MATEMATIKA DISKRIT
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah saya dapat menyelesaikan
penyusunan modul mata kuliah Matematika Diskrit ini meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap modul ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai mata kuliah Matematika Diskrit. Modul
ini disusun untuk dimanfaatkan dalam kalangan sendiri, semata-mata hanya untuk
membantu mahasiswa STKIP Muhammadiyah Pagaralam untuk mendapat ilmu
pengetahuan, meningkatkan kompetensinya, dan mempermudah dalam mempelajari
materi yang ada pada mata kuliah Matematika Diskrit. Bahan mata kuliah
Matematika Diskrit yang disajikan di dalam modul ini meliputi: logika, himpunan,
relasi, aljabar Boolean, dan metode peta Karnaugh. Pada akhir setiap bab, selalu
diberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan di rumah.
Semoga modul sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam modul ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik, saran dan usulan yang
membangun dari Anda demi perbaikan modul yang telah saya buat di waktu yang
akan datang.
Matematika diskrit adalah salah satu cabang ilmu matematika yang mempelajari dan
mengkaji objek-objek diskrit. Suatu objek disebut diskrit jika terdiri dari sejumlah berhingga
elemen yang berbeda atau elemen-elemennya tidak bersambungan (unconnected). Lawan
kata diskrit adalah kontinyu (continuous) atau terus-menerus.
Materi matematika diskrit dimulai dari pokok bahasan logika. Logika merupakan studi
penalaran (reasoning). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan definisi penalaran,
yaitu cara berpikir dengan mengembangkan sesuatu berdasarkan akal budi dan bukan dengan
perasaan atau pengalaman. Pelajaran logika difokuskan pada hubungan antara pernyataan-
pernyataan (statements).
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami pengertian dari
pernyataan, pernyataan gabungan, tautologi dan kontradiksi, kesetaraan logis, aljabar
proposisi, implikasi dan bi-implikasi, inferensi, dan argumen.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian dari suatu pernyataan;
2. menjelaskan macam-macam pernyataan gabungan;
3. menjelaskan perbedaan tautologi dan kontradiksi;
4. membuktikan kesetaraan antara dua pernyataan;
5. menerapkan hukum-hukum aljabar proposisi;
6. menjelaskan pengertian dari implikasi dan bi-implikasi;
7. menjelaskan macam-macam inferensi;
8. membuktikan kesahihan argumen.
1[Logika]
A. PERNYATAAN
Logika proposisi sering juga disebut logika matematika ataupun logika deduktif.
Logika proposisi berisi pernyataan-pernyataan (dapat tunggal maupun gabungan).
Pernyataan adalah kalimat deklarasi yang dinyatakan dengan huruf-huruf kecil,
misalnya: p, q, r, s. Pernyataan berisi sifat dasar yaitu dapat bernilai benar (pernyataan benar)
atau bernilai salah (pernyataan salah), tetapi tidak mungkin memiliki sifat kedua-duanya.
Kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan dinamakan nilai kebenaran dari suatu
pernyataan tersebut.
Contoh 1.1
1. 6 adalah bilangan genap merupakan pernyataan yang benar.
2. Ibu kota Provinsi Jawa Barat adalah Semarang merupakan pernyataan yang salah.
3. Astaga, mahal sekali harga nootbook itu adalah kalimat keheranan, bukan pernyataan.
B. PERNYATAAN GABUNGAN
Beberapa pernyataan dapat digabung dengan kata penghubung dan, atau, tidak/bukan,
serta variatifna, yang selanjutnya disebut pernyataan gabungan atau pernyataan majemuk
atau compound statement.
Macam-macam pernyataan gabungan.
1. Konjungsi
Definisi 1.1. Konjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan kata
penghubung dan.
Notasi-notasi konjungsi: p q, p x q, p.q, pq.
2[Logika]
Tabel 1.1 Tabel Kebenaran Konjungsi
p q pq p q
T T T T T T
T F F atau T F F
F T F F F T
F F F F F F
Contoh 1.2
p = sistem analog adalah suatu sistem dimana tanda fisik/ kualitas, dapat berbeda secara
terus-menerus melebihi jarak tertentu adalah pernyataan benar.
q = sistem digital adalah suatu sistem dimana tanda fisik/ kuantitas, hanya dapat
mengasumsikan nilai yang berlainan adalah pernyataan yang benar.
r = sistem bilangan desimal adalah sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital
adalah pernyataan yang salah.
s = aljabar linear adalah alat matematika dasar untuk disain logika adalah pernyataan salah.
Maka:
pq adalah konjungsi yang benar karena p benar, q benar.
qr adalah konjungsi yang salah karena q benar, r salah.
r . s adalah konjungsi yang salah karena r salah, s salah.
2. Disjungsi
Definisi 1.2. Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan kata
penghubung atau.
Notasi-notasi disjungsi: p q, p + q.
Tabel 1.2 Tabel Kebenaran Disjungsi
p q pq p q
T T T T T T
T F T atau T T F
F T T F T T
F F F F F F
Catatan:
3[Logika]
Contoh 1.3
p = keyboard adalah alat yang dapat digunakan untuk input data ke dalam komputer adalah
peryataan benar.
q = Hard disk adalah alat yang menentukan kecepatan kerja komputer adalah pernyataan
salah.
r = Procesor alat yang berfungsi sebagai otak dari sebuah komputer adalah pernyataan
benar.
s = Windows XP adalah sistematika menulis buku adalah pernyataan salah.
Maka:
pq adalah disjungsi yang benar karena p benar, q salah.
pr adalah disjungsi yang benar karena p benar, r benar.
qs adalah disjungsi yang salah karena q salah, s salah.
3. Negasi/ Ingkaran
Definisi 1.3. Negasi adalah sebuah pernyataan yang meniadakan pernyataan yang ada,
dapat di bentuk dengan menulis adalah salah bahwa ... atau dengan menyisipkan kata
tidak dalam sebuah pernyataan.
Notasi-notasi negasi: p, p, p.
Contoh 1.4
p = Hard disk adalah alat yang menentukan kecepatan kerja komputer adalah pernyataan
salah.
Maka:
p = adalah salah bahwa hard disk adalah alat yang menentukan kecepatan kerja komputer
adalah pernyataan benar.
Jadi kebenaran sebuah negasi adalah lawan dari kebenaran pernyataan.
Tabel 1.3 Tabel kebenaran negasi:
p q
T F
F T
6. Exclusive Or (ExOR)
Definisi 1.6. Exor adalah pernyataan gabungan dimana salah satu p atau q (tidak
kedua-duanya) adalah benar.
Notasi exor: p q.
Contoh 1.5
p = sistem analog adalah suatu sistem dimana tanda fisik/ kuantitas, dapat berbeda secara
terus-menerus melebihi jarak tertentu adalah peryataan yang benar.
q = sistem digital adalah suatu sistem dimana tanda fisik/ kuantitas, hanya dapat
mengasumsi nilai yang berlainan adalah pernyataan yang benar.
r = sistem bilangan desimal adalah sistem bilangan yang digunakan dalam system digital
adalah pernyataan yang salah.
s = aljabar linear adalah alat matematika dasar untuk disain logika adalah pernyataan salah.
5[Logika]
Maka:
p q adalah exor yang salah karena p benar, q benar.
p r adalah exor yang benar karena p benar, r salah.
s q adalah exor yang benar karena q benar, s salah.
r s adalah exor yang salah karena r salah, s salah.
Tabel 1.6 Tabel kebenaran Exor.
p q pq p q
T T F T F T
T F T atau T T F
F T T F T T
F F F F F F
Contoh 1.6
p = sistem analog adalah suatu sistem dimana tanda fisik/ kuantitas, dapat berbeda secara
terus-menerus melebihi jarak tertentu adalah pernyataan benar.
q = sistem digital adalah suatu sistem dimana tanda fisik/ kuantitas, hanya dapat
mengasumsikan nilai yang berlainan adalah pernyataan benar.
r = sistem bilangan desimal adalah sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital
adalah pernyataan yang salah.
s = aljabar linear adalah alat matematika dasar untuk desain logika adalah pernyataan salah.
