PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh
dunia, terutama di Negara berkembang (Developing countries) dan pada
kelompok sosio-ekonomi rendah (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,
2008).
Penyebab anemia gizi besi, selain karena adanya pantangan terhadap makanan
hewani faktor ekonomi merupakan penyebab pola konsumsi masyarakat kurang
baik, tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam sekali
makan. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi
absorbsinya (Waryana, 2010). Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008
menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%
mengalami anemia sedangkan di Sumatera Barat jumlah ibu hamil yang
mengalami anemia sebesar 69% (Dinkes Sumbar, 2008). Dari hasil laporan Dinas
Kesehatan Pasaman Barat tahun 2008 kejadian anemia pada ibu hamil adalah
19,7%, tahun 2009 sebanyak 12,5% dan tahun 2010 sebanyak 9,2%. Ibu hamil
yang mengalami anemia di wilayah kerja
1
UPTDK 3 Puskesmas Desa Baru tahun 2008 sebanyak 28,5%, tahun 2009
sebanyak 24,3% dan tahun 2010 sebanyak 21,1%.
Tablet besi sangat diperlukan pada ibu hamil untuk pembentukan hemoglobin,
sehingga pemerintah Indonesia mengatasinya dengan mengadakan pemberian
suplemen besi untuk ibu hamil mulai tahun 1974, namun hasilnya belum
memuaskan (Depkes, 2003). Karena Anemia gizi besi merupakan masalah gizi
utama bagi semua kelompok umur dengan prevalensi paling tinggi pada ibu hamil
(70%), dan pekerja yang berpenghasilan rendah (40%). Sedangkan prevalensi
pada anak sekolah sekitar 30% serta pada balita sekitar 40% (Supariasa, 2002).
Berdasarkan data Rekam Medik RSUD Prof. Margono Soekarjo diperoleh data
mengenai jumlah kasus anemia pada tahun 2008 sebanyak 186 kasus, 2009
sebanyak 320 kasus, 2010 sebanyak 533 kasus dan 2011 sebanyak 467 kasus.
Untuk tahun 2012 sejak bulan Januari sampai dengan Mei sebanyak 132 kasus.
Berdasarkan data tersebut diatas, saya tertarik untuk mempelajari lebih lanjut
tentang asuhan keperawatan pasien dengan anemia.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
2
Penulis mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan dengan gangguan
system kardiovaskuler pada pasien anemia.
Manfaat Penulisan
KONSEP TEORI
Etiologi
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
Anemia Defisiensi
Anemia Hemolitik
Factor Intrasel
4
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cell
piruvatkinase, alutation reduktase).
,
Factor Ekstrasel
Anemia Aplastik
Manifestasi Klinis
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia,
usia, mekanisme kompensasi, tingakat aktivitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum gejala anemia adalah :
Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk
(bayi).
4. Patofisiologi
5
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyababkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal, 1 mg/dl,
kadar diatas 1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
kedalam urin (hemoglobinuria).
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang
anak anak. Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemik dan bergizi
baik, memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya
menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4 6 bulan. Sesudah itu zat
besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika
asupan zat besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat
besi. Hal ini paling sering terjadi pengenalan makanan padat yang terlalu
dini (sebelum usia 4 6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang
mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dab minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak
cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi
6
dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan
zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia
defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak
darah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik
yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada
anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1 7 ml dari saluran
cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada
remaja puteri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena
menstruasi.
7
5. Pathway
Defisiensi sumsum
Perdrahan
Eritrosit
Defisiensi besi,
tulang kongengital
massif
premature
B12, Fe
/ akibat obat
Obatan
Unsure eritrosit
Kehilangan
Kekurangan
banyak darah
pendek akibat
bahan baku
Pembentukan sel
penghancuran sel
pembuat sel
hemopoetik
darah merah
darah merah
terhenti /
Transfuse
berkurang
darah
Hb menurun (<10 g/dL),
Ansietas
Resti infeksi
trombositosis/trombositopeni,
panisitopenia
Gastrointestinal
Penurunan BB,
kelemahan
kurang dari
Kardiovaskuler
kebutuhan tubuh
8
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Diagnostic :
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP),
pansitopenia (aplastik).
SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut / kronis (DB)
Penatalaksanaan
Anemia Defesiensi
kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah karena intolerasni protein
susu sapi tercegah (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1692). Anemia
defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapa
dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi asam folat oral 1 mg/hari
(Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran ; 553).
Anemia Hemolitik
10
menolong, maka dilakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis
obat imunosupresif. Immunoglobulin dosis tinggi intravena (500
mg/kg/BB/hari selama 1 4 hari ) mungkin mempunyai efektifitas
tinggi daam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan ini hanya
sebentar (1 3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian
pengobatan ini hanya digunakan dalam situasi gawat darurat dan bila
pengobatan ini hanya digunakan prednisone merupakan kontra indikasi
(Manjoer Arif, kapita Selekta Kedokteran ; 552). Anemia hemolitik
karena kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah cara terapi
yang paling penting. Transfuse tukar mungkin terindikasi untuk
hiperbillirubenemia pada neonates. Transfuse eritrosit terpapar
diperlukan untuk anemia berat atau kritis aplastik. Jika anemia terus
menerus berat atau jika diperlukan transfuse yang sering, splektomi
harus dikerjakan setelah umur 5 6 tahun ( Behrman E Richard, IKA
Nelson ; 1713). Sferositosis herediter. Anemia dan hiperbilirubenemia
yang cukup berat memerlukan fototerapi atau transfuse tukar, karena
sferosit pada SH dihancurkan hampir seluruhnya oleh limfa, maka
splektomi melenyapkan hampir seluruh hemolisis pada kelainan ini.
Setelah splenektomi sferosis mungkin lebih banyak, meningkatkan
fragilitas osmotic, tetapi anemia retikalositosis dan hiperbilirubinemia
membaik (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1700). Thalasemia.
Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.
Transfuse darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6%)
atau bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah. Untuk
mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan ion chelating agent,
yaitu Desferal secara intramuscular atau intravena. Splenektomi
dilakukan pada anak lebih dari 2 tahun sebelum didapatkan tanda
hiperplenome atau hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah tampak,
maka splenektomi tidak banyak gunanya lagi. Sesudah splenektomi
biasanya frekuensi transfuse darah menjadi jarang. Diberikan pula
11
bermacam macam vitamin, tetapi preparat yang mengandung besi
Pengakajian
Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama, pendidikan,
alamat.
Keluhan utama
Intranasal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan
berat badan waktu lahir.
Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partun
akibat tindakan misalnya forcep, vakum dan pemberian ASI.
Riwayat keluarga
Kesadaran :
100 x/i)
Lahir -3,25 kg
Tinggi badan rata rata waktu lahir adalah 50 cm. secara garis besar,
tinggi badan anak dapat diperkirakan, sbb :
4 tahun: 2 x TB lahir
13 tahun : 3 x TB lahir
Kepala
13
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thoraks
Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga bias
dibawah normal bias juga meningkat.
Genetalia
Laki laki, testis sudah turun kedalam skrotum Perempuan : labia minora
tertutup labia mayora.
Ekstremitas
Neurologis
Pemeriksaan Penunjang
Riwayat Social
Kebutuhan Dasar
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
Data Psikologis
15
Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Intervensi
Dx. Kep
Tujuan
Intervensi
Perubahan Perfusi
Setelah
dilakukan
tindakan
1.
Kaji
vital
jaringan
keperawatan selama 3 x 24 jam
sign
berhubungan
diharapakan perfusi
jaringan
2.
Tinggikan
dengan penurunan
adekuat. Criteria hasil :
kepala
komponen seluler
tempat tidur
Indicator
Awl
Tuj
yang
diperlukan
sesuai
1.
Membrane
untuk
pengiriman
mukosa
toleransi
O2 / nutrisi ke sel
warna
merah
3.
Catat
muda
adanya
2.
