Radiasi Pengion
Radiasi Pengion
PENDAHULUAN
1
radiasi pengion pada sistem biologik manusia adalah besar dosis,
lama/tidaknya terpapar radiasi serta tingkat radiosensisitif sel/ jaringan. Efek
patologis yang bergantung pada dosis dengan batasan tertentu atau dosis
ambang disebut efek deterministik, contohnya adalah erytema pada kulit.
Sedangkan pengaruh patologis yang timbul akibat dari adanya paparan radiasi
disebut efek stokastik yang bergantung pada probabilitas tertentu yang tidak
mengenal dosis ambang dan makin besar dosis yang diterima makin besar
kemungkinan efek tersebut muncul. Efek ini biasanya muncul akibat
kerusakan DNA yang tidak dapat diperbaiki, contohnya adalah kanker yang
diinduksi oleh radiasi.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui defenisi dari radiasi pengion.
2. Mengetahui jenis dan mekanisme radiasi pengion.
3. Mengetahui interaksi radiasi pengion dengan materi.
4. Mengetahui efek radiasi pengion terhadap manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Defenisi Radiasi Pengion
Radiasi pengion ialah radiasi yang dapat menimbulkan ionisasi dan
eksitasi pada materi yang ditembusnya. Pada umumnya radiasi pengion hanya
disebut radiasi saja. Berbagai jenis radiasi pengion dikelompokkan
berdasarkan struktur atau sumbernya. Apabila radiasi pengion menembus
suatu materi, maka materi tersebut akan mengalami ionisasi atau eksitasi
dengan menyerap energi radiasi.
Radiasi elektromagnetik atau partikel yang mampu mengionisasi, baik
3
berlawanan dengan elektron. Partikel-partikel ini, karena massanya kecil dan
tidak bermuatan listrik, sulit berinteraksi dengan materi tetapi karena dapat
mengionisasi disebut radiasi pengion tak langsung.
4
2.3 Interaksi dengan Materi
Pada saat menembus materi sebagian radiasi pengion diteruskan,
sebagian dihamburkan, sebagian diserap, dan apabila energi radiasi cukup
kuat akan terjadi reaksi ionisasi yaitu terlepasnya elektron dari atom atau
molekul. Apabila energi radiasi hanya cukup untuk memindahkan elektron
dari orbit dalam ke orbit yang lebih luar maka tidak akan terjadi ionisasi,
tetapi hanya terjadi eksitasi.
5
Setelah terjadi ionisasi atau eksitasi, atom atau molekul akan
mengalami disintegrasi menjadi ion dan menghasilkan radikal bebas. Molekul
ion yang terbentuk akan mengalami perubahan struktur bila bereaksi dengan
molekul lain yang tidak mengalami ionisasi atau eksitasi. Reaksi kimia yang
berlangsung pada proses reaksi kimia berikutnya disebut reaksi tidak
langsung. Interaksi antara radiasi dengan materi sangat bergantung pada jenis
dan energi radiasi.
6
Pada saat kembali pada kondisi stabil atom yang mengalami eksitasi
akan memancarkan foton (cahaya) karena terjadinya efek fluoresensi. Radiasi
mengakibatkan terjadinya proses penghitaman film, mengakibatkan
perubahan struktur polimer, seperti polietilen, mengakibatkan terjadinya
proses polimerisasi pada molekul monomer dan lain-lain. Hal ini semua
terjadi karena efek ionisasi dan atau eksitasi. Demikian pula proses ionisasi
dan eksitasi akan terjadi pada makhluk hidup bila terkena radiasi (misalnya
efek sterilisasi). Proses meradiasi materi dengan radiasi pengion disebut
iradiasi. Berbagai macam penggunaan iradiasi ditampilkan pada Tabel di
bawah ini.
7
menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti
pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya.
Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan
inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel
yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel.
Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang
disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai
tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan
dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom
manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang
merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid)
yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.
8
Radikal bebas yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan
suatu molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga
berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari
tempat pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya
dibandingkan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan
biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang
timbul akan mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam
kapasitas tertentu. Perubahan biokimia yang terjadi yang berupa
kerusakan pada molekul-molekul biologi penting tersebut
selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak
mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan
kematian sel. Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel
menghasilkan suatu efek biologik dari radiasi yang bergantung
pada jenis radiasi, dosis, jenis sel lainnya.
9
2.3.4 Radiasi dengan Kromosom
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang
dihubungkan satu sama lain dengan suatu penyempitan yang
disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik
pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi
kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47
buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan
genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan
kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar
dengan meningkatnya dosis radiasi. Aberasi kromosom yang
mungkin timbul adalah (1) fragmen asentrik, yaitu patahnya lengan
kromososm yang tidak mengandung sentromer, (2) kromosom
cincin, (3) kromosom disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua
sentromer dan (4) translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau
pertukaran fragmen dari dua atau lebih kromosom. Kromosom
disentri yang spesifik terjadi akibat paparan radiasi sehingga jenis
aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter biologic yang dapat
diamati pada sel darah limfosit, yang merupakan salah satu jenis sel
darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom
bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis, dan
lainnya.
