Alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah, buku Kalkulus II ini telah tersele-
saikan. Terima kasih kepada Institut Teknologi Kalimantan yang telah mendukung
dan mendanai pembuatan buku ini.
Buku Kalkulus ini mengambil materi dan menerjemahkan dari berbagai sumber
dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada maha-
siswa. Semoga buku ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa
dalam mempelajari Kalkulus.
Buku edisi pertama ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Karenanya, segala
bentuk saran dan kritik untuk kemajuan buku ini sangat diharapkan dan dapat
disampaikan melalui spancahayani@itk.ac.id dan retnowahyu@itk.ac.id.
Daftar Isi ii
1 Fungsi Transenden 1
1.1 Fungsi Logaritma Alami . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Fungsi Invers dan Turunannya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
1.3 Fungsi Eksponensial Alami . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
1.4 Fungsi Eksponensial dan Logaritma Umum . . . . . . . . . . . . . . . 25
1.5 Pertumbuhan dan Peluruhan Eksponensial . . . . . . . . . . . . . . . 34
1.6 Fungsi Invers Trigonometri dan Turunannya . . . . . . . . . . . . . . 44
1.7 Fungsi Hiperbolik dan Inversnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
2 Aplikasi Integral 61
2.1 Luas Daerah Bidang Rata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
2.2 Volume Benda-Pejal: Lempengan, Cakram, Cincin . . . . . . . . . . . 68
2.3 Volume Benda-Pejal Putar: Kulit Silinder . . . . . . . . . . . . . . . 73
2.4 Panjang Kurva . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
2.5 Kerja dan Gaya Fluida . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 86
2.6 Momen dan Pusat Massa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91
3 Teknik Integrasi 97
iii
iv Daftar Isi
Fungsi Transenden
Untuk menggali lebih dalam mengenai kalkulus, perlu mengenal lebih banyak
jenis fungsi. Fungsi pertama yang dipilih adalah fungsi logaritma alami.
x2 1 x−2
Dx ( ) = x1 , Dx (x) = x0 , Dx (??) = x−1 , Dx (− ) = x−2 , Dx (− ) = x−3
2 x 2
Definisi 1.1.1. Fungsi Logaritma Alami, dinyatakan oleh ln, didefinisikan oleh
Z x
1
f (x) = ln x = dt, x>0
1 t
Daerah asal fungsi logaritma alami adalah himpunan bilangan real positif.
Gambar 1.1 menunjukkan arti geometri dari ln x. Fungsi logaritma alami meng-
ukur luas di bawah kurva y = 1/t di antara 1 dan x, jika x > 1 maka f (x) bernilai
positif, sedangkan jika 0 < x < 1 maka f (x) bernilai negatif.
1
2 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Gambar 1.1:
Hasil tersebut dapat dikombinaskan dengan Aturan Rantai. Misalkan u = f (x) > 0
dan f terdeferensialkan, maka
1
Dx ln u = Dx u
u
1 2x − 1
Dx ln(x2 − x − 2) = Dx (x2 − x − 2) = 2
x2 −x−2 x −x−2
Teorema 1.1.1.
1
Dx ln |x| = , x 6= 0
x
1.1. FUNGSI LOGARITMA ALAMI 3
Bukti
Pembuktiannya akan terbagi menjadi 2 kasus. Kita mulai dengan kasus I yaitu
x > 0, Dx ln |x| = Dx ln x = x1 .
Selanjutnya, untuk kasus II yakni x < 0,
1 1
Dx ln |x| = Dx ln(−x) = −x
(−1) = x
R
Teorema 1.1.1 ini menjawab xr dx = xr+1 /(r + 1) kecuali untuk pangkat r = −1.
x2 −x
R
Contoh 1.1.2. Carilah x+1
dx
Jawab
x2 − x 2
= (x − 2) +
x+1 x+1
Z 2
x −x
Z Z
1
dx = (x − 2)dx + 2 dx
x+1 x+1
x2
Z
1
= − 2x + 2 dx
2 x+1
x2
= − 2x + 2 ln |x + 1| + C
2
Teorema 1.1.2. Jika a dan b bilangan-bilangan positif dan r sebuah bilangan ra-
sional, maka
(i) ln 1 = 0 (ii) ln ab = ln a + ln b
(iii) ln ab = ln a − ln b (iv) ln ar = r ln a
4 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
q
3 (x−1
Contoh 1.1.3. Dapatkan turunan dari y = ln x2
x>1
Jawab menggunakan sifat logaritma alami untuk menyederhanakan y.
x − 1 1/3 1 x−1
y = ln( 2
) = ln( 2 )
x 3 x
1 1
y = [ln(x − 1) − ln x2 ] = [ln(x − 1) − 2 ln x]
3 3
jadi,
dy 1 1 2 2−x
= [ − ]=
dx 3 x−1 x 3x(x − 1)
√
1−x2
Contoh 1.1.4. Dapatkan turunan dari y = (x+1)2/3
1 2
ln y = ln(1 − x2 ) − ln(x + 1)
2 3
1 dy −2 2 −(x + 2)
= 2
− =
y dx 2(1 − x ) 3(x + 1) 3(1 − x2 )
sehingga
√
dy y(x + 2) − 1 − x2 (x + 2)
=− =
dx 3(1 − x2 ) 3(x + 1)2/3 (1 − x2 )
−(x + 2)
=
3(x + 1)2/3 (1 − x2 )1/2
Telah kita ketahui bahwa daerah asal dari f (x) = ln x adalah Df = {x >
1
0|x ∈ R} dan daerah hasilnya adalah Rf = R. Akibatnya, Dx ln x = x
> 0 dan
Dx2 ln x = − x12 < 0 pada (0, ∞). Dengan demikian, Gambar 1.2 menunjukkan bahwa
1.1. FUNGSI LOGARITMA ALAMI 5
fungsi f (x) = ln x bersifat monoton naik dan cekung ke bawah. Sifat limit fungsi di
sekitar 0 dan x membesar
Gambar 1.2:
Z
d 1 dx
ln |x| = , x 6= 0; = ln |x| + C, x 6= 0
dx x x
d u0 (x)
ln |u(x)| = , dengan syarat u(x) 6= 0 dan u terdiferensialkan
dx u(x)
Integral Trigonometri
−1
Z Z Z
sin x
tan x dx = dx = (− sin x dx) = − ln | cos x| + C
cos x cos x
6 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Latihan 1.1
b. Dx ln(x2 + 3x + π)
c. Dx ln(x − 4)3
dy
d. dx
jika y = sin(ln 2x)
dy
d. dx
jika y = ln(sin 2x)
dy 1−x 2
e. dx
jika y = ln 1+x 2
dy
f. dx
jika y = x2 ln x2 + (ln x)3
dy ln x
g. dx
jika y = + (ln x1 )3
x2 ln x2
dy
√
h. dx jika y = ln(x + x2 + 1)
dy
√
i. dx jika y = ln(x + x2 − 1)
√
j. f 0 (81) jika f (x) = ln 3 x
6v+9
R
a. 3v 2 +9v
dv
−1
R
b. x(ln x)2
dx
R3 x4
c. 0 2x5 +π
dx
R π/3
d. 0
tan x dx
R1 t+1
e. 0 2t2 +4t+3
dt
cos x
R
f. 1+sin x
dx
1.1. FUNGSI LOGARITMA ALAMI 7
x2
R
g. x−1
dx
x2 +x
R
h. 2x−1
dx
x4
R
i. x+4
dx
x3 +x2
R
j. x+2
dx
a. 2 ln(x + 1) − ln x
1
b. 2
ln(x − 9) + 12 ln x
c. ln(x − 2) − ln(x + 2) + 2 ln x
dy
4. Carilah dx
dengan menggunakan diferensiasi logaritmik
a. y = √x+11
x3 −4
a. 2 ln |x|
b. ln x1
√
c. ln x
d. ln(x − 2)
8 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Gambar 1.3:
hasilnya adalah D. Fungsi ini disebut fungsi invers (fungsi balikan) f . Gambar 1.3
adalah y = f (x) = 2x, maka x = f −1 (y) = 21 y. Begitu pula jika y = f (x) = x3 − 1,
√
maka x = f −1 (y) = 3 y + 1.
Menjadi sebuah keuntungan apabila kita memiliki kriteria sederhana untuk memu-
tuskan apakah suatu fungsi f memiliki invers. Teorema berikut memberikan syarat
keberadaan suatu fungsi kontinu f mempunyai invers.
Teorema 1.2.1. Jika f monoton murni pada daerah asal, maka f mempunyai
invers.
Bukti Misalkan x1 dan x2 adalah dua bilangan dalam daerah asal f , dengan
x1 < x2 . Karena f monoton, f (x1 ) < f (x2 ) atau f (x1 ) > f (x2 ). Bagaimanapun
1.2. FUNGSI INVERS DAN TURUNANNYA 9
f (x1 ) 6= f (x2 ). Jadi x1 6= x2 berarti f (x1 ) 6= f (x2 ) yang bermakna bahwa f adalah
fungsi satu-satu dan karenanya mempunyai invers.
Terdapat cara untuk membuat suatu fungsi memiliki invers dari suatu fungsi
yang awalnya tidak memiliki invers dalam daerah asalnya karena tidak monoton,
kita cukup membatasi daerah asalnya pada suatu himpunan sehingga fungsi tersebut
pada selang daerah asal yang baru akan turun atau akan naik saja (monoton).
Misalnya untuk y = f (x) = x2 kita dapat membatasi pada daerah asal x ≥ 0
atau x ≤ 0 sedangkan untuk y = g(x) = sin x, kita dapat membatasi pada interval
[−π/2, π/2]. Maka kedua fungsi memiliki invers seperti yang terlihat pada gambar
1.4. [!h] Jika f memiliki invers f −1 maka f −1 juga memiliki invers, yakni f . Kita
Gambar 1.4:
Contoh 1.2.2. Perhatikan bahwa f (x) = 2x + 6 memiliki invers, cari rumus untuk
f −1 (y) dan periksa kebenarannya.
Jawab oleh karena f fungsi naik, maka mempunyai invers. Untuk mencari f −1 (y),
kita memecahkan f (x) = 2x + 6 untuk x, sehingga x = (y − 6)/2 = f −1 (y).
x = f −1 (y) ⇔ y = f (x).
Akibatnya y = f (x) dan x = f −1 (y) menentukan pasangan (x, y) yang sama, se-
hingga memiliki grafik yang identik. Dapat kita bayangkan bahwa dengan menukar
peranan x dan y pada grafik tidak lain merupakan hasil pencerminan grafik ter-
hadap garis y = x. Jadi grafik y = f −1 (x) adalah gambar cermin grafik y = f (x)
terhadap garis y = x (Gambar 1.5) [!h] Dari y = f (x) ⇔ x = f −1 (y), aturan fungsi
Gambar 1.5:
√
Perhatikan bahwa pada saat y = f (x) = x2 didapatkan x = ± y, yang segera
memperlihatkan bahwa f −1 tidak ada, tentu saja terkecuali kita membatasi daerah
asal untuk menghilangkan salah satu tanda (+) atau (-)
Jawab
Langkah 1
x
y=
1−x
(1 − x)y = x
y − xy = x
x + xy = y
x(1 + y) = y
y
x=
1+y
Langkah 2
y
f −1 (y) =
1+y
Langkah 3
x
f −1 (x) =
1+x
a−c
melalui titik (b, a) dan (d, c) adalah mg2 = b−d
. Dari sini diperoleh hubungan
a−c 1 1
mg2 = = b−d =
b−d a−c
mg1
1
(f −1 )0 (y) =
f 0 (x)
dx 1
=
dy dy/dx
maka
dx 1 1 1 1 1
= dy = 2 = 1/3 2
= 2/3 = p
dy dx
3x 3(y ) 3y 3 y2
3
1 1 1
(f −1 )0 (4) = = =
f 0 (1) 5+2 7
1.2. FUNGSI INVERS DAN TURUNANNYA 13
Latihan 1.2
1. Dalam setiap kasus dalam gambar 1.6, tentukan apakah f mempunyai invers.
[!h]
Gambar 1.6:
a. f (x) = −x5 − x3
b. cos θ, 0≤θ≤π
cos x π
c. cot x = sin x
, 0<x≤ 2
e. f (x) = x7 + x5
f. f (x) = x2 + x − 6, x≥2
a. f (x) = x + 1
b. f (x) = − x3 + 1
√
c. f (x) = x + 1
√
d. f (x) = − 1 − x
1
e. f (x) = − x−3
q
1
f. f (x) = x−2
i. f (x) = (x − 1)3
5
j. f (x) = x 2
x−1
k. f (x) = x+1
l. f (x) = ( x−1
x+1
)3
x3 +2
m. f (x) = x3 +1
3
n. f (x) = ( xx3 +2
+1
)5
a. f (x) = 2x2 + x − 4
b. f (x) = x2 − 3x + 1
1.2. FUNGSI INVERS DAN TURUNANNYA 15
Gambar 1.7:
16 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Gambar 1.8:
[!h]
Definisi 1.3.1. Invers dari ln disebut fungsi eksponensial alami dan dinotasikan
sebagai exp. Dengan demikian,
x = exp y ⇔ y = ln x
1. exp(ln x) = x, x > 0
Karena exp dan ln adalah fungsi yang saling invers, maka grafik dari y = exp x
adalah grafik y = ln x yang dicerminkan terhadap garis y = x, seperti terlihat pada
Gambar 1.9.