Tidak
ada
keluhan
sesak
rasa dingin
3.
Tidak
ada
4.
Berkolabora
sianosis
si
dalam
4.
Akral hangat
pemberian
transfuse,
Ket :
16
1.
Ekstrim
pemeriksaa
2.
Berat
n Hb/Ht.
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
Tidak ada keluhan
Gangguan
rasa
Setelah
dilakukan
tidakan
1.
Kaji
nyaman
nyeri
keperawatan selama 3 x 24 jam
manajeme
berhubungan
diharapkan nyeri pada anak dapat
n nyeri
dengan
proses
berkurang / teratasi. Criteria hasil
2.
Ukur TTV
penyakit
3.
Atur posisi
/ berikan
Indicator
Awl
Tuj
posisi
1. Tidak
ada
perilaku
yang
distraksi
nyaman
2. Klien
tampak
4.
Ajarkan
rileks
tentang
3. Skala
nyeri
teknik non
berkurang
farmakolo
4. TTV
dalam
gi
batas normal
5.
Berikan
obat sesuai
Ket.
1.
Ekstrim
indikasi
Berat
Sedang
Ringan
17
Ansietas
Setelah
dilakukan
tindakan
1.
Catat
berhubungan
keperawatan selama 3x 24 jam
penurunan
dengan prosedur
diharapkan
cemas
pada
anak
perilaku
diagnostic
/
dapat teratasi. Criteria hasil :
2.
Tingatkan
transfuse
perhatian
Indicator
Awl
Tuj
dengan
1. Klien
tidak
takut
pasien
2. Klien tampak
3.
Anjurkan
nyaman
keluarga
3. Klien
tidak
tetap
menangis
saat
bersama
dilakukan
klien
tindakan
saat
4.
Jelaskan
diberikan obat
tujuan
pemberian
Ket :
1.
Ekstrim
tindakan
2.
Berat
pada
klien
3.
Sedang
dan
4.
Ringan
keluarga
5.
Tidak ada keluhan
5.
Berikan
lingkunga
n
yang
tenang dan
istirahat.
Intoleransi
Setelah
dilakukan
asuhan
1. Kaji
aktivitas
keperawatan
selama
3x24
jam
kemampuan
berhubungan
Dapat
mempertahankan
ADL
dengan
/meningkatkan
ambulasi
pasien.
ketidakseimbanga
/aktivitas. Dengan kriteria hasil :
2. Kaji
n antara
suplai
kehilangan
oksigen
atau
18
Ket : gangguan
keseimbang an,
Indicator Ekstrim gaya jalan dan
Awl Tuj kelemahan otot
Berat
melaporkan Observasi
tanda-tanda vital Berikan lingkungan tenang, Gunakan teknik
sebelum dan batasi pengunjung , dan kurangi menghemat
sesudah aktivitas. suara bising, pertahankan tirah energi, anjurkan
baring bila di indikasikan. pasien
19
istirahat
bila
terjadi
kelelahan
dan
kelemahan,
anjurkan
pasien
melakukan
aktivitas
semampuny
a
(tanpa
memaksaka
n diri).
Perubahan
nutrisi
setelah
dilakukan
asuhan
1. kaji
riwayat
kurang
dari
keperawatan selama
3x24
jam
nutrisi
kebutuhan
tubuh
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
termasuk
berhubungan
makanan
dangan
kegagalan
yang
di
untuk
mencerna
Dengan kriteria hasil:
sukai
atau
ketidak
2. Observasi
Indicator
awl
Tuj
mampuan
dan
catat
1.
Menunujukka
mencerna
n peningkatan
masukan
makanan /absorpsi
/mempertahan
makanan
nutrient
yang
kan
berat
pasie
diperlukan
untuk
badan
dengan
3. Timbang
pembentukan sel
nilai
BB
setiap
darah merah
laboratorium
hari.
normal.
4. Berikan
2.
Tidak
makanan
mengalami
sedikit dan
prekuensi
20
tanda
mal
serin
nutrisi.