Maka:
p EXNOR q, adalah pernyataan yang benar.
p EXNOR r, adalah pernyataan yang salah.
s EXNOR q, adalah pernyataan yang salah.
r EXNOR s, adalah pernyataan yang benar.
Tabel 1.7 Tabel kebenaran EXNOR.
p q (p v q)
T T T
T F F
F T F
6[Logika]
F F T
C. TAUTOLOGI DAN KONTRADIKSI
1. Tautologi
Definisi 1.8. Tautologi adalah proposisi yang selalu benar apapun pernyataannya.
Notasi tautologi: p q.
Contoh1.7
p = Hard disk adalah alat yang menentukan kecepatan kerja komputer adalah pernyataan
salah.
q = adalah salah bahwa hard disk adalah alat yang menentukan kecepatan kerja komputer
adalah pernyataan benar.
Maka:
p q adalah proposisi yang benar.
Tabel 1.8 Tabel kebenaran tautologi.
p q p q p p
T F T atau T T F
F T T F T T
2. Kontradiksi
Definisi 1.9. Kontradiksi adalah proposisi yang selalu salah apapun pernyataannya.
Notasi kontradiksi: p p.
Contoh 1.8
p = Hard disk adalah alat yang menentukan kecepatan kerja komputer adalah peryataan
salah.
p = adalah salah bahwa hard disk adalah alat yang menentukan kecepatan kerja komputer
adalah pernyataan benar.
Maka:
p p adalah proposisi yang salah.
Tabel 1.9 Tabel kebenaran kontradiksi.
p p p p
T F F
7[Logika]
F T F
D. KESETARAAN LOGIS
Dua buah pertanyaan yang berbeda dikatakan setara bila nilai kebenarannya sama.
Contoh 1.9
1. Tidak benar, bahwa aljabar linear adalah alat matematika dasar untuk disain logika adalah
pernyataan benar.
2. Aljabar Boole adalah alat matematika dasar untuk desain logika adalah pernyataan benar.
Kedua pernyataan di atas mempunyai nilai kebenaran yang sama. Jadi kedua
pernyataan di atas setara/ ekivalen.
Akibatnya dua proposisi P(p, q, r, ...) dan Q(p, q, r, ...) dapat dikatakan setara jika
memiliki tabel kebenaran yang sama. Dua buah proposisi yang setara dapat dinyatakan
dengan P(p, q, r, ...) Q(p, q, r, ...).
Contoh 1.10
Selidikilah apakah kedua proposisi di bawah ini setara:
1. Tidak benar, bahwa sistem bilangan biner digunakan dalam sistem digital atau sistem
digital hanya dapat mengasumsikan nilai yang berlainan.
a. Sistem bilangan biner tidak digunakan dalam sistem digital dan tidak benar
bahwa sistem digital hanya dapat mengansumsikan nilai yang berlainan.
Kedua proposisi di atas dapat dituliskan dengan notasi sebagai berikut.
1. (p q)
2. p q
Tabel 1.10 Tabel kebenaran.
p q p q (p q) (p q) p q
T T F F T F F
T F F T T F F
F T T F T F F
F F T T F T T
E. ALJABAR PROPOSISI
8[Logika]
Contoh 1.11
Tunjukkan bahwa p (p q) dan p q keduanya ekivalen secara logika.
Penyelesaian:
p (p q) p (p q) (Hukum De Morgan)
(p p) (p q) (Hukum distributif)
T (p q) (Hukum negasi)
p q
9[Logika]
(Hukum identitas)
Contoh 1.12
Buktikan hukum penyerapan : p (p q) p
Penyelesaian:
p (p q) (p F) (p q) (Hukum identitas)
p (F q) (Hukum distributif)
pF (Hukum Null)
p (Hukum identitas)
1. Implikasi
Selain dalam bentuk konjungsi, disjungsi, dan negasi, proposisi majemuk juga dapat
muncul berbentukjika p, maka q, seperti pada contoh berikut:
a. Jika adik lulus ujian, maka ia mendapat hadiah dari ayah.
b. Jika Anda tidak mendaftar ulang, maka anda dianggap mengundurkan diri.
Definisi 1.10. Pernyataan berbentuk jika p, maka q seperti itu disebut proposisi bersyarat
atau kondisional atau implikasi yang dilambangkan dengan p q.
Tabel 1.12 Tabel kebenaran implikasi
p q pq
T T T
T F F
F T T
F F T
Implikasi p q memainkan peranan penting dalam penalaran. Implikasi ini tidak hanya
diekspresikan dalam pernyataan standard jika p, maka q tetapi juga dapat diekpresikan
dalam berbagai cara, antara lain:
(a) Jika p, maka q
(b) Jika p, q
(c) p mengakibatkan q
(d) q jika p
(e) p hanya jika q
10[Logika]
Contoh 1.14
Tunjukan bahwa p q ekivalen secara logika dengan p q.
Penyelesaian:
Tabel 1.13 memperlihatkan bahwa memang benar p q p q. Dengan kata lain
pernyataan jika p maka q ekivalen secara logika dengan Tidak p atau q.
Tabel 1.13 Tabel Kebenaran p q dan p q
p q p pq pq
T T F T T
T F F F F
F T T T T
F F T T T
Contoh 1.15
Tentukan negasi/ ingkaran dari p q.
Penyelesaian:
Dari contoh 1.14 sudah ditunjukkan bahwa p q ekivalen secara logika dengan p q.
Gunakan hukum De Morgan untuk menentukan ingkaran dari p q.
(p q) ( p q) ( p) q p q
2. Bi-Implikasi
11[Logika]
Definisi 1.11. Proposisi bersyarat penting lainnya adalah berbentuk p jika dan hanya
jika q yang dinamakan bikondisional atau bi-implikasi yang dilambangkan dengan p q.
Pernyataan p q adalah benar bila p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama, yakni p
q benar jika p dab q keduanya benar atau p dan q keduanya salah.
Tabel 1.14 Tabel Kebenaran Bi-implikasi
p q pq
T T T
T F F
F T F
F F T
Contoh 1.16
Tuliskan setiap proposisi berikut ke dalam bentuk p jika dan hanya jika q.
(a) Jika udara di luar panas maka Anda membeli es krim, dan jika Anda membeli ea krim
maka udara di luar juga panas.
(b) Anda naik jabatan jika Anda punya koneksi, dan Anda punya koneksi jika Anda naik
jabatan.
(c) Jika Anda lama menonton televisi maka mata anda lelah, begitu juga sebaliknya.
Penyelesaian:
12[Logika]
(a) Anda membeli es krim jika dan hanya jika udara di luar panas,
(b) Anda naik jabatan jika dan hanya jika Anda punya koneksi.
(c) Mata Anda lelah jika dan hanya jika Anda lama menonton televisi.
G. INFERENSI
Misalkan kita diberikan beberapa proposisi, kita dapat menarik kesimpulan baru dari
deret proposisi tersebut.
Definisi 1.12. Proses penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi disebut inferensi
(inference).
Di dalam kalkulus proposisi, terdapat sejumlah kaidah inferensi. Beberapa kaidah inferensi
diantaranya sebagai berikut.
1. Modus Ponen
Kaidah ini didasarkan pada tautologi (p ( p q)) q, yang dalam hal ini p dan p
q adalah hipotesis, sedangkan q adalah konklusi. Kaidah modus ponen dapat ditulis
dengan cara:
pq
p
q
Simbol dibaca sebagai jadi atau karena itu. Modus ponen menyatakan bahwa jika
hipotesis p dan implikasi p q benar, maka konklusi q benar.
Contoh 1.17
Misalkan implikasi jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan genap dan hipotesis
20 habis dibagi 2 keduanya benar. Maka menurut modus ponen, inferensi berikut:
Jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan genap.
20 habis dibagi 2. Karena itu, 20 adalah bilangan genap
adalah benar.
Kita juga dapat menuliskan inferensi di atas sebagai berikut.
Jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan genap
20 habis dibagi 2
20 adalah bilangan genap
2. Modus Tollen
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [ q (p q)] p. Kaidah modus tollen
ditulis dengan cara:
13[Logika]
pq
q
p
Contoh 1.18
Misalkan implikasi Jika n bilangan ganjil, maka n2 bernilai ganjil dan hipotesis n2 bernilai
genap keduanya benar. Maka menurut modus tollen inferensi berikut.
Jika n bilanganganjil, maka n2 bernilai ganjil
n2 bernilai genap
n bukan bilangan ganjil
adalah benar.
3. Silogisme Hipotesis
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p q) (q r)] (p r). Kaidah
silogisme ditulis dengan cara:
pq
qr
pr
Contoh 1.19
Misalkan implikasi Jika saya belajar dengan giat, maka saya lulus ujian dan implikasi
Jika saya lulus ujian, maka saya cepat menikah adalah benar. Maka menurut kaidah
silogisme, inferensi berikut.
Jika saya belajar dengan giat, maka saya lulus ujian
Jika saya lulus ujian, maka saya cepat menikah
Jika saya belajar dengan giat, maka saya cepat menikah
adalah benar
4. Silogisme Disjungtif
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p q) p] q. Kaidah silogisme disjungtif
ditulis dengan cara:
pq
p
14[Logika]
q
Contoh 1.20
Inferensi berikut:
Saya belajar dengan giat atau saya menikah tahun depan.
Saya tidak belajar dengan giat. Karena itu, saya menikah tahun depan
menggunakan kaidah silogisme disjungtif, atau dapat ditulis dengan cara:
Saya belajar dengan giat atau saya menikah tahun depan.
Saya tidak belajar dengan giat.
Saya menikah tahun depan
5. Simplifikasi
Kaidah ini didasarkan pada tautologi (p q) p, yang dalam hal ini p dan q adalah
hipotesis, sedangkan p adalah konklusi. Kaidah simplifikasi ditulis dengan cara:
p q
p
Contoh 1.21
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini.
Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa UNPAR. Karena itu, Hamid adalah
mahasiswa ITB.
menggunakan kaidah simplifikasi, atau dapat juga ditulis dengan cara:
Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa UNPAR
Hamid adalah mahasiswa ITB
Simplifikasi berikut juga benar:
Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa UNPAR. Karena itu, Hamid adalah
mahasiswa UNPAR.
karena urutan proposisi di dalam konjungsi p q tidak mempunyai pengaruh apa-apa.
6. Penjumlahan
Kaidah ini didasarkan pada tautologi p (p q). Kaidah penjumlahan ditulis dengan
cara:
p
pq
15[Logika]
Contoh 1.22
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini.
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit. Karena itu, Taslim mengambil kuliah
Matematika Diskrit atau mengulang kuliah Algoritma.
menggunakan kaidah penjumlahan, atau dapat juga ditulis dengan cara:
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit atau mengulang kuliah Algoritma
7. Konjungsi
Kaidah ini didasarkan pada tautologi ((p) (q) (p q). Kaidah konjungsi ditulis
dengan cara:
p
q
pq
Contoh 1.23
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini.
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit. Taslim mengulang kuliah Algoritma.
Karena itu, Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit dan mengulang kuliah
Algoritma.
menggunakan kaidah konjungsi, atau dapat juga ditulis dengan cara:
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit
Taslim mengulang kuliah Algoritma
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit dan mengulang kuliah Algoritma
H. ARGUMEN
Argumen adalah suatu deret proposisi yang dituliskan sebagai :
p1
p2
pn
q
yang dalam ini , p1, p2, , pn disebut hipotesis (atau premis), dan q disebut konklusi.
Argumen ada yang sahih (valid) dan palsu (invalid). Valid tidak sama maknanya dengan
16[Logika]
benar (true). Sebuah argumen dikatakan sahih jika konklusi benar bilamana semua
hipotesisnya benar; sebaliknya argumen dikatakan palsu (fallacy atau invalid). Jika argumen
sahih, maka kadang-kadang kita mengatakan bahwa secara logika konklusi mengikuti
hipotesis atau sama dengan memperlihatkan bahwa implikasi:
(p1 p2 pn) q
adalah benar (yaitu, sebuah tautologi). Argumen yang palsu menunjukkan proses penalaran
yang tidak benar.
Contoh 1.24
Perlihatkan bahwa argumen berikut:
Jika air laut surut setelah gempa di laut, maka tsunami datang.
Air laut surut setelah gempa di laut. Karena itu tsunami datang.
adalah sahih.
Penyelesaian:
Misalkan p adalah proposisi Air laut surut setelah gempa di laut dan q adalah proposisi
tsunami datang. Maka, argumen di dalam soal dapat ditulis sebagai:
pq
p
q
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membuktikan kesahihan argumen ini. Keduanya
menggunakan tabel kebenaran.
1. Diberikan pernyataan Tidak benar bahwa dia belajar Algoritma tetapi tidak belajar
Matematika.
(a) Nyatakan pernyataan di atas dalam notasi simbolik (ekspresi logika)
(b) Berikan pernyataan yangs ekivalen secara logika dengan pernyataan tersebut
(Petunjuk: gunakan hukum De Morgan)
2. Untuk menerangkan mutu sebuah hotel, misalnya p: Pelayanan baik, dan q: Tarif
kamarnya murah, r: Hotelnya berbintang tiga. Terjemahkan proposisi-proposisi berikut
dalam notasi simbolik (menggunakan p, q, r):
(a) Tarif kamarnya murah, tapi pelayanannya buruk.
(b) Tarif kamarnya mahal atau pelayanannya baik, namun tidak keduanya.
(c) Salah bahwa hotel berbintang tiga berarti tarif kamarnya murah dan pelayanannya
buruk.
3. Tentukan negasi/ ingkaran dari pernyataan berikut: Dia tidak pergi ke kampus maupun
ke perpustakaan bilamana hari ini hujan.
4. Misalkan p adalah Hari ini adalah hari Rabu, q adalah Hujan turun dan r adalah Hari
ini panas. Terjemahkan notasi simbolik ini dengan kata-kata:
(a) p q
(b) (p q) r
(c) p (q r)
10. Gunakan tabel kebenaran untuk menunjukkan bahwa tiap implikasi berikut adalah
tautologi.
(a) p (p q)
(b) (p q) q
(c) (p q) (p q)
20[Logika]
Modul 2
HIMPUNAN
PENDAHULUAN
Salah satu kemampuan yang kita kuasai setelah mempelajari logika proposisi adalah
kemampuan untuk membedakan. Membedakan apakah tautologi, kontradiksi atau bentuk
proposisi yang lain, membedakan apakah proposisi bernilai benar atau salah, membedakan
apakah kuantor universal atau exixtential.
Untuk dapat menguasai teori himpunan, kemampuan untuk membedakan sangat
diperlukan, karena himpunan merupakan kumpulan benda atau objek yang didefinisikan
secara jelas. Himpunan dapat dipandang sebagai kumpulan benda-benda yang berbeda tetapi
dalam satu segi dapat ditanggapi sebagai satu kesatuan. Objek-objek ini disebut anggota atau
elemen himpunan.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami pengertian dari
himpunan, cara penyajian himpunan, operasi antar himpunan, semesta pembicaraan
(universe), sifat-sifat operasi pada himpunan, serta pengertian dari power set.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian dari himpunan;
2. menuliskan cara penyajian himpunan;
3. menyelesaikan operasi-operasi antar himpunan;
4. menjelaskan maksud dari semesta pembicaraan (universe) dalam himpunan;
5. menerapkan hukum-hukum aljabar himpunan; dan
6. menjelaskan pengertian power set.
21[Himpuan]
A. HIMPUNAN
c) Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian himpunan ini
diperkenalkan oleh matematikawan Inggris yang bernama John Venn pada tahun 1881.
Di dalam diagram Venn, himpunan semesta (S) digambarkan sebagai suatu segi empat
dan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di dalam segi empat tersebut.
Contoh 2.2
Misalkan S = {1, 2, , 7, 8}, A = {1, 2, 3, 4} dan B = { 2, 5, 6, 8}. Ketiga himpunan
tersebut digambarkan dengan diagram Venn pada gambar 2.1. Perhatikan bahwa A dan
B mempunyai anggota bersama, yaitu 2 dan 5. Anggota S yang lain, yaitu 7 dan 4 tidak
termasuk di dalam himpunan A dan B.
S
7
1 2 8
3 5 6
4
A B
Contoh 2.3
(a) E = {x | x < x}, maka |E| = 0
(b) P = {orang Indonesia asli yang pernah ke bulan}, maka |P| = 0
(c) A = {x | x adalah akar-akar persamaan kuadrat 2 + 5 + 10 = 0}, maka |A| = 0
2. Himpunan bagian
Sebuah himpunan dapat menjadi bagian dari himpunan lain. Anggota yang ada di
23[Himpuan]
Definisi 2.3. Jika A dan B adalah himpunan-himpunan maka A disebut himpunan bagian
(subset) dari B bila dan hanya bila setiap anggota A juga merupakan anggota B.
Notasi: A B jika dan hanya jika x A, x B
Perhatikan gambar 2.2. Jika A adalah himpunan bagian B, dikatakan jiga bahwa B memuat A
(simbol B A).
P disebut himpunan bagian sejati (proper subset) dari Q jika P tidak sama dengan Q,
artinya setidaknya ada satu unsur di dalam Q yang tidak ada dalam P. Misalkan, P = {a, b}
merupakan himpunan bagian sejati dari himpuan Q = {y, x, b, c, a}. Untuk menyatakan P
adalah himpunan bagian sejati Q, dapat dituliskan P Q.
Perbedaan antara simbol (simbol keanggotaan himpunan) dan (simbol himpunan
bagian). x A berarti bahwa elemen x adalah salah satu diantara elemen-elemen A.
Sedangkan A B berarti bahwa setiap anggota A merupakan anggota B.
Contoh 2.4
(a) {1, 2, 3} {1, 2, 3, 4}
(b) {1, 2, 3} {1, 2, 3}
Jika A = {(x, y) | x + y < 4, x 0, y 0} dan B = {(x, y) | 2x + y < 4, x 0, y 0}, maka B
A.
Definisi 2.4. Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika keduanya tidak memiliki
elemen yang sama.
Notasi: A // B.
Diagram Venn yang menggambarkan dua himpunan yang saling lepas ditunjukkan pada
24[Himpunan]
gambar 2.3
Gambar 2.3 Diagram Venn untuk A // B
Contoh 2.5
Jika A = {x | x P, x < 8 } dan B = {10, 20, 30, }, maka A // B.
4. Himpunan kuasa
Definisi 2.5. Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan
yang elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan
himpunan A sendiri.
Notasi: P(A) atau 2
Contoh 2.6
Jika A = {1, 2}, maka P(A) = {, {1},{2},{2, 2}}
1. Irisan (intersection)
Definisi 2.6. Irisan dua buah himpunan A dan B (ditulis A B) adalah himpuan semua
elemen-elemen anggota A dan anggota B.
Notasi: A B = {x x A dan x B}.
Diagram Venn untuk A B ditunjukkan pada gambar 2.4. Daerah yang diarsir adalah A B.
A B
Contoh 2.7
(a) Jika A = {2,4,6,8,10} dan B = { 4,10,14,18}
maka A B = {4,10}
(b) Jika A = {3,5,9} dan B = {-2,6}, maka A B =
2. Gabungan (union)
Definisi 2.7. Gabungan dua buah himpunan A dan B (ditulis A B) adalah himpunan
semua elemen-elemen anggota A atau anggota B.
Notasi: A B = {x x A atau x B}.
Diagram Venn untuk A B ditunjukkan pada gambar 2.5. Daerah yang diarsir adalah A B.
S
A B
Jika A B = { }, maka A dan B adalah himpunan saling lepas (disjoint) atau saling asing,
yakni keduanya tidak memiliki elemen yang sama. Dinotasikan dengan A // B.
Contoh 2.8
(a) Jika A = {2,5,8} dan B = {7,5,22}, maka A B = {2,5,7,8,22}
(b) A = A
3. Komplemen (complement)
Definisi 2.8. Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta S
adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen S yang bukan elemen A.
Notasi: AC ={ x | x S dan x A}
Diagram Venn untuk AC ditunjukkan pada gambar 2.4. Daerah yang diarsir adalah AC.
C
Gambar 2.6 Diagram Venn untuk A
26[Himpunan]
Contoh 2.9
Misalkan S = {1, 2, 3, , 9},
(a) Jika A = {1, 3, 7, 9}, maka AC = {2, 4, 6, 8}
(b) Jika A = {x | 2 P, x < 9}, maka AC = {1, 3, 5, 7, 9}
4. Selisih (difference)
Definisi 2.9. Selisih dua himpunan B dari himpunan A (simbol A B) adalah
himpunan semua elemen x dalam S sedemikian hingga x anggota A, tapi x bukan anggota
B.
Notasi: A B = { x x A dan x B} = A Bc.
Diagram Venn untuk A B ditunjukkan pada gambar 2.5. Dareah yang diarsir adalah A B.
S
A B
Contoh 2.10
(a) Jika A = {1,2,3, , 10} dan B = {2,4,6,8,10}, maka A B = {1,3,5,7,9} dan B A =
(b) {1,3,5} {1,2,3} = {5}, tetapi {1,2,3} {1,3,5} = {2}
A B = { x x (A B) (A B) = (A B) (B A)
Himpunan A B dapat dilihat pada gambar 2.6. Daerah yang diarsir adalah A B.
S
27[Himpuan]
A B
Contoh 2.12
(a) Misalkan C = {1,2,3}, dan D = {a,b}, maka:
C D = {(1,a), (1,b), (2,a), (2,b), (3,a), (3,b)}
D C = {(a,1), (b,1), (a,2), (b,2), (a,3), (b,3)} C D.
(b) Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka A B = himpunan semua titik
di bidang datar.
Catatan:
1) Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: A B = A B
2) Pasangan berurutan (a,b) berbeda dengan (b,a), dengan kata lain (a,b) (b,a).
3) Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A B B A dengan syarat A dan B tidak
kosong.
4) Jika A = atau B = , maka A B = B A =
Semesta pembicaraan adalah himpunan yang memuat seluruh objek yang akan
menjadi pembicaraan (S). Sedangkan himpunan elemen dari S yang tidak termasuk ke dalam
himpunan A disebut himpunan komplemen dari A dan disimbolkan dengan AC.
AC = { x S dan x A}
AC = S A
A
AC
Terdapat beberapa sifat yang berlaku pada operasi antara dua himpunan atau lebih.
Sifat-sifat tersebut dinyatakan dalam kesamaan himpunan (set identities). Kesamaan tersebut
diberi nama hukum yang menyatakan bahwa bila ada dua himpunan atau lebih
dioperasikan, maka hukum-hukum yang mengatur operasi tersebut berlaku. Terdapat
kemiripan antara hukum-hukum himpunan dengan hukum-hukum logika. Notasi , , F, T
pada hukum-hukum logika masing-masing berkoresponden dengan notasi , , , dan S
pada himpunan. Untuk lebih jelas perhatikan tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Hukum-hukum Aljabar Himpunan
1. Hukum identitas: 7. Hukum komutatif:
(a) = (a) =
(b) = (b) =
2. Hukum null/ dominasi: 8. Hukum asosiatif:
(a) = (a) =
(b) = (b) =
3. Hukum komplemen: 9. Hukum distributif:
(a) = (a) = ( )
(b) = (b) = ( )
4. Hukum idempoten: 10. Hukum De Morgan:
(a) = (a) ( ) =
(b) = (b) ( ) =
5. Hukum involusi: 11. Hukum 0/1:
= (a) = S
29[Himpuan]
(b) =
6. Hukum penyerapan:
(a) =
(b) =
E. POWER SET
Definisi 2.12 Power set dari A ditulis P(A). Didefinisikan sebagai himpunan yang
elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan
himpunan A sendiri.
A = Himpunan hingga.
A=
P(A) = {}
Jika A = m, maka P(A) = 2m.
Atau n (P(A)) = 2n(A)
B = {a,b}
Maka himpunan bagiannya adalah , {a},{b},{a,b}
Contoh 2.13
Jika C = {,{}}, dan jika A ={1,2}, maka P (C) = {,{},{{}},{{}}} dan P(A) =
{,{1 },{2},{1,2}}
30[Himpunan]
Soal Latihan
1. Tentukan:
(a) Himpunan kuasa dari himpunan {, {}}
(b) Berapa banyak elemen pada himpunan P ({, a{a}, {{a}}})
31[Himpuan]
32[Himpunan]
Modul 3
RELASI
PENDAHULUAN
Di dalam modul 2 pada materi himpunan, kita sudah mengenal pasangan terurut.Cara
yang paling mudah menyatakan hubungan antara elemen dari dua himpunan adalah dengan
himpunan pasangan berurutan. Himpunan pasangan berurutan diperoleh dari perkalian
kartesian (cartesian product) antara dua himpunan.
Hubungan antara elemen himpunan dengan elemen himpunan lain dinyatakan dengan
struktur yang disebut relasi. Di dalam modul 3 ini kita akan membahas relasi dan sifat-
sifatnya.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami konsep dari relasi,
dan sifat-sifatnya.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian dari relasi;
2. menuliskan cara merepresentasikan relasi ke dalam bentuk tabel, grafis, dan matriks;
3. membuktikan sifat-sifat relasi;
4. menuliskan kombinasi relasi; dan
5. menuliskan komposisi dari dua relasi atau lebih.
33[Relasi]
A. PENGERTIAN RELASI
Relasi antara himpunan A dan B disebut relasi biner yang didefinisikan sebagai
berikut.
Definisi 3.1. Sebuah relasi R antara himpunan A dan B adalah sebuah himpunan dari
pasangan terurut anggota-anggota himpunan A dan B. Relasi biner R antara A dan B adalah
himpunan bagian dari .
Notasi: ( )
Jika A dan B adalah dua himpunan yang sama, maka cukup dikatakan bahwa R adalah relasi
pada A. Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari R, dan himpunan B disebut daerah
hasil (range atau codomain) dari R.
Contoh 3.1
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}. Definisikanlah relasi R dari P ke Q dengan
(p, q) R jika p habis membagi q.
Penyelesaian:
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15)}
B. REPRESENTASI RELASI
Representasi grafis dari contoh 3.1 ditunjukan pada gambar 3.1 di bawah ini.
Misalkan A = {(1, 2, 3, 4)}, dan relasi R di bawah ini di definisikan pada himpunan A maka:
(a) R = {(2,1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3)} besifat transitif. Periksa dengan membuat
tabel berikut.
Pasangan berbentuk
(a, b) (b, c) (a, c)
(3, 2) (2, 1) (3, 1)
(4, 2) (2, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 2) (4, 2)
(b) R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2)} bukan trasitif karena (2, 4) dan (4, 2) R, tetapi (2, 2)
R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3) R tetapi (4, 3) R.
(c) Relasi R = {(1,2), (3, 4)} transitif karena tidak ada (a, b) R dan (b, c) R sedemikian
hingga (a, c) R.
(d) Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4,5)} selalu transitif (alasannya sama
seperti jawaban (c) di atas).
D. MENGKOMBINASIKAN RELASI
Karena relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi himpunan
seperti irisan, gabungan, selisih, dan beda setangkup antara dua relasi atau lebih juga
berlaku. Hasil operasi tersebut juga berupa relasi. Dengan kata lain, jika R1 dan R2 masing-
masing adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, maka operasi R1 R2, R1 R2, R1
R2, dan R1 R2 juga adalah relasi dari A ke B.
Contoh 3.5
Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d}. Relasi R1 = {(a, a), (b, b), (c, c)} dan relasi R2 =
{(a, a), (a, b), (a, c), (a, d)} adalah relasi dari A ke B. Kita dapat mengkombinasikan kedua
relasi tersebut untuk memperoleh:
R1 R2 = {(a, a)}
R1 R2 = {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
R1 R2 = {(b, b), (c, c)}
R2 R1 = {(a, b), (a, c), (a, d)}
R1 R2 = {(b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
E. KOMPOSISI RELASI
37[Relasi]
Cara lain mengkombinasikan relasi adalah dengan mengkomposisikan dua buah relasi
atau lebih. Definisi dari komposisi dua buah relasi didefinisikan sebagai berikut.
Definisi 3.6. Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, dan S adalah relasi
dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi R dan S, dinotasikan dengan S R adalah relasi
dari A ke C yang didefinisikan:
= {(, )| , dan untuk beberapa , (, ) dan (, ) }
Menurut definisi 3.6 di atas, kita menerapkan relasi R lebih dahulu, baru kemudian relasi S.
Contoh 3.6
Misalkan = { 1,2 , 1,6 , 2,4 , 3,4 , 3,6 , 3,8 } adalah relasi dari himpunan {1, 2, 3}
ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan = { 2, , 4, , 4, , 6, , 8, } adalah relasi dari
himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan {s, t, u}. Maka komposisi relasi R dan S adalah
= { 1, , 1, , 2, , 2, , 3, , 3, , 3, }
Komposisi relasi R dan S di gambarkan pada diagram di bawah ini.
Jika relasi R1 dan R2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2, maka
matriks yang menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut adalah
2 1 = 1 2
dalam hal ini operator sama seperti pada perkalian matriks biasa, tetapi dengan
mengganti tanda kali dengan dan tanda tambah dengan .
Contoh 3.7
Misalkan relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
1 0 1 0 1 0
1 = 1 1 0 dan 2 = 0 0 1
0 0 0 1 0 1
maka matriks yang menyatakan R2 R1 adalah
2 1 = 1 2
10 00 (11) 11 00 (10) 10 01 (11)
= 10 10 (01) 11 10 (00) 10 11 (01)
00 00 (01) 01 00 (00) 00 01 (01)
38[Relasi]
1 1 1
= 0 1 1
0 0 0
Simbol Rn digunakan untuk mendefinisikan komposisi relasi dengan dirinya sendiri
sebanyak n kali, yaitu
= (sebanyak n kali)
dan
[]
=
oleh karena
+1 =
maka
[ ]
+1 =
Contoh 3.8
Misalkan R = {(1, 1),(1, 3),(2, 2),(3, 1),(3, 2)} adalah relasi pada himpunan A = {(1, 2, 3)}.
Tentukan R2.
Penyelesaian:
Karena R2 = R R, maka
= { 1,1 , 1,3 , 1,2 , 2,2 , 3,1 , 3,3 , (3,2)
Bila diselesaikan dengan menggunakan matriks, maka relasi R pada matriks dinyatakan
1 0 1
dengan, = 0 1 0
1 1 0
1 1 1
[2]
sehingga, 2 = = = 0 1 0
1 1 1
39[Relasi]
Soal Latihan
2. Tuliskan anggota dari relasi R pada {1, 2, 3, 4} yang didefinisikan oleh (x, y) R jika
2 .
3. Nyatakan relasi R = {(1, 2),(2, 1),(3, 3), (1, 1), (2, 2)} pada X = {1, 2, 3} dalam bentuk
tabel, grafik dan matriks.
4. Untuk tiap relasi pada {1, 2, 3, 4} berikut, tentukan apakah relasi itu refleksif, simetrik,
dan transitif.
(a) {(2, 2),(2, 3),(2, 4),(3, 2),(3, 3),(3, 4)
(b) {(2, 4),(4, 2)}
(c) {(1, 1),(2, 2),(3, 3),(4, 4)}
(d) {(1, 3),(1, 4),(2, 3),(2, 4),(3, 1),(3, 4)}
5. Misalkan R adalah relasi {(1, 2),(1, 3),(2, 3),(2, 4),(3, 1)} dan S adalah relasi {(2, 1),(3,1),
(3, 2),(4, 2)}. Tentukan S R dan R S.
6. Misalkan R = {(1, 2),(2, 3),(3, 4)} dan S = {(1, 1),(1, 2),(2, 1),(2, 2),(2, 3),(3, 1),(3, 2),
(3,4)} adalah relasi dari {1, 2, 3} ke {1, 2, 3, 4}. Tentukan:
(a) R S
(b) R S
(c) R S
(d) S R
(e) R S
40[Relasi]
Modul 4
ALJABAR BOOLEAN
PENDAHULUAN
Aljabar Boolean sebagai salah satu cabang matematika pertama kali dikemukakan
oleh seorang matematikawan Inggris, George Boole pada tahun 1854. Boole melihat bahwa
himpunan dan logika proposisi mempunyai sifat-sifat yang serupa. Dalam buku The Laws of
Thought, Boole aturan-aturan dasar logika (yang kemudian dikenal dengan logika Boolean).
Aturan dasar logika ini membentuk struktur matematika yang disebut aljabar Boolean. Pada
tahun 1938, Claude Shannon memperlihatkan penggunaan aljabar Boolean untuk merancang
rangkaian sirkuit yang menerima masukan 0 dan 1 dan menghasilkan keluaran juga 0 dan 1.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami konsep dari aljabar
Boolean, dan penyederhanaan aljabar Boolean.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian aljabar Boolean;
2. mejelaskan arti dari aljabar Boolean dua nilai;
3. menerapkan hukum-hukum aljabar Boolean;
4. menentukan penjumlahan dan perkalian dua fungsi;
5. menyederhanaan fungsi Boolean; dan
6. menyatakan fungsi Boolean dalam bentuk kanonik.
41[Aljabar Boolean]
A. DEFINISI ALJABAR BOOLEAN
Aljabar Boolean dapat didefinisikan secara abstrak dalam beberapa cara. Cara yang
paling umum adalah dengan menspesifikasikan unsur-unsur pembentuknya dan operasi-
operasi yang menyertainya.
Definisi 4.1. Misalkan B adalah himpunan yang didefinisikan pada dua operasi biner, + dan
, dan sebuah operator uner, . Misalkan 0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B.
Maka dinotasikan dengan B, +, , , 0, 1 yang memenuhi sifat-sifat sebagai berikut.
1. Identitas
(a) a + 0 = a
(b) a 1 = a
2. Komutatif
(a) a + b = b + a
(b) a b = b a
3. Distributif
(a) a (b + c) = (a b) + (a c)
(b) a + (b c) = (a + b) (a + c)
4. Komplemen; untuk setiap a B terdapat elemen unik a B sehingga:
(a) a + a = 1
(b) a a = 0
Elemen 0 dan 1 adalah dua elemen unik yang ada di dalam B. 0 disebut elemen
terkecil dan 1 disebut elemen terbesar. Elemen 0 disebut elemen zero, sedangkan elemen 1
disebut elemen unit. Operator + disebut operator penjumlahan, disebut operator perkalian,
dan disebut operator komplemen.
Aljabar Boolean yang terkenal dan memiliki terapan yang luas adalah aljabar Boolean
dua-nilai (two-valued Boolean algebra). Aljabar Boolean dua-nilai didefinisikan pada
42[Aljabar Boolean]
sebuah himpunan B dengan dua buah elemen 0 dan 1 (sering dinamakan bit singkatan dari
binary digit), yaitu B = {0, 1}, operator biner, + dan , operator uner, . Kaidah untuk
operator biner dan operator uner ditunjukkan pada Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3
a b ab a b a+b a a
0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1
Kita harus memperlihatkan bahwa keempat aksioma di dalam Definisi 4.1 terpenuhi pada
himpunan B = {0, 1} dengan dua operator biner dan satu operator uner yang didefinisikan di
atas.
1. Identitas; jelas berlaku karena dari tabel kita lihat bahwa:
(a) 0 + 1 = 1 + 0 = 1
(b) 1 0 = 0 1 = 0
yang memenuhi elemen identitas 0 dan 1 seperti yang didefinisikan pada postulat
Huntington.
2. Komutatif; jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operasi biner.
3. Distributif
(a) a (b + c) = (a b) + (a c) dapat ditunjukkan benar dari tabel operator biner di
atas dengan membentuk tabel kebenaran untuk semua nilai yang mungkin dari
a, b, dan c (Tabel 4.4). Oleh karena nilai-nilai pada kolom a (b + c) sama
dengan nilai-nilai pada kolom (a b) + (a c), maka kesamaan a (b + c) = (a
b) + (a c) adalah benar.
(b) a + (b c) = (a + b) (a + c) dapat ditunjukkan benar dengan membuat tabel
kebenaran dengan cara yang sama seperti (a).
a b c b+c a (b + c) ab ac (a b) + (a c)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
4. Komplemen; jelas berlaku karena Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa:
(a) a + a = 1, karena 0 + 0 = 0 + 1 = 1 dan 1 + 1 = 1 + 0 = 1
(b) a a = 0, karena 0 0 = 0 1 = 0 dan 1 1 = 1 0 = 0
43[Aljabar Boolean]
Karena keempat aksioma terpenuhi, maka terbukti bahwa B = {0, 1} dengan operator biner +
dan , operator komplemen , merupakan aljabar Boolean.
C. PRINSIP DUALITAS
Didalam aljabar Boolean banyak ditemukan kesamaan (identity) yang dapat diperoleh
dari kesamaan lainnya, misalnya pada dua aksioma distributif yang sudah disebutkan di
dalam Definisi 4.1.
(a) a (b + c) = (a b) + (a c)
(b) a + (b c) = (a + b) (a + c)
Aksioma yang kedua diperoleh dari aksioma pertama dengan cara mengganti dengan + dan
mengganti + dengan . Prinsip ini dikenal dengan prinsip dualitas.
Definisi 4.2. Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam aljabar Boolean yang
melibatkan operator +, , dan komplemen , maka jika pernyataan S* diperoleh dari S dengan
cara mengganti:
dengan +
+ dengan
0 dengan 1
1 dengan 0
dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya, maka kesamaan S* juga benar. S*
disebut sebagai dual dari S.
Contoh 4.1
Tentukan dual dari:
(a) a + 0 = a
(b) (a 1)(0 + a) = 0
(c) a (a + b) = ab
(d) (a + b)(b + c) = ac + b
(e) (a + 1)(a + 0) = a
Penyelesaian:
(a) a 0 = a
(b) (a + 0)(1 a) = 1
(c) a + ab) = a + b
44[Aljabar Boolean]
(d) ab + bc) = (a + c) b
(e) (a 0)(a 1) = a
D. HUKUM-HUKUM ALJABAR BOOLEAN
Ada banyak hukum di dalam aljabar Boolean. Perhatikan juga bahwa terdapat
kemiripan antara hukum-hukum aljabar Boolean dengan hukum-hukum aljabar himpunan
dan hukum-hukum aljabar proposisi.
Tabel 4.5 Hukum-hukum Aljabar Boolean
1. Hukum identitas: 7. Hukum komutatif:
(a) a + 0 = a (a) a + b = b + a
(b) a 1 = a (b) ab = ba
2. Hukum idempoten: 8. Hukum asosiatif:
(a) a + a = a (a) a + (b + c) = (a + b) + c
(b) a a = a (b) a ( bc) = (ab) c
3. Hukum komplemen: 9. Hukum distributif:
(a) a + a = 1 (a) a + (bc) = (a + b)(a + c)
(b) aa = 0 (b) a (b + c) = ab + ac
4. Hukum dominansi: 10. Hukum De Morgan
(a) a 0 = 0 (a) (a + b) = a b
(b) a + 1 = 1 (b) (ab) = a + b
5. Hukum involusi: 11. Hukum 0/1:
(a) = a (a) 0 = 1
(b) 1 = 0
6. Hukum penyerapan
(a) a + ab = a
(b) a(a + b) = a
Perhatikanlah bahwa hukum yang (b) dari setiap hukum di atas adalah dual dari hukum yang
(a).
Contoh 4.2
Hukum komutatif: a+b=b+a
dualnya: ab = ba
Hukum asosiatif: a + (b + c) = (a + b) + c
dualnya: a ( bc) = (ab) c
45[Aljabar Boolean]
Beberapa hukum aljabar Boolean di atas akan dibuktikan di bawah ini, sedangkan bukti
untuk hukum yang lainnya diserahkan kepada Anda untuk latihan.
Bukti:
(2a) a+a = (a + a) (1) (Hukum Identitas)
= (a + a)(a + a ) (Hukum Komplemen)
= a + aa (Hukum Distributif)
=a+0 (Hukum Komplemen)
=a (Hukum Identitas)
(2b) aa = aa + 0 (Hukum Identitas)
= a a + a a (Hukum Komplemen)
= a (a + a ) (Hukum Distributif)
=a1 (Hukum Komplemen)
=a (Hukum Identitas)
(2b adalah dual dari 2a)
=a (Hukum Identitas)
(6b adalah dual dari 6a)
Contoh 4.3
Buktikan bahwa untuk sembarang elemen a dan b dari aljabar Boolean maka kesamaan
berikut adalah benar.
+ = + dan + =
Penyelesaian:
(i) a + a b = (a + ab) + a b (Hukum Penyerapan)
= a + (ab + a b) (Hukum Asosiatif)
= a + (a + a ) b (Hukum Distributif)
=a+1b (Hukum Komplemen)
=a+b (Hukum Identitas)
(ii) a (a + b) = aa + ab (Hukum Distributif)
= 0 + ab (Hukum Komplemen)
= ab (Hukum Identitas)
E. FUNGSI BOOLEAN
Definisi 4.3. Fungsi Boolean (disebut juga fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B
melalui ekspresi Boolean, yang dituliskan sebagai berikut.
:
yang dalam hal ini Bn adalah himpunan yang beranggotakan pasangan terurut ganda-n
(ordered n-tuple) di dalam daerah asal B.
Contoh 4.4
Contoh-contoh fungsi Boolean:
1. =
2. , = + +
3. , =
4. , = ( + )
5. , , =
Misalkan f dan g adalah dua buah fungsi Boolean dengan n peubah, maka
penjumlahan f + g didefinisikan sebagai berikut.
+ 1 + 2 + + = 1 + 2 + + + 1 + 2 + +
sedangkan perkalian f g didefinisikan sebagai berikut.
1 + 2 + + = 1 + 2 + + 1 + 2 + +
Contoh 4.5
Misalkan , = + dan , = + maka
, = + = + + +
yang bila disederhanakan lebih lanjut menjadi
, = + + + = + + 1 = +
dan
, = = + ( + )
Contoh 4.6
Tentukan fungsi komplemen dari , , = ( + ).
Penyelesaian:
, , = +
= + +
= +
= + + ( + )
Contoh 4.7
Misalkan , , = + , maka dual dari ekspresi Booleannya adalah
+ + ( + ).
Tentukan komplemen dari dual di atas.
Penyelesaian:
Komplemen tiap literal dari dualnya menjadi:
+ + + =
Jadi, , , = + + ( + )
H. BENTUK KANONIK
Ekspresi Boolean yang menspesifikasikan suatu fungsi dapat disajikan dalam dua
bentuk berbeda. Pertama sebagai penjumlahan dari hasil kali dan kedua sebagai perkalian
dari hasil jumlah. Misalnya,
, , = + +
dan
, , = + + + + + + + + ( + + )
adalah dua buah fungsi yang sama (dapat ditunjukkan dari tabel kebenarannya). Fungsi yang
pertama, f muncul dalam bentuk penjumlahan dari hasil kali, sedangkan fungsi yang kedua, g
muncul dalam bentuk perkalian dari hasil jumlah. Perhatikan juga bahwa setiap suku (term)
di dalam ekspresi mengandung literal yang lengkap dalam peubah x, y, dan z, baik
peubahnya tanpa komplemen maupun dengan komplemen. Ada dua macam bentuk term,
yaitu minterm (hasil kali) dan maxterm (hasil jumlah).
49[Aljabar Boolean]
Suku-suku dalam ekspresi Boolean dengan n peubah x1, x2, , xn dikatakan minterm
jika muncul dalam bentuk 1 2 dan dikatakan maxterm jika ia muncul dalam bentuk
1 + 2 + + . Dalam hal ini menyatakan literal xi atau xi.
Ekspresi Boolean yang dinyatakan sebagai penjumlahan dari satu atau lebih minterm
atau perkalian dari satu atau lebih maxterm disebut dalam bentuk kanonik. Jadi, ada dua
macam bentuk kanonik yaitu:
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
2. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
Nama lain untuk SOP adalah bentuk normal disjungtif (disjunctive normal form) dan nama
lain POS adalah bentuk normal konjungtif (conjunctive normal form).
Cara membentuk minterm dan maxterm dari tabel kebenaran ditunjukkan pada tabel
4.6 (dua peubah) dan tabel 4.7 (tiga peubah). Untuk minterm, setiap peubah yang bernilai 0
dinyatakan dalam bentuk komplemen, sedangkan peubah yang bernilai 1 dinyatakan tanpa
komplemen. Sebaliknya untuk maxterm, setiap peubah yang bernilai 0 dinyatakan tanpa
komplemen, sedangkan yang bernilai 1 dinyatakan dalam bentuk komplemen.
Tabel 4.6
Minterm Maxterm
x y
Suku Lambang Suku Lambang
0 0 x y m0 x+y M0
0 1 x y m1 x + y M1
1 0 xy m2 x + y M2
1 1 xy m3 x + y M3
Tabel 4.7
Minterm Maxterm
x y z
Suku Lambang Suku Lambang
0 0 0 x y z m0 x+y+z M0
0 0 1 x y z m1 x + y + z M1
0 1 0 x y z m2 x + y + z M2
0 1 1 x y z m3 x + y + z M3
1 0 0 x y z m4 x + y + z M4
1 0 1 x y z m5 x + y + z M5
1 1 0 m6 x + y + z M6
x y z
1 1 1 m7 M7
xyz x + y + z
Jika diberikan sebuah tabel kebenaran, kita dapat membentuk fungsi Boolean dalam bentuk
kanonik (SOP atau POS) dari tabel tersebut dengan cara mengambil minterm atau maxterm
dari setiap nilai fungsi yang bernilai 1 (untuk SOP) atau 0 (untuk POS).
50[Aljabar Boolean]
Contoh 4.8
Nyatakan fungsi Boolean , , = + dalam bentuk kanonik SOP dan POS.
Penyelesaian:
(a) SOP
Kita harus melengkapi terlebih dahulu literal untuk setiap suku agar jumlahnya sama.
= +
= +
= + + +
= + + +
= +
= +
Jadi, , , = +
= + + + +
= + + + +
atau , , = 1 + 4 + 5 + 6 + 7 = (1,4,5,6,7)
(b) POS
, , = +
= + ( + )
Kita harus melengkapi terlebih dahulu literal pada setiap suku agar jumlahnya sama.
+ = + +
= + + + +
+ = + +
= + + ( + + )
Jadi, , , = + + + + + + + +
= + + + + ( + + )
atau , , = 0 2 3 = (0,2,3)
51[Aljabar Boolean]
Soal Latihan
Misalkan dua peubah di dalam fungsi Boolean adalah x dan y. Baris pada peta
Karnaugh untuk peubah x dan kolom untuk peubah y. Baris pertama diidentifikasikan nilai 0
(menyatakan x ), sedangkan baris kedua dengan 1 (menyatakan x). Kolom pertama
diidentifikasi nilai 0 (menyatakan y ), sedangkan kolom kedua dengan 1 (menyatakan y).
Setiap kotak merepresentasikan minterm dari kombinasi baris dan kolom yang bersesuaian.
Di bawah ini diberikan tiga cara yang biasa digunakan untuk menggambarkan peta Karnaugh
untuk dua peubah.
y
0 1 y y
mo m1 x 0 x y x y x x y x y
m2 m3 1 xy xy x xy xy
Penyajian 1 Penyajian 2 Penyajian 3
Perhatikan bahwa dua kotak yang bertetangga hanya berbeda satu literal. Misalnya kotak xy
dan xy, hanya berbeda pada literal kedua (y dan y), sedangkan literal pertama sama (yaitu
x). Jika minterm pada setiap kotak direpresentasikan dengan string biner, maka dua kotak
yang bertetangga hanya berbeda 1 bit (contohnya 00 dan 01 pada kedua kotak tersebut hanya
berbeda 1 bit, yaitu pada bit kedua).
Peta Karnaugh dapat dianggap sebagai diagram Venn, yang dalam hal ini x diwakili
oleh titik-titik pada baris pertama, dan y diwakili titik-titik pada kolom kedua, seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
y y
0 1 0 1
x 0 x y x y x 0 x y x y
1 xy Xy 1 xy Xy
x diarsir y diarsir
54[Metode Peta Karnaugh]
Contoh 5.1
Gambarkan peta Karnaugh untuk , = +
Penyelesaian:
Peubah tanpa komplemen dinyatakan sebagai 1 dan peubah dengan komplemen dinyatakan
sebagai 0, sehingga xy dinyatakan sebagai 11 dan xy dinyatakan sebagai 01. Kotak-kotak
yang merepresentasikan minterm 11 dan 01 diisi dengan 1, sedangkan kotak-kotak yang
tidak terpakai diisi dengan 0.
Hasil pemetaan:
y
0 1
x 0 0 1
1 1 1
Untuk fungsi Boolean dengan tiga peubah (misalnya x, y, dan z), jumlah kotak di
dalam peta Karnaugh meningkat menjadi 23 = 8. Baris pada peta Karnaugh untuk peubah x
dan kolom untuk peubah yz. Baris pertama diidentifikasi nilai 0 (menyatakan x ), sedangkan
baris kedua dengan 1 (menyatakan x). Kolom pertama diidentifikasi nilai 00 (menyatakan
xy ), kolom kedua diidentifikasi nilai 01 (menyatakan xy), kolom ketiga diidentifikasi nilai
11 (menyatakan xy), sedangkan kolom keempat diidentifikasi nilai 10 (menyatakan xy ).
Perhatikan bahwa antara satu kolom dengan kolom berikutnya hanya berbeda satu bit. Setiap
kotak merepresentasikan mintern dari kombinasi baris dan kolom yang bersesuaian.
yz
00 01 11 10
m0 m1 m3 m2 x 0 xyz xyz xyz xyz
m4 m5 m7 m6 1 xyz xyz xyz xyz
Perhatikan urutan dari mi-nya. Urutan disusun sedemikian rupa sehingga setiap dua kotak
yang bertetangga hanya berbeda satu bit.
Contoh 5.2
Gambarkan peta Karnaugh untuk , , = + +
Penyelesaian:
xyz dalam bentuk biner: 010
xyz dalam bentuk biner 110
55[Metode Peta Karnaugh]
Kotak-kotak yang mempresentasikan minterm 010,110, dan 111 diisi dengan 1, sedangan
kotak-kotak yang tidak terpakai diisi dengan 0.
yz
00 01 11 10
x 0 xyz xyz xyz xyz
1 xyz xyz xyz xyz
Misalkan empat peubah di dalam fungsi Boolean adalah w, x, y, dan z. Jumlah kotak di
dalam peta Karnaugh meningkat menjadi 24 = 16. Baris pada peta Karnaugh untuk peubah
wx dan kolom untuk peubah yz. Baris pertama diidentifikasi nilai 00 (menyatakan w x ),
baris kedua dengan 01 (menyatakan w x), baris ketiga dengan 11 (menyatakan (wx) dan
baris keempat dengan 10 (menyatakan wx ). Kolom pertama diidentifikasi nilai 00
(menyatakan y z ), kolom kedua diidentifikasi nilai 01 (menyatakan yz ), kolom ketiga
diidentifikasi nilai 11 (menyatakan yz), sedangkan kolom keempat diidentifikasi nilai 10
(menyatakan yz ). Pertahatikanlah bahwa antara satu kolom berikutnya hanya berbeda satu
bit. Setiap kotak merepresentasikan minterm dari kombinasi baris dan kolom yang
bersesuaian.
yz
00 01 11 10
m0 m1 m3 m2 wx 00 wxyz wxyz wxyz wxyz
m4 m5 m7 m6 01 wxyz wxyz wxyz wxyz
m12 m13 m15 m14 11 wxyz wxyz wxyz wxyz
m8 m9 m11 m10 10
wxyz wxyz wxyz wxyz
Perhatikan urutan dari mi-nya. Urutan disusun sedemikian rupa sehingga setiap dua kotak
yang bertetangga hanya berbeda satu bit.
Contoh 5.3
Diberikan fungsi Boolean yang direpresentasikan dengan tabel kebenaran (tabel 5.1).
56[Metode Peta Karnaugh]
Penyelesaian:
Fungsi Boolean yang merepresentasikan tabel kebenaran adalah
f (w, x, y, z) = wxyz + wxyz + wxyz + wxyz.
Hasil pemetaan tabel ke peta Karnaugh:
yz
00 01 11 10
wx 00 0 1 0 1
01 0 0 1 1
11 0 0 0 1
10 0 0 0 0
57[Metode Peta Karnaugh]
Soal Latihan
1. Diberikan fungsi Boolean yang direpresentasikan dengan tabel kebenaran (Tabel 5.1).
Petakan fungsi tersebut ke peta Karnaugh.
Tabel 5.1
x y f(x,y)
0 0 0
0 1 0
1 0 1
1 1 1
3. Diberikan fungsi Boolean dengan tiga peubah yang direpresentasikan dengan tabel
kebenaran (Tabel 5.2). Petakan fungsi tersebut ke peta Karnaugh.
Tabel 5.2
x Y z f(x,y,z)
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 1 1
58[Metode Peta Karnaugh]
DAFTAR PUSTAKA
59[Daftar Pustaka]