[!h]
1.3. FUNGSI EKSPONENSIAL ALAMI 17
Gambar 1.9:
Definisi 1.3.2. Huruf e menotasikan suatu bilangan real positif dan tunggal sedemikian
sehingga terpenuhi ln e = 1.
• e = ln−1 1
1
• e = limh→0 (1 + h) h
1 1 1
• e = limn→∞ 1 + 1!
+ 2!
+ ··· + n!
[!h]
Gambar 1.10 mengilustrasikan definisi bilangan Euler. Area di bawah kurva
y = 1/x antara x = 1 dan x = e. Karena ln e = 1, maka benar juga bahwa
exp 1 = e. Bilangan e, sepertihalnya π, adalah bilangan irasional. Bilangan e telah
18 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Gambar 1.10:
dihitung hingga ribuan digit angka di belakang koma, beberapa angka pertama di
belakang koma adalah
e ≈ 2, 718281828459045.
Dengan demikian, untuk sebarang bilangan rasional r, exp r identik dengan er yang
merupakan invers dari logaritma alami. Namun, bagaimana jika r adalah bilangan
irasional? Tidak pernah ada pangkat irasional yang didefinisikan dengan pendekatan
atau cara tertentu.
ex = exp x
Perhatikan bahwa persamaan (1) dan (2) pada awal subbab ini berubah menjadi
Dengan demikian kita sekarang dapat dengan mudah membuktikan dua dari sifat-
sifat eksponen yang terkenal.
Teorema 1.3.1. Misalkan a dan b adalah sebarang bilangan real, maka ea eb = ea+b
dan ea /eb = ea−b .
Turunan dari ex
Karena exp dan ln adalah dua buah fungsi yang saling invers, maka berdasarkan
Teorema 1.2.2, exp x = ex dapat diturunkan. Untuk mendapatkan rumus Dx ex , kita
bisa menggunakan teorema tersebut. Namun, kita juga bisa menggunakan alternatif
lain dengan memisalkan y = ex sehingga
x = ln y
Sekarang kita turunkan kedua sisi terhadap x. Dengan menggunakan Aturan Rantai,
kita peroleh:
1
1 = Dx y
y
Dengan demikian,
Dx y = y = ex
20 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Kita telah membuktikan fakta bahwa ex adalah turunan bagi dirinya sendiri; yaitu
Dx ex = ex
Dx eu = eu Dx u
√
x
Contoh 1.3.1. Dapatkan Dx e
√
Jawab Dengan memisalkan u = x, kita dapatkan
√
√ √ √ √ 1 e x
Dx e x
=e x
Dx x = e x
· x−1/2 = √
2 2 x
2
Contoh 1.3.2. Dapatkan Dx ex ln x
Jawab
2 2
Dx ex ln x
= ex ln x
Dx (x2 ln x)
x2 ln x 2 1
=e x · + 2x ln x)
x
2
= xex ln x
(1 + ln x2 )
Contoh 1.3.3. Misalkan f (x) = xex/2 . Dapatkan selang di mana f naik dan turun.
Dapatkan pula dimana ia cekung atas dan cekung bawah. Selanjutnya, identifikasi
nilai-nilai ekstrim dan titik beloknya. Kemudian sketsakan grafiknya.
Jawab
xex/2
0 x+2
f (x) = + ex/2 = ex/2
2 2
1.3. FUNGSI EKSPONENSIAL ALAMI 21
dan
ex/2 ex/2
x+2 x+4
f ”(x) = + = ex/2
2 2 2 4
Perhatikan bahwa ex/2 untuk setiap x dan f 0 (x) < 0 untuk x < −2, f (−2) = 0,
sedangkan f 0 (x) > 0 untuk setiap x > −2. Dengan demikian, f turun pada [−2, ∞),
dan titik maksimumnya terjadi pada saat x = −2, yaitu f (−2) = −2/e ≈ −0, 7.
Perhatikan pula, bahwa f 00 (x) < 0 untuk setiap x < −4, f 00 (−4) = 0 dan f 00 (x) > 0
untuk x > −4. Dengan demikian, grafik f cekung bawah pada (−∞, −4) dan cekung
atas pada (−4, ∞) dan titik belok terjadi pada (−4, −4e−2 ) ≈ (−4, −0, 54). Karena
limx→−∞ xex/2 = 0, maka garis y = 0 adalah asimptot datar bagi f . Gambar 1.11
memberikan sketsa grafik f = xex/2
Gambar 1.11:
[!h]
R
Formula Dx ex = ex secara otomatis memberikan formula integral ex dx =
ex + C, atau dengan menggantikan x dengan u, kita peroleh
Z
eu du = eu + C.
22 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
e−4x dx
R
Contoh 1.3.4. Hitung
Jawab Misalkan u = −4x, maka du = −4 dx. Selanjutnya kita peroleh
Z Z
−4x 1 1 1
e dx = − eu du = − eu + C = − e−4x + C
4 4 4
R2 6e1/x
Contoh 1.3.5. Hitung 1 x2
dx
Jawab Dengan memisalkan u = 1/x, kita dapatkan du = (−1/x2 )dx. Selanjutnya,
u = 1 untuk x = 1 dan u = 1/2 untuk x = 2. Kemudian,
2 1/2
6e1/x
Z Z
dx = −6eu du
1 x2
Z1 1
= 6eu du
1/2
= [6eu ]11/2
√
= 6(e − e)
R3 2
Contoh 1.3.6. Hitung 1
xe−3x dx
Jawab Misalkan u = −3x2 , maka du = −6x dx, sehingga u = −3 untuk x = 1 dan
u = −27 untuk x = 3. Dengan demikian
3
1 −27 u
Z Z
−3x2
xe dx = − e du
1 6 −3
1
= [eu ]−3
6 −27
1 1 1
= −
6 e3 e27
1.3. FUNGSI EKSPONENSIAL ALAMI 23
Latihan 1.3.1.
3. Dapatkan Dx y
2
(a) y = ex+2 (b) y = e2x −x
√ √ √
2
x+2
(c) y = e (d) y = ex2 + e x
2 2 3
(e) y = e1/x + 1/ex (f) y = ex ln x
6. Dapatkan volume benda padat yang didapatkan dengan cara memutar daerah
yang dibatasi kurva y = ex , y = 0, x = 0, dan x = ln 3 terhadap sumbu−x
24 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
2
7. Daerah yang dibatasi oleh y = e−x , y = 0, x = 0, dan x = 1 diputar terhadap
sumbu−y. Dapatkan volume benda padat yang dihasilkan.
8. Dapatkan luas daerah yang dibatasi oleh kurva y = e−x dan garis yang melalui
titik (0, 1) dan (1, 1/e).
ar = exp(ln ar ) = exp(r ln a) = er ln a
ax = ex ln a
Tentu pendefinisian ini akan lebih tepat jika sifat-sifat yang berlaku pada ekspo-
nen juga valid dengan definisi tersebut. Selanjutnya, berdasarkan definisi di atas,
kita dapatkan sifat sebagai berikut:
ln(ax ) = ln(ex ln a ) = x ln a
Sifat-Sifat ax
Pada bagian ini, kita akan mengetahui sifat-sifat eksponen dan bagaimana cara
menurunkan dan mengintegralkan ax .
(i) ax ay = ax+y
ax
(ii) ay
= ax−y
26 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
(iv) (ab)x = ax bx
a x ax
(v) b
= bx
Bukti
Kita akan membuktikan (ii) dan (iii), selebihnya ditinggalkan untuk latihan.
(ii)
ax ln(ax /ay ) ln ax −ln ay
= e = e
ay
= ex ln a−y ln a = e(x−y) ln a = ax−y
Dx ax = ax ln a
Z
x 1
a dx = ax + C, a 6= 1
ln a
bukti
Dx ax = Dx (ex ln a ) = ex ln a Dx (x ln a) = ax ln a
Contoh 1.4.1.
√
x
1. Dapatkan Dx (3 )
4 +2
2. Dapatkan dy/dx jika y = (x4 + 2)5 + 5x
R 3
3. dapatkan 2x x2 dx
1.4. FUNGSI EKSPONENSIAL DAN LOGARITMA UMUM 27
Jawab
√
1. Dengan Aturan Rantai dan misalkan u = x,
√
x
√
x
√
Dx (3 )=3 ln 3 · Dx x
√
x
3 ln 3
= √
2 x
2. h i
4 5 x4 +2
dy d (x + 2) + 5
=
dx dx
4
= 5(x + 2) · 4x3 + 5x +2 ln 5 · 4x3
4 4
h i
3 4 4 x4 +1
= 20x (x + 2) + 5 ln 5
Fungsi loga
Perhatikan bahwa jika 0 < a < 1 maka f (x) = ax merupakan fungsi turun
dan menjadi fungsi naik jika a > 1. f (x) = ax sebagaimana pemeriksaan dengan
menggunakan turunan. Di lain pihak, f memiliki invers yang kita sebut sebagai
fungsi logaritma dengan basis a. Hal ini ekuivalen dengan definisi berikut.
28 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
y = loga x ⇔ x = ay
Secara umum, jika logaritma tersebut memiliki basis 10, maka kita sebut sebagai
logaritma biasa. Namun, dalam kalkulus maupun ilmu matematika lanjut, basis
signifikan yang dipakai adalah e. Perhatikan bahwa loge adalah invers dari f (x) = ex
yang merupakan bentuk lain dari ln; yaitu
loge x = ln x
ln x = y ln a
ln x
loga x =
ln a
Dari bentuk di atas, terlihat bahwa loga memenuhi sifat-sifat yang berhubungan
dengan logaritma. Akibatnya, kita peroleh
1
Dx loga x =
x ln a
dy
Contoh 1.4.2. jika y = log10 (x4 + 13), dapatkan dx
dy 1 4x3
= 4 · 4x3 = 4
dx (x + 13) ln 10 (x + 13) ln 10
1.4. FUNGSI EKSPONENSIAL DAN LOGARITMA UMUM 29
Gambar 1.12:
[!h]
Bermula dari membandingkan tiga buah grafik y = ax , y = xa , dan y = xx pada
Gambar 1.12. Lebih umum, misalkan a adalah sebuah konstanta. Turunan dari
fungsi eksponensial y = ax dan fungsi pangkat y = xa masing- masing adalah
Dx (ax ) = ax ln a
dan
a a a
Dx (xa ) = Dx (eln x ) = ea ln x · = xa · = axa−1
x x
Formula di atas berlaku untuk a rasional maupun irasional. Aturan integral pun
berlaku untuk a irasional, yaitu
xa+1
Z
xa dx = + C, a 6= −1
a+1
Contoh 1.4.3. Jika y = xx , x > 0, dapatkan Dx y dengan dua metode yang berbeda.
Jawab
Metode 1 Pertama, kita tulis
y = xx = ex ln x
y = xx
ln y = x ln x
1 1
Dx y = x · + ln x
y x
Dx y = y(1 + ln x) = xx (1 + ln x)
Jawab
Dengan menggunakan turunan logaritma, kita dapatkan
ln y = (sin x) ln(x2 + 1)
1 dy 2x
= (sin x) 2 + (cosx) ln(x2 + 1)
y dx x +1
dy 2 sin x 2x 2
= (x + 1) (sin x) 2 + (cosx) ln(x + 1)
dx x +1
1.4. FUNGSI EKSPONENSIAL DAN LOGARITMA UMUM 31
R1 51/x
Contoh 1.4.5. Hitung 1/2 x2
dx
Jawab
Misalkan u = 1/x, sehingga du = (−1/x2 ) dx. u = 2 untuk x = 1/2 dan u = 1
untuk x = 1. Dengan demikian,
1 1
51/x
Z Z
dx = −5u du
1/2 x2 2
Z 2
= 5u du
1
u 2
5
=
ln 5 1
52 5
= −
ln 5 ln 5
20
=
ln 5
Latihan 1.4.1.