5. Observasi
3. Menununjukk
dan
catat
an
perilaku,
kejadian
perubahan
mual
atau
pola
hidup
muntah,flatu
untuk
s dan gejala
meningkatkan
lain
yang
dan
atau
berhubunga
mempertahank
n.
an berat badan
6. Berikan dan
yang sesuai.
Bantu
hygiene
Ket :
1.
Ekstrim
mulut
yang
2.
Berat
baik
3.
Sedang
sebelum dan
4.
Ringan
sesudah
5.
Tidak ada keluhan
makan,guna
kan
sikat
gigi
halus
untuk
penyikatan
yang
lembut.berik
an
pencuci
mulut
yang
di
encerkan
bila
mukosa
oral luka.
Risiko
tinggi
setelah
dilakukan
asuhan
1. Tingkatkan
terhadap
infeksi
keperawatan
selama
3x24 jam
cuci
tangan
21
berhubungan
dengan tidak
adekuatnya
pertahanan
sekunder Infeksi
(penurunan tidak
hemoglobin terjadi.
Indicator
Ekstrim
Awl
penyembuha Berat
Tuj
Sedang
Ringan
n luka, bebas
Tidak ada
1. mengidentifi keluhan
drainase
Berikan
perawatan kulit,
2. meningkatka perianal dan
Ket : oral dengan
cermat
n Motivasi
perubahan
posisi/ambul
22
asi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan pada Tn. T di Ruang Cendana RSU Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto dengan anemia pada tanggal 18 Februari 2015, pengkajian
dilakukan pada tanggal 18 Februari 2015 di ruang Cendana RSU Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil
sebagai berikut :
Pada data biografi didapatkan nama Pasien adalah Tn. T berumur 63 tahun, jenis
kelamin laki laki, alamatnya di Majenang. Pasien sudah menikah, beragama
Islam, suku budayanya Jawa/Indonesia, pendidikan terakhir pasien SD. Pada
tanggal 18 Februari 2015 pasien masuk Rumah Sakit, kemudian dikaji penulis
pada tanggal 18 Februari 2015. Sumber informasi didapat dari pasien, keluarga,
dan rekam medik. Yang bertanggung jawab atas pasen tersebut yaitu Ny. N
berumur 40 tahun sebagai ibu rumah tangga dan hubungan dengan pasien yaitu
anaknya, alamatnya di Majenang.
2. Riwayat Penyakit
Keluhan utama saat pengkajian yaitu Pasien mengatakan lemas. Dan keluhan
tambahannya yaitu pasien mengatakan pusing dan kadang kadang batuk. Pasien
mengatakan rujukan dari rumah sakit majenang dan datang ke RMS jam 23.30
melalui IGD RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto kemudian dipindah ke
ruang Cendana pada tanggal 18 Februari 2015 dengan diagnosa Anemia. Pasien
mengatakan dahulu tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti yang
dialami sekarang. Dan di keluarga juga tidak ada penyakit yang sama maupun
yang menurun.
24
3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
Pola eliminasi. Buang air besar Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1x
sehari (lancar, warna kuning, konsistensi lembek, dan bau khas) sedangkan
selama sakit pasien mengatakan belum BAB selama 3 hari. Buang air kecil
sebelum sakit pasien mengatakan 3-4x sehari (kencing banyak, warna kuning
jernih, bau khas amoniak) sedangkan selama sakit pasien mengatakan BAK 2-
3x sehari (banyak, warna kuning pekat, bau khas amoniak).
Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit pasien mengatakan tidur 7 8 jam / hari
(nyenyak) sedangkan selama sakit pasien mengatakan tidak bisa istirahat
karena tidak nyaman di rumah sakit, dan pasien juga merasa pusing.
25
Sedangkan selama sakit pasien mengatakan juga masih bisa melihat dengan
baik tidak ada gangguan pendengaran, pengevapan dan sensori.
Pola management koping stress. Sebelum sakit pasien mengatakan jika ada
masalah pribadi selalu membicarakan dengan anak anaknya. Sedangkan
selama sakit pasien juga membicarakan dