mulai menghindari pasien yang menuntut, membuat pasien merasa
kurang diperhatikan dan bahkan kurang control. Lingkaran setan ini dapat
berujung pada kualitas hubungan perawat-pasien yang buruk, penilaian yang
terburu-buru dan asuhan keperawatan yang tidak memadai yang dapat
mengontrol hasil akhir pasien.
Respons terbaik perawat terhadap perilaku menuntut menggabungkan
netralitas dan dukungan. Untuk tetap netral secara emosional, perawat
mungkin perlu berhenti dan mengumpulkan diri sebelum merespons pasien.
Tanpa merasa tersakiti atau menghubungkan perkataan yang menuntut dengan
emosinya, perawat dapat memahami perspektif pasien. Perawat dapat
mencoba menggunakan gaya komunikasi yang fleksibel dan mengakui
masalah pasien dengan menyatakan ulang dan meringkas. Saat pasien telah
mengekspresikan masalah atau kebutuhannya, maka perawat dapat
memberikan penjelasan kepada pasien mengenai sumber-sumber dan waktu
yang tersedia. Kemudian perawat dapat menawarkan untuk bekerja sama
memenuhi kebutuhan pasien dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia. Intervensi keperawatan yang disesuaikan untuk pencapaian tujuan
bersama akan membantu pasien mendapatkan control kembali dan membantu
perawat memberikan asuhan yang efisien kepada semua pasiennya. Penentuan
batasan yang secara konsisten diaplikasikan oleh semua staf yang terlibat
mungkin diperlukan jika permintaan pasien sangat banyak dan membebani
staf.
16
tetapi seksualitasnya tidak terkunci bersama harta berharganya. Pengalaman
sakit dan cacat dapat mengubah bagaimana pasien mengekspresikan dan
mempertahankan seksualitasnya. Penilaian dan intervensi keperawatan perlu
bijaksana dan hati-hati, mengakui hak privasi pasien sekaligus memberikan
asuhan yang diperlukan.
17
2. Buka informasi pribadi pasien hanya seperlunya kepada merwka yang
terlibat dalam asuhan
3. Hindari membuat penilaian mengenai keputusan, gaya hidup, atau nilai-
nilai pasien
4. Cegahlah situasi yang memalukan atau mempermalukan dengan
memberikan privasi, menilai kesiapan pasien berbicara dan merujuk
pasien ke penyedia asuhan kesehatan lainnya untuk berdiskusi mengenai
masalah seksual yang dapat membuat beberapa perawat tidak nyaman
5. Amati isyarat yang dpaat menunjukan luka emosional akibat pelecehan
seperti perasaan malu, keengganan atau agresi
6. Jangan menganggap sebagian besar orang dewasa memahami fungsi
seksual dan kesehatan reprosuksi
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Komunikasi pada pasien depresi yaitu Anggap serius semua ide dan
pernyataan tentang bunuh diri (seperti mengakhirinya atau
melakukannya pada diri saya atau menunjukan kepada mereka),
mulai intervensi segera untuk mendukung keselamatan pasien dan
rujuklah pasien ke professional yang sesuai untuk evaluasi dan
penanganan.Komunikasi pada Saat pasien merespons dengan jawaban
yang tidak jelas, seringkali diperlukan pertanyaan terarah untuk
19
memperoleh informasi yang lebih spesifik. Komunikasi dengan pasien
melantur yaitu mempertahankan wawancara yang terfokus pada tujuan
interaksi dan masalah kesehatan pasien akan memberikan data yang lebih
akurat secara tepat waktu.Komunikasi pada pasien apatis yaitu
menggunakan wawancara motivasional diartikan sebagai pendekatan
terpusat-klien dan terarah-tujuan untuk membantu pasien membuat
perubahan. Komunikasi dengan perilaku menuntut yaitu perawat dapat
mencoba menggunakan gaya komunikasi yang fleksibel dan mengakui
masalah pasien dengan menyatakan ulang dan meringkas. Komunikasi
pada perilaku maksud seksul yaitu saat perawat tidak yakin apakah suatu
percakapan atau perilaku sesuai atau tidak, saran dari kolega yang
dipercaya dapat memberikan umpan balik yang dibutuhkan dan
pendekatan yang berbeda untuk bekerja dengan pasien.
3.2 Saran
20
21