Anda di halaman 1dari 14

PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)

DI KOTA MALANG TAHUN 2018

BAB II

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Ruang Terbuka Hijau
Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) adalah kawasan atau
areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi
perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan
jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas
atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, Ruang Terbuka Hijau (Green
Openspaces) di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan
kualitas lansekap kota.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan
masyarakat akan sarana dan prasarana kota meningkat. Salah satu sarana dan
prasarana yang dibangun untuk menunjang kebutuhan masyarakat adalah ruang
terbuka hijau (RTH). Menurut Nurisjah (2005), Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan
salah satu bagian utama dari pembangunan dan pengelolaan ruang-ruang kota dalam
upaya mengendalikan kapasitas dan kualitas lingkungannya dan pada saat yang
bersamaan juga untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Ruang terbuka hijau
yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia,
ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka
hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik.
Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan
standar-standar yang ada.
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperlukan guna meningkatkan kualitas
lingkungan hidup di wilayah perkotaan secara ekologis, estetis, dan sosial. Secara
ekologis, ruang terbuka hijau berfungsi sebagai pengatur iklim mikro kota yang
menyejukkan. Vegetasi pembentuk hutan merupakan komponen alam yang mampu

LAPORAN PENDAHULUAN II - 1
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

mengendalikan iklim melalui pengendalian fluktuasi atau perubahan unsur-unsur iklim


yang ada di sekitarnya misalnya suhu, kelembapan, angin dan curah hujan.

Ruang terbuka hijau memberikan pasokan oksigen bagi makhluk hidup dan
menyerap karbon serta sumber polutan lainnya. Secara ekologis ruang terbuka hijau
mampu menciptakan habitat berbagai satwa, misalnya burung. Secara estetis, ruang
terbuka hijau menciptakan kenyamanan, harmonisasi,kesehatan, dan kebersihan
lingkungan. Secara sosial, ruang terbuka hijau mampu menciptakan lingkungan rekreasi
dan sarana pendidikan alam. Ruang terbuka hijau yang dikelola sebagai tempat
pariwisata dapat membawa dampak ekonomis seperti meningkatkan pendapatan
masyarakat (Putra, 2012).

2.1.2 Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Dalam masalah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian atau
salah satu subsistem dari sistem kota secara keseluruhan. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sengaja dibangun secara merata di seluruh wilayah kota untuk memenuhi berbagai
fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi:
1. Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi
bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, agar
sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai
peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa,
penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin;
2. Fungsi sosial, ekonomi (produktif) dan budaya yang mampu menggambarkan
ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat
rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian;
3. Ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan
berdaun indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan
lain-lain;
4. Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik
(dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro:
lansekap kota secara keseluruhan). Mampu enstimulasi kreativitas dan
produktivitas warga kota. Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif,
seperti: bermain, berolahraga, atau kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus
menghasilkan ’keseimbangan kehidupan fisik dan psikis’. Dapat tercipta suasana

LAPORAN PENDAHULUAN II - 2
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan


dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota pertanian dan
perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur
biru bantaran kali (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan
Umum, 2006).
Manfaat RTH secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari
adanya fungsi ekologis, atau kondisi ’alami’ ini dapat dipertimbangkan sebagai
pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan
perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan
manusiawi.
Pendekatan ini didasarkan atas satu atau lebih manfaat yang dapat diperoleh
oleh pengguna, terutama di kawasan perkotaan. Secara umum manfaat yang diinginkan
adalah berupa perolehan kondisi dan atau suasana yang sifatnya membangun kesehatan
jasmani dan rohani manusia.

2.1.3 Taman Kota


Taman kota merupakan ruang didalam kota yang ditata untuk menciptakan
keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman kota
dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat
rekreasi. Selain itu, taman kota difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim
mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna. Apabila terjadi
suatu bencana, maka taman kota dapat difungsikan sebagai tempat posko pengungsian.
Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat memberikan manfaat keindahan,
penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. Taman kota berperan sebagai sarana
pengembangan budaya kota, pendidikan, dan pusat kegiatan kemasyarakatan.
Pembangunan taman dibeberapa lokasi akan menciptakan kondisi kota yang indah,
sejuk, dan nyaman serta menunjukkan citra kota yang baik.
Menurut Karyono (2005), taman kota harus nyaman secara spasial atau
keruangan, dimana warga kota dapat menggunakannya untuk aktivitas informal sehari-
hari seperti istirahat, duduk, bermain dan lainnya. Untuk itu, perlu disediakan sarana
atau prasarana untuk kebutuhan tersebut, misalnya bangku, ruang terbuka, toilet
umum, dan lainnya. Taman kota juga perlu mempertimbangkan kenyamanan audial
akibat kebisingan kota dengan penanaman tumbuhan yang dapat membantu

LAPORAN PENDAHULUAN II - 3
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

mengurangi polusi suara kendaraan bermotor. Dari aspek termal, taman kota
dipertimbangkan mampu mengurangi ketidaknyamanan termal yang diakibatkan oleh
iklim setempat dan dari aspek kenyamanan visual, taman perlu ditata indah dan secara
estetika baik.
Taman Kota dibagi menjadi tiga macam taman kota berdasarkan aktifitasnya me
nurut Suharto (1999: 12-13), yaitu:
1. Taman untuk rekreasi aktif.
Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun suatu
kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan
fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan, kesegaran, dan
kebugaran, misalnya taman olah raga, aerobic, fitness, camping ground, taman
bermain anak, taman pramuka, taman jalur jalan, kebun binatang, danau,
pemancingan taman-taman kota dan sebagainya.
2. Taman untuk rekreasi pasif
Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yanmg dibentuk agar dapat dinikmati
keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas dan kegiatan
apapun, misalnya waduk, hutan buatan, penghijauan tepi kali, jalur hijau,
lapangan terbang, dan lainnya.
3. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif.
Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa dinikmati
keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk mengadakan
aktivitas, misalnya taman lingkungan. Taman lingkungan atau community park
adalah suatu taman yang dibuat dan merupakan bagian dari suatu pemukiman,
selain rumah ibadah, pasar, sekolah, dan lain-lainnya.

2.1.4 Hutan Kota


Hutan kota adalah tumbuhan vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang
memberi manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan proteksi, rekreasi
dan estetika lingkungan. Menurut Samsoedin dan Subandiono (2006), hutan kota
merupakan pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu di
kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi
masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika.
Sedangkan, menurut Irwan (1994) mengemukakan bahwa hutan kota adalah komunitas

LAPORAN PENDAHULUAN II - 4
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

vegetasi berupa pohon dan asosianya yang tumbuh dilahan kota atau sekitar kota baik
berbentuk jalur menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru
(menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi
satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis. Penunjukan lokasi dan
luas lahan hutan kota didasarkan pada pertimbangan luas wilayah, jumlah penduduk,
tingkat pencemaran dan kondisi fisik kota.
Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi dan penyangga
lingkungan kota (pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan plasma nutfah,
keanekaragaman hayati). Hutan kota dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas
sosial masyarakat secara terbatas (aktivitas pasif seperti duduk dan beristirahat dan atau
membaca, atau aktivitas yang aktif seperti jogging, senam atau olahraga ringan lainnya),
wisata alam, rekreasi, penghasil produk hasil hutan, oksigen, ekonomi (buah-buahan,
daun, sayur), wahana pendidikan dan penelitian. Fasilitas yang harus disediakan
disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan seperti kursi taman, sirkulasi pejalan kaki
atau jogging track. Idealnya hutan kota merupakan ekosistem yang baik bagi ruang
hidup satwa misalnya burung, yang mempunyai peranan penting antara lain mengontrol
populasi serangga. Untuk itu diperlukan introduksi tanaman pengundang burung pada
hutan kota.

2.1.5 Lansekap Kota


Lansekap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas
manusia dalam mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Simonds
dan Starke, 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang
mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. Lanskap kota merupakan wajah
bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan pertamanan dalam arti sempit, tetapi
mencakup segala hal ruang luar (exterior, out door) baik yang alami maupun yang
buatan dengan segala elemennya, baik yang keras (hardscape) maupun yang lunak
(softscape).

