Anda di halaman 1dari 6

[KIARA PUTRI LINGGARJATI]

Pulau Terluar, Gembok Pertahanan Kesatuan Wilayah NKRI

Pulau-pulau terluar Indonesia, biasa kita dengar sebagai sebutan


bagi pulau-pulau yang berada di garis paling luar negara kepulauan
kita. Paling luar berarti yang terletak dekat dengan negara-negara
tetangga, seperti berbatasan langsung dengan Singapura, Filipina,
Australia, Malaysia, dan negara lainnya. Sebutan pulau terluar
terkadang memunculkan kesan bahwa pulau-pulau tersebut
penduduknya masih serba tradisional, miskin, tertinggal, bahkan tidak
berpenduduk yang jauh dari perhatian pemerintah yang rawan
kegiatan illegal dan kesan-kesan dengan makna konotasi lainnya.
Baiknya jika sebutan pulau terluar dirubah dengan makna yang lebih
positif seperti pulau-pulau terdepan. Dari sebuah sebutan itu saja
secara tidak langsung dapat merubah pandangan masyarakat bahwa
pulau-pulau tersebut adalah sebagai benteng terdepan pertahanan
Negara Republik Indonesia terhadap ancaman negara tetangga yang
dapat merusak tembok persatuan rakyat kita.
Sebagai pulau terdepan dalam menghadapi ancaman negara
tetangga, dibutuhkan penanganan dan dukungan khusus terhadap
kesiapan pulau-pulau tersebut. Diibaratkan pada suatu wilayah pesisir
yang disana banyak terdapat sebuah pelabuhan kapal nelayan. Namun
ombak di wilayah tersebut tergolong besar karena berada di pantai
Selatan, sehingga dibutuhkan sebuah pemecah ombak agar ombak
besar tidak sampai mengenai bibir pantai. Ombak laut sebagai
ancaman negara tetangga dan pemecah ombak sebagai persiapan
keamanan khusus yang seharusnya ditempatkan secara merata
diberbagai pulau terdepan dalam menghadapi ancaman yang dapat
masuk kapan saja ke wilayah NKRI. Berbagai ancaman yang dapat
menggerogoti kesatuan Indonesia misalnya penyelundupan barang-
barang terlarang, penyelundupan warga negara asing yang tidak
memiliki kartu identitas, rayuan agar menjual potensi sumber daya
yang ada akibat desakan ekonomi, iming-iming kualitas hidup yang
lebih baik,dan banyak lainnya.
Sampai saat ini, jumlah pulau di Indonesia yang kita ketahui
berjumlah 17.508 pulau. Sebanyak 13.466 pulau sudah dibakukan

Kajian Kawasan Perbatasan Page 1


[KIARA PUTRI LINGGARJATI]

namanya dan bahkan telah didaftarkan ke Perserikatan Bangsa Bangsa


dalam sidang United Nation Conference on Standardization of
Geographical Names (UNCSGN) ke-10, 2012 di New York, AS. Masih ada
sekitar 4.038 pulau yang perlu dibakukan dan didaftarkan ke PBB.
Diharapkan, pada 2017, seluruh pulau di Indonesia dapat dibakukan
dan didaftarkan ke PBB sehingga memiliki kekuatan hukum lebih kuat
dalam mendukung kedaulatan NKRI (kompas.com). Namun, jumlah
tersebut tidak dapat kita percayai lagi sebagai jumlah pulau milik
Indonesia yang pasti. Menurut Kepala Kelompok Peneiti Dinas Hidro
Oseanografi TNI AL, Kolonel Laut Haris Djoko Nugroho, baru-baru ini
setelah TNI AL mendata, justru berkurang 3.000 pulau
(jurnalmaritim.com). Berkurangnya jumlah tersebut dapat disebabkan
oleh banyak faktor seperti faktor alam yang mempengaruhi tingginya
permukaan air laut sehingga ketika pasang maupun surut pulau-pulau
kecil tersebut sudah tergenang air laut. Namun yang lebih parah jika
hilangnya adalah akibat dari kesengajaan manusia itu sendiri seperti
penjualan pulau atau turun-temurun sudah dihuni oleh masyarakat
negara asing yang akhirnya kepemilikan pulau tersebut berpindah.
Merujuk pada teori yang ada oleh Djalal (2007), menyatakan bahwa
perubahan luas wilayah suatu negara dapat terjadi melalui perubahan
alami (accretion), penjualan atau pembelian wilayah (purhaces),
peperangan (conquest), penemuan (discoveries), bubarnya negara
(succession) dan penggabungan negara (federation/integration).
Semua itu bisa terjadi karena pengaruh adanya perkembangan hukum
internasional (eksternal) atau perkembangan kondisi politis, ekonomi
dan sosio-kultural (internal).
Penyebab hilangnya pulau-pulau kecil yang berbatasan maupun
tidak menjadi isu strategis pengelolaan pulau-pulau kecil dan
perbatasan di Indonesia. Dari isu regional salah satunya adalah
penambangan pasir laut yang tidak terkendali. Selain karena faktor
ekonomi sosial penduduk juga karena lengahnya perhatian stakeholder
yang berperan dalam menjaga keamanan pulau-pulau tersebut. Dari
isu nasional yaitu pulau-pulau terdepan rawan manjadi lokasi kegiatan
yang dapat mengancam stabilitas, keamanan dan keutuhan nasional.
Pulau-pulau tersebut rawan dijadikan lokasi penyelundupan narkoba,

Kajian Kawasan Perbatasan Page 2


[KIARA PUTRI LINGGARJATI]

penyelundupan senjata api, sarang para teroris antar negara dan kasus
pidana lainnya yang memanfaatkan pulau-pulau terdepan Indonesia
terutama pulau tak berpenghuni.
Kondisi perbatasan laut yang terdiri dari wilayah perairan yang
berbatasan dengan wilayah negara lain termasuk 92 pulau-pulau kecil
terluar sebagai lokasi strategis sampai pada saat ini masih
membutuhkan perhatian khusus. Banyaknya garis batas wilayah di laut
yang belum disepakati antara Indonesia dengan negara tetangga
berpotensi menjadi akar permasalahan dan kedaulatan dengan negara
tetangga. Garis batas wilayah laut tersebut terdiri dari Batas Landas
Kontinen (BLK), Batas Laut Teritorial (BLT), Batas Zona Tambahan (BZT)
maupun Batas Zona Ekonomi Eklusif (ZEE). Dari 92 pulau kecil
terdepan Indonesia, 12 diantaranya menunggu untuk mendapatkan
penanganan khusus; Pulau Berhala di perairan Sumatera Utara
berbatasan dengan Malaysia, Pulau Nipa di Kepulauan Riau berbatsan
dengan Singapura yang terkenal dengan isu tenggelamnya akibat
penampangan pasir oleh Singapura, Pulau Dana di NTT berbatasan
dengan Australia, Pulau Bras, Fani dan Fanildo di Irian Jaya Barat
berbatasan dengan Negara Kepulauan Palau, Pulau Batek dan Bras di
NTT yang belum memiliki titik dasar, Pulau Marampit, Marore dan
Miangas di Sulawesi Utara berbatasan dengan Filipina dan Pulau
Sekatung di Kepuauan Riau berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Pulau Morore merupakan salah satu pulau dari 92 pulau
terdepan Indonesia dan 12 pulau yang membutuhkan penanganan
khusus, terletak di Sulawesi dan berbatasan langsung dengan negara
Filipina. Secara administratif masuk ke dalam bagian wilayah
pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sangihe Kecamatan Tabukan di
Sulawesi Utara. Pulau terluar Philipina yang berbatasan dengan Pulau
Morore hanya berjarak kurang lebih 76,35 km. Bila dibandingkan
dengan ibukota provinsi yaitu di Manado yang berjarak 371 km, Pulau
Morore tentu lebih dekat dengan Filipina dengan akses yang mudah
pula menggunakan jalur laut. Hal tersebut mempengaruhi banyaknya
siklus keluar masuk warga negara Filipina ke Indonesia yang menuju
Pulau Marore maupun sebaliknya. Dengan banyaknya arus imigrasi
dari kedua negara, pulau ini dijadikan wilayah khusus di perbatasan

Kajian Kawasan Perbatasan Page 3


[KIARA PUTRI LINGGARJATI]

Filipina atau dikenal sebagai wilayah Check Point Border Crossing Area,
rawan illegal fishing atau rawan penangkapan ilegal yang masuk ke
zona ekonomi Indonesia. Tidak hanya permasalahan penangkapan ikan
illegal, banyaknya warga kedua negara yang keluar masuk juga
berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat Pulau Marore. Seperti
pernikahan antar kedua warga negara Filipina dengan warga negara

Indonesia di Pulau Marore.


