Anda di halaman 1dari 26

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pneumonia

2.1.1 Anatomi

Gambar 1.1. Anatomi Sistem Respiratori (Pernapasan) dan Spektrum

Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Paru-paru terdiri dari ribuan bronkhi yang masing-masing

terbagi lagi menjadi bronkhioli, yang tiap-tiap ujungnya berakhir

pada alveoli. Di dalam alveoli terdapat kapiler-kapiler pembuluh

darah dimana terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida.

Ketika seseorang menderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan

mengisi alveoli tersebut dan menyebabkan kesulitan penyerapan

oksigen sehingga terjadi kesukaran bernapas.


11

2.1.2 Definisi

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru.

Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)

dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi

dll).1Pneumonia adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan

konsolidasi.2 Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan

oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan

benda asing.3

2.1.3 Epidemiologi

Di Indonesia, Pneumonia masih merupakan masalah besar

mengingat angka kematian akibat penyakit ini masih tinggi.

Berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) 2012,

Angka kematian bayi 32/1.000 kelahiran hidup, angka kematian

balita 40/ 1.000 kelahiran h idup, lebih dari kematian balita pada

tahun pertama kehidupan, t erbanyak s aat n eo natus. Hasil survey

Sistem Registrasi Sampel (SRS) oleh Balitban gkes tahun 2014

menyebutkan proporsi kematian Pneumonia pada balita yaitu 9,4%.

Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi Pneumonia semua

umur sebesar 4.50% sedangkan Period Prevalence Pneumonia

balita adalah 1.85%, menurun dibanding angka tahun 2007

(2.13%).
12

Berdasarkan kelompok umur, Period Prevalence Pneumonia yang

tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat

pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada kelompok umur

berikutnya. Balita Pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil.

Lima besar yang mempunyai insiden pneumonia balita tertinggi

adalah Nusa Tenggara Timur (3.85%), Aceh (3.56%), Kepulauan

Bangka Belitung dan Sulawesi Barat (3.48%), Kalimantan Tengah

(3.27%).

2.1.4 Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan karena infeksi berbagai

bakteria, virus dan jamur. Namun, penyakit pneumonia yang

disebabkan karena jamur sangatlah jarang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 70% penyakit pneumonia disebabkan oleh

bakteria. Sulit untuk membedakan penyebab pneumonia karena

virus atau bakteria. Seringkali terjadi infeksi yang didahului oleh

infeksi virus dan selanjutnya terjadi tambahan infeksi bakteri.

Kematian pada pneumonia berat, terutama disebabkan karena

infeksi bakteria.4

Bakteri penyebab pneumonia tersering adalah Haemophilus

influenzae (20%) dan Streptococcus pneumoniae (50%). Bakteri

penyebab lain adalah Staphylococcus aureaus dan Klebsiella

pneumoniae. Sedangkan virus yang sering menjadi penyebab

pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV) dan influenza.


13

Jamur yang biasanya ditemukan sebagai penyebab pneumonia pada

anak dengan AIDS adalah Pneumocystis jiroveci (PCP). 4

Pada Bayi baru lahir, pneumonia seringkali terjadi karena

aspirasi, infeksi virus Varicella-zoster dan infeksi berbagai bakteri

gram negatif seperta bakteri Coli, TORCH, Streptokokus dan

Pneumokokus. Pada Bayi, pneumonia biasanya disebabkan oleh

berbagai virus, yaitu Adenovirus, Coxsackie, Parainfluenza,

Influenza A or B, Respiratory Syncytial Virus (RSV), dan bakteri

yaitu B. streptococci, E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella, S.

pneumoniae, S. aureus, Chlamydia. Pneumonia pada batita dan

anak pra-sekolah disebabkan oleh virus, yaitu: Adeno,

Parainfluenza, Influenza. 4

2.1.5 Patofisiologi

Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan

pernafasan secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia

dapat di bagi atas 4 stadium, yaitu : (1) stadium kongesti: kapiler

melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat

jernih, bakteri dalam banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. (2)

stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi

padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada

perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit

neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Sttadium

ini berlangsung sangat pendek. (3) stadium hepatisasi kelabu: lobus


14

masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu.

Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi

fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus.

Kapiler tidak lagi kongestif. (4) stadium resolusi: eksudat

berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit

mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan

menghilang. Secara patologi anatomi brokopneumonia berbeda dari

pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak

stadium khas ini tidak terlihat.3

2.1.6 Klasifikasi
klasifikasi pneumoniaberdasarkan adanya batuk dan atau

kesukaran bernapas disertai peningkatan frekuensi napas seuai

kelompok umur yakni:5

Kelompok umur 2 bulan - 5 Tahun:

1). Pneumonia berat, selain batuk atau sukar bernapas tanda

penyerta lain yaitu tarikan dinding dada bagian bawah kedalaman

(chest indrawing) dan saturasi oksigen <90.

2) Pneumonia, selain ditandai dengan batuk atau sukar bernapas,

tanda penyerta lainnya yaitu napas cepat sesuai golongan umur.

Umur 2 Bulan - < 1 Tahun irama napas sama dengan 50 kali atau

lebih/menit sedangkan untuk umur 1 - <5 Tahun irama napasnya 40

kali atau lebih/menit


15

3) Bukan Pneumonia, hanya ditandai dengan batuk dan atau sukar

bernapas tidak ada tanda penyerta lain yakni tidak ada napas cepat

dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam.

2.1.7 Manifestasi Klinis

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak

berkisar antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan

saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan

mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di

RS.

Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis

pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik,

mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-

kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan

prosedur diagnostik invasif, etiologi noninfeksi yang relatif lebih

sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada

anak merupakan faktor prnting yang menyebabkan karakteristik

penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam

tatalakssana pneumonia.
16

Gambaran klinis pneumonia pada bayi da anak bergantung

pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai

berikut:

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah,

mlaise, penurunan napsu makan, keluhan gastrointestinal

seperti mual, muntah atau diare; kadang-kadang ditemukan

gejala infeksi ekstrapulmoner.


Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas,

retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger,

merintih dan sianosis

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti

pekak perkusi, suara napas melemah dan ronki. Akan tetapi pada

neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam

dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru

umumnya tidak ditemukan kelainan. (buku respirologi merah).5

2.1.8 Penatalaksanaan

A. Pemberian antibiotik oral

Berikan antibiotik oral pilihan pertama amoksisilin,

dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan

murah. Antibiotik pilihan kedua eritromisisn.


17

Antibiotik diberikan selama 3 hari. Khusus untuk daerah

prevalens HIV tinggi, antibiotik diberikan 5 hari. Jangan

memberikan antibiotik bila anak atau bayi memiliki riwayat

anafilaksis atau reaksi alergi sebelumnya terhadap jenis obat

tersebut. Gunakan jenis antibiotik lain. Kalau tidak mempunyai

antibiotik yang lain maka rujuklah.

Tabel 2.1 Dosis antibiotik untuk anak usia 2 60 bulan dengan pneumonia

Kategori Umur / Berat Amksisilin Amoksisili Eritromisi


pneumonia badan tablet n sirup n sirup
(250mg) 125mg 125mg
dalam 5ml dalam 5ml
(sendok (sendok
takar) takar)
Dengan napas 2-12 bulan (4 2x1 2 x 10 ml 3 x5
cepat - <10kg) tablet / hr ml

12 bulan 5 2x2 2 x 20 ml
tahun (10 tablet / hr 4 x 10
19kg) ml

B. Pengobatan demam

Anak dengan demam tinggi bisa diturunkan dengan

parasetamol sehingga anak akan merasa lebih enak dan makan

lebih banyak. Anak dengan pneumonia akan lebih sulit bernapas

bila mengalami demam tinggi. Beritahukan ibunya untuk

memberikan parasetamol tiap 6 jam dengan d osis yang sesuai

(lihat tabel 5.3) sampai demam mereda. Berikan parasetamol

kepada ibu untuk 3 hari. Beritahukan ibu untuk anak yang

demam berilah pakaian yang ringan. Tak perlu dibungkus


18

selimut terlalu rapat atau pakaian yang berlapis, sebab justru

akan menyebabkan tidak enak dan menambah demam.