2.1.6 Elemen Lansekap


Elemen-elemen pendukung lansekap dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
(Handayani, 2009): elemen lunak (softscape) dan elemen keras (hardscape). Elemen
lunak adalah elemen pendukung yang biasanya merupakan vegetasi, seperti

LAPORAN PENDAHULUAN II - 5
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

pepohonan, perdu dan rerumputan. Penggunaan tanaman sangat berperan terhadap


hasil penataan suatu lansekap. Elemen tanaman memiliki beberapa sifat khas yang
membedakannya dengan berbagai elemen lainnya. Karakteristik yang paling penting dan
menonjol adalah bahwa tanaman merupakan elemen yang hidup dan tumbuh. Dengan
sifat khas demikian maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, tanaman
merupakan elemen yang dinamis, setiap saat berubah, baik itu ukuran, tekstur,
kelebatan daun maupun karakter keseluruhan sesuai dengan sifat pertumbuhannya.
Kedua, kualitas dinamis tadi mempunyai implikasi terhadap penggunaan tanaman dalam
penataan lansekap. Karakteristik tanaman menampilkan ciri dan bentuk tanaman yang
terdiri dari: ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman. Masing-masing ciri tersebut
berpengaruh langsung terhadap hasil penataan lansekap.
Setiap peletakan unsur tanaman dalam lansekap harus memiliki tujuan dan
fungsi yang jelas. Tanaman dalam penataan lansekap memiliki tiga fungsi utama, yaitu.
1. Fungsi arsitektural, yaitu pemanfaatan tanaman untuk membentuk bidang-
bidang tegak terutama dalam membentuk ruang;
2. Fungsi lingkungan, yaitu fungsi tanaman yang lebih ditekankan untuk
menciptakan kenyamanan dan keamanan dari faktor-faktor gangguan
lingkungan, seperti polusi, erosi dan lain-lain;
3. Fungsi estetis tanaman, yaitu untuk memberikan nilai-nilai keindahan dalam
mendukung kedua fungsi di atas. Sementara itu, elemen keras (hardscape)
merupakan unsur tidak hidup dalam lansekap dan berfungsi sebagai unsur
pendukung untuk meningkatkan kualitas lansekap tersebut. Elemen keras dapat
berupa lampu-lampu taman, bangku dan meja taman, gazebo, kolam, bebatuan,
kerikil dan lain-lain.
A. Elemen Softscape
Menurut Hakim (1991), elemen softscape tergantung pada aspek arsitektural
atau artistik visual, yaitu: (a) pengontrol pemandangan; (b) penghalang secara fisik;
(c) pengontrol iklim; (d) pelindung dari erosi; dan (e) pemberi nilai estetis.
Tabel 2.1 Elemen Softscape Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Elemen Softscape
1. Berdasarkan Aspek Arsitektural dan Artistik Visual (Hakim, 1991), yaitu:
a. Pengontrol pemandangan (Visual control )
b. Penghalang secara fisik (Physical Bariers )
c. Pengontrol iklim (Climate Control )
d. Pelindung dari erosi (ErotionControl)
e. Memberikan nilai estetika (Aesthetics Values)

LAPORAN PENDAHULUAN II - 6
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

Elemen Softscape
2. Berdasarkan Bentuk Tajuk dan Struktur Tanaman (DPU, 1996; Laurie, 1986 dan
Djuwita, 2007)), yaitu:
a. Tajuk merupakan keseluruhanbentuk dan kelebaran maksimal tertentu dari
ranting dan daun suatu tanaman.
b. Struktur Tanaman ialah bentuk tanaman yang terlihat secara keseluruhan.
c. Tanaman pohon berjenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang
tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai lebih
dari 8m.
d. Tanaman perdu adalah tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang
cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu
biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu
tinggi.
e. Tanaman semak (shrubs) dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan
sederajat. Pada umumnya tanaman ini mempunyai ketinggian di bawah 8 m.
f. Tanaman merambat (liana) Liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu
dan tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya.
g. Tanaman Herba, Terna, Bryoids dan Sukulen golongan herba (herbaceous) atau
ternamerupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak
sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak. Ukurannya dibagi
berdasarkan tinggi vegetasi.
3. Berdasarkan Pembentuk dan Ornamental Space (Djamal, 2005 dan DPU, 1996),
yaitu:
a. Tanaman Pelantai (Ground Cover) tanaman yang membentuk kesan lantai
digunakan sebagai penutup tanah di taman. Tanaman ini tingginya sekitar mata
kaki.
b. Tanaman Pendidinding adalah tanaman yang membentuk kesan dinding.
c. Tanaman Pengatap atau Peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon
dengan percabangan yang tingginya Iebih dari 2 meter.
d. Tanaman sebagai Ornamen dan Pengisi Ruang tanaman yang mempunyai warna
menarik pada bunga, daun, kulit batang atau dahan, serta yang bertajuk indah.

B. Elemen Hardscape
Elemen hardscape terdiri dari 10 macam kriteria, yaitu: batuan, gazebo, kolam,
tebing, jalan, perkerasan, lampu, pagar, pergola dan bangunan. Batuan tidak baik bila
diletakkan di tengah taman, sebaiknya di letakkan agak menepi atau pada salah satu
sudut taman. Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang
berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Kolam sering dipadukan dengan
batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil
hidup bila ada permainan air di dalamnya. Tebing dibuat untuk memberikan kesan alami,
tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan tembok pembatas dinding yang
memiliki permukaan licin, agar tidak menyilaukan pada saat matahari bersinar sepanjang
siang. Jalan setapak dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak merusak rumput dan

LAPORAN PENDAHULUAN II - 7
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang
taman. Perkerasan bertujuan untuk jalur para pejalan kaki (pedestrian way) atau
sebagai pembatas. Lampu taman berfungsi penerang taman dan sebagai nilai estetik.
Tabel 2.2 Elemen Hardscape Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Elemen Hardscape
1. Batuan
Batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya di letakkan agak menepi
atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam di dalam tanah
akan memberi kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih
indah bila ada penambahan koloni taman pada sela-sela bebatuan.
2. Gazebo dan bangku taman
Bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang berfungsi sebagai tempat
beristirahat menikmati taman. Sedangkan bangku taman adalah bangku panjang yang
disatukan dengan tempat duduknya dan di tempatkan di gazebo atau tempat-tempat
teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman.
3. Kolam dan Air
Dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan bagian taman yang
memiliki estetika sendiri. Kolam sering dipadukan dengan banuan tebing dengan
permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada
permainan air di dalamnya.
4. Tebing Buatan
Tebing buatan atau artificial banyak diminati oleh penggemar taman. Tebing ini dibuat
untuk memberikan kesan alami, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan
tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada saat
matahari bersinar sepanjang siang.
5. Jalan Setapak
Jalan setapak atau stepping stone dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak
merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsure
variasi elemen penunjang taman.
6. Perkerasan
Perkerasan pada taman dapat dilakukan denganmenggunakan berbagai macam
bahan, seperti tegel, paving,aspal, batu bata, dan bahan lainnya. Tujuan
perkerasanadalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas
7. Lampu Taman
Merupakan elemen utama sebuah taman dan di pergunakan untuk menunjang
suasana di malam hari. Lampu berfungsi penerang taman dan sebagai nilai artestik
tanam.
8. Pagar/Benteng
Wajah pagar dituntut mendekati keserasian, minimal mengikuti kriteria berikut:
a. Ketinggian maksimal 1,2 m bidang tembus pandang sebesar 60%, bidang masif
setinggi 0,5 m dari permukaan halaman.
b. Pemerataan ketinggian untuk mencapai pola yang ritmis.
c. Bidang tembus pandang sebagai aplikasi terhadap control lingkungan, ketertiban
penghuni dan sifat keterbukaan, keramahan terhadap lingkungan.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 8
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

Elemen Hardscape
9. Pergola
Pergola adalah rangka-rangka yang dibuat untuk menyangga dan merambatkan
tanaman yang dengan kerapatannya mampu memberikan keteduhan dibawahnya
yang
menggantikan fungsi gazebo.
10. Bangunan Gedung
Yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
a. Antara bangunan dan ruang-luar-nya harus merupakan satu kesatuan penampilan.
b. Pemahaman nilai-nilai bentuk dan garis pada bangunan untuk menyelaraskannya
dengan penampilan lansekap.
c. Pemahaman bagian-bagian bangunan dalam hubungannya dengan lansekap,
karena lansekap memang melengkapi fungsi dan estetika bangunan sehingga
bagus
d. dipandang baik dari luar maupun dari dalam bangunan.
e. Memanfaatkan bagian bangunan dalam penampilan lansekap sehingga benar-
benar tidak ada pemisahan antara bangunan dan ruang luar.

