penyelundupan senjata api, sarang para teroris antar negara dan kasus
pidana lainnya yang memanfaatkan pulau-pulau terdepan Indonesia
terutama pulau tak berpenghuni.
Kondisi perbatasan laut yang terdiri dari wilayah perairan yang
berbatasan dengan wilayah negara lain termasuk 92 pulau-pulau kecil
terluar sebagai lokasi strategis sampai pada saat ini masih
membutuhkan perhatian khusus. Banyaknya garis batas wilayah di laut
yang belum disepakati antara Indonesia dengan negara tetangga
berpotensi menjadi akar permasalahan dan kedaulatan dengan negara
tetangga. Garis batas wilayah laut tersebut terdiri dari Batas Landas
Kontinen (BLK), Batas Laut Teritorial (BLT), Batas Zona Tambahan (BZT)
maupun Batas Zona Ekonomi Eklusif (ZEE). Dari 92 pulau kecil
terdepan Indonesia, 12 diantaranya menunggu untuk mendapatkan
penanganan khusus; Pulau Berhala di perairan Sumatera Utara
berbatasan dengan Malaysia, Pulau Nipa di Kepulauan Riau berbatsan
dengan Singapura yang terkenal dengan isu tenggelamnya akibat
penampangan pasir oleh Singapura, Pulau Dana di NTT berbatasan
dengan Australia, Pulau Bras, Fani dan Fanildo di Irian Jaya Barat
berbatasan dengan Negara Kepulauan Palau, Pulau Batek dan Bras di
NTT yang belum memiliki titik dasar, Pulau Marampit, Marore dan
Miangas di Sulawesi Utara berbatasan dengan Filipina dan Pulau
Sekatung di Kepuauan Riau berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Pulau Morore merupakan salah satu pulau dari 92 pulau
terdepan Indonesia dan 12 pulau yang membutuhkan penanganan
khusus, terletak di Sulawesi dan berbatasan langsung dengan negara
Filipina. Secara administratif masuk ke dalam bagian wilayah
pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sangihe Kecamatan Tabukan di
Sulawesi Utara. Pulau terluar Philipina yang berbatasan dengan Pulau
Morore hanya berjarak kurang lebih 76,35 km. Bila dibandingkan
dengan ibukota provinsi yaitu di Manado yang berjarak 371 km, Pulau
Morore tentu lebih dekat dengan Filipina dengan akses yang mudah
pula menggunakan jalur laut. Hal tersebut mempengaruhi banyaknya
siklus keluar masuk warga negara Filipina ke Indonesia yang menuju
Pulau Marore maupun sebaliknya. Dengan banyaknya arus imigrasi
dari kedua negara, pulau ini dijadikan wilayah khusus di perbatasan
Filipina atau dikenal sebagai wilayah Check Point Border Crossing Area,
rawan illegal fishing atau rawan penangkapan ilegal yang masuk ke
zona ekonomi Indonesia. Tidak hanya permasalahan penangkapan ikan
illegal, banyaknya warga kedua negara yang keluar masuk juga
berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat Pulau Marore. Seperti
pernikahan antar kedua warga negara Filipina dengan warga negara