BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat unit perawatan kritis telah lebih meyakini fokus dari berbagai macam
penelitian dibandingkan dengan perawat di tempat lain. Ada banyak alasan yang
menyebabkan hal tersebut. Salah satu alasan yang utama adalah bahwa unit perawatan
kritis adalah tempat dimana terdapat usaha perjuangan hidup melawan kematian.
Semua dokter adalah tumpuan utama para pasien tetapi perawat lebih menjadi
tumpuan karena karena keberadaannya yang terus menerus. Sesuai dengan itu, maka
secara terus menerus bertanggung jawab untuk mempertahankan homeostasis pasien.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai efek-efek
dari unit perawatan kritis pada perawat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran perawat unit perawatan kritis?
2. Apa efek stres pada perawat di unit perawatan kritis?
3. Bagaimana bersosialisasi sebagai perawat unit perawatan kritis?
4. Apa faktor-faktor penyebab stress di unit perawatan kritis?
5. Apa sifat-sifat kepribadian tradisional perawat di unit perawatan kritis?
6. Bagaimana sifat kepribadian berpengaruh terhadap mekanisme koping perawat di
unit perawatan kritis?
7. Bagaimana gaya koping perawat unit perawatan kritis?
8. Apa faktor-faktor stress keperawatan yang teridentifikasi dalam riset unit
perawatan kritis?
9. Bagaimana mengurangi stress perawat di unit perawatan kritis?
C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum perawat unit perawatan kritis
2. Memahami efek stress pada perawat unit perawatan kritis
3. Memahami cara bersosialisasi perawat unit perawatan kritis
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab stress di unit perawatan kritis
5. Memahami sifat kepribadian dan koping perawat di unit perawatan kritis
6. Mengetahui gaya koping perawat unit perawatan kritis
7. Mengetahui faktor-faktor stress keperawatan yang teridentifikasi dalam riset unit
perawatan kritis
8. Mengetahui cara mengurangi stress perawat di unit perawatan kritis
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Instalasi Rawat Intensif atau unit perawatan intensif adalah suatu unit perawatan
di Rumah Sakit yang khusus mengelola pasien dalam kondisi kritis atau sakit berat,
cedera dengan penyulit yang mengancam jiwa, yang membutuhkan tenaga terlatih
dengan didukung oleh peralatan khusus. Menurut Te Oh (1990), ICU adalah ruang
rawat rumah sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola
pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa.
Untuk memberikan pelayanan yang bermutu pada pasien rawat intensif,
dibutuhkan kerjasama antara profesi dokter, perawat, apoteker, radiografer, analis
kesehatan, ahli gizi, fisioterapis, biomedis dan staf pendukung medis di Rumah Sakit.
Dalam memberikan pelayanan pada pasien kritis, peran perawat cukup besar untuk
mengelola pasien dan bersinergi dengan profesi lain untuk menghasilkan pelayanan
yang berkualitas.
Pelayanan keperawatan di ICU merupakan pelayanan yang diberikan kepada
pasien dalam kondisi kritis yang mengancam jiwa, sehingga harus dilaksanakan oleh
tim terlatih dan berpengalaman di ruang perawatan intensif.
Tujuan keperawatan intensif sesuai Standar Pelayanan Keperawatan di ICU (Dep.
Kes. RI , 2006) adalah :
1. Menyelamatkan nyawa
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitoring yang ketat, disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data
yang didapat dan melakukan tindak lanjut
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
5. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat
proses penyembuhan pasien
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat di unit perawatan intensif perlu bekal
ilmu dan pengalaman yang cukup, sehingga kompeten dalam penanganan pasien
kritis. Kompetensi teknikal perawat merupakan kompetensi tidak terbatas pada
3
penting lainnya agar informasi tentang pasien diterima dengan baik dan kepuasan
keluarga pasien dapat tercapai. Hubungan perawat dengan unit lain atau profesi
kesehatan lain juga memerlukan komunikasi dan kerjasama yang baik agar
pengelolaan pasien kritis bisa optimal serta sasaran keselamatan pasien dapat tercapai.
Efek stres pada kesehatan psikologis dan fisik telah banyak ditulis orang.
Pemberian asuhan keperawatan di unit perawatan kritis telah meluas pada sebagian
pasien pada awal tahun 1970 an. Peningkatan kemajuan dari unit perawatan kritis
menyebabkan kuatnya stres di lingkuhan kerja perawat unit keperawatan kritis.
Penelitian terdahulu tersebut menggali faktor-faktor yang menyebabkan stress
terhadap pekerjaan, kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja pada perawat unit
keperawatan kritis. Mereka menggunakan banyak konsep penemuan riset dari
organisasi psikologi. Penelitian terhadap pekerja di berbagai industri (seperti polisi, di
poliklinik) memperlihatkan suatu ciri yang terlihat berhubungan dengan kejenuhan,
yang lain tampak mengurangi pengaruh negatif dari stres.