2.2 Tinjauan Kebijakan


2.2.1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Berdasarakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, ruang terbuka adalah ruang-ruang
dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam
bentuk area memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka
yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang
selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan
yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial,
budaya, ekonomi dan estetika.
Fungsi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah sebagai berikut:
1. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
2. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;
3. Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;
4. Pengendali tata air; dan
5. Sarana estetika kota.
Sedangkan manfaat Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah sebagai
berikut:

LAPORAN PENDAHULUAN II - 9
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

1. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;


2. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan;
3. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial;
4. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;
5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
6. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;
7. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;
8. Memperbaiki iklim mikro; dan
9. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) dikembangkan
dengan mengisi berbagai macam vegetasi yang disesuaikan dengan ekosistem dan
tanaman khas daerah. Vegetasi disesuaikan dengan bentuk dan sifat serta
peruntukannya, yaitu:
1. Botanis, merupakan campuran jenis pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran
besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dan tanaman penutup
tanah/permukaan;
2. Arsitektural, merupakan heterogenitas bentuk tajuk membulat, menyebar,
segitiga, bentuk kolom, bentuk tiang, memayung dan menggeliat, serta
mempunyai nilai eksotik dari sudut warna bunga, warna daun, buah, tekstur
batang, struktur percabangan; dan
3. Tanaman yang dikembangkan tidak membahayakan manusia dan
memperhatikan nilai estetika.

2.2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang


Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
Secara langsung, manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah berupa bahan-
bahan yang untuk dijual dan kenyamanan fisik. Sedangkan RTH yang manfaatnya tidak
langsung adalah bermanfaat dalam perlindungan tata air dan konservasi hayati untuk
keanekaragaman hayati. Selain itu, RTH dapat bermanfaat bagi kesehatan dan
ameliorasi iklim.
RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu
kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan
standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2.
Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan

LAPORAN PENDAHULUAN II - 10
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% -
90%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa
pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar
berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
Sedangkan hutan kota, adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan
pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah
negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang.
Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau selain dimuat dalam
RTRW Kota, RDTR Kota, atau RTR Kawasan Strategis Kota, juga dimuat dalam RTR
Kawasan Perkotaan yang merupakan rencana rinci tata ruang wilayah Kabupaten.
Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka
hijau diatur dalam pedoman ini.

Gambar 2.1 Kedudukan Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan RTH


dalam RTR Kawasan Perkotaan

LAPORAN PENDAHULUAN II - 11
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

2.2.3 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 71 Tahun 2009


tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota
Penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan luas
wilayah, jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan kondisi fisik kota. Luas hutan kota
dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 hektar. Persentase luas hutan
kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi
setempat. Kondisi fisik kota sendiri merupakan keadaan bentang alam kota berupa
bangunan alam di atas tanah perkotaan termasuk tumbuhan, sungai, danau, rawa,
bukit, hutan dan bangunan buatan sebagai sarana prasarana seperti jalan, gedung-
gedung, permukiman, lapangan udara, lapangan terbuka hijau, taman dan sejenisnya
termasuk lingkungannya.

2.2.4 Peraturan Daerah Kota Malang No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang Tahun 2010-2030
Rencana penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan RTRW Kota
Malang Tahun 2010-2030 meliputi:
1. Penyediaan RTH di Kota Malang meliputi RTH Publik dan Privat.
2. Secara keseluruhan RTH Publik di Kota Malang saat ini, yaitu:
a. RTH Jalur Jalan;
b. RTH Taman, monumen dan gerbang kota;
c. RTH Lapangan Olahraga dan makam;
d. RTH Hutan Kota dan Taman Bibit;
e. RTH Pengaman Jalur Kereta Api (KA), Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT),
Sungai dan Buffer Zone.
3. Secara keseluruhan RTH Privat di Kota Malang saat ini, yaitu:
a. Lingkungan permukiman;
b. Taman kantor;
c. Taman gedung komersil.
4. Rencana penyediaan RTH Publik di Kota Malang seluas kurang lebih 2.350 Ha,
meliputi:
a. Taman kota seluas kurang lebih 3,5 Ha;
b. Taman rekreasi seluas kurang lebih 10 Ha;
c. Hutan kota seluas kurang lebih 11 Ha;
d. Cagar alam seluas kurang lebih 0,04 Ha;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 12
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