Tabel 2.2 Dosis Parasetamol

Umur / Berat Tablet 500mg Tablet 100mg Sirup 120mg/5ml

badan
2 bulan - <6 bulan 1 2,5 ml

(4 - <7kg) sendok takar


6 bulan - <3 tahun 1 5ml

(7 - <14kg) 1 sendok
3 tahun 5 tahun 2 7,5 ml

(14 19kg) 1 sendok

C. Pengobatan mengi (wheezing)


Pada kelompok umur 2 bulan s .d. 59 bulan : Wheezing paada
kelompok umur ini. perlu ditentukan apakah episode pertama atau
sudah berulang. Bila sudah berulang kemungkinan besar
wheezingnya karena asma. Bila episode pertama kemungkinan
karena Pneumonia. Bila ada keraguan lakukan nebulisasi
bronkodilator dan dinilai responsnya untuk menentukan apakah ini
pneumonia atau asma.
Bronkodilator kerja cepat
Berikan dengan salah satu cara berikut:
a. Salbutamol nebulisasi
b . Salbutamol dengan MDI (metereddoseinhaler) d engan spacer
c. Jik a kedua cara tidak tersedia, beri suntikan e pinefrin (a
drenalin) secara Subkutan

A. Salbutamol nebulasasi
19

Tuangkan obat bronkodilator ke dalam mangkuk nebulizer. Bila


perlu tambahkan
NaCl 0,9% untuk memenuhi volume isi yang biasanya sekitar 5 ml.

B. Salbutamol MDI (metered dose inhaler) dengan alat spacer


Pada anak kecil penggunaan MDI harus dibantu dengan alat spacer
berkatup. Penggunaan MDI de ngan spacer hasilnya m inimal sama
baiknya
dengan penggunaan n ebulazer.
Langkah-langkah penggunaan M D I spacer :
- Kocok MDI 3-4kali, buka tutupnya masukkan Mouthpiece ke dalam
lubang spacer .
- Semprotkan 1 puff ke dalam spacer
- Pasangkan masker spacer menutupi hidung dan mulut pasien
- Lihat gerakan napas pasien bila sudah bernapas 6- 10 kali obat dalam
spacer sudah terhirup
- Tindakan yang sama lakukan sekali lagi saat itu juga
- Jika spacer komersial tidak tersedia, spacer dapat digantikan dengan gelas
plastik atau botol plastik 1 liter yang dilubangi pangkalnya sesuai dengan
ukuranmouthpiece MDI

D. Pengobatan dan tindakan berdasarkan klasifikasi :

a. Pneumonia berat
- Beri oksigen maksimal 2-3 liter per menit
- Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
- Rujuk segera ke RS
- Obat wheezing bila ada

b. Pneumonia
- Berikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali per hari untuk 3 hari
- Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
- Apabila batuk >14 hari rujuk
- Apabila wheezing berulang rujuk
- Nasihati kapan kembali segera
- Kunjungan ulang dalam 3 hari
- Obati wheezing bila ada
c. Batuk bukan pneumonia
20

- Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman


- Apabila batuk > 14 hari rujuk
- Apabila wheezing berulang rujuk
- Kunjungan ulang dalam 5 hari bila tidak ada perbaikan
- Obati wheezing bila ada
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pneumonia

2.2.1 Pengetahuan

a) Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.


Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau segala

sesuatu yang diketahui yang berhubungan dengan hal

kesehatan. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat

pentingdalammembentuk tindakan seseorang.6


b) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam dominan kognitif

mempunyai 6 tingkatan, yakni :

a) Tahu (know)
Tahu diartikan mengingat sesuatu materi yang

dipelajari sebelumnya. Tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah

diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.
b) Memahami (comprehension)
21

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuann

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.


c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah di pelajari pada

situasi atau kondanisi yang sebenarnya


d) Analisa (Analisys)
Analisa merupakan kemampuan menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen

komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


e) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menujukkan pada suatu kemampuan

meletakkan atau menghubungkan bagian bagian

ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dan formulasi formulasi

yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dnegan kemampuan objek

untuk menyusun jastifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. (buku skripsi teh opet)


c) Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

sekeloh dan berlangsung seumur hidup.


22

2) Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek sehingga menhasilkan perubahan atau

peningkatan pengatahuan. Majunya teknologi akan

tersedian bermacam macam media masa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi

baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media masa seperti televisi, surat kabar, radio, majalah,

dan lain lain yang mempunyai pengaruh besar

terhadap oponi dan kepercayaan orang.


3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang orang

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik

atau buruk dengan demikan seseorang akan bertambah

penegtahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya

suatu fasilitas yang diperlukaj untuk kegiatan tertentu,

singga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, mampun

sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena


23

adanya interaksi timabl balik ataupun tidak akan di

respon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.


5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengatahuan adalah suatu

cara untuk memperole kebenaran pengatahuan dengan

cara memngulang kembali pengetahuan yang diperoleh

dalam memecahkan masalah yang di hadapi masa lalu.

Pengalaman belajar dalam bekerja yang di kembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional

serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan

yang merupakn manifestasi dari keterpaduan menalar

sevara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata

dalam bidang kerjanya.


6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola

fikir seseorang semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik.

Penelitian dari Intan Silviana tahun 2014 bahwa

pengetahuan ibu mengenai pengetahuan Tentang Penyakit

ISPA di PHPT Muara Angke yaitu kurang baik (51,4%)

2.2.2 Imunisasi Campak dan DPT

1. Penyakit Campak
24

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang

disebabkan virus, menyerang hampir semua anak-anak berumur <

15 tahun melalui saluran napas. Masa inkubasi antara 8-13 hari

atau rata rata 10 hari, sedangkan diagnose dapat ditegakkan dengan

melihat gejala klinis yang khas yaitu demam tinggi, mata merah,

batuk, rewel dan tidak mau makan, radang tenggorokan dan

seluruh tubuh terdapat ruam kemerahan yang muncul pertama kali

dari belakang telinga. Pneumonia merupakan komplikasi yang

paling sering dijumpai pada penyakit campak.

Menurut Prof. Umar Fahmi Achmadi, penyakit campak

adalah penyakit menular yang bersifat akut dan menular lewat

udara melalui system pernafasan, terutama percikan ludah (atau

cairan yang keluar ketika seseorang bersin, batuk, atau berbicara)

seorang penderita. Penyakit campak disebabkan oleh virus yang

masuk ke dalam genus Morbilivirus dan keluarga

Paramyxoviridae. Masa inkubasi penyakit campak adalah berkisar

antara 10 12 hari, kadang-kadang bias juga 2 4 hari, dengan

gejala awal demam, malaise atau lemah, gejala conjungtivitis dan

coryza atau kemerahan pada mata seperti sakit mata, serta gejala

radang trakheo bronchitis yaitu tenggorokan saluran bagian atas,

suhu bisa mencapai 40.60C, timbul rash kemerahan yang muncul

di bagian wajah, forehead dan hairline (wilayah kening hingga

sebatas rambut), telinga dan leher bagian atas, tangan serta seluruh
25

badan. Campak dapat menimbulkan komplikasi radang telinga

tengah, pneumonia atau radang paru, diare, encephalitis atau

radang otak. Secara klinis penyakit campak memiliki tiga stadium

atau tingkatan, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium

konvalesen.

a. Stadium Kataral

Pada stadium awal kataral berlangsung 4 5 hari disertai

gejala panas, malaise, batuk, fotofobia (takut terhadap suasana

terang atau cahaya), konjungtivitis dan koriza. Dan pada saat

menjelang akhir satidum ini timbul bercak berwarna putih kelabu

khas sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema, lokasinya

disekitar mukosa mulut .

b. Stadium Erupsi

Pada stadium erupsi gejala yang timbul adalah gejala batuk

yang bertambah serta eritema timbul dimana-mana.

c. Stadium Konvalesen

Pada stadium ini rash menjadi kehitaman (hiperpigmentasi,

dapat sembuh bila tidak terjadi komplikasi).

Penyakit campak menyebar merata di seluruh wilayah,

bersifat endemis, meningkat secara periodik dalam bentuk

outbreak. Hampir semua suseptibel akan terkena campak pada usia

muda, sehingga sebagian besar orang dewasa telah imun terhadap


26

penyakit campak. Hal ini disebabkan kepadatan penduduk dan

kondisi lingkungan yang belum memadai.

2. Imunisasi Campak

Imunisasi campak bertujuan memberikan kekebalan kepada

anak terhadap penyakit dan menurunkan angka kematian dan

kesakitan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I). Imunisasi campak bermanfaat

untuk mencegah penyakit campak. Dilakukan saat usia anak 9

bulan. Imunisasi campak dosis pertama diberikan kepada anak usia

9 bulan dan dosis kedua pada anak SD untuk menghilangkan

kelompok rentan. Kematian akibat campak biasanya terjadi pada

anak yang tidak diimunisasi maka untuk memberikan perlindungan

terhadap serangan campak, anak-anak yang rentan harus segera

mendapatkan imunisasi. Sekalipun sasaran imunisasi campak

adalah umur 9-11 bulan, namun di beberapa daerah sering terjadi

serangan campak sebelum anak berumur 9-11 tahun. Sehingga

perlu dipertimbangkan kembali umur sasaran yang tepat untuk

diberikan imunisasi.

d) Imunisasi DPT
Imunisasi DPT dapat mencegah penyakit difteri, pertusis

dan tetanus. Menurut UNICEF pemberian imunisasi dapat

infeksi yang dapat mengakibatkan pneumonia sebagai

komplikasi penyakit pertusis ini. Pertusis dapat di derita

oleh semua orang tetapi penyakit ini lebih serius bila terjadi
27

pada bayi. Oleh karena pemberian imunisasi DPT sangatlah

tepat untuk mencegah anak terhindar dari penyakit

pneumonia.
Penelitian dari Susi Hartati menunjukkan adanya hubungan

antara riawayat imunisasi DPT dengan kejadian pneumonia

p (0,032).

vaksinasi Untuk menc


penyaki
umur Wajib Dianjurkan
Lahir Hep B1 + Hepatitis B + Po
polio0
1 bulan Hepatitis B2 Hepatitis B
BCG + polio1 Tuberkulosis
polio
DpT 1 + Polio Difteri, pert
tetanus, polio
2 bulan Hib 1, pneumokokus Meningitis,
pneumonia
3 bulan Hepatitis B3 Hepatitis B
4 bulan DPT 2 + Polio Difteri, pert
3 tetanus, piolio
Hib 2, pneumokokus Meningitis,
pneumonia
6 bulan DPT 3 + Polio Hib3, pneumokkus Meningitis,
4 pneumonia
Influenza 1 influenza
9 bulan Campak 1 Campak (Morbi
15 bulan MMR 1 Mumps, Mo
Rubella
Hib+Pneumokokus Meningitis,
pneumonia
18 bulan DPT 4 + Polio Difteri, pert
5 tetanus, polio
Influenza 2 influenza
2 tahun tifoid tifoid
Hepatitis A Hepatitis A
5 tahun DPT 5 + Polio Difteri, pert
6 tetanus, polio
6 tahun Campak 2 campak
28

MMR 2 Mumps, mo
rubella
10 tahun Varisela Cacar air
12 tahun DT atau TT Difteri dan tetan

Penelitian ini sejalan dengan Ida Hariyanti menunjukkan

bahwa yang tidak mendapatkan imunisasi campak pada kelompok

balita yang menderita pneumonia lebih banyak(50%) dibandingkan

pada kelompok bukan pneumonia (36,0%). Hasil uji statistic

diperoleh nilai p value 0,045 (p <0.05), berarti pada = 0,05 dapat

disimpulkan ada hubungan signifikan antara imunisasi campak

dengan kejadian pneumonia pada balita.

2.2.3 ASI Ekslusif

a. Pengertian ASI Ekslusif


ASI ekslusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi

makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6

bulan.
b. Zat yang tekandung dalam ASI Ekslusif
Berikut ini aneka zat antivirus dan antibakteri yang tekandung

dalam ASI Ekslusif :


a. Lysozyme, tugasnya menghancurkan dinding sel

bakteri patogen, sekligus melindungi saluran

pencernaan bayi dan balita.


b. Bifidobakteri, bertugas mengasamkan lambung

sehingga bakteri patogen dan parasit tidak mampu

bertahan hidup.
29

c. Lactoferine, bertugas mengikat zat besi sehingga

bakteri patogen yang membutuhkan zat besi

dihancurkan, tidak mendapatkan suplai zat besi

sehingga mati.
d. Lactoperoksida, bersama unsur lainnya berperang

melawan serangan bakteri Streptococcus (yang

dapat menimbulkan gejala penyakit paru paru).

Pseudomonas, Escheria coli.


e. Makrofage, yang terkandung di dalam sel sel susu

ASI, berfungsi melindungi kelenjar susu ibu dan

saluran pencernaan bayi.


f. Manfaat ASI Ekslusif
Untuk ibu
- Menjarangkan kehamilan
- Memperkecil terjadinya kanker payudara
- Pemulihan ibu lebih cepat
- ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan

dan mensterilkan dot atau botol susu.

Untuk bayi

- Bayi yang mendapat ASI ekslusif akan tumbuh

optimal dan terbebas dari rangsangan kejang

sehingga menjadikan anak leboh cerdas dan

terhindar dari kerusakan sel sel saraf otak.


- Bayi yang mendapat ASI ekslusif memiliki sistem

peredaran darah yang leboh baik sehingga

kemungkinan kecil untuk terserang penyakit

jantung, dapat terlindungi dari beberapa penyakit


30

yang disebabkan oleh kuman, bakteri, virus,

maupun alergi dan memiliki kornea mata yang

sehat.
- Bayi mendapat terapi psikologis berupa ketenangan

dan kepuasan. Pelukan ibu membuat bayi

mendapatkan rasa aman atau nyaman seperti di

dalam rahim ibu. Hal ini sangat berpengaruh

terhadap perkembangan psikologis bayi karena ia

mendapatkan modal pembentukan kepercayaan diri

terhadap lingkungan.

Untuk keluarga

- Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang

seharusnya digunakan untuk membeli susu formula

dapat digunakan untuk keperluan lain. Penghematan

juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI

lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya

berobat.
- Aspek psikologis
Kebahagian bertambah karena kelahiran jarang

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat

mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.


- Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan

dimana saja
31

Penelitian ini sejalan dengan Ida Hariyanti bahwa

penelitian didapatkan yang tidak mendapatkan ASI ekslusif lebih

banyak pada kelompok pneumonia (54,4%) dibandingkan

kelompok control (37,7%). Nilai p value 0,017 (p<0,05) berarti ada

hubungan bermakna antara ASI ekslusif dengan kejadian

pneumonia pada balita.