Kantor Border Cross Station Marore
(sumber: wisatasangihe.blogspot.com)

Letak Pulau Marore, Miangas, dan Marampit


(sumber: manadotime.blogspot.com)

Pos Lintas Batas Negara (PLBN) merupakan kontribusi dari


Badan Nasional Pengelola Perbatasan di Pulau Marore sebagai garda
terdepan bagi masuknya kapal-kapal dari luar negeri, khususnya dari
Filipina yang akan masuk ke perairan Indonesia. Sebelum kapal
diperbolehkan bersandar di pelabuhan, Tim GIT Custom terlebih dahulu
mendatangi kapal luar tersebut untuk diperiksa surat-surat
administrasi, barang bawaan, dan juga kesehatan dari seluruh awak

Kajian Kawasan Perbatasan Page 4


[KIARA PUTRI LINGGARJATI]

kapal. Dengan pemeriksaan yang ketat dan taat aturan, akan


mengurangi permasalahan antar kedua negara sehingga ekonomi
masyarakat tidak terganggu terlebih Pulau Marore sebagai pusat
kegiatan strategis nasional, tentunya akan berpengaruh pula pada
keutuhan masyarakat Marore. Pulau Marore di Kabupaten Kepulauan
Sangihe ini sebagai contoh pulau terdepan Indonesia yang akhirnya
berkembang dari segi ekonomi hasil perikanan dan kelautan,
pariwisatanya, dan infrastruktur yang memadai. Ini dapat dijadikan
bukti apabila pulau terdepan Indonesia dikelola dengan baik,
pemeritah memperhatikan dan memberikan tindakan khusus, maka
pulau terdepan seperti Marore tidak akan menimbulkan masalah dalam
terjaganya keutuhan Negara Indonesia dengan berjalannya pula sistem
pertahanan keamanan nasional. Walaupun tetap saja masih belum
optimal.
Setiap kawasan perbatasan di darat mapun dilaut memiliki
karateristik masing-masing dan juga potensi yang berbeda antar
daerah. Potensi yang dimiliki wilayah perbatasan yang bernilai
ekonomis adalah potensi sumberdaya alam (lahan untuk pertanian dan
perkebunan, hutan, tambang dan mineral serta perikanan dan
kelautan) yang terbentang di sepanjang dan sekitar kawasan
perbatasan, namun sebagian besar dari potensi sumberdaya alam
tersebut belum dikelola secara optimal. Jika pulau-pulau terdepan yang
tidak atau kurang mendapat perhatian khusus dari pemerintah
dibiarkan tanpa tindakan, akan dengan mudah pulau tersebut lenyap
atau lepas dari kesatuan Indonesia. Semua itu dikarenakan masih
terbatasnya sistem pemantauan, patroli dan pengawasan (Monitoring,
Controling dan Surveillance/MCS) di pulau-pulau terluar.
Kurangnya akses informasi tak luput dari salah satu faktor yang
dapat melemahkan wawasan maupun rasa kebangsaaan warga Negara
Indonesia di perbatasan. Solusi dari terbatasnya akses informasi ini
dapat dimulai dari peran pemerintah setempat yang berkolaborasi
dengan lembaga yang ada untuk lebih rutin mengadakan pertemuan
dan diskusi santai untuk menambah wawasan masyarakat perbatasan
agar lebih mengenal dan mencintai bangsa mereka sendiri. Jangan
lupakan satuan TNI AD yang sedang bertugas. Mereka perlu dilibatkan

Kajian Kawasan Perbatasan Page 5


[KIARA PUTRI LINGGARJATI]

karena mereka juga sudah dibekali untuk terjun ditengah masyarakat.


Selain dapat membuka pikiran dengan wawasan yang diberikan, dapat
terjalin pula komunikasi dan dapat menjadi lebih dekat dengan
masyarakat setempat.
Satuan yang bertugas menjaga wilayah perbatasan khususnya
di pulau-pulau terdepan Indonesia adalah TNI AD. Sering kita dengar
bahwa menjaga perbatasan, menjaga kedaulatan Indonesia. Itu
merupakan salah satu tugas pokok TNI AD. Sebagai bagian dari TNI,
tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Sumber Referensi:
Input Paper RPJMN II 2010-2014, Pengembangan Kawasan Perbatasan
http://www.fkpmaritim.org/badan-koordinasi-keamanan-laut-suatu-
tinjauan/
http://www.tniad.mil.id/index.php/sample-page-2/tugas/
http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20160418102146
http://perencanaankota.blogspot.co.id/2014/02/isu-isu-pengelolaan-
pulau-pulau-kecil.html
http://jurnalmaritim.com/2015/04/jumlah-pulau-di-indonesia-didata-
ulang/
https://www.youtube.com/watch?
v=bitD69DxOUE&list=PLxURQKSCLG7wxkmOCftlOeRnfOv-
fQtJW&index=1
http://www.ppk-
kp3k.kkp.go.id/direktoripulau/index.php/public_c/pulau_info/305

Kajian Kawasan Perbatasan Page 6

Anda mungkin juga menyukai