Sebagian dari karakteristik tersebut diterapkan pada perawat namun sebagian
tidak dapat. Tampaknya bahwa nilai-nilai dan karakteristik pribadi yang ditemukan
dalam keperawatan berbeda dengan bidang-bidang lain yang didominasi oleh pria
atau campuran antara pekerja pria dan wanita. Dalam penelitian pada pria dan wanita.
Gilligan telah melihat bahwa wanita dalam penentuan keputusannya lebih berorientasi
pada hubungan nilai keputusan mereka, pria sangan berorientasi pada pencapaiannya.
Perbedaan ini sangat potensial mempengaruhi respon seseorang terhadap
pekerjaannya seperti dalam hal menentukan keputusan. Menghargai peran orang lain
dalam pekerjaan, dan respon terhadap pasien. Karena keperawatan adalah profesi
yang didominasi oleh wanita. Perawat akan lebih mengalami stres yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hubungannya, baik dengan penyelia, dokter,
perawat, pasien dan keluarga pasien. Aspek tertentu dari hubungan ini telah
dilaporkan sebagai stresor potensial dalam berbagai penelitian tentang perawat unit
perawatan kritis.
Penelitian-penelitian ini dilakukan oleh berbagai ahli kesehatan mental termasuk
psikiatrik, ahli psikologis, pekerja sosial dan perawat. Perkembangan riset
5
perawat profesional yang bersikap tenang. Dan yang terpenting adalah meraka
mengharapkan agar perawat secara emosional terlibat dalam perawatan mereka.
Jika dokter, pasien dan keluarganya mengharapkan perawat untuk menerima
kebutuhan terhadap sikap perawat untuk bersikap manuisiawi dan kadang-kadang ada
stres, peran profesional, mengapa kemudian banyak perawat unit kritis memiliki
harapan yang keras pada diri mereka sendiri?
atas dan biarkan anda sendiri merasakan respons. Anda mungkin tidak merasakan apa-
apa setelah membacanya. Sedangkan perawat lain mungkin merasa jijik, ansietas, atau
kejenuhan. Apakah anda dapat melihat perbedaan antara respons anda yang pertama
dengan respons yang kedua? Jika tidak, mungkinkah strategi koping tanpa sadar telah
anda kembangkan telah menyebabkan keteguhan emosional yang menyebabkan anda
melewatkan banyak aspek positif dari kehidupan ini di dalam maupun di luar unit
perawatan kitis?sangat sulit untuk mngurangi respons seseorang terhadap pengalaman
emosional yang negative tanpa menggantikannya dengan hal yang menyenangkan dan
penuh kenikmatan. Betapa sulitnya! Apa yang menyebabkan ini terjadi?
Ciri kepribadian yang umum pada banyak perawat adalah tidak mementingkan
diri sendiri. Ciri ini ditumbuhkan dan diagungkan melalui pendidik perawat dan
administrator. Jika seseorang tidak mementingkan diri sendiri, mereka akan
menyangkal kebutuhan fisik dan emosional mereka sendiri dalam memberi pelayanan
pada orang lain. Perawat yang secara logis menolak untuk bekerja dinas ganda ,
dipindahkan ke unit yang lain, atau ditugaskan untuk dinas ekstra karena kurang
tenaga, biasanya kurang dianggap oleh penyelia, dibandingkan perawat yang
mengabaikan kebutuhan untuk dirinya sendiri dan menyetujui tugas ini dengan
segera.
Karena pada masa sebelumnya tidak mementingkan diri sendiri telah di inginkan
sebagai suatu ciri pada perawatawat dan karena perawat yang tidak mementingkan
diri sendiri akan lebih mudah diterima oleh kelompoknya dan penyelia daripada
perawat yang berterus terang secara agresif menuntut haknya, banyak perawat telah
terisolasi ke dalam kebutuhan mereka sendiri, perasaan mereka sendiri-kebutuhan
mereka sendiri!
Ingatlah bahwah bahwa tidak satupun tempat di muka bumi ini dimana orang-
orang dilahirkan untuk mengetahui bagaimana menyangkal kebutuhan dan perasaan
sendiri kecuali mereka telah mempelajari untuk menyangkalnya. Motivasi yang paling
penting dalam proses ini adalah kebutuhan untuk di terima.
dengan tidak disadari mengelabui orang tersebut tentang yang sesungguhanya, lalu
mengapa perlu berpura-pura dan mencoba mengubah sikap kemanusiaan kita.
Bila kita mencari persetujuan, kepada siapa kita mencari? Sejawat dan penyelia
keperawatan adalah jawaban yang nyata-jawaban yang mudah! Jawaban yang paling
sulit mungkin adalah mengakui bahwa kita melakukannya pada diri sendiri. Kadang-
kadang perawat adalah pengeritik mereka sendiri yang paling hebat. Bila mereka
gagal terhadap diri sendiri, kadang-kadang merupakan harapan pribadi yang sangat
sulit, dan akibatnya adalah rasa bersalah.
Banyak perawat mengira adalah tidak baik untuk merasa kehilangan, taku, takut,
jijik, atau mencint, jijik, atau mencintai saat bekerja secara intim dengan pasien.
Meskipun rasa kemanusiaan mereka sendiri mereka pikirkan sebagai tidak
professional untuk merasakan sautu emosi terhadap pasien. Bila orndiri mereka
pikirkan sebagai tidak professional untuk merasakan sautu emosi terhadap pasien.
Bila orang merasakan sesuatu yang ia piker tidak merasakannya, mengakibatkan rasa
berasa bersalah. Karena perasaan bersalah adalah perasaan yang tidak menyenangkan,
dan pikirsalah. Karena perasaan bersalah adalah perasaan yang tidak menyenangkan,
dan pikiran tak menyak menyenangkan (ego, secara spesifik) membant (ego, secara
spesifik) membantu orag bertahan sehingga rasa bersalah tidak tidak terjadi. Represi
adalah mekanisme pertahanan atau koping yang menyembunyikan perasaan asli dari
rasa kehilangan, takut dan sebagainya sehingga mereka tidak merasakannya lagi.
Penting untuk mengetahui bahwa memori tentang pengalaman yang secara normal
menyebabkan perasaan tetap disimpan dalam memori ketidaksadaran kita. Represi
tidak tergali dari memori ini.
Penyembunyian perasaan ini secara konstan tidak sehat. Ingat bahwa pendidik
keperawatan dan penyelia yang mengira bahwa tindakan ini professional untuk
menyembunyikan mereka yang tlah terisolasi dari perawat lain. Penyembunyian
perasaan ini secara konstan tidak sehat. Ingat bahwa pendidik keperawatan dan
penyelia yang mengira bahwa tindakan ini professional untuk menyembunyikan
mereka yang tlah terisolasi dari perawat lain. Semua ini bukan pendekatan yang
membantu. Ini tidak akan berubah sampai mereka sendiri membuat sosialisasi ke
dalam pendendekatan yang lebih manusiawi dan menjadi lebih baik terhadap mereka
sendiri dan perawat lain.
1. Kejenuhan
9
Akibat dari penyangkalan diri terus-menerus mungkin adalah salah satu yang
paling penting, tentang penataan yang belum dikenali dan dinamik. Perawat
keperawatan kritis, karena bentuk stress dari pekerjaan mereka, mereka berada
pada resiko kejenuhan. Kejenuhan dapat menjadi akibat dari bekerja dalam
linkungan yang penuh stress. Pekerja akhirnya merasa menyerah, tidak efektif,
dan putus asa karena bekerja pada lingkungan tersebut. Akibat dari kejenuhan
adalah bahwa pekerja meninggalkan pekerjaan mereka atau tetap pada posisi
fungsi yang tidak efektif. Kejenuhan adalah tahap kurangnya energy.
Ada hal penting lain yang menyebabkan kejenuhan. Alfin Toffler dalam
Future Shock, menduga bahwa kita hidup di lingkungan teknologi tinggi dan
frekuensi lebih cepat. Hasilnya adalah bahwa pngetahuan yang di perlukan oleh
perawat keperawatan kritis dan kompleksitas pasien yang mereka rawat secar
menduga bahwa kita hidup di lingkungan teknologi tinggi dan frekuensi lebih
cepat. Hasilnya adalah bahwa pngetahuan yang di perlukan oleh perawat
keperawatan kritis dan kompleksitas pasien yang mereka rawat secara terus
menerus meningkat, dan stress lebih besar pada lingkungan yang sudah penuh
dengan stress.
Bila ratio perawat-pasien diubah menjadi bentuk proporsional terhadap
peningkatan kompleksitas perawatan, perawat akan siap beradaptasi dengan stress
di unit perawatan kritis. Di lain pihak, kekurangan staf yang berkepanjangan tetap
terjadi. Efek kekurangan staf banyak terjadi. Frustasi terjadi jika perawat terus
menerus berada di bawah tekanan dan secara berulang-ulang merasa bahwa
mereka tidak dapat memberikan asuhan keperawatan secara utuh sesuai kebutuhan
pasien. Bentuk frustasi seperti ini banyak menyebabkan kejenuhan.
Kejenuhan menyebabkan banyak perawat meninggalkan keperawatan,
masalah kejenuhan memerlukan lebih banyak perhatian baik dari professional
maupun sector yang mendasari. Sebagai perawat penting bagi kita
untukmemahami penyebab kejenuhan. Dan ini merupakan akar dari masalah-
masalah. Sampai tahun 1970-an perawat merupakan korban dari kejenuhan yang
disebabkan oleh beban kerja atau karena represi diri, mereka sering tetap berada di
posisinya, tetapi dalam status yang menurun. Pada masa kini, perawat berespons
secara berbeda dalam masyarakat.
Penyebab lain dari kejenuhan di unit perawatan kritis dapat di sebabkan oleh
tidak berfungsinya komunikasi. Dinamika manajemen staf dalam unit perawatan
10
Perbedaan antara seorang yang pasif dan asertif adalah, orang yang pasif
bersikap setia terhadap orang lain yang tidak menyadari kebutuhan atau
keinginan orang yang pasif. Orang-orang pasif Nampak lebih sebagai bukan
seseorang. Pada kenyataannya mereka sering menempatkan keyakinan mereka
pada orang lain untuk mengetahui apa yang mereja perlukan, biasanya dengan
harapan yang tak diekspresikan (juga disebut sebagai agenda tersembunyi ). Jika
orang lain gagal melaksanakan hal tersebut, maka hasilnya adalah:
a. Mereka akan menenggelamkan diri sendiri dan kebutuhan-kebutuhan
mereka. Makna implisitnya adalah saya tidak berarti apa-apa
b. Mereka memendam kemarahan mengapa mereka melakukan hal tersebut
pada saya? kenyataannya, orang lain tidak mengerti kebutuhan yang tidak
diekspresikan.
Seorang yang asertif, sadar akan kebutuhan dan perlakuan mereka sendiri
dimana mereka diterima sebagai manusia. Mereka menyampaikan kebutuhan
mereka pada saat yang tepat. Jika hak mereka jelas-jelas dilanggar mereka akan
berbicara dan menyampaikan perasaannya. Seorang yang asertif tidak suka
menyerang dan tidak suka melanggar hak-hak orang lain atau institusi. Mereka
13
keras dan konsentrasi serta kerugian besar intelektual untuk memutuskan rantai
kepasifan. Tantangan terbesar untuk keberhasilan anda akan sama dengan
keluarga, teman, pasien, dokter yang sebelumnya telah sukses menarik anda.
Menjadi asertif berarti membicarakan apa yang anda butuhkan, yang anda
pikirkan, dan apa yang anda yakini tentang mengenali diri anda sebenarnya.
6. Koping: mempertahankan secara keseluruhan
Koping adalah kata yang terkenal yang digunakan selama sera sadar-stress
tahun 1980-an. Kata ini tampaknya seringkali ada pada artikel-artikel tentang
respons perawat unit perawatan kritis terhadap lingkungannya. Akan membantu
bila meninjau kembali konsep koping sebelum berlanjut lebih jauh. Koping adalah
Kombinasi strategi secara sadar dalam kesuksesan pemecahan masalah dimasa
lampau dengan mekanisme pertahanan yang tidak disadari untuk menurunkan
tingkat stress yang sedang dialami seseorang.
Penting untuk diingat bahwa koping meliputi penggunaan mekanisme
pertahanan otomatis oleh ego. Mekanisme otomatis ini, (contoh penyangkalan,
penghindaran, dan represi) yang digunakan kapan pun ego sendiri merasa tentram.
Penting juga untuk diingat bahwa kejadian yang dianggap ancaman bagi
seseorang belum tentu menjadi ancaman bagi orang lain. Berikut ini adalah contoh
kasus.
Evelyn, Joan, dan Carol bekerja malam hari di unit perawatan koroner intensif.
Evelyn telah bekerja di tempat tersebut selama 12 tahun. Jian dan Carol baru lulus
6 bulan yang lalu. Joan adalah seorang perawat yang lihai dan cepat belajar tapi
belum yakin terhadap situasi. Carol masih dalam masa percobaan karena diketahui
manajernya bahwa Carol memiliki kekurangan dalam hal keterampilan dan
kemampuan pengkajian dan pemecahan masalah. Selama tenagah malam pasien
mengalami episode takikardi berat. Dalam waktu 5 menit kemudian pasien
mengalami henti jantung. Persepsi dan respons pada ketiga perawat tersebut
adalah:
Evelyn terampil dalam semua aspek kedaruratan, pengkajian, dan tindakan.
Dia sadar dan memonitor penuh keadaan awal pasien. Saat pasien lain mengalami
henti jantung dengan cepat dia mengkaji kondisi kedua pasien tersebut,
memberikan instruksi pada joan untuk melakukan tindakan perawatan yang perlu
segera dilakukan, kemudian meminta bantuan, dan melakukan resusitasi. Egonya
begitu terbiasa dengan kejadian ini yang secara otomatis menghidupkan kognitig
16
Penelitian terbaru tentang stress perawat di unit perawatan kritis berfokus pada
cara dimana perawat di unit perawatan kritis merasakan lingkungan kerja mereka dan
cara mereka beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Oleh karena telah begitu banyak penekanan pada stress perawat unit perawatan
kritis, pergantian, dan sebagainya, maka pertanyaan berikut ditanyakan: adakah
kemampuan koping tertentu atau gaya kepribadian tertentu yang membantu perawat
unit perawatan kritis beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan penuh stress?
Malonay dan Bartz melakukan pendekatan terhadap pertanyaan ini dengan
mempelajari cirri kepribadian dan cirri koping perawat di ruang perawatan intensif
dan non-intensif, mereka menguji beberapa faktor untuk menentukan apakah terdapat
perbedaan antara kedua kelompok perawat ini. Penemuan mereka menunjukkan
bahwa perawat di ruang perawatan intensif berbeda dalam beberapa hal
1. Petualangan dan tantangan
Kualitas ini terlihat lebih sering pada perawat unit perawatan kritis
dibandingkan dengan perawat non-unit perawatan kritis dan diyakini berpengaruh
terhadap respons mereka terhadap lingkungan unit perawatan kritis dan kapasitas
mereka untuk mengalami kepuasan terhadapnya
2. Kekuasaan
Perawat unit perawatan kritis secara umum akan merasa kurang memiliki
kekuasaan dan lebih dikontrol oleh lingkungan dibandingkan dengan perawat non
unit perawatan kritis. Ini merupakan penemuan yang realistic terhadap adaptasi di
ruang kedaruratan dan situasi unit perawatan kritis yang tidak dapat diramalkan
3. Ketahanan
Perawat unit perawatan kritis diketahui lebih mempunyai ketahanan
dibandingkan dengan perawat non-unit perawatan kritis. Ini diduga oleh penulis
bahwa kualitas ini membantu perawat unutk mengatasi adanya serangan persepsi
di unit perawatan kritis. Kapasitas untuk ketahanan ini didasarkan pada
penggunaan mekanisme pertahanan penyangkalan, represi, intelektualisasi, dan
mekanisme pertahanan sejenisnya yang menurunkan tingkat ansietas seseorang
yang secara normal akan terasa terancam dengan situasi seperti itu.
Pada penilitan terdahulu, Maloney telah membandingkan kapasitas koping
perawat unit perawatan kritis dan non-unit perawatan kritis dengan menguji cara-
cara kedua kelompok tersebut dalam menghadapi ansietas. Ditemukan bahwa
perawat unit perawatan kritis mengalami lebih sedikit ansietas pada situasi
18
1. Respons Lingkungan
a. Konflik interpersonal dengan dokter
Pemanfaatan konsultasi atau penghubung konsultan psikiatri dapat
membantu pemecahan masalah dan komunikasi efektif oleh perawat. Masalah
semacam ini dapat ditunjukkan dalam administrasi medic dengan membuat
komite kerja sama perawat dan dokter untuk mempertimbangkan masalah
khusus ini. Masalah seperti ini juga menimbulkan kebutuhan terhadap
pendidikan yang lebih aktif dan barmain peran oleh mahasiswa keperawatan
untuk meningkatkan komunikasi yang efektif dan asertif saat mereka menjadi
perawat professional.
b. Memberi perawatan pada orang sakit
Pemanfaatan dan dukungan staf keperawatan saat mereka member
perawatan pada pasien sakit akut penting bagi respons koping anggota staf
unit perawatan kritis.
Salah satu stresor tersulit bagi perawat unit perawatan kritis adalah
kematian pasien. Jika kematian pasien menyangkut konflik etik atau konflik
dengan dokter, efeknya terhadap perawat cukup berat. Dua intervensi penting
dapat membantu mengatasi stresor-stresor ini. Pertama adalah dukungan atau
perkembangan tinjauan panel tentang etika. Harus ada partisipasi aktif dari
perawat dalam panel tersebut. Pertimbangan etik yang sulit dapat dibahas dan
dipecahkan bersama dalam forum semacam ini, jika keputusan pada akhirnya
didominasi oleh dokter, maka biasaya kebutuhan pasien, keluarga, perawat
tidak akan terpenuhi.
Jika konflik dengan dokter bukan menyangkut masalah etik dan tampak
tidak dapat dipecahkan oleh staf keperawatan, manajer keperawatan dapat
bernegosiasi dengan direktur unit tersebut untuk eninjau masalah yang ada.
Selain itu, konsultasi psikiatri/pelayanna yang berhubungan dengan hal
tersebut dapat diminta untuk bekerja sama dengan keperawatan dan anggota
staf medic untuk mengembangkan alternative pemecahan masalah terhadap
masalah yang ada. Selanjutnya, konflik yang tidak terselesaikan secara terus
menerus merupakan contributor aktif terhadap persepsi perawat tentang
kurangnya control dan keputusasaan.
Meskipun tingkat ketajaman actual pada pasien yang paling parah sakitnya
benar-benar dapat dikontrol oleh lingkungan, dukungan perawat dapat
diberikan sesuai dengan (1) hubungan suportif dengan manajer keperawatan;
(2) sumber-sumber teknis dan perawalatan; (3) hubungan interpersonal yang
21
positif antara perawat dan anggota tim kesehatan lain; (4) keuntungan yang
baik dan gaji seimbang dengan beban kerja; dan (5) jam kerja yang rasional
dengna pembatasan kelebihan waktu yang sesuai.
c. Isu-isu administrator dan manajemen keperawatan
Kepuasan kerja staf perawat dapat secara langsung menjadi bagian dari
system nilai dan perilaku Wakil pimpinan Keperawatan yang mengarah pada
kualitas hidup tiap perawat dalam departemen. Perilakunya mempengaruhi
pengambilan keputusan pada semua departemen rumah sakit yang saling
berhubungan dengan keperawatan. Orang ini juga membuat sifat gaya
manajamen pada manajer tingkat menegah dan unit keperawatan.
Oehler dkk. Melihat bahwa dukungan terhadap manajer unit perawatan
kritis penting untuk kepuasan kerja perawat di unit perawatan kritis. Volk dan
Lucas menggambarkan empat perbedaan gaya manjaemen organisasi dan
pengaruhnya pada kinerja pekerjaan keperawatan, kepuasan kerja dan laju
pergantian (turnover). Gaya-gaya tersebut meliputi (1) Eksploitatif-otoritatif,
(2) BjaksanaOtoritatif, (3) Konsultatif, dan (4) Partisipatif. Masing-masing
gaya manajemen ini dinilai oleh faktor-faktor kepemimpinan, motivasi,
komunikasi, pengambilan keputusan, tujuan, dan control. gaya Eksploitatif
Otoritatif dinilai oleh perawat unit perawatan kritis merupakan pilihan yang
paling rendah. Gaya BijaksanaOtoritatif dan gaya Konsultatif
memungkinkan peningkatan keterlibatan staf. Gaya Partisipatif
dikarakteristikan oleh keyakinan dan kepercayaan terhadap atasan dalam
anggota staf mereka dan pengambilan keputusan yang demokratis serta pola
penyusunan tujuan partisipasi staf.
Secara keseluruhan, perawat unit perawatan kritis membuat urutan gaya
manajer mereka ditengah-tengah antara BijaksanaOtoritatif dan Konsultatif.
Laju pergantian perawat meningkat dalam proporsi langsung terhadap adanya
faktor manajemen yang terhadap dalam gaya EksploitatifOtoritatif.
d. Respons Personal
Bila stresor lingkungan dalam unit keperawatan intensif sulit untuk
berubah atau, berdasarkan bentuknya, merupakan faktor yang sifatnya melekat
pada aktivitasbekerja di unit perawatan kritis (contoh kematian pasien),
perawat akan bijaksana bila menujukkan kebutuhan ini dengan menggunakan
baik penurunan emosi/stress atau pendekatan pemecahan masalah, hal pertama
dalam penurunan stress, seperti ansietas atau kelelahan emosional. Reflex
22
digunakan sebagai latihan tertulis secara pribadi atau dalam suatu kelompok
pemecahan masalah yang dibantu oleh seorang fasilitator.
Proses pemecahan masalah untuk menurunkan stress atau menciptakan
perubahan untuk hasil yang diharapkan, didasarkan pada langkah-langkah
yang terdapat dalam standar proses pemecahan masalah, yaitu terdiir dari
tahap-tahap berikut ini:
a. Pengkajian
1) Identifikasi masalah
2) Menganalisa penyebab masalah
b. Perencanaan
1) Identifikasi penyebab utama
2) Apa kemungkinan pemecahannya?
3) Apa tujuan dari tiap pemecahan masalah?
4) Pilih pemecahannya yang terbaik
5) Hal ni menentukan bagaimana anda akan mengevaluasi keefektifan
tindakan tersebut: criteria apa yang akan mendindikasikan hasil yang
diharapkan? Tipe proses evaluasi apa yang akan anda gunakan?
c. Implementasi
Mengimplementasikan perubahan anda
d. Evaluasi
Evaluasi hasil dengan menggunakan criteria dan proses yang
digambarkan pada poin no 7.
Suatu saran diajukan untuk mengatasi masalah stress pada perawat adalah
dengan melakukan pertemuan secara teratur antara staf unit perawatan kritis
dengan seseorang yang dilatih tentang dinamika pribadi dan dinamika kelompok.
Pimpinan yang ideal adalah yang mempunyai pendidikan berhubungan
dengan psikiatri, yang mmeiliki dasar tentang efek stress pada seseorang atau
system social dari lingkungan asal seseorang, lingkungan kerja, rumah sakit, dan
sebagainya.
Pemimpin yang berhasil lainnya melaporkan dalam kepustakaan telah menjadi
ahli psikiatri dan perawat praktisi dalam lingkup psikiatri umum, pekerja social,
dan rohaniawan yang dilatih dalam proses kelompok.
Terdapat professional yang dipekerjakan oleh rumah sakit yang biasanya
menginginkan diberi jam tambahan dari waktu mereka untuk kelompok jenis ini.
Permintaan terhadap suatu kelompok harus datang dari staf keperawatan.
Pertemuan harus dilakukan sekali seminggu, pada jadwal waktu yang teratur, bila
sejumlah besar anggota staf dapat dimasukkan. Tempat pertemuan yang tenang
atau unit perawatan kritis yang tenang.
Kelompok diskusi digunakan untuk mengemukakan isu unit perawatan kritis
yang berhubungan. Waktunya tidak terstruktur, sesuai dengan timbulnya isu
perawat yang didiskusikan. Pada minggu-minggu awal kelompok, isu ini
seringkali berpusa pada penatalksanaan emosional terhadap masalah pasien atau
keluarga. Bila anggota staf merasa percaya terhadap mereka sendiri dan pemimpin
mereka, mereka seringkali mendiskusikan beberapa masalah psikologi tentang
reaksi mereka terhadap insiden khusus, seperti keputusasaan tentang penyaphan
pasien khusus dari respirator, kehilangan karena kematian pasien unit perawatan
kritis jangka panjang, rasa marah terhadap staf ruangan yang tidak ada saat
dibutuhkan, atau keputusasaan dalam menerima kematian pasangan pasien berusia
30 tahun.
Perawat keperawatan kritis menyimpan sejumlah besar energy dan waktu
dalam member perawatan satu atau dua orang pasien dalam sehari. Hal ini tak
dapat dielakkan bahwa mereka akan kehilangan pasien ini, baik karena ke luar
dari unit atau meninggal. Bila pasien meninggal, perawat mereka akan mengalami
berbagai emosi: berduka, kesedihan, depresi, rasa bersalah, dan marah. Tanpa
tempat yang aman untuk berbicara tentang kehilangan yangberulang ini, perawat
secara tidak sadar menekan atau menyangkal perasaan mereka sehubungan
25
dengan emosi untuk tetap bertahan. Dua mekanisme koping lain dimana mereka
menggunakan penghindaran dan menarik diri.
Meskipun pendhindaran dan menarik diri adalah dua mekanisme koping yang
berbeda, mekanisme ini mempunyai hasil yang sama. Mekanisme ini terjadi saat
perawat secara sadar atau tidak sadar menjadi mati tasa terhadap perasaan mereka
sendiri dan kebtuhan emosi pasien dan keluarga. Nama lain dari fenomena ini
adala stress professional (professional distancing).
Sebagai akibat, perawat emberi perawatan untuk kebutuhan fisik pasien tetapi
tidak menghiraukan kebutuhan emosional. Ini membantu mereka mengindari rasa
duka yang tak dapat ditoleransi yang terjadi bila orang yang meek arawat
menimbulkan rasa kehiangan berulang kali.
Dalam pertemuan kelompok, perasaan duka dan kehilangan ini dapat
dibicarakan bersama dalam situasi yang mendukung. Kebtuuhan peraawat untuk
pertahanan yang kuat melawan perasaan ini akhirnya turun. Bila ini dirasa aman
bagi mereka untuk mengalami perasaan kejujuran mereka sendiri sekali lagi,
mereka biasnaya menjadi lebih sadar tentang kebutuhan emosional pasien dan
kelaurga mereka. Perawatan yang mereka berikan lebih manusiawi daripada
teknikal.
Isu lain yang dapat menyebabkan konflik pada staf dan juga dapat dikurangi
adalah konflik antar staf. Staf perawat unit perawatan kritis adalah cerdas,
berambisi, dan bermotivasi tinggi. Bila mereka sedang bekerja dalam hubungan
yang dekat dengan orang lain seperti diri mereka sendiri dalam lingkungan yang
penuh stress, persaingan, perpecahan staf, atau konflik dapat menjadi akibat.
Idealnya, mereka harus mengatasinya dengan cepat. Tanpa adanya forum hal ini
tidak mudah untuk diselesaikan.
Masalah lain dalam unit perawatan kritis adalah hubungan perawatdokter.
Eisendrath dan Dunkel menduga bahwa hubungan ini mungkin suatu isu pria
wanita yang tertutp. hal ini teruma, mesikipun dasar pengalam yang luas tentang
pasien dengan penyakit kritis, perawat harus membedakan petugas rumah sakit
yunior dengan latar belakang yang kurang.
Selain itu, masalah yang menyebabkan kebencian pada perawat adalah bahwa
beberapa dokter secara terus-menerus menghindari anggota keluarga yang perlu
menanyakan pertanyaan atau kebutuhan pemberian keyakinan. Bila masalah ini
disikusikan dalam kelompok dan kemarahan diungkapkan, perawat dapat belajar
26
cara yang lebih baik tentang diskusi isu ini secara langsung dengan dokter
daripada membiarkan kebencian ini terus bertumbuh.
2. Cara membuat stress menjadi lebih baik
Saran saran untuk menurunkan stress selam liburan dan menyarankan cara-
cara mengurangi stress selama jam-jam kerja di unit perawatan kritis. Penting
untuk dipahami bahwa reaksi fisiologi yang normal terhadap stress diciptakan
untuk membantu kita melawan atau menghindari bahayanya.