(a) log2 8 = x
(b) logx 64 = 4
x
(c) 2 log9 3
=1
1
(d) log4 2x
=3
(a) Dx (62x )
2 −3x
(b) Dx (32x )
32 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
(c) Dx log3 ex
3. Dapatkan dy/dx
2
(a) y = 10(x ) + (x2 )10
5. Dapatkan daerah asal dari setiap fungsi f yang diberikan, kemudian cari se-
lang naik, turun, cekung atas, dan cekung bawah. Identifikasi juga nilai-nilai
ekstrim dan titik beloknya. Selanjutnya sketsakan grafik y = f (x)
ax −1
6. Didefinisikan f (x) = ax +1
untuk suatu a yang tetap, a > 0, a 6= 1. Tunjukkan
bahwa f punya invers dan dapatkan formula untuk f −1 (x).
1.4. FUNGSI EKSPONENSIAL DAN LOGARITMA UMUM 33
7. Untuk suatu a > 1 tetap, misalkan f (x) = xa /ax pada [0, ∞). Tunjukkan:
(c) xa = ax memiliki dua buah solusi jika a 6= e dan hanya satu solusi jika
a = e;
(d) π e < eπ
34 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Pada permulaan tahun 2004, populasi dunia mencapai sekitar 63 miliar. Men-
jelang tahun 2020, diperkirakan populasi akan mencapai 7,9 miliar. Pertanyaannya
adalah bagaimana prediksi itu dibuat? Untuk medapatkan prediksi tersebut, per-
tama kita misalkan y = f (t) menotasikan besarnya populasi pada waktu t, dimana
t adalah banyaknya tahun setelah 2004. Sebenarnya, f (t) adalah sebuah bilangan
bulat dan grafiknya ”melompat” saat seseorang terlahir atau meninggal. Namun,
untuk populasi yang besar, lompatan-lompatan ini terhitung kecil terhadap total
populasi, yakni kita tidak akan salah jauh jika kita menganggap f sebagai fungsi
yang bisa diturunkan.
Cukup masuk akal jika kita memisalkan kenaikan populasi ∆y (kelahiran dikurangi
kematian) selama selang waktu tertentu ∆x sebanding dengan besarnya populasi
pada permulaan periode waktu dan panjangnya periode tersebut. Dengan demikian,
∆y = ky∆t, atau
∆y
= ky
∆x
Dalam bentuk limit, kita dapatkan bentuk persamaan diferensial
dy
= ky
dx
Jika k > 0, maka populasi akan naik. Jika k < 0, maka populasi akan turun. Untuk
populasi dunia, sejarah mengindikasikan nilai k sekitar 0,0132(dengan mengasum-
sikan t yang diukur dalam tahun)
dy
= k dt
y
Z Z
dy
= k dt
y
ln y = kt + C
y
ln y − ln y0 = kt ⇔ = ekt
y0
atau
y = y0 ekt (1.1)
y = 6, 4e1,0132t
Menjelang tahun 2020, saat t = 16, kita bisa memprediksikan bahwa y akan sekitar
Contoh 1.5.1. Berdasarkan asumsi di atas, berapa lama jumlah populasi dunia
menjadi dua kali dari jumlah sekarang?
Jawab
36 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
12, 8 = 6, 4e0,0132t
2 = e0,0132t
ln 2 = 0, 0132t
ln 2
t= ≈ 53 tahun
0, 0132
Jika populasi dunia akan menjadi dua kali lipat pada 53 tahun pertama setelah 2004,
maka populasi tersebut akan menjadi empat kali lipat pada 106 tahun berikutnya.
Secara umum, jika sebuah kuantitas tumbuh secara eksponensial dari y0 menjadi
2y0 dalam suatu interval sepanjang T , maka ia juga akan menjadi dua kali lipat
pada sebarang interval sepanjang T , karena
Peluruhan Radioakif
dy
= ky
dx
1.5. PERTUMBUHAN DAN PELURUHAN EKSPONENSIAL 37
tetapi dengan nilai k negatif dan y = y0 ekt tetap menjadi solusi bagi persamaan
diferensial tersebut.
Contoh 1.5.2. Carbon 14 bersifat radioaktif dan meluruh pada sebuah laju yang
sebanding dengan jumlah awalnya. Waktu paruhnya adalah 5730 tahun, yakni, ia
membutuhkan 5730 tahun untuk meluruh setengah dari jumlah aslinya. Jika saat
ini terdapat 10 gram Carbon, berapakah massanya setelah 2000 tahun?
Jawab
Karena waktu paruh Carbon 14 adalah 5730 tahun, maka kita dapat menentukan
nilai k dari
− ln 2 = 5730k
− ln 2
k= ≈ 0, 000121
5730
y = 10e0,000121t
y = 10e0,000121(2000) ≈ 7, 85 gram
tasikan suhu benda pada waktu t, maka Hukum Pendinginan Newton menyatakan
dT
k(T − T1 )
dt
Contoh 1.5.3. Sebuah benda diambil dari oven pada suhu 350◦ F kemudian dit-
inggalkan agar mendingin pada suatu ruang yang bersuhu 70◦ F . Jika suhu benda
tersebut turun menjadi 250◦ F dalam waktu satu jam, menjadi berapakah suhunya
pada tiga jam berikutnya?
Jawab
Kita bisa menulis persamaan diferensial sebagai
dT
= k(T − 70)
dt
dT
= k dt
Z T − 70 Z
dT
= kdt
T − 70
ln |T − 70| = kt + C
Karena suhu awalnya lebih besar dari 70, maka cukup masuk akal jika benda tersebut
akan mandingin hingga suhunya mencapai 70, dengan demikian T −70 akan bernilai
positif dan nilai mutalknya tidak dibutuhkan. Akibatnya
T − 70 = ekt+C
T = 70 + C1 ekt
C1 :
280 = C1
T (t) = 70 + 280ekt
Untuk mendapatkan k kita masukkan syarat batas bahwa pada waktu t = 1, benda
tersebut bersuhu T (1) = 250.
280ek = 180
180
ek =
280
180
k = ln ≈ −0, 44183
280
T (t) = 70 + 280e−0,44183t
Bunga Majemuk
Jika kita menabung di bank Rp 100 juta dengan suku bunga majemuk bulanan
12%, maka tabungan tersebut akan bernilai Rp 100(1, 01) juta pada akhir bulan
pertama, Rp 100(1, 01)2 juta pada akhir bulan kedua, dan setelah satu tahun atau
pada akhir bulan keduabelas besarnya tabungan adalah Rp 100(1, 01)12 juta. Secara
umum, jika kita menabung sebesar A0 rupiah di bank dengan suku bunga majemuk
40 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
100r persen selama n tahun, maka tabungan tersebut akan bernilai A(t) rupiah pada
akhir tahun ke t dengan
r nt
A(t) = A0 1 +
n
Contoh 1.5.4. Misalkan Karina menabung di bank sebesar Rp 500 juta dengan suku
bunga majemuk harian 4%. Berapakah uang Karina setelah akhir tahun ketiga?
Jawab
Dalam kasus ini, r = 0, 04 dan n = 365, sehingga
365(3)
0, 04
A = 500 1 + ≈ Rp 563, 74 juta.
365
Sekarang, perhatikan apa yang terjadi apabila suku bunganya terhitung secara
kontinu, yakni saat n, banyaknya peroide yang terhitung dalam satu tahun, menuju
tak hingga. Maka,
rt
r nt r n/t
A(t) = lim A0 1 + = A0 lim 1+
n→∞ n n→∞ n
h irt
= A0 lim (1 + h)1/h = A0 ert
h→0
Teorema 1.5.1.
lim (1 + h)1/h = e
h→0
Bukti
Pertama ingat kembali bahwa jika f (x) = ln x, maka f (x) = 1/x dan f 0 (1) = 1.
1.5. PERTUMBUHAN DAN PELURUHAN EKSPONENSIAL 41
Kemudian, berdasarkan definisi turunan dan sifat-sifat dari ln, kita dapatkan
f (1 + h) − f (1)
1 = f 0 (x) = lim = lim
h→0 h h→0
ln(1+h)−ln 1
h
1
= lim (1 + h) = lim ln(1 + h)1/h
h→0 h h→0
Dengan demikian, limh→0 ln(1 + h)1/h = 1, sebuah hasil yang akan kita gunankan
nanti. Sekarang, g(x) = ex = exp x adalah sebuah fungsi yang kontinu dan oleh
karenanya ia dapat mencapai limit pada fungsi eksponensial dalam argumen berikut:
h i
1/h 1/h 1/h
lim (1 + h) = lim exp[ln(1 + h) ] = exp lim ln(1 + h)
h→0 h→0 h→0
= exp 1 = e
Contoh 1.5.5. Misalkan bank pada contoh 1.5.4 memberlakukan suku bunga ma-
jemuk kontinu, Berapa banyak unag Karin yang akan diterima setelah akhir tahun
ketiga?
Jawab
Berikut ini adalah cara lain untuk menghitung pembayaran suku bunga majemuk
yang dibayarkan secara kontinu. Misalakan A adalah besarnya modal pada waktu
t dari A0 rupiah yang diinvestasikan dengan suku bunga r. Pernyataan suku bunga
dibayarkan secara kontinu setara dengan mengatakan bahwa laku perubahan A ter-
42 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
dA
= rA
dt
Latihan 1.5.1.
dy
2. dt
= 0, 005y, y(10) = 2
dy
3. dt
= 0, 003y, y(−2) = 3
dy
4. dt
= 6y, y(0) = 1
5. a. Populasi awal bakteri sebanyak 10.000 dan setelah inkubasi selama 10 hari
menjadi 20.000. Berapakah banyaknya bakteri dalam populasi tersebut
setelah 25 hari?
6. Massa sebuah tumor tumbuh dengan laju yang sebanding dengan ukurannya.
Saat pertama kali diukur, massanya 4 gram. Empat bulan kemudian massanya
menjadi 6,76 gram. Berapa besar tumor tersebut saat enam bulan sebelum
pertema kali diukur?
7. Cesium 137 dan strontonium 90 merupakan dua bahan kimia yang besifat
radioaktif dan dilepas pada reaktor nuklir Chernobyl pada bulan April 1986.
1.5. PERTUMBUHAN DAN PELURUHAN EKSPONENSIAL 43
Waktu paruh cesium 137 adalah 30,22 tahun dan waktu paruh strontonium
90 adalah 28,8 tahun. Pada tahun berapakah masing-masing Cesium dan
Strontonium menjadi 1% dari pertama kali dilepaskan?
8. Seseorang yang telah meninggal ditemukan pada 10 P.M. Saat itu bersuhu
82◦ F. Satu jam berikutnya, suhunya menjadi 76◦ F . Ruangan bersuhu kon-
stan 70◦ F. Apabila tubuh orang tersebut saat masih hidup bersuhu 98, 6◦ F ,
perkirakan berapa lama orang tersebut telah meninggal?
10. Jika $375 ditabung di bank hari ini, menjadi berapakah tabungan tersebut
pada akhir tahun kedua jika suku bunganya 3, 5% dibayarkan:
c. setiap hari
d. kontinu
dy
= ky(L − y).
dx
Ly0
y=
y0 + (L − y0 )e−Lkt
1 1 1
Hint: y(L−y)
= Ly
+ L(L−y)
.
44 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Perhatikan Gambar 1.13 dan 1.14. Grafik dari invers fungsi sinus dan cosinus
didapatkan dengan cara mencerminkan terhadap garis y = x. Namun, sebelumnya
kita perlu menentukan domain mana yang berlaku agar masing-masing fungsi sinus
dan cosinus memiliki invers. Pada sinus pembatasan domain dilakukan pada [− π2 , π2 ]
sedangkan pembatasan domain untuk cosinus dilakukan pada [0, π]
Gambar 1.13:
[!h]
[!h] Secara formal, invers dari sinus dan cosinus dituangkan dalam definisi berikut
Definisi 1.6.1. Batasan domain dari masing-masing invers fungsi sinus dan cosinus
1.6. FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI DAN TURUNANNYA 45
Gambar 1.14:
π π
x = sin−1 y ⇔ y = sin x, − ≤x≤
2 2
x = cos−1 y ⇔ y = cos x, 0 ≤ x ≤ π
Gambar 1.15:
[!h]
Simbol arcsin seringkali digunakan untuk sin−1 dan arccos seringkali digunakan
untuk cos−1 . x = arcsin y bermakna ”besarnya busur atau sudut (arc or angle) x
sehingga sinus dari x bernilai y”.
(b) cos−1 − 21
46 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
(c) cos(cos−1 0, 6)
Jawab
√
(a) sin−1 ( 2/2) = π
4
(b) cos−1 − 12 = 2π
3
(c) cos(cos−1 0, 6) = 0, 6
Gambar 1.16 menunjukkan grafik fungsi tangent, batasan domain, dan grafik
y = tan−1 x.
Gambar 1.16:
[!h]
Untuk mendapatkan invers dari secant, kita gambarkan y = sec x, batasi do-
mainnya secara tepat, kemudian gambarkan y = sec−1 x (lihat Gambar 1.17).
[!h]
Definisi 1.6.2. Untuk mendapatkan invers untuk tangent dan secant, kita batasi
domain untuk invers tangen pada (−π/2, π/2), sedangkan batasan domain untuk
inverse secant adalah [0, π/2) ∪ (π/2, π], sedemikian sehingga
1.6. FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI DAN TURUNANNYA 47
Gambar 1.17:
π π
x = tan−1 y ⇔ y = tan x, − ≤x≤
2 2
π
x = sec−1 y ⇔ y = sec x, 0 ≤ x ≤ π, x 6=
2
Teorema 2.6.1 dan Gambar 1.18 memberikan ilustrasi yang cukup mudah untuk
memahami formula fungsi invers trigonometri. [!h]
√
Teorema 1.6.1. (i) sin(cos−1 x) = 1 − x2
√
(ii) cos(sin−1 x) = 1 − x2
√
(iii) sec(tan−1 x) = 1 + x2
√
x2 − 1, untuk x ≥ 1;
(iv) tan(sec−1 x) = √
− x2 − 1, untuk x ≤ −1.
48 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Gambar 1.18:
Jawab
Dengan menggunakan formula sudut ganda pada sinus, 2 sin 2θ = 2 sin θ cos θ, kita
bisa menghitung sin 2 cos−1 32 sebagai berikut:
−1 2 −1 2 −1 2
sin 2 cos = 2 sin cos cos cos
3 3 3
s 2 √
2 2 4 5
=2· 1− · =
3 3 9
Pada Matematika Dasar I, kita telah belajar turunan dari keenam fungsi trigonometri,
yaitu
Dx sin x = cos x D − x cos x = − sin x
Dx tan x = sec2 x Dx cot x = − csc2 x
Dx sec x = sec x tan x Dx csc x = − csc x cot x
1.6. FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI DAN TURUNANNYA 49
Dx sin u = cos u · Dx u
(i) Dx sin−1 x = √ 1
1−x2
−1<x<1
(iii) Dx tan−1 x = 1
1+x2
(iv) Dx sec−1 x = √1
|x| x2 −1
|x| > 1
1
Dx sin−1 (3x − 1) = p Dx (3x − 1)
1 − (3x − 1)2
3
=√
−9x2 + 6x
Setiap formula turunan akan mengantarkan kita ke sebuah formula integral. Se-
cara khusus,
√ 1 = sin−1 x + C
R
1. 1−x2
dx
50 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
1
= tan−1 x + C
R
2. 1+x2
dx
√1 = sec−1 |x| + C
R
3. x x2 −1
dx
√ 1 = sin−1 x
R
1’. a2 −x2
dx a
+C
1 1
tan−1 x
R
2’. a2 +x2
dx = a a
+C
|x|
√ 1 1
sec−1
R
3’. x x2 −a2
dx = a a
+C
R1 ex
Contoh 1.6.4. 1. Hitung 0 4+9e2x
dx.
Jawab
Misalkan a = 2 dan u = 3ex sehingga du = 3ex dx. Untuk x = 0, u = 3,
sedangkan untuk x = 1, u = 3e. Akibatnya,
1
ex 1 3e 1
Z Z
dx = du
0 4 + 9e2x 3 3 4 + u2
1 1 h −1 u i3e
= · tan
3 2 2 3
1 −1 3e −1 3
= tan − tan
6 2 2
2. Seseorang berdiri di atas tebing setinggi 200 meter di atas sebuah danau. Dia
melihat sebuah perahu motor yang bergerak menjauhi kaki tebing dengan ke-
lajuan 25 meter perdetik. Berapa cepatkah perubahan sudut depresi terhadap
penglihatan orang tersebut saat perahu motor tersebut berada di 150 meter dari
kaki tebing?
Jawab
Perhatikan Gambar 1.19 sebagai ilustrasi persoalan yang dihadapi.
[!h]
1.6. FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI DAN TURUNANNYA 51
Gambar 1.19:
Dengan demikian,
dθ 1 −200 dx −200 dx
= 2
· 2
· = 2 ·
dt 1 + (200/x) x dt x + 40.000 dt
Saat x = 150 dan dx/dt = 25, maka kita dapatkan dθ/dt = −0, 08 radian
perdetik.
Memanipulasi Integran
1
R
Contoh 1.6.5. Hitung x2 −6x+13
dx.
Jawab
52 BAB 1. FUNGSI TRANSENDEN
Z Z
1 1
2
dx = dx
x − 6x + 13 (x − 3)2 + 4
1 −1 x−3
= tan +C
2 2
Latihan 1.6.1.
b. arcsin − 12
√
c. arctan 3
a. y = ln(2 + sin x)
b. y = etan x
1
c. y = sin x2 +4
√ x+1 dx
R
f. 4−9x2
1.6. FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI DAN TURUNANNYA 53
tunjukkan bahwa
π 1 5
= 3 tan−1 + tan −1
4 4 99
Definisi 1.7.1. sinus hiperbolik, cosinus hiperbolik, dan keempat hubungan lainnya
didefinisikan sebagai berikut:
ex −e−x ex +e−x
sinh x = 2
cosh x = 2
sinh x cosh x
tanh x = cosh x
coth x = sinhx
1 1
sech x = cosh x
csch x = sinh x
Dari definisi fungsi hiperbolik, kita bisa menarik beberapa sifat sebagai berikut
(buktikan):
1. cosh2 x − sinh2 x = 1;
[!h]
Gambar 1.20:
R
2. Dapatkan tanh(3x − 1)dx
Jawab
Misalkan u = cosh(3x − 1), maka du = 3 sinh(3x − 1)dx, sehingga
sinh(3x − 1)
Z Z Z
1 1
tanh(3x − 1)dx = dx = du
cosh(3x − 1) 3 u
1 1
= ln |u| + C = ln | cosh x| + C = ln(cosh x) + C.
3 3
x = sinh−1 y ⇔ y = sinh x
x = tanh−1 y ⇔ y = tanh x
Karena fungsi hiperbolik didefinisikan dalam ex dan e−x , maka invers dari fungsi
hiperbolik juga dituliskan dalam logaritma alami. Misalkan y = cosh x untuk x ≥ 0.
Kita bisa menuliskannya sebagai
ex + e−x
y= , x≥0
2
Tujuan kita adalah mendapatkan fungsi bagi x, yang akan membawa kita pada
cosh−1 y. Dengan mengalikan kedua sisi oleh 2ex , kita dapatkan 2yex = e2x + 1, atau
(ex )2 − 2yex + 1 = 0, x ≥ 0
Akibatnya,
p
x = ln y + y 2 − 1 .
Dengan argumen yang tidak jauh berbeda, kita daptkan invers fungsi hiperbolik
sebagai berikut:
√
sinh−1 x = ln x + x2 + 1
√
cosh−1 x = ln x + x2 − 1 , x ≥ 1
1 1+x
tanh−1 x = ln , −1<x<1
2 1 −√ x
1 + 1 − x2
sech−1 x = ln , 0<x≤1
x
1
Dx sinh−1 x = √
x2 + 1
1
Dx cosh−1 x = √ , x>1
2
x −1
1
Dx tanh−1 x = , −1<x<1
1 − x2
−1
Dx sech−1 x = √ , 0<x<1
x 1 − x2
[!h]
Gambar 1.21:
Dengan demikian,
1 1 1
Dx y = Dx (sinh−1 x) = =p =
cosh y 2
1 + sinh y 1 + x2
Cara 2
Menggunakan bentuk logaritma untuk sinh−1 x.
√
Dx (sinh−1 x) = Dx ln x + x2 + 1
1 √
= √ D x x + x2 + 1
x + x2 + 1
1 x
= √ 1+ √
x + x2 + 1 x2 + 1
1
=√
x2 + 1
Latihan 1.7.1.
2. Dapatkan Dx y
a. y = 5 sinh2 x
b. y = x−2 sinh x
c. y = cosh−1 (cos x)
Aplikasi Integral
61
62 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
Contoh 2.1.1. Hitunglah luas daerah R yang dibatasi oleh f (x) = 6x4 − 2x2 + 0.8
di antara x = −1 dan x = 1.
Jawab.
Perhatikan Gambar 2.2 a.! Luas daerah R diperkirakan sebesar perkalian ukuran
alas kali dengan ukuran rata-rata tinggi, yaitu 2 · (1.5) = 3 satuan luas. Namun,
nilai eksaknya adalah:
Z 1 1
4 2 6 5 2 3
A(R) = (6x − 2x + 0.8)dx = x − x + 0.8x
−1 5 3 −1
6 2 6 2
= − + 0.8] − [− + − 0.8
5 3 5 3
2
=2 .
3
2.1. LUAS DAERAH BIDANG RATA 63
√
Gambar 2.2: (a) f (x) = 6x4 − 2x2 + 0.8 dan (b) f (x) = x
√
Contoh 2.1.2. Hitunglah luas daerah R yang dibatasi oleh f (x) = x di antara
x = 0 dan x = 4.
Jawab.
Perhatikan Gambar 2.2 b.! Luas R, yaitu
Z 4 √ √
2 2 2
A(R) = xdx = [x ∗ x]40 = [4.2 − 0] = .8
0 3 3 3
16
= satuan luas.
3
Contoh 2.1.3. Hitunglah luas daerah R yang dibatasi oleh f (x) = 3x2 −4, sumbu−x, x =
64 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
Nah, Coba selesaikan soal ini! Cek kemampuanmu! Berapakah luas daerah yang di-
batasi oleh grafik f (x) = 2x3 − 5x2 − 4, ruas sumbu−x di antara x = −1, dan x = 3?
Jawab.
Pertama, carilah titik potong antara dua kurva, yaitu x4 = 2x−x2 atau x4 +x2 −2x =
x(x3 + x − 2) = x(x − 1)(x2 + x + 2) = 0. Jadi x = 0, 1. Sketsa kurva daerah,
aproksimasi, dan integral yang bersangkutan diperlihatkan pada Gambar 2.5. Luas
daerahnya, yaitu
1
x3 x5 1
Z
1 1 7
(2x − x2 − x4 )dx = [x2 − − ]0 = 1 − − = satuan luas.
0 3 5 3 5 15
daerahnya, yaitu
Z 3 Z 3
2 3 1 1
(4x − x − x)dx = (3x − x2 )dx = [ x2 − x3 ]20 = 4 satuan luas.
0 0 2 3 2
”Cobalah untuk membaca contoh-contoh soal dari referensi lain dan berlatihlah
untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan luas daerah di antara
dua kurva. Selamat Belajar”!
Jarak dan Perpindahan Perhatikan suatu benda yang bergerak di sepanjang garis
Rb
lurus dengan kecepatan v(t) pada saat t. Jika v(t) ≥ 0, maka a v(t)dt memberikan
jarak yang ditempuh dalam interval waktu a ≤ t ≤ b. Namun, jika v(t) negatif
(benda bergerak dalam arah sebaliknya), maka
Z b
v(t)dt = s(b) − s(a)
a
mengukur perpindahan benda, yaitu jarak berarah dari tempat berangkat s(a)
ke tempat akhir s(b). Dengan demikian, jarak total yang ditempuh benda selama
Rb
a ≤ t ≤ b, yaitu a |v(t)|dt, luas daerah di antara kurva kecepataan dan sumbu−t.
Jawab.
Perpindahan benda sejauh
Z 2 Z 2
5
s(2) − s(0) = v(t)dt = 5 sin 6πtdt = [− cos 6πt]20 = 0
0 0 6π
Jadi, saat t = 2, benda berada di posisi s(2) = s(0) + 0 = 3. Jarak total yang
ditempuh adalah
Z 2 Z 2
|v(t)|dt = |5 sin 6πt|dt.
0 0
68 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
2
Z 2 Z
12 1 1
|v(t)|dt = 12 5 sin 6πtdt = 60[− cos 6πt]06 = 20π ≈ 6, 3662.
0 0 6π
Banyak besaran dapat dianggap sebagai hasil pengirisan sesuatu menjadi potongan-
potongan kecil, aproksimasi, tiap potongan, penjumlahan dan pengambilan limit
ketika tiap potongan ukurannya mengecil. Metode tersebut dapat diterapkan un-
tuk mencari volume benda pejal asalkan volume masing-masing potongan mudah
diaproksimasi.
Perhatikan benda-benda pejal sederhana, biasa disebut silinder tegak, pada Gam-
bar 2.7! Misalkan suatu benda pejal memiliki penampang tegak lurus dengan suatu
garis (sebut sumbu−x) dengan luas yang diketahui. Misalkan luas penampang pada
x adalah A(x) dengan a ≤ x ≤ b (Gambar 2.8 kiri). Partisi interval [a, b] dengan
menyisipkan titik-titik a = x0 < x1 < x2 < ... < xn = b. Lewatkan bidang-bidang
melalui titik-titik ini tegak lurus pada sumbu−x sehingga mengiris benda menjadi
lempengan-lempengan tipis (Gambar2.8 kanan). Volume ∆V suatu lempengan kira-
2.2. VOLUME BENDA-PEJAL: LEMPENGAN, CAKRAM, CINCIN 69
(Ingat bahwa x̄i (titik sampel) adalah sebarang bilangan dalam interval [xi−1 , xi ]).
Ketika partisi mendekati nol diperoleh integral tentu yang didefinisikan sebagai vol-
ume benda pejal, yaitu
Z b
V = A(x)dx.
a
Seperti halnya pada luas, untuk menentukan volume, lakukanlah iris, aproksimasi,
integrasikan.
Benda-pejal Putar: Metode Cakram Jika suatu daerah rata (yang terletak
seluruhnya pada satu sisi dari suatu garis (sumbu) tetap pada bidangnya) diputar
mengelilingi garis tersebut, daerah itu akan membentuk suatu benda-pejal putar.
Perhatikan Gambar2.9! Jika daerah yang dibatasi oleh setengah lingkaran dan garis
tengahnya diputar mengelilingi garis tengah tersebut, maka daerah itu membentuk
suatu bola pejal.
70 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
Dalam metode ini, bayangkan potongan luas yang harus diputar menjadi lempeng-
lempeng tipis tegak berukuran y∆x, kemudian memutarnya membentuk suatu cakram
seperti uang koin tipis, kemudian menjumlahkan semua volume cakram untuk meng-
hasilkan total volumenya (nilai integral). Ingat bahwa volume silinder tegak adalah
πr2 h, maka volume setiap cakram adalah ∆v = πy 2 ∆x dengan a dan b batas inte-
grasi (batas perputaran) sehingga
Z b
V = πy 2 dx.
a
Contoh 2.2.1. Hitunglah volume benda pejal yang terbentuk dari perputaran daerah
√
yang dibatasi oleh kurva y = x, sumbu−x, dan x = 0, x = 4 mengelilingi sumbu−x
Jawab.
Perhatikan Gambar 2.10! Aproksimasikan volume ∆V cakram ini dengan ∆V ≈
√ 2
π( x ∆x) dan kemudian integrasikan, diperoleh
4
x2 4
Z
16
V =π xdx = π[ ]0 = π = 8π ≈ 25, 3.
0 2 2
Metode Cincin Ada kasus tertentu pengirisan suatu benda-pejal putar meng-
hasilkan cakram-cakram dengan lubang di tengahnya yang disebut cincin. Per-
hatikan ilustrasi dan rumusnya pada Gambar2.11.
2.2. VOLUME BENDA-PEJAL: LEMPENGAN, CAKRAM, CINCIN 71
√
Gambar 2.10: y = x diputar mengelilingi sumbu − x
Contoh 2.2.2. Carilah volume benda pejal yang dibentuk dengan memutar daerah
yang dibatasi oleh parabola-parabola y = x2 dan y 2 = 8x mengelilingi sumbu−x.
Jawab.
R2 2 x5 2
Perhatikan Gambar2.12! Volumenya, V = π 0
(8x2 − x4 )dx = π[ 8x2 − ]
5 0
= 48π
5
.
Contoh 2.2.3. Misalkan alas suatu benda pejal berupa daerah rata pada kuadran
2
pertama yang dibatasi oleh y = 1− x4 , sumbu−x, dan sumbu−y. Misalkan penampang
yang tegak lurus pada sumbu−x berbentuk bujur sangkar. Tentukan volume benda
pejal ini!
Jawab.
iris benda pejal ini tegak lurus dengan sumbu−x sehingga diperoleh kotak-kotak bujur
sangkar tipis seperti irisan keju (Gambar2.13).
2 2
x2 x2 x 4 x3 x5 2
Z Z
8 32 16
V = (1 − )2 dx = (1 − + )dx = [x − + ]0 = 2 − + = ≈ 1, 07.
0 4 0 2 16 6 80 6 80 15
jari-jari luar adalah r2 , dan tinggi silinder adalah h, maka volumenya adalah
r2 + r1
V = (luas alas)(tinggi) = (πr22 − πr12 )h = π(r2 − r1 )(r2 + r1 )h = 2π( )h(r2 − r1 ).
2
r2 +r1
Misalkan rata-rata jari-jari 2
= r, maka
der.
Jawab.Ingat rumus volume kulit silinder yang dibentuk oleh irisan adalah ∆V =
2πxf (x)∆x. Diketahui f (x) = √1 , maka ∆V = 2πx √1xt ∆x. Volumenya yaitu
x
Z 4 Z 4 √
1 2 3 2 2 27π
V = 2π x √ dx = 2π xdx = 2π[ x 2 ]41 = 2π( .8 − .1) = ≈ 29, 32.
1 x 1 3 3 3 3
Contoh 2.3.2. Susun dan hitunglah integral untuk volume benda yang dihasilkan
apabila daerah R (Lihat Gambar2.17) diputar mengelilingi
a. sumbu−x b. sumbu−y c. garis y = −1 d. garis x = 4.
Jawab.
R3 153
a. Volumenya V = π 0
(3 + 2x − x2 )2 dx = 5
π ≈ 96, 13. (Gambar 2.18)
R3 45
b. Volumenya V = 2π 0
x(3 + 2x − x2 )dx = 2π
≈ 70, 69.(Gambar 2.19)
76 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
R3 243
c. Volumenya V = π 0
[(4 + 2x − x2 )2 − 1]dx = 5
π ≈ 152, 68.(Gambar 2.20)
R3 99
d. Volumenya V = 2π 0
(4 − x)(3 + 2x − x2 )dx = 2
π ≈ 155, 51. (Gambar 2.21)
2.3. VOLUME BENDA-PEJAL PUTAR: KULIT SILINDER 77
Latihan 2.1
2. Sketsakan daerah yang dibatasi oleh grafik persamaan yang diberikan, susun
integralnya dan hitung luasnya.
• y = 5x − x2 , y = 0, x = 1, x = 3.
78 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
• x = 4y 4 , x = 8 − 4y 4
4. Carilah volume benda pejal yang terbentuk dengan memutar mengelilingi garis
y = 2 daerah di kuadran pertama yang dibatasi oleh parabola-parabola 3x2 −
16y + 48 = 0 dan x2 − 16y + 80 = 0 dan sumbu−y!
5. Carilah volume benda pejal yang terbentuk ketika daerah R yang dibatasi
oleh kurva-kurva yang diketahui diputar mengelilingi sumbu yang ditunjukkan.
Lakukanlah langkah-langkah berikut.
(b) Perlihatkan sebuah irisan segiempat khas yang telah telah diberi pengenal
yang sesuai.
(c) Tuliskan rumus untuk aproksimasi volume kulit silinder yang dibentuk
oleh irisan ini.
Jadi pada pembahasan ini, kurva bidang ditentukan oleh sepasang persamaan
parameter x = f (t), y = g(t), a ≤ t ≤ b dengan fungsi f dan g dianggap kontinu
pada interval yang diberikan.
80 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
Definisi yang diberikan agak luas sehingga dibatasi pada kurva mulus.
Definisi 2.4.1. Sebuah kurva bidang disebut mulus jika kurva itu ditentukan oleh
sepasang persamaan parameter x = f (t), y = g(t), a ≤ t ≤ b ada dan kontinu pada
[a, b], dan f 0 (t) dan g 0 (t) tidak secara bersama-sama bernilai nol pada (a, b).
Jawab Buat tabel x dan y untuk nilai 0 ≤ t ≤ 4π kemudian plot pasangan terurut
(x, y) (Gambar 2.25. Kurva ini tidak mulus walaupun x dan y dua-duanya meru-
dx
pakan fungsi t yang terdeferensiasi, yang menjadi masalah adalah dt
= 1 − cos t dan
dy
dt
= 1 − sin t keduanya bernilai 0 ketika t = 2π. Benda melambat hingga berhenti
pada waktu t = 2π, kemudian mulai lagi dalam arah baru.
Jawab
√
x2 + y 2 = 4 → y 2 = 4 − x2 → y = ± 4 − x2
√
yang dipakai y = 4 − x2 karena 0 ≤ x ≤ 2
dy 1 1 x
= 4 − x2 2 2x = √
dx 2 4 − x2
x=2
Z r
4
L= 2 cos t dt
x=0 4 − 4 sin2 t
s
Z x=2
4
= 2 cos t dt
x=0 4(1 − sin2 t)
Z x=2
r
1
= 2 cos t dt
x=0 cos2 t
Z x=2
1
= 2 cos t dt
x=0 cos t
Z x=2
x=2
h x i2
= 2 dt = [2t]x=0 = 2 arcsin
x=0 2 0
= 2 arcsin 1 − 2 arcsin 0
π
= 2 · − 0 = π satuan panjang
2
r1 + r2
A = 2π t atau A = 2π · rata − rata jari − jari · tinggi
2
n
X
A = lim 2πyi ∆Si
||P ||→0
i=1
Z b
= 2π y ds
Za p
= 2π −ab f (x) 1 + [f 0 (x)]2 dx
Jawab
dy
Karena y = 6x maka dx
=6
dengan menggunakan integral tertentu, luas permukaan benda putar dapat diten-
tukan dengan rumus
Z b p
A = 2π f (x) 1 + [f 0 (x)]2 dx
Za 1 √
= 2π 6x 1 + 62 dx
Z0 1
√
= 2π 6x 37dx
0
1
√
1 2
= 12 37π x
2 0
√
= 6 37π
Latihan 2.4
b. x = 3y 3/2 − 1 untuk 0 ≤ y ≤ 4
86 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
c. x = 1 + t, y = 2 + 3t, 0 ≤ t ≤ 1
d. 4 sin t, y = 4 cos t − 5, 0 ≤ t ≤ π
2. Carilah luas permukaan yang terbentuk dengan pemutaran kurva yang diberikan
mengelilingi sumbu x
√
a. y = 25 − x2 , − 2 ≤ x ≤ 3
x6 =2
b. y = 8x2
, 1≤x≤3
x3
√
c. y = 3
, 1≤x≤ 7
d. x = cos t, y = sin t, 0 ≤ t ≤ 1
p
3. Sebuah luasan R dibatasi kurva x = 9 − y 2 , −3 ≤ x ≤ 3 dan diputar me-
ngelilingi sumbu y dengan teknik integral tertentu. HItung luas permukaan
dengan terlebih dahulu menggambar benda putarnya.
Suatu objek bergerak sejauh D sepanjang garis dipengaruhi gaya tetap F yang
searah geraknya. Kerja dari F untuk memindahkan objek sejauh D adalah gaya
dikalikan perpindahannya, yaitu W = F × D.
Di dalam banyak situasi gaya itu tidak tetap, misalkan benda bergerak sepanjang
sumbu x dari a ke b dipengaruhi gaya tidak tetap sebesar F (c) dititik x, F kontinu
pada [a, b]. Kemudian akan ditentukan kerja dari F untuk memindahkan benda
itu dari a ke b. Langkah pertama adalah mempartisi [a, b] dengan asumsi sepanjang
[xi−1 , xi ] bekerja gaya tetap sebesar F (ci ), besarnya kerja untuk memindahkan benda
dari x ke x + ∆xi adalah ∆Wi = F (ci )∆xi . Dengan menggunakan hampiran dan
2.5. KERJA DAN GAYA FLUIDA 87
limit jumlah, besarnya kerja dari F untuk memindahkan benda dari a ke b adalah
n
X Z b
W = lim F (ci )∆xi = F (x) dx
||P ||→0 a
i=1
b. Jika gaya untuk meregang pegas sejauh x m adalah F (x) kg, maka F (x) =
kx. Karena untuk merasa pegas 0,1 m diperlukan gaya sebesar 2 kg, maka
F (0, 1) = 0, 1 · k = 2 → k = 20. Akibatnya F (x) = 20x kg.
c. Kerja untuk meregang pegas sejauh 0,2 m(dari 40 cm menjadi 60 cm) adalah
n Z 0,2
X 0
W = lim 20 ci ∆xi = 20x dx = 10x2 0
, 2 = 0, 4 kgm
||P ||→0 0
i=1
88 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
Contoh 2.5.2. Sebuah tangki setengah bola berjari-jari 10 m berisi zat cair yang
beratnya w kg/m3 sampai pada ketinggian 8 m. Tentukan kerja untuk memompa
zat cair keluar tangki sehingga ketinggian menjadi 6 meter.
Jawab
b. Berat zat cair pada [yj−1 , yj ] adalah B = wπr2 ∆yi = wπ(20dj −dj 2 )δyj , dengan
jarak terangkat (10 − dj ). Kerja untuk mengangkatnya adalah
c. Sehingga kerja untuk memompa zat cair keluar dari tangki sehingga ketinggian
6 meter adalah
Z 8
W = wπ (20y − y 2 )(10 − y) dy
Z6 8
= wπ (200y − 30y 2 + y 3 ) dy
6
8
2 3 1 4
= 100y − 10y + y = 540wπ kgm
4 6
2.5. KERJA DAN GAYA FLUIDA 89
Gaya Fluida
Tangki yang diperlihatkan Gambar 2.30a akan diisi cairan bermassa jenis δ sampai
kedalam h. Maka gaya yang dilakukan oleh cairan ini pada suatu segiempat men-
datar seluas A pada bagian bawah tangki sama dengan berat kolom cairan yang
berdiri langsung di atas segiempat tersebut yaitu F = δhA (Gambar 2.30b)
Contoh 2.5.3. Misalkan ujung tegak tangki dalam Gambar 2.30a berbentuk yang
diperlihatkan Gambar 2.30c dan jika tangki tersebut diisi air (δ = 62, 4 pound per
feet kubik)sampai kedalam 5 feet. Carilah gaya total yang dilakukan oleh air terhadap
ujung tangki.
Jawab
a. Letakkan ujung tangki dalam sistem koordinat seperti diperlihatkan pada Gam-
bar 2.30d.
∆y 6−0
Gradien = = =3
∆x 10 − 8
1
∆F = δ(5 − y)( y + 8)∆y
Z 5 3
1
F = δ(5 − y)( y + 8)dy
0 3
Z 5
19 1
=δ (40 − y − y 2 ) dy
0 3 3
5
19 2 1 3
= δ 40y − y − y
6 9 0
475 125
= 62, 4(200 − − ) ≈ 6673 pound
6 9
Latihan 2.5
2. Sisi bendungan berupa segiempat berukuran 150 feet kali 50 feet, bersudut
45◦ terhadap dataran, seperti diperlihatkan Gambar 2.31b. Carilah gaya to-
tal yang dilakukan oleh air terhadap bendungan ketika tingkat pada puncak
bendungan.
3. Sebuah tangki air berbentuk separuh tabung dengan tinggi 5 meter dan jari-
jari lingkaran alas 1 meter (Gambar 2.31c). Jika tangki ini penuh berisi air
yang berat zat cairnya w kg/m3 , tentukan kerja untuk memompa air keluar
dari tangki sampai pada ketinggian 0,4 meter. (Buat sistem koordinat dengan
sb-x sebagai permukaan zat cair)
• Massa adalah m = m1 + m2 + · · · + mn
• Massa batang
n
X Z L
m = lim ρ(ci )∆xi = ρ(x) dx
||P ||→0 0
i=1
n
X Z L
M = lim ci ρ(ci )∆xi = xρ(x) dx
||P ||→0 0
i=1
M
• Titik pusat massa batang adalah x̄ = m
Contoh 2.6.1. Tentukan pusat massa batang tak homogen yang panjangnya 4 sat-
uan dan rapat massanya di setiap titik x yang jarakna x satuan dari ujung kiri
batang adalah ρ(x) = 6x + 4.
Jawab
n Z 4
X 4
M = lim (6ci + 4)∆xi = (6x + 4) dx = 3x2 + 4x 0
= 48 + 16 = 64
||P ||→0 0
i=1
2.6. MOMEN DAN PUSAT MASSA 93
n
X Z 4 Z 4
M = lim ci (6ci + 4)∆xi = x(6x + 4) dx = (6x2 + 4x) dx
||P ||→0 0 0
i=1
2 4
= 2x3 + 2x
0
= 128 + 32 = 160
M 160
X Titik pusat massa batang adalah x̄ = m
= 64
= 2 12
Jadi titik pusat massa batang terletak 2 21 satuan dari ujung kiri batang.
My Mx
• Titik pusat massa adalah (x̄, ȳ) dengan x̄ = m
dan ȳ = m
94 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
Keping datar homogen D = (x, y)|a ≤ x ≤ b, g(x) ≤ y ≤ f (x) dengan f,g kontinu
pada [a, b] (Gambar 2.33b) dan rapat massanya adalah ρ(x) = δ. Akan ditentukan
pusat massa keping D, langkah pertama adalah mempartisi [a, b] dengan [xi−1 , xi ]
pada selang ke-i yang menghasilkan n persegi panjang dengan alas ∆xi = xi − xi−1
dan tinggi f (ci ) − g(ci ) dengan ci titik tengah selang [xi−1 , xi ] (Gambar 2.33c).
Hampiran massa keping adalah massa persegi panjang ke-i, yaitu ∆mi = k(f (ci )−
g(ci )), karena rapat massanya konstan dan ci titik tengah [xi−1 , xi ] maka pusat massa
persegi panjang ke-i terletak di titik Pi = ci , 21 (f (ci ) + g(ci )) . Jadi diperoleh sis-
tem partikel pada bidang dengan n partikel, yang massanya ∆m1 , ∆m2 , · · · , ∆mn
dan terletak di titik P1 , P2 , · · · , Pn .
Didapatkan pusat massa untuk keping datar homogen D = {(x, y)|a ≤ x ≤ b,
g(x) ≤ y ≤ f (x)} dengan rapat massa ρ(x) = δ
n
X Z b
m = lim δ (f (ci ) − g(ci )) ∆xi = δ (f (x) − g(x)) dx
||P ||→0 a
i=1
2.6. MOMEN DAN PUSAT MASSA 95
n
X 1
Mx = lim (δ (f (ci ) − g(ci )) ∆xi ) (f (ci ) + g(ci ))
||P ||→0
i=1
2
n Z b
1 X 2 2 1
f 2 (x) − g 2 (x) dx
= lim δ f (ci ) − g (ci ) ∆xi = δ
||P ||→0 2 2 a
i=1
n
X Z b
My = lim (δ (f (ci ) − g(ci )) ∆xi ) ci = δ (f (x) − g(x)) dx
||P ||→0 a
i=1
My Mx
• Pusat Massa keping D adalah (x̄, ȳ) dengan x̄ = m
dan ȳ = m
√
Contoh 2.6.2. Tentukan pusat daerah yang dibatasi oleh y = x3 dan y = x
Jawab
X Luas daerah
1 1
√ 2 2 x4
Z
5
m= ( x − x3 ) dx = x3 − =
0 3 4 0 12
1 1
√ x2 x7
Z
1 1 5
( x)2 − (x3 )2 dx =
Mx = − =
2 0 2 2 7 0 28
1 1
√ 2 5 x5
Z
1
m= x( x − x3 ) dx = x2 − =
0 5 5 0 5
96 BAB 2. APLIKASI INTEGRAL
1 5
My 5 12 Mx 28 3
x̄ = = 2 = dan ȳ = = 5 =
m 12
25 m 12
7
Latihan 2.6
1. Diketahui keping homogen dengan rapat massa 1 yang menempati daerah yang
√
dibatasi oleh kurva y = x dan y = x2 . Tentukan massa dan pusat massa
keping tersebut.
π
2. Jika D = (x, y)| − 2
≤ x ≤ π2 , 0 ≤ y ≤ cos x
Tentukan (a) luas daerah D (b) momen daerah D terhadap sumbu x (c)
momen daerah D terhadap sumbu y (d) pusat daerah D
Teknik Integrasi
Sekarang kita telah mempelajari berbagai fungsi dasar, antara lain fungsi kon-
stan, fungsi pangkat, fungsi aljabar, fungsi logaritma, fungsi eksponensial, fungsi
trigonometri dan invers trigonometri, serta semua fungsi yang diperoleh dari men-
jumlahkan, mengurangkan, mengalikan, membagi, maupun mengkomposisikan fungsi-
fungsi tersebut. Sebagai contoh,
ex + e−x
f (x) = = cosh x
2
g(x) = (1 + cos4 x)1/2
2
3x −2x
h(x) = − sin[cos(cosh x)]
ln(x2 + 1)
adalah fungsi-fungsi dasar. Mencari turunan dari fungsi-fungsi dasar adalah hal
yang mudah dan hasil turunannya juga merupakan fungsi dasar. Namun, lain hal
apabila kita mencari integral dari fungsi dasar. Hasil integral fungsi dasar terse-
but membutuhkan beberapa trik dan teknik yang seringkali menghasilkan ”bukan”
97
98 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
2
fungsi dasar. Sebagai contoh, integral dari e−x dan (sin x)/x bukan fungsi dasar
lagi. Dua buah teknik utama dalam melakukan integrasi adalah melakukan substi-
tusi dan integrasi parsial.
Bentuk Standard
Berikut ini diberikan bentuk integral standar dari berbagai fungsi dasar. Hasil-
hasil ini harus diingat untuk mempermudah kita dalam mencari integral suatu
fungsi.
√ du = sin−1 u
R
1. a2 −u2 a
+C
du 1
tan−1 u
R
2. a2 +u2
= a a
+C
ln |u|
√ du 1
sec−1 1
cos−1 a
R
3. u u2 −a2
= a a
+C = a |u|
+C
R
1. sinh u du = cosh u + C
R
2. cosh u du = sinh u + C
Misalkan kita diberi suatu integral tak tentu dari suatu fungsi. Jika dalam
bentuk standar, maka dengan mudah kita akan mendapatkan hasilnya. Namun,
apabila bukan dalam bentuk standar, maka kita perlu melakukan substitusi dan
hasilnya akan berubah menjadi bentuk standard.
Teorema 3.1.1. Misalkan g adalah fungsi yang dapat diturunkan dan F adalah
sebuah antiturunan dari f . Selanjutnya, jika u = g(x),
Z Z
0
f (g(x))g (x)dx = f (u)du = F (u) + C = F (g(x)) + C
√ 3
R
Contoh 3.1.1. Dapatkan 5−9x2
dx
Jawab
100 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
ex
R
2. Dapatkan 4+9x2x
dx
Jawab
Misalkan u = 3ex , maka du = 3ex dx. Selanjutnya
ex
Z Z Z
1 1 x 1 1
dx = (3e dx) = du
4 + 9x2x 3 4 + 9e2x 3 4 + u2
x
1 1 −1 u
1 −1 3e
= · tan + C = tan +C
3 2 2 6 2
Materi ini telah dipelajari pada Bab 1. Namun, kita harus tetap ingat untuk
mendapatkan hasil integral yang tepat.
R3 √
Contoh 3.1.2. Dapatkan 1
x3 x4 + 11dx
Jawab
Misalkan u = x4 + 11, maka kita dapatkan
Z 3 √
3 1 3 4
Z
4
x x + 11dx = (x + 11)1/2 (4x3 dx)
1 4 1
3
1 4 3/2
= (x + 11)
6 1
1 3/2 3/2
= [92 − 12 ] ≈ 140, 144
6
Latihan 3.1.1.
3.1. ATURAN DASAR INTEGRASI 101
3t
√e
R
a. 4−e6t
dt
R π/2 sin x
b. 0 16+cos2 x
dx
R1e2x −e−2x
c. 0 e2x +e−2x
dx
sin x cos x
sec x = +
cosx 1 + sin x
4. Misalkan R adalah daerah yang dibatasi oleh y = sin x dan y = cos x antara
x = −π/4 dan x = 3π/4. dapatkan volume benda pejal yang didapatkan jika
R diputar terhadap x = −π/4. Hint: Gunakan metode kulit tabung dengan
mensubstitusikan u = x − π/4 dan menerapkan sifat kesimetrian.
102 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
0 0
Dx [u(x)v(x)] = u(x)v (x) + v(x)u (x)
atau
0 0
u(x)v (x) = Dx [u(x)v(x)] − v(x)u (x)
0 0
Karena dv = v (x) dx dan du = u (x) dx, maka persamaan diatas dapat ditulis
sebagai berikut:
Z Z
u dv = uv − v du
Gambar 3.1:
u=x
du = dx
dv = cos x dx
v = sin x
104 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
= x sin x + cos x + C
R2
Contoh 3.2.2. Carilah 1
ln x dx
Jawab kita buat substitusi berikut.
u = ln x
1
du = ( )dx
x
dv = dx
v=x
= 2 ln 2 − 1 = 0.386
R
Contoh 3.2.3. Carilah arcsin x dx
3.2. INTEGRASI PARSIAL 105
u = arcsin x
1
du = ( √ ) dx
1 − x2
dv = dx
v=x
R
Contoh 3.2.4. Carilah x2 sin x dx
Jawab kita lakukan substitusi.
u = x2
du = 2x dx
dv = sin x dx
v = cos x
Maka
Z Z
2 2
x sin x dx = −x cos x + 2 x cos x dx
Kita telah memperoleh kemajuan (pangkat pada x berkurang dari 2 menjadi 1), dapat
dilakukan integrasi parsial sekali lagi pada integral di sebelah kanan. Seperti yang
sudah diselesaikan pada contoh pertama
Z
x2 sin x dx = −x2 cos x + 2(x sin x + cos x + C)
Rumus Reduksi
sinn x dx
R
Contoh 3.2.5. Turunkan suatu rumus reduksi untuk
Jawab Misalkan u = sinn−1 x dan dv = sin x dx. Maka
du = (n − 1) sin(n−1) x cos x dx dan v = − cos x
dan
Z Z
n (n−1)
sin x dx = − sin x cos x + (n − 1) sin(n−2) x cos2 x dx
Jika kita mengganti cos2 x dengan 1 − sin2 x pada integral yang terakhir, kita peroleh
Z Z Z
n (n−1) (n−2)
sin x dx = − sin x cos x + (n − 1) sin x dx − (n − 1) sinn x dx
sinn x dx,
R
setelah menggabungkan integral pertama dan terakhir dan menyelesaikan untuk
kita memperoleh rumus reduksi (valid untuk n ≥ 2)
− sin(n−1) x cos x (n − 1)
Z Z
n
sin x dx = + sin(n−2) x dx
n n
Rπ
Contoh 3.2.6. Gunakan rumus reduksi untuk menghitung 0
2
sin8 x dx
108 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
Z π Z π
2
8 7 2
sin x dx = + sin6 x dx
0 8 0
Z π
7 5 2
= · sin4 x dx
8 6 0
Z π
7 5 3 2
= · · sin2 x dx
8 6 4 0
Z π
7 5 3 1 2
= · · · 1 dx
8 6 4 2 0
7 5 3 1 π 35
= · · · · = π
8 6 4 2 2 256
Latihan 3.2.1.
R
1. xex dx
R
2. te5t+π dt
R
3. x cos x dx
R
4. (t − 3) cos(t − 3) dt
R √
5. t t + 1 dt
3.2. INTEGRASI PARSIAL 109
R
6. ln 3x dx
R
7. arctan x dx
ln x
R
8. x2
dx
R√
9. t ln t dt
R
10. z 3 ln z dz
arctan( 1t ) dt
R
11.
R π2
12. π x csc2 x dx
6
R √
13. x5 x3 + 4 dx
t7
R
14. 3 dt
(7−3t4 ) 2
z7
R
15. (4−z 4 )2
dz
R
16. x sinh x dx
R
17. x(3x + 10)49 dx
R
18. x2x dx
Gunakan integral parsial dua kali untuk menghitung integral-integral di bawah
ini
R
19. x2 ex dx
ln2 z dz
R
20.
R
21. et cos t dt
R
22. x2 cos x dx
110 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
R
23. sin(ln x) dx
R
24. (ln x)3 dx
R 2
25. x5 ex dx
ln2 x20 dx
R
26.
R
27. eat sin t dt
R
28. r2 sin r dr
R
29. cos(ln x) dx
Gunakan integrasi parsial untuk menurunkan rumus-rumus di bawah ini.
7 5
R
31. cos 5x sin 7x dx = − 24 cos 5x sin 7x − 24
sin 5x sin 7x + C
R eαz (α sin βz−β cos βz)
32. eαz sin βz dz = α2 +β 2
+C
R eαz (α cos βz+β sin βz)
33. eαz cos βz dz = α2 +β 2
+C
xα+1 xα+1
R
34. xα ln x dx = α+1
ln x − (α+1)2
+ C, α 6= −1
xα eβx α
R R
36. xα eβx dx = β
− β
xα−1 eβx dx
α
xα sin βx dx = − x cos βx α
R R
37. β
+ β
xα−1 cos βx dx
α
xα sin βx dx = − x cos βx α
R R
38. β
+ β
xα−1 cos βx dx
R R
39. (ln x)α dx = x(ln x)α − α (ln x)α−1 dx
3.2. INTEGRASI PARSIAL 111
R R
40. (α2 − x2 ) dx = x(α2 − x2 )α + 2α x2 (α2 − x2 )α−1 dx
sinn x dx dan
R R
1. cosn x dx
sinm x cosn x dx
R
2.
R R R
3. sin mx cos nx dx, sin mx sin nx dx, cos mx cos nx dx
R R
4. tann x dx, cotn x dx
R R
5. tanm x secn x dx, cotm x cscn x dx
Jenis 1
( sinn x dx, cosn x dx) Perhatikan kasus di mana n adalah bilangan bulat
R R
positif ganjil. Setelah kita mengeluarkan salah satu faktor sin x atau cos x dan
menggunakan identitas sin2 + cos2 = 1
sin5 x dx
R
Contoh 3.3.1. n Gangil Carilah
Jawab
Z Z
5
sin x dx = sin4 x sin x dx
Z
= (1 − cos2 x)2 sin x dx
Z
= (1 − 2 cos2 x + cos4 x) sin x dx
Z
= − (1 − 2 cos2 x + cos4 x)(− sin x) dx
2 1
= − cos x + cos3 x − cos5 x + C
3 5
3.3. BEBERAPA INTEGRASI TRIGONOMETRI 113
sin2 x dx
R
Contoh 3.3.2. n Genap Carilah
Jawab
1 − cos 2x
Z Z
2
sin x dx = dx
2
Z Z
1 1
= dx − (cos 2x)(2 dx)
2 4
1 1
= x − sin 2x + C
2 4
Jenis 2
( sinm x cosn x dx)Jika salah satu dari m atau n adalah bilangan bulat positif
R
ganjil sedangkan eksponen yang satunya bilangan sembarang, kita faktorkan sin x
atau cos x dan menggunakan identitas sin2 + cos2 = 1.
sin3 x cos−4 x dx
R
Contoh 3.3.3. m atau n Ganjil Carilah
Jawab
Z Z
−4
3
sin x cos x dx = (1 − cos2 x)(cos−4 )(sin x) dx
Z
= − (cos−4 − cos−2 )(− sin x dx)
(cos x)−3 (cos x)−1
= −[ − ]+C
−3 −1
1
= sec3 x − sec x + C
3
Jika m dan keduanya adalah bulat positif genap, maka kita menggunakan iden-
titas setengah-sudut untuk memperkecil derajat integran.
sin2 x cos4 x dx
R
Contoh 3.3.4. m atau n Genap Carilah
114 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
Jawab
1 − cos 2x 1 + cos 2x 2
Z Z
2 4
sin x cos x dx = ( )( ) dx
2 2
Z
1
= (1 + cos 2x − cos2 2x − cos3 2x) dx
8
Z
1 1
= [1 + cos 2x − (1 + cos 4x) − (1 − sin2 2x) cos 2x] dx
8 2
Z
1 1 1
= [ − cos 4x + sin2 2x cos 2x] dx
8 2 2
Z
1 1 1
= [ − cos 4x + sin2 2x cos 2x] dx
8 2 2
Z Z Z
1 1 1 1
= [ dx − cos 4x(4 dx) + sin2 2x(2 cos 2x)]
8 2 8 2
1 1 1 1 3
= [ x − sin 4x + sin 2x] + C
8 2 8 6
Jenis 3
R R R
( sin mx cos nx dx, sin mx sin nx dx, cos mx cos nx dx)Integral jenis ini muncul
dalam banyak aplikasi fisika dan teknik. Untuk mengatasi integral-integral ini, kita
gunakan identitas hasil kali.
R
Contoh 3.3.5. Carilah sin 2x cos 3x dx
3.3. BEBERAPA INTEGRASI TRIGONOMETRI 115
Jenis 4
R R
( tann x dx, cotn x dx)Dalam kasus tangen, faktorkan keluar tan2 x = sec2 x−
1; dalam kasus cot x, faktorkan cot2 x = csc2 x − 1
R
Contoh 3.3.6. Carilah cot4 x dx
Jawab
Z Z
4
cot x dx = cot2 x(csc2 x − 1) dx
Z Z
= cot x csc x dx − cot2 x dx
2 2
Z Z
= − cot x(− csc x dx) − (csc2 x − 1) dx
2 2
1
= − cot3 x + cot x + x + C
3
Jenis 5
R R
( tanm x secn x dx, cotm x cscn x dx)
3
tan− 2 x sec4 x dx
R
Contoh 3.3.7. (n Genap, m Sembarang Bilangan)Carilah
116 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
Jawab
Z Z
− 23 3
tan 4
x sec x dx = (tan− 2 x)(1 + tan2 x) sec2 x dx
Z Z
− 32 1
= (tan x) sec x dx + (tan 2 x) sec2 x dx
2
1 2 3
= −2tan 2 x + tan− 2 x + C
3
1
tan3 x sec− 2 x dx
R
Contoh 3.3.8. (m Ganjil, n Sembarang Bilangan)Carilah
Jawab
Z Z
− 21 3
3
tan x sec x dx = (tan2 x sec− 2 x)(sec x tan x) dx
Z
3
= (sec2 x − 1) sec− 2 x(sec x tan x dx)
Z Z
1 3
= sec 2 x(sec x tan x) − sec− 2 x(sec x tan x dx)
3 3 1
= sec 2 x + 2 sec− 2 x + C
2
Latihan 3.3.1.
sin2 x dx
R
1.
sin3 x dx
R
2.
Rπ
3. 2
0
cos5 x dx
sin5 4x cos2 4x dx
R
4.
cos3 3x sin−2 3x dx
R
5.
sin4 3x cos4 3x dx
R
6.
3.3. BEBERAPA INTEGRASI TRIGONOMETRI 117
R
7. sin 4x cos4x dx
sin4 ( x2 ) cos2 ( x2 ) dx
R
8.
R
9. x cos2 x sin x dx Petunjuk :Gunakan integral parsial.
x sin3 x cos x dx
R
10.
R
11. tan4 x dx
R
12. tan3 x dx
x
R
13. tan5 2
dx
tan−3 x sec4 x dx
R
14.
R
15. tan3 x sec2 x dx
R
16. cot4 x dx
R
17. cot3 2x dx
R
18. cot5 2x dx
3
tan− 2 x sec4 x dx
R
19.
1
tan3 x sec− 2 x dx
R
20.
118 BAB 3. TEKNIK INTEGRASI
Bab 4
Ketiga limit tersebut berbentuk pembagian dan jika kita masukkan nilai pendekatan
akan memberikan bentuk 0/0. Argumen secara geometri bisa digunakan untuk
sin x
menyelesaikan masalah limit pertama, yaitu limx→0 x
= 1 sedangkan limit ketiga
merupakan bentuk turunan fungsi f (x) pada x = a. Perhatikan limit kedua,
x2 −9
limx→3 x2 −x−6
. Limit ini bisa dengan mudah diselesaikan menggunakan manipulasi
aljabar
x2 − 9 (x − 3)(x + 3) (x + 3) 6
lim = lim = lim =
x→3 x2 − x − 6 x→3 (x − 3)(x + 2) x→3 (x + 2) 5
119
120 BAB 4. INTEGRAL BENTUK TAK TENTU DAN TAK WAJAR
Secara umum, terdapat aturan yang bisa digunakan dengan mudah untuk masalah
serupa.
Jika limx→u [f 0 (x)/g 0 (x)] ada, baik dalam kasus berhingga maupun tak hingga, (yaitu
jika limit tersebut menghasilkan bilangan berhingga, −∞ atau ∞), maka
f (x) f 0 (x)
lim = lim 0
x→u g(x) x→u g (x)
sin x 1 − cos x
lim = 1 dan lim =0
x→0 x x→0 x
Solusi
tan 2x
Contoh 4.1.2. Dapatkan limx→0 ln(1+x)
Solusi
Masing-masing pembilang dan penyebut akan memberikan hasil 0. Karenanya,
tan 2x 2 sec2 2x 2
lim = lim = =2
x→0 ln(1 + x) x→0 ln(1 + x) 1
e−x
Contoh 4.1.3. Dapatkan limx→∞ x−1
4.1. BENTUK TAK TENTU TIPE 0/0 121
Solusi
Jika Aturan L’Hôpital digunakan secara langsung akan memberikan
e−x x ∞
lim −1
= lim x = .
x→∞ x x→∞ e ∞
Perhatikan bahwa pergerakan pembilang dan penyebut saat x menuju tak hingga.
Penyebut akan jauh lebih cepat menuju tak hingga bila dibandingkan pembilang.
Karenanya, limit tersebut bernilai 0.
Latihan 4.1.1. 1. Hitunglah nilai limit berikut dengan terlebih dahulu memeriksa
bentuk tak tentu sebelum menggunakan Aturan L’Hôpital.
2x−sin x
(a) limx→0 x
cos x
(b) limx→π/2 1
π−x
2
x2 +6x+8
(c) limx→−2 x2 −3x−10
tan−1 3x
(d) limx→0 sin−1 x
ln(sin x)3
(e) limx→π/2 1
π−x
2
ex −e−x
(f ) limx→0 2 sin x
122 BAB 4. INTEGRAL BENTUK TAK TENTU DAN TAK WAJAR
√
t−t2
(g) limt→1 ln t
sin x−tan x
(h) limx→0 x2 sin x
ex −ln(1+x)−1
(i) limx→0 x2
cosh x−1
(j) limx→0 x2
sin x+tan x
(k) limx→0 ex +e−x −2
Rx√
1+sin tdt
(l) limx→0 0 x
Rx√
1+sin tdt
(m) limx→0 0 x
x
lim
x→∞ ex
kedua pembilang dan penyebut menuju tak hingga. Bentuk ∞/∞ juga bisa disele-
saikan dengan Aturan L’Hôpital secara formal mengikuti teorema berikut.
Teorema 4.2.1. Misalkan limx→u |f (x)| = limx→u |g(x)| = ∞. Jika limx→u [f 0 (x)/g 0 (x)]
ada, baik dalam kasus berhingga maupun tak hingga, maka
f (x) f 0 (x)
lim = lim 0
x→u g(x) x→u g (x)
Solusi
Masing-masing x dan ex akan menuju ∞ saat x → ∞. Karenanya, dengan Aturan
L’Hôpital dapat diperoleh
x Dx x 1
lim → ∞ = lim → ∞ = lim → ∞ = 0.
x ex x Dx ex x ex
Contoh 4.2.2. Tunjukkan bahwa, jika a adalah sembarang bilangan real positif,
maka
ln x
lim =0
x→∞ xa
Solusi
Masing-masing ln x dan xa akan menuju ∞ saat x → ∞. Karenanya, dengan Aturan
L’Hôpital dapat diperoleh
ln x 1/x 1
lim → ∞ a
= lim → ∞ a−1 = lim → ∞ a = 0.
x x x ax x ax
Solusi
Perhatikan bahwa pada saat x menuju 0+ , maka ln x menuju −∞ dan cot x menuju
∞. Fakta ini memperbolehkan kita untuk menggunakan Aturan L’Hôpital.
ln x 1/x
lim = lim+
x→0+ cot x x→0 − csc2 x
Bentuk terakhir ini masih membutuhkan Aturan L’Hôpital dengan terlebih dahulu
menuliskan
1/x sin2 x sin x
2
= = − sin x
− csc x x x
124 BAB 4. INTEGRAL BENTUK TAK TENTU DAN TAK WAJAR
Dengan demikian,
ln x sin x
lim = lim+ − sin x =0·1=0
x→0+ cot x x→0 x
Misalkan A(x) → 0 dan B(x) → ∞. Apa yang akan terjadi pada A(x)B(x)?
Apabila kedua A(x) dan B(x) merupakan fungsi yang merepresentasikan suatu kerja,
maka keduanya akan saling bertolak belakang. Mana yang akan menang? Hasil
tersebut tergantung pada mana yang lebih kuat. Dalam kasus ini, Aturan L’Hôpital
mampu membantu menyelesaikan masalahnya setelah kita mengubahnya ke dalam
bentuk 0/0 atau ∞/∞.
Solusi:
Karena limx→π/2 ln sin x dan limx→π/2 | tan x|, maka limit ini berbentuk 0 · ∞. Kita
dapat mengubah menjadi
ln sin x
lim (tan x · ln sin x) = lim ( )
x→π/2 x→π/2 cot x
1
cos x
= lim ( sinx 2 )
x→π/2 csc x
= lim (cos x · sin x) = 0
x→π/2
x 1
Contoh 4.2.5. Hitung limx→1+ x−1
− ln x
.
Solusi:
Kedua suku akan menuju tak hingga saat x menuju 1 dari kanan. Dengan demikian
kasus ini merupakan limit yang berbentuk ∞ − ∞. Dengan menggunakan operasi
4.2. BENTUK FUNGSI TAK TENTU LAINNYA 125
=2
Solusi:
Limit ini memberikan bentuk 1∞ . Misalkan y = (x + 1)cot x , maka
ln(x + 1)
ln y = cot x ln(x + 1) =
tan x
1
ln(x + 1)
lim+ ln y = lim+ = lim+ x+1 =1
x→0 x→0 tan x x→0 sec2 x
Solusi:
Limit ini memberikan bentuk ∞0 . Misalkan y = (tan x)cos x , maka
ln tan x
ln y = cos x · ln tan x =
sec x
sehingga
1
ln tan x 2
lim − ln y = lim − = lim − tan x·sec x
x→π/2 x→π/2 sec x x→π/2 sec x tan x
sec x cos x
= lim − 2
= lim − 2 =0
x→π/2 tan x x→π/2 sin x
Dengan demikian,
lim y = e0 = 1
x→π/2−
Latihan 4.2.1. Hitung masing-masing limit berikut. Pastikan limit tersebut memi-
liki bentuk tak tentu terlebih dahulu sebelum menerapkan Aturan L’Hôpital.
ln x10000
1. limx→∞ x
(ln x)2
2. limx→∞ 2x
3 sec x+5
3. limx→π/2 tan x
ln sin2 x
4. limx→0+ 3 ln tan x
ln(4−8x)2
5. limx→(1/2)− tan πx
6. limx→0 (x ln x1000 )
1 2
10. limx→0 csc2 x − x
Definisi 4.3.1. 1. Z b Z b
f (x) dx = lim f (x) dx
−∞ a→−∞ a
Z b Z b
f (x) dx = lim f (x) dx
−∞ a→−∞ a
Jika limit di sisi kanan ada dan nilainya berhingga, maka integral takwajar
tersebut konvergen ke nilai limit. Sebaliknya, integral takwajar bersifat di-
vergen jika limit di sisi kanan tidak ada atau nilainya takhingga.
R0 R∞ R −∞
2. Jika kedua −∞
f (x) dx dan 0
f (x) dx konvergen, maka −∞
f (x) dx juga
4.3. INTEGRAL TAK WAJAR: LIMIT TAK HINGGA PADA INTEGRASI 129
R∞
Selain itu, f (x) dx divergen.
−∞
R1 2
Contoh 4.3.1. Dapatkan −∞ xe−x dx jika ada.
Solusi:
1 1
1 1 −x2
Z Z
−x2 1 −x2
xe dx = − e (−2x dx) = − e
a 2 a 2 a
1 −1 1 −a2
=− e + e
2 2
sehingga Z 1
−x2 1 −1 1 −a2 1
xe dx = lim − e + e =− .
−∞ a→−∞ 2 2 2e
Akibatnya, integral tersebut konvergen ke −1/2e.
R∞
Contoh 4.3.2. Dapatkan 0 sin x dx jika ada.
Solusi:
Z ∞ Z b
sin x dx = lim sin x dx = lim [− cos x]b0
0 b→∞ 0 b→∞
= lim [1 − cos b]
b→∞
Karena limitnya tidak ada, maka integral tak wajar tersebut divergen. Perhatikan
R∞
gambar berikut, secara geometri, 0 sin x dx akan bernilai tak hingga.
130 BAB 4. INTEGRAL BENTUK TAK TENTU DAN TAK WAJAR
R∞ 1
Contoh 4.3.3. Hitung −∞ 1+x2
dx
Solusi:
Z ∞ Z ∞
1 1
dx = lim dx
0 1 + x2 b→∞ 0 1 + x2
= lim [tan−1 x]b0
b→∞
π
= lim [tan−1 b − tan−1 0] =
b→∞ 2
Dengan demikian,
Z ∞ Z 0 Z ∞
1 1 1 π π
dx = dx + dx = + = π
−∞ 1 + x2 −∞ 1 + x2 0 1+x 2 2 2
Latihan 4.3.1.
4. Dapatkan luas daerah yang dibatasi oleh sumbu-x dan y = e−3x untuk x ≥ 0.
Perhatikan gambar berikut. Seringkali kita menghitung luas daerah yang di-
batasi oleh suatu fungsi kontinu dengan interval berhingga [a, b] seperti yang ditun-
jukkan oleh gambar (a). Namun, bagaimana jika kita ingin menghitung luas daerah
yang dibatasi oleh kurva yang memiliki titik diskontinu? (gambar (b) dan (c))
Definisi 4.3.2. (i) Misalkan f adalah fungsi kontinu pada interval [a, b], kecuali
pada titik diskontinu di b, maka integral takwajar dari f pada interval [a, b]
didefinisikan sebagai
Z b Z k
f (x) dx = lim− f (x) dx
a k→b a
(ii) Misalkan f kontinu pada interval [a, b], kecuali pada titik diskontinu di a, maka
integral tak wajar dari f pada interval [a, b] didefinisikan sebagai
Z b Z b
f (x) dx = lim+ f (x) dx
a k→a k
Jika nilai limit ada pada integral (i) dan (ii), maka integral tak wajar tersebut
akan konvergen ke nilai limit. Sebaliknya, integral takwajar tersebut bersifat
divergen.
(iii) Jika f kontinu pada interval [a, b], kecuali pada titik diskontinu di (a, b), maka
integral tak wajar dari f pada interval [a, b] didefinisikan sebagai
Z b Z c Z b
f (x) dx = f (x) dx + f (x) dx
a a c
Integral pada (iii) akan konvergen pada suatu nilai jika kedua integral pada
sisi kanan konvergen. Sebaliknya, integral takwajar tersebut bersifat divergen.
R1
Contoh 4.3.4. Hitung √dx
0 1−x
Solusi:
Integral tersebut merupakan integral tak wajar karena intgran akan menuju +∞
4.3. INTEGRAL TAK WAJAR: LIMIT TAK HINGGA PADA INTEGRASI 133
1 1 √
Z Z
dx dx k
√ = lim √ = lim− −2 1 − x 0
0 1 − x k→1− 0 1 − x k→1
h √ i
= lim− −2 1 − k + 2 = 2
k→1
R3
(a) √dx
2 2−x
dx 2/3
R4
(b) 1 x−3
Solusi:
(a) Integral tersebut merupakan integral tak wajar karena integran akan menuju
+∞ jika x menuju 1 dari kiri. Dengan demikian,
Z 3 Z 3
dx dx
= lim = lim+ [− ln |2 − x|]3k
2 2 − x k→2+ k 2 − x k→2
= lim+ [− ln | − 1| + ln |2 − k|] = −∞
k→2
Perhatian
Penggunaan Teorema Dasar Kalkulus (TDK) secara langsung pada integral takwajar
seringkali memberikan hasil yang salah jika tidak memperhatikan penerapan limit
yang tepat. Contoh berikut mengilustrasikan bahwa prosedur penggunaan TDK
pada integral takwajar akan memberikan hasil yang salah.
Z 4 4
dx 1
= −
0 (x − 2)2 x−2 0
1 1 1 1
=− − − = − − = −1
4−2 −2 2 2
1
Hasil tersebut jelas salah karena integran (x−2)2
tidak pernah bernilai negatif, akibat-
nya hasil integral pun tidak akan bernilai negatif. Karenanya, perlu memperhatikan
bahwa integran tersebut memiliki titik diskontinu pada x = 2, sehingga
Z 4 Z 2 Z 4
dx dx dx
= +
0 (x − 2)2 0 (x − 2)2 2 (x − 2)2
R4 dx
akibatnya, 0 (x−2)2
divergen.
Solusi:
Untuk mempermudah perhitungan, kita bisa membagi lingkaran tersebut menjadi
4.3. INTEGRAL TAK WAJAR: LIMIT TAK HINGGA PADA INTEGRASI 135
Bentuk terakhir tersebut merupakan integral takwajar yang memiliki titik diskon-
tinu di x = r, sehingga penyelesaiannya adalah
Z r
dx
K = 4r √
0 r2 − xZ2
r
dx
= 4r lim k → r− √
0 r 2 − x2
k
= 4r lim k → r− sin−1 (x/r) 0
Latihan 4.3.2.
1. Pada titik manakah yang menyebabkan integral berikut menjadi integral tak
wajar
R1 dx
(a) 0 xp
R2 dx
(b) 1 x−p
R π/2
(c) 0
tan x dx
R4
(d) √dx dx
0 4−x
136 BAB 4. INTEGRAL BENTUK TAK TENTU DAN TAK WAJAR
R1
(e) √ dx
0 1−x2
R1
(f) √x dx
−3 9−x2
R +∞ 1
(g) 0 x2
dx
R +∞
(h) √dx
1 x x2 −1
R1
(i) √ dx
0 x(x+1)
R +∞
(j) √ dx
0 x(x+1)
5. Dapatkan luas daerah yang dibatasi oleh sumbu-x dan y = 8/(x2 − 4) untuk
x ≥ 4.
6. Daerah yang dibatasi oleh sumbu−x dan kurva y = e−x untuk x ≥ 0 diputar
terhadap sumbu-x.
[1] Dale Varberg, Edwin J. Purcell, steven E. Rigdon (2007): Calculus, ninth edi-
tion, Pearson Prentice Hall.
[2] Howard Anton, Irl Bivens, Stephen Davis (2012): Calculus Early Transcenden-
tals, John Wiley and Sons, Inc.
[3] Koko Martono (2011): Diktat Kuliah Kalkulus, Jurusan Matematika, FMIPA,
ITB.
[4] Warsoma Djohan, Wono Setya Budhi (2007): Diktat Kalkulus 1, Jurusan
Matematika, FMIPA, ITB.
137
138 DAFTAR PUSTAKA
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN 2016