Anda di halaman 1dari 14

I .

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pembenihan adalah salah satu bentuk unit pengembangan budidaya ikan.


Pembenihan ini merupakan salah satu titik awal untuk memulai budidaya. Ikan
yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar
kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Untuk dapat menghasilkan
benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat mesti
diimbangi dengan pengoptimalan penanganan induk dan larva yang dihasilkan
melalui pembenihan yang baik dan berkualitas. Pembenihan dengan ikut campur
tangan manusia atau fertilisasi buatan sudah dapat dilakukan pada berbagai jenis
ikan, khususnya bagi ikan yang penjualannya tinggi di pasaran diantaranya
komoditas ikan air tawar seperti lele, nila, gurami dan lain-lain.
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang
dan kulit licin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga,
waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak
mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan
berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim
penghujan ( Suyanto, 1991). Sehingga pemijahan ikan ini terkendala akan musim,
untuk itu pemenuhan akan bibit ikan lele yang bermutu dan sesuai dengan waktu
akan sulit terpenuhi.
Salah satu cara mengatasi masalah di atas dapat dengan pemijahan buatan
pada ikan lele. Pemijahan buatan dapat dengan pemberian hormon. Pemberian
hormon ini akan membantu fertilisasi ikan tanpa perlu terkendala musim sehingga
dapat dipijahkan kapanpun sesuai keinginan. Pemijahan semi alami dan buatan
dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan
ekstrak pituitari/hipofisa atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide,
LHRH atau yang lainnya). Ekstrak hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan
mas sebagai donor. Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1
kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg induk
(bila menggunakan donor ikan mas). Sedangkan Penyuntikan menggunakan
ovaprim atau ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml/kg induk (Sudarma, 2004).

1
Oleh karena itu praktikum tekhnologi pembenihan ikan ini sangat diperlukan
untuk menambah wawasan mahasiswa dalam mengetahui teknik-teknik dan hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pembenihan ikan. mulai dari seksualitas primer
dan sekunder ikan, teknik pembuatan ekstraksi kelenjar pituitary, teknik fertilisasi
buatan hingga pada penanganan dan perkembangan telur.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ( PKL) pembenihan ikan lele
secara buatan adalah ;

a. Untuk dapat mengetahui teknik pembenihan ikan lele secara buatan

b. Untuk dapat mengetahui perbedaan antara ikan jantan dan betina melalui
pengamatan pada seks primer dan sekunder ikan.

c. Untuk dapat mengetahui teknik penyuntikan pada ikan dan mengetahui dosis
ovaprim yang digunakan dalam proses pemijahan secara buatan

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

I.I Klasifikasi Ikan Lele

Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam
ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan
dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang
menyembul dari daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp.
yang berasal dari bahasa Yunani "chlaros", berarti "kuat dan lincah". Dalam
bahasa Inggris lele disebut dengan beberapa nama, seperti catfish, mudfish dan
walking catfish. Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa
(2004) yaitu sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias sp

Gambar 1 Morfologi ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)


(Sumber: Lovshin, L.)

B. Biologi Ikan Lele

Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam
hari dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele
dicirikan dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta
licin. Ikan Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin)

3
berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele
memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata
ikan lele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar.
Dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang
berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki
alat pernapasan tambahan yang dinamakan Arborescent. Arborescent ini
merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah
termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa
tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil
ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar.
Berikut kisaran parameter kualitas air untuk hidup dan pertumbuhan optimum
ikan lele menurut beberapa penelitian dalam Witjaksono (2009).

Tabel 1. Beberapa perbedaan ikan lele jantan dan betina

N Ikan Lele Jantan Ikan Lele Betina


o
1. Alat kelaminnya berbentuk Alat kelaminnya berbentuk bulat
2. meruncing, terletak di dekat telur, terletak di dekat lubang dubur
lubang dubur Ukuran kepala lebih besar
Ukuran kepalanya lebih kecil
3. Warna badannya kuning keputihan
Warna badannya lebih gelap
atau lebih cerah dari biasanya
Pada sirip punggungnya terdapat
Pada sirip punggungnya tidak
bintik-bintik berwarna hitam
4. dijumpai titik berwarna hitam.

Sumber Simanjutak (2001)

C. Pembenihan

Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan awal didalam budidaya. Tanpa


kegiatan pembenihan ini, kegiatan yang lain seperti pendederan dan pembesaran
tidak akan terlaksana. Karena benih yang digunakan dari kegiatan pendederan dan

4
pembesaran berasal dari kegiatan pembenihan, secara garis besar kegiatan
pembenihan meliputi : pemeliharaan induk, pemilihan induk siap pijah, pemijah

an dan perawatan larva (Khaeruman dan Amri, 2002).

Pembenihan adalah suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat


menentukan tahap kegiatan selanjutnya, yaitu pembesaran atau suau kegiatan
pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan benih dan selanjutnya benih
yang dihasilkan menjadi komponen input bagi kegiatan pembesaran (Effendi,
2004).

D. Teknik Pembenihan

1. Pengelolaan Induk
Induk ikan lele yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi harus
tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik kualitatif dan
kuantitatif yang baik berdasarkan pada morfologi, fekunditas, daya tetas telur,
pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh ketika
dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses seleksi yang ketat.
Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad.
Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara
praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata
dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan
warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.
Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi
dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan
banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan
betina dapat berimbang. Induk lele sangkuriang sebaiknya dipelihara secara
terpisah dalam kolam tanah atau bak tembok dengan padat tebar 5 ekor/m 2 dengan
air mengalir ataupun diam. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan
kandungan protein di atas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2 - 3% dari bobot
biomassa dengan frekuensi pemberian 3 kali per hari.

5
2. Persiapan Bak Pemijahan
Kolam yang digunakan berupa bak/kolam terpal berukuran (3,5 x 2 ) m3.
Sebagai tempat sarang, dibuat kotakan dari bahan yang sederhana dan mudah
diperoleh seperti batako yang disusun atau batu-batu bata dan kayu yang tidak
terpakai. Untuk tempat menempelnya telur, di dalam sarang disiapkan serat seperti
ijuk atau sabut kelapa yang disimpan rata menutupi seluruh permukaan dasar
sarang (Suyanto, 2000).
3. Seleksi Calon Induk
Menurut Suyanto (2000), tanda-tanda lele yang sudah siap memijah adalah
sebagai berikut:
1. Induk Jantan
a. Alat kelamin tampak jelas, meruncing
b. Umur 8 bulan
c. Perutnya tampak ramping, jika perut diurut akan keluar spermanya
d. Tulang kepala agak mendatar dibanding dengan betinanya
e. Jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap
lagi dari biasanya
2. Induk Betina
a. Alat kelaminnya bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak
membesar
b. Umur 8 bulan
c. Tulang kepala agak cembung
d. Gerakannya lamban
e. Warna badannya lebih cerah dari biasanya.
4. Pemijahan
Lele sangkuriang mulai dapat dijadikan induk pada umur (8 9) bulan
dengan berat minimal 500 gram. Pada perkawinannya, induk betina akan
melepaskan telur bersamaan dengan jantan melepaskan spermatozoa di dalam air
untuk membuahi telur. Telur akan menetas dalam tempo 24 jam setelah memijah.
Menurut pengalaman petani, di kolam ikan lele dapat memijah sepanjang tahun
tanpa mengenal musim (Suyanto, 2000).

6
Metode pemijahan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu secara alami dan secara buatan. Pemijahan secara alami yaitu pemijahan
yang dilakukan di kolam pemijahan sebagaimana ikan lainnya, sedangkan
pemijahan secara buatan yaitu dengan metode hipophysasi atau teknik rangsangan
ovulasi dengan cara pemberian hormon gonadotropin yang akan mematangkan
gonad. Pembuahannya dilakukan dengan cara diurut (streeping) hal ini dapat
mempercepat proses pemijahan (Effendi, 2004
Pemijahan buatan lele sangkuriang ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu
pemeliharaan induk, induk dipelihara dalam bak berukuran (3 x 4) m 2 dengan
kepadatan 5 kg/m2 dan setiap hari induk diberi pakan berupa pellet sebanyak 4%
dari bobot induk; pemberokan, pemberokan bertujuan agar kotoaran dan lemak
dalam tubuh induk terbuang dan selama pemberokan air harus tetap mengalir
sedangkan lama pemberokan yaitu (1 2) hari; penyuntikan, bila sudah diperoleh
induk yang matang gonad, langkah selanjutnya adalah penyuntikan hormon, bila
menggunakan hipopisa dosisnya 2 kg donor/kg induk, sementara bila
menggunakan ovaprim dosisnya 0,3 ml/kg induk; streeping, induk jantan dan
induk betina pada pemijahan ini harus dipisahkan. Setelah (10 12) jam dari
penyuntikan, induk betina siap di-streeping. Namun, sebelumnya sperma harus
sudah disiapkan dahulu dan jumlah jantan harus dua kali lebih banyak dari induk
betina. Telur yang keluar selanjutnya ditampung dalam wadah plastik dan pada
saat yang bersamaan dimasukan larutan sperma sambil diaduk-aduk hingga rata
dengan menggunakan bulu ayam. Bila telur banyak mengandung darah, bilas
campuran telur dan sperma tersebut dengan pemberian sodium klorida, penetasan
telur dilakukan di dalam bak terpisah yang dilengkapi hapa (Effendi, 2004).

5. Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan di dalam bak fiber yang berukuran 2 x 1 x 0,3
m3 dan ketinggian air sekitar 30 40 cm. Biasanya telur telur akan menetas
selama 1 2 hari setelah pemijahan pada suhu 25 - 30 0C (Susanto, 1989).

7
6. Pemeliharaan Larva
Selama perawatan larva lele sangkuriang ada beberapa kegiatan yang harus
dilakukan, diantaranya yaitu:
1. Pemberian pakan, selama masa pemeliharaan larva lele sangkuriang
diberikan pakan alami dan pakan tambahan. Pemberian pakan alami
disesuaikan dengan ukuran benih. Biasanya efektivitas pertumbuhan benih
yang memakan plankton alami berkisar 2 3 minggu sejak ditebar ke kolam.
Pakan tambahan diberikan dengan dosis 3 5% dari bobot populasi ikan dan
diberikan dua sampai tiga kali sehari, pemberiannya dimulai sejak hari kedua
setelah benih ditebar (Mujiman, 2000).
2. Pengontrolan air, kegiatan ini meliputi pergantian air dengan pengaturan
volume air dan penyiponan (Lukito, 2002).
3. Penyeleksian, ada dua cara yang dapat dilakukan dalam penyeleksian benih
yaitu penyeleksian manual dengan tangan dan penyeleksian dengan
menggunakan ayakan seleksi (Prihartono dkk, 2000).
4. Pengendalian hama penyakit, kegiatan ini meliputi pencegahan dan
pengobatan (Effendi, 2004).

8
III. METODE PELAKSANA

III.I Waktu dan Tempat

Kegiatan kegiatan praktek lapangan ini akan di laksanakan pada tanggal


22 februari - 22 april 2016 Di balai Benih ikan (BBI) Sungai Lilin Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Musi Banyuasin.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktek kerja
lapangan pembenihan ikan lele adalah sebagai berikut ;

Tabel. Alat yang digunakan dalam praktikum

No Nama Alat Fungsi


1 Bak Beton Untuk wadah pemeliharaan induk jantan
2 Kolam terpal Untuk wadah pemeliharaan induk betina
3 Akuarium Wadah penetasan telur
4 Heater Mengatur suhu
5 Aerator dan batu aerasi Untuk suplai oksigen
6 Substrat kaca Untuk pelekatan telur
7 Jarum karung Untuk alat menghitung telur
8 Spluit/alat suntik Untuk penyuntikan hormone
9 Bulu ayam Untuk pencampuran sperma dan telur
10 Pisau dan gunting Untuk mengambil sperma induk jantan
11 Baskom kecil dan Untuk wadah induk dan pencampuran sperma
baskom sedang dan telur
12 Handuk kecil Untuk memudahkan proses penyuntikan induk
13 Serok Untuk menangkap induk jantan dan betina
14 Talenan/baki Untuk wadah substrat kaca yang akan ditebar
telur
15 Gelas ukur 300 Untuk wadah sperma
16 Ikan lele

9
Tabel . Bahan yang digunakan pemijahan ikan lele secara buatan

Nama Bahan Fungsi

Induk ikan lele jantan dan betina Induk yang akan dipijahkan
Ovaprim Hormon perangsang ikan
larutan fisiologis (NaCL) Melarutkan/pengenceran dengan ovaprim
air Untuk media penetasan telur
Akuabidest Untuk meningkatkan pembuahan sperma dan
telur

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja praktek kerja lapangan pembenihan ikan lele meliputi ;

1. Pengelolaan Induk
Pengelolaan induk merupakan salah satu faktor utama untuk keberhasilan
dalam proses kegiatan teknik pembenihan lele sangkuriang, di dalam
pengelolaan induk kita perlu memperhatikan tahapan-tahapan dalam
pengelolaan induk diantaranya adalah; persiapan kolam, pemberian pakan,
pengelolaan kualitas air dan penanggulangan hama dan penyakit pada induk.
2. Persiapan Wadah Pemijahan
Wadah pemijahan yang digunakan berupa bak terpal, bak fiber, atau pun
bak beton dan dipasang penutup berupa jaring kawat agar tidak melompat
keluar dan tidak ada benda ataupun hewan lain masuk ke dalam bak
pemijahan tersebut. Wadah pemijahan yang dipakai berukuran 3,5 m x 2 m
dengan ketinggian air sekitar 25 - 30 cm.
Sebelum dilakukan pemijahan terlebih dahulu kolam tersebut dibersihkan,
lalu diisi air, selanjutnya dengan pemasangan kakaban yang berfungsi sebagai
substrat menempelnya telur. Dan kakaban tersebut diberi pemberat berupa
batu bata yang bertujuan agar kakaban tersebut tidak mengapung ke
permukaan kolam. Kakaban yang digunakan berukuran 1,1 m x 0,3 m,
dengan jumlah kakaban yang digunakan berjumlah 4 buah.

3. Seleksi Induk

10
Faktor penting dalam pembenihan lele yaitu kualitas induk yang
digunakan untuk dipijahkan, umur induk betina lele sangkuriang yang telah
siap dipijahkan berumur 1 tahun, massa 0,75 1,5 kg dengan panjang
standar 25 40 cm, dan tidak lebih dari 4 kali memijah, sedangkan induk
jantan antara lain yaitu berumur berumur 1 tahun, massa 0,75 1,5 kg
dengan panjang standar 30 40 cm.
Kondisi induk yang sehat dapat dilihat dari postur tubuh yang
proporsional, tidak ada cacat dan luka pada tubuh ikan, serta gerakan ikan
yang lincah. Induk diseleksi dengan cara melihat kondisi fisik secara
langsung. Induk betina yang diseleksi adalah induk yang mempunyai ciri-ciri
perut yang membesar ke arah anus dan lembek apabila diraba, alat kelamin
atau urogenital berwarna merah tua.
Telur yang telahmatang gonad berwarna kuning transparan, bentuknya
bundar dan ukurannya beragam, tidak mudah pecah apabila ditekan serta
posisi sel telur berada di tengah, sedangkan untuk induk jantan yang
terseleksi mempunyai cici-ciri alat kelamin yang menonjol dan berwarna
merah.
4. Pemijahan
Salah satu metode pemijahan yang digunakan yaitu pemijahan secara
buatan. Pemijahan dilakukan dengan melakukan seleksi induk yang sudah
matang gonad. Setelah induk terpilih lakukan penimbangan ( tujuannya agar
mudah menentukan dosis Hormone yang akan digunakan.
Setelah ditimbang lakukan perhitungan dosis hormon yang akan
disuntikan, (saya biasa pakai dosis. Ovaprim 0.3ml/Kg. dan Aquades 1ml/kg.
aquades fungsinya mengencerkan ovaprim. Setelah dosis didapat lakukan
penyuntikan induk jantan dan betina disuntik sesuai dengan dosis. letak posisi
penyuntikan di bagian punggung dengan kemiringan 450. usahakan larutan
ovaprim yang ada di spuid tidak ada gelembungnnya. penyuntikan dilakukan
bisa malam hari atau pagi hari jam 05.00. sebaiknya lakukan penyuntikan
pada pagi hari tujuannya pada waktu streeping bisa dilakukan pada siang hari.
Setelah disuntik masukkan induk tersebut ke ember secara terpisah antara
induk jantan dan betina dan biarkan selama kurang lebih 810 jam.

11
sekitar 8 jam induk di cek tingkat ovulasinya. apabila di dasar ember terlihat
ada telur berarti induk siap di streeping (di urut) untuk mengeluarkan telur.
apabila 8 jam masih belum terlihat adanya telur di dasar ember bisa dilakukan
pengurutan ke arah anus kalau keluarnya lancar berarti sudah siap.

setelah betina siap.

Lakukan pembedahan induk jantan untuk di ambil spermanya, selanjutnya


sperma dicuci dari darah menggunakan NaCL. lalu di lap menggunakan
tissue. Lakukan pengguntingan atau dicacah lalu tampung di mangkok sambil
di encerkan menggunakan NaCL 100ml. (catatan Tangan basuh terlebih
dahulu dengan larutan NaCL supaya steril dari air. mangkok juga harus kering
jangan ada air.)
Ambil induk betina Lakukan Proses Streeping Untuk dikeluarkan telurnya
tampung pada mangkok atau baskom. untuk memegang induk agar diam
pakai handuk setengah kering. lakukan pengurutan sampai telur habis.
( catatan apabila pengurutan tidak lancar jangan dipaksakan itu bisa
mengakibatkan keluar darah. )
Setelah telur siap dibuahi sperma. masukan Sperma yang ada pada
mangkok tadi kepada mangkok atau baskom yang sudah berisi telur. aduk
hingga rata menggunakan bulu ayam secara perlahan.
setelah merata telur di tebar di bak/ aquarium yang sudah berisi kakaban atau
jenis lainnya yang bisa dipakai untuk menempel telur. untuk penebaran telur
jangan sampai menumpuk kalau menumpuk dapat menghambat proses
penetasan. Telur akan menetas selam 24 jam30 jam tergantung pada suhu air.

IV. RENCANA KEGIATAN

12
Kegiatan yang akan dilakukan selama praktek lapangan secara garis besar

meliputi kegiatan pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan

benih dan kultur pakan alami, serta kegiatan penunjang lainnya yang berkaitan

dengan penyediaan wadah, air dan energi. Secara rinci, kegiatan tersebut tertera

pada kerangka (outline) isi laporan di bawah ini.

Minggu ke

N
1 2 3 4 5 6 7 8
Kegiatan
o
1 Observasi
a. Lokasi
b. Organisasi
c. Fasilitas
2 Kegiatan pembenihan
a. Persiapan
b. Pemeliharaan Induk
c. Pemijahan
d. Penetasan Telur
e. Pemeliharaan Benih
f. Kultur Pakan Alami

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T. T. dan Indarto, N. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Lele.


Yogyakarta.
Anonimus. 2005. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi

Anonimus. 2007. Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp). http://www.dkp.go.id/


content.php?c=2558

13
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Modul Pelatihan Penguatan
Kemampuan Dan Bakat Siswa (Life Skill); Pembenihan Ikan Lele Dumbo
Sangkuriang (Clarias gariepinus). Pemerintah Kota Sukabumi. Dinas
Pendidikan Dan Kebudayaan. Sukabumi. Hal 1-3.
Direktorat Pembudidayaan. 2005. Budidaya Lele Sangkuriang. Direktorat
Pembudidayaan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal 1-13.

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur . Penebar Swadaya. Jakarta

Hernowo dan S. R. Suyanto. 2004. Pembenihan dan Pembesaran Lele di


Pekarangan, Sawah dan Longyam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lukito, AM. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta

Mujiman, A. 2000. Pakan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta

Prihartono ER, Rasidik J, Arie U. 2000. Mengatasi Permasalahan Budidaya


Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta.

Simanjutak, RH. 1989. Pembudidayaan Ikan Lele Sangkuriang dan Dumbo.


Bharatara. Jakarta

Sunarma. Pembenihan Lele Sangkuriang http://sunarma.net/2008/09/


pembenihan-lele-sangkuriang-iii/. Diakses tanggal 30 Oktober 2010

Susanto, H.1989. Budidaya Ikan Lele. Kanisius. Yogyakarta

Suyanto, R. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar. Swadaya. Jakarta

Wijaya, B. 2011. Panduan Praktis dan Lengkap Budidaya Lele Sangkuriang.


Galmas Publisher. Klaten

(http://sunarma.net/2008/09/pembenihan -lele-sangkuriang-iii/)

14

Anda mungkin juga menyukai