Pada masa sekarang ini di unit perawatan kritis, respons perawat terhadap
stress menyebabkan peningkatan yang kuat dalam hal tekanan dan peningkatan
aktivitas fisik untuk menyelerasakannya dengan peningkatan beban kerja. Ada
kelebihan energy yang terjadi, jika seorang perawat menyelesaikan pekerjaannya
dan merasakan tekanan, ini kadang-kadang dapat disebabkan karena energy yang
dikeluarkan tersebut.
Karena adanya kecenderungan hidup monoton dalam masyarakat kita, banyak
orang hidup dengan stress terus menerus. Perkembangan penggunaan obat-obat
bius dan alcohol membuktikan tingginya tingkat tekanan pada masyarakat. Cara
terbaik untuk mengurangi tekanan fisik dan mental adalah dengan melakukan
latihan-latihan fisik. Jogging sejauh 1 mil dan berjalan cepat setiap hari akan
mengembalikan keseimbangan tubuh kita pada keadaan normal. Banyak orang
merasa gembira memperoleh peningkatan dan keadaan emosi saat mereka
memulai olahraga secara teratur. Beban, ansietas, atau kelelahan mereka
berkurang dan secara bertahap menghilang.
Perubahan yang dianjurkan untuk penurunan stress
a. Adakan 4 hari kerja dalam seminggu dengan 10 jam pergantian dinas
b. Mempekerjakan seorang dokter purna waktu sebagai direktur unit
perawatan kritis secara tetap. Dia harus ada, terutama dalam keadaan
darurat, dan dapat melatih staf di unit perawatan kritis.
c. Jadwalkan rotasi otomatis di unit perawatan kritis tiap 3 bulan sampai 2
minggu. Ini harus diterapkan dalam area klinikalm terutama pada unit di
bawahnya dimana pasien unit kritis secara rutin dipindahkan.
d. Beri waktu bagi perawat untuk menjenguk pasien istimewanya yang
telah dirawat di unit lain.
e. Jadwalkan perawat senior dalam dinas pagi untuk merawat pasien yang
ringan; mereka dapat membantu dan mengajar perawat-perawat lain yang
belum berpengalaman.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai stresor di unit perawatan kritis seperti pekerjaan rutin yang diulang-
ulang; setiap langkah harus ditulis; perpindahan perawat dari tempat lain; situasi krisis
akut yang sering ; bahaya fisik (perlindungan dari sinar X, jarum-jarum, pasien isolasi
dan delirium tidak adekuat); mengangkat berat, pasien tidak sadar; teman sejawat
yang bingung; (bunyi-bunyi yang terus menerus dari rintihan, tangisan, jeritan, suara-
suara monitor yang mendengun dan alarm monitor, suara gelembung alat penghisap,
dan mesin respirator). Stres lain yang penting dan tidak boleh diemehkan adalah
dimana-mana terdapat tubuh manusia, yang kebanyakan disia-siakan, rusak, atau
mengalami perubahan warna. Terdapat pemajaman genitalia dan ekskresi feses, darah,
mukosa dada, muntahan, dan urine. Berapa pasien yang dibalut, dilumuri, dibasahi
oleh cairan purulen atau serosa atau drainase yang mengandung darah menyebabkan
berbagai perasaan di dalam diri perawat yang dapat berupa perasaan baik dan juga
buruk. Berbagai perasaan yang merupakan efek dari unit perawatan kritis ini
bergantung pula pada sifat kepribadian perawat itu sendiri. Bagi perawat di unit
perawatan kritis yang asertif cenderung merasa damai, harga diri baik dan menghargai
hak orang lain sehingga dihargai. Sedangkan perawat yang pasif lebih sering
mengalami banyak tekanan dikarenakan hanya berharap dimengerti tanpa mampu
mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya sehingga akan cenderung dikasihani
dan membuat orang lain jengkel. Begitu pula dengan perawat yang agresif yang kerap
merasa marah, terhina sehingga membuat orang lain menjadi sakit hati dan jijik.
Cara-cara yang dapat digunakan untuk mengurangi stress yang merupakan efek dari
unit perawatn kritis ini adalah meperbaiki pola pikir agar menjadi asertif, melakukan
pertemuan-pertemuan kelompok dan perbaikan dalam hal manajamen unit perawatan
kritis.
B. Saran
Diharapkan bagi para pembaca khususnya perawat di unit perawatan kritis agar mau
mengenali diri sendiri sehingga akan mampu lebih mengenal hal-hal yang perlu
dipertahankan, diperbaiki dan ditingkatkan dalam upaya meningkatkan kemampuan
dalam perawatan di unit keperawatan kritis tanpa mengalami banyak kendala serta
stress yang banyak terjadi. Karena bagaimanapun juga, apa yang dimiliki oleh
29
DAFTAR PUSTAKA