10
perubahan. Bila tingkat kerusakan sel sangat parah atau perbaikan
tidak berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang paling
sensitive terhadap pengaruh radiasi adalah sel yang paling aktif
melakukan pembelahan dan tingkat differensiasi (perkembangan/
kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak
akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang
tinggi.
11
Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya
proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan
yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi
pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang
diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa
saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan
meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang
bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati
dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian
adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini
menjadi 100%.
Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada
tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak
membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel
yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan
tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat
proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi
secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan
muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin
besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya
tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami
perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan
diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan.
Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu
yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat
toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau
kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan
efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi,
namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.
12
Apabila kita terkena radiasi dari luar tubuh maka kita menyebutnya
sebagai radiasi eksterna. Partikel alpha, beta, sinar gamma, sinar-X dan
neutron adalah jenis radiasi pengion, tetapi tidak semua memiliki potensi
bahaya radiasi eksterna. Partikel alpha memiliki daya ionisasi yang besar,
sehingga jangkauannya di udara sangat pendek (beberapa cm) dan dianggap
tidak memiliki potensi bahaya eksterna karena tidak dapat menembus lapisan
kulit luar manusia. Partikel beta memiliki daya tembus yang jauh lebih tinggi
dari partikel alpha. Daya tembus partikel beta dipengaruhi besar energi.
Partikel beta berenergi tinggi mampu menjangkau beberapa meter di udara
dan dapat menembus lapisan kulit luar beberapa mm. Oleh karena itu, partikel
beta memiliki potensi bahaya radiasi eksterna kecil, kecuali untuk mata.
Sinar-X dan sinar gamma adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang pendek dan meiliki kemampuan menembus semua organ tubuh,
sehingga mempunyai potensi bahaya radiasi eksterna yang signifikan.
Neutron juga memiliki daya tembus yang sangat besar. Neutron melepaskan
energi didalam tubuh karena neutron dihamburkan oleh jaringan tubuh,
Neutron memiliki potensi bahaya radiasi eksterna yang tinggi sehingga
memerlukan penanganan yang sangat hati-hati. Jika zat yang memancarkan
radiasi berada di dalam tubuh, kita sebut dengan radiasi interna. Partikel alpha
mempunyai potensi bahaya radiasi interna yang besar karena radiasi alpha
mempunyai daya ionisasi yang besar sehingga dapat memindahkan sejumlah
besar energi dalam volume yang sangat kecil dari jaringan tubuh dan
mengakibatkan kerusakan jaringan disekitar sumber radioaktif. Partikel beta
mempunyai potensi bahaya radiasi interna yang tingkatannya lebih rendah
dari alpha. Karena jangkauan partikel beta didalam tubuh jauh lebih besar
13
dari partikel alpha di dalam tubuh, maka energi beta akan dipindahkan dalam
volume jaringan yang lebih besar. Kondisi ini mengurangi keseluruhan efek
radiasi pada organ dan jaringan sekitarnya. Sinar gamma memiliki daya
ionisasi yang jauh lebih rendah dibandingkan alpha dan beta, sehingga
potensi radiasi internanya sangat rendah.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Radiasi pengion ialah radiasi yang dapat menimbulkan ionisasi dan
eksitasi pada materi yang ditembusnya. Radiasi elektromagnetik atau partikel
yang mampu mengionisasi, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dalam lintasannya menembus materi disebut radiasi pengion.
Radiasi a, b (elektron atau positron), g, dan neutron ialah radiasi
pengion yang dihasilkan dari inti atom yang mengalami transformasi inti. Inti
atom yang mengalami transformasi (peluruhan) ialah inti atom yang bersifat
tidak stabil, dan radiasi pengion yang dipancarkannya disebut radiasi pengion
nuklir.
Pada saat menembus materi sebagian radiasi pengion diteruskan,
sebagian dihamburkan, sebagian diserap, dan apabila energi radiasi cukup
kuat akan terjadi reaksi ionisasi yaitu terlepasnya elektron dari atom atau
molekul. Apabila energi radiasi hanya cukup untuk memindahkan elektron
dari orbit dalam ke orbit yang lebih luar maka tidak akan terjadi ionisasi,
tetapi hanya terjadi eksitasi.
Apabila kita terkena radiasi dari luar tubuh maka kita menyebutnya
sebagai radiasi eksterna. Partikel alpha, beta, sinar gamma, sinar-X dan
neutron adalah jenis radiasi pengion, tetapi tidak semua memiliki potensi
bahaya radiasi eksterna. Partikel alpha memiliki daya ionisasi yang besar,
sehingga jangkauannya di udara sangat pendek (beberapa cm) dan dianggap
tidak memiliki potensi bahaya eksterna karena tidak dapat menembus lapisan
kulit luar manusia.
3.2 Saran
Penulis sadari bahwa makalah ini banyak kekurangannya dan penulis
harapkan masukan-masukan dari pembaca ataupun kritikan-kritikannya agar
makalah ini bisa lebih sempurna. Penulis sangat berharap sekali kritikannya.
DAFTAR PUSTAKA
15