e. Pemakaman umum seluas kurang lebih 173 Ha;


f. Lapangan olahraga dan upacara seluas kurang lebih 166 Ha;
g. Jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET) seluas kurang lebih 192
Ha;
h. Sempadan badan air seluas kurang lebih 225 Ha;
i. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian
seluas kurang lebih 283 Ha;
j. Kawasan dan jalur hijau/jalur tengah seluas kurang lebih 24 Ha;
k. Penyerahan taman lingkungan perumahan formal dari pengembang seluas
kurang lebih 1.263 Ha.
5. Rencana penyediaan RTH Privat di Kota Malang seluas kurang lebih 1.383 Ha,
meliputi:
a. Taman lingkungan perumahan dan permukiman, perkantoran, dan gedung
komersial seluas kurang lebih 1.064 Ha;
b. Parkir terbuka seluas kurang lebih 319 Ha.
6. Rencana pengembangan RTH di Kota Malang, meliputi:
a. Pengadaan lahan untuk RTH Publik;
b. Pemeliharaan dan pelestarian kawasan RTH yang ada sebagaimana telah
ditetapkan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota;
c. Pengembangan Taman Anggrek di Kedungkandang yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana;
d. Pengembangan Taman Pintar di kawasan perumahan Dieng, Araya, dan
Permata Jingga;
e. Pengembangan Taman Teknologi di alun-alun kota, alun-alun tugu, vellodrom
yang dilengkapi dengan fasilitas gazebo dan shelter;
f. Pengembangan Lapangan Rampal sebagai taman teknologi, lapangan
pertunjukan, dan pameran;
g. Peningkatan GOR Ken Arok sebagai taman olahraga;
h. Pemeliharaan taman-taman kota yang sudah ada, sebaik-baiknya dan
berdasar pada prinsip fungsi pokok RTH masing-masing lokasi;
i. Pengembangan RTH halaman rumah dan bangunan umum, serta di puncak
gedung, dengan tanaman aerofonik atau hidrofonik, dan semacamnya oleh
pemilik bangunan;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 13
PENYUSUNAN INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI KOTA MALANG TAHUN 2018

j. Pengembangan RTH sebagai zone pengaman pada jalur KA, sempadan


sungai, sempadan SUTT, dan kawasan industri;
k. Peningkatan fungsi dan pengamanan jalur-jalur hijau alami, yaitu di
sepanjang tepian jalan raya, bawah jalan layang (fly-over), Tempat
Pemakaman Umum (TPU), dan lapangan olahraga dari okupasi permukiman
liar;
l. Penyediaan jalur hijau dan taman kota di Sub Wilayah Malang Timur dan
Tenggara, dan di setiap jalan lingkar;
m. Pemberian ciri-ciri khusus pada tempat-tempat strategis yaitu pada batas-
batas kota dan alun-alun kota;
n. Peremajaan dan peningkatan kualitas tanaman pada jalur jalan utama kota,
sesuai klasifikasinya;
o. Pengembangan hutan kota dan kebun bibit pada sub wilayah Malang Timur
dan Tenggara;
p. Pembangunan taman RT dan taman RW di tiap lingkungan;
q. Rehabilitasi kawasan taman sebagai pendukung monumen kota;
r. Peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH;
s. Pengembangan RTH pada kawasan perbatasan wilayah kota;
t. Penetapan kawasan konservasi sesuai karakteristik kawasan sebagai
pendukung ikon kota;
u. Peningkatan pendanaan baik dari pemerintah, swasta, dan swadaya
masyarakat yang memadai untuk program RTH kota;
v. Revitalisasi Hutan Kota Malabar;
w. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan RTH; dan
x. Penerapan perangkat insentif dan disinsentif pelestarian RTH;
y. Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana-rencana
pengembangan agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan
dalam pengembangan RTH; dan
z. Peningkatan pengambilan tindakan dan penjatuhan sanksi hukum terhadap
penyimpangan dan/atau pelanggaran terhadap pelaksanaan rencana-rencana
pengembangan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan
dalam pengembangan RTH.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 14

Anda mungkin juga menyukai