2.2.4. Paparan polusi udara disekitar rumah

1. Adanya perokok

Merokok pasif, NO2 dari gas memasak atau pemanas

ruang, dan asap dari bahan bakar biomass adalah tiga

sumber polusi dalam rumah yang paling sering diselidiki

hubungannya dengan ISPA. Pajanan terhadap perokok,

(perokok pasif) hanya dihubungkan dengan mengakibatkan

risiko kesakitan pernafasan akut pada dua tahun pertama

usia kehidupan, dan ibu yang merokok kelihatannya lebih

penting dibanding ayah yang merokok. Pajanan ibu yang

merokok sigaret mendapatkan sekitar dua kali lipat risiko

penyakit saluran pernafasan bagian bawah pada dua tahun

pertama kehidupan. Bayi bayi yang terlahir dari orangt ua

perokok didalam air seninya (urin) ditemukan produk

samping nicotin yaitu cotinine yang besarnya lima kali lipat


32

dibandingkan dengan bayi bayi terlahir dari orang tua

bukan perokok. Sementara itu bayi yang ayahnya perokok

meningkatkan kadar cotinine yang tinggi dalam air seninya

hingga dua kali lipat. Asap rokok yang dihirup perokok

pasif disebut asap samping. Dari sebatang rokok didapat

asap samping 2 kali lebih banyak dari asap utama. Semakin

sering menghisap asap rokok akan rawan terkena infeksi

karena asap ini mengandung zat yang dapat menurunkan

kekebalan tubuh. Ada hubungan positif antara merokok dan

ISPA pada bayi usia kurang 1 tahun yang orang tuanya

perokok. Asap rokok dan asap dapur dapat merusak

mekanisme pertahanan paru sehingga mudah menderita

ISPA, terutama pada rumah yang ventilasinya kurang dan

dapur yang terletak dalam rumah dekat dengan kamar tidur,

tempat balita, dan anak balita main, sehingga dosis

pencemaran akan lebih tinggi

2. Tungku dalam rumah


Hampir separuh dari penduduk dunia menggunakan

bahan bakar biomassa (kayu bakar, arang, dll) untuk

kebutuhan sehari-hari umumnya di bakar ditempat

terbuka atau menggunakan tungku yang tidak layak.

Setiap hari wanita dan anak-anak terpapar dengan asap

dapur mereka melebihi ambang batas yang

diperkenankan. Beberapa studi di Negara berkembang


33

dilaporkan bahwa ada hubungan antara keterpaparan

polusi dalam rumah dengan pneumonia, Infeksi saluran

pernapasan atas dan infeksi telinga tengah. Dari hasil

penelitian diperoleh bukti ada hubungan antara ISPA

bawah dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan

risiko bronchitis, bronkopneumonia atau pneumonia

pada anak-anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi,

dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan

dan 6 tahun 10 tahun.

2.3 Kerangka Teori

Kejadian
pneumonia Pengetahuan ibu Balita sembuh
baik
Pengetahuan ibu
tentang
Pneumonia
Balita sakit,
Pengetahuan ibu mengakibatkan
kurang kesakitan dan
kematian

Gambar 2.1 Kerangka Teori


34

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe N, Nastiti. Supriyanto, Bambang. Buku Ajar Repirologi. Ikatan Dokter

Anak Indonesia:Jakarta:2012

2. Dorland, W.A. Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland: Jakarta: EGC 2011

3. Ilasan, rusepno, dr. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak:Jakarta:Universitas

Indonesia:Jilid 3 1985 ; 1228-1235

4. Endriani, Sayono. Buletin Jendela Epidemiologi. Journal. Volume 3:Jakarta,

september 2013

5. Richard E, Behrman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15, Volume 2.

Jakarta:EGC,2000.

6. Notoatmodjo, S. Pedidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

20003; 121-126

7. Intan, silviana. Hubungan pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA dengan

perilaku pencegahan ISPA pada balita di PHPT Muara Angke Jakarta Utara.

Journal Volume 11 no 3, september 2014


35

8. Ida, H. Hubungan imunisasi campak dengan kejadian pneumonia pada balita

usia 12- 59 bulan di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta. Fm UI, 2012

9. Hartati, S. Faktor resiko terjadinya pneumonia pada anak balita. Journal

keperawatan indonesia, volume 15 no 1. Maret 2012: hal 13-20

10. Purwanti, P. Konsep penerapan ASI Eksklusif. EGC: Jakarta 2004.

11. Widjaja. Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita.

Agromedia Pustaka: Jakarta, 2006

12. Kemenkes. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta:2015

Anda mungkin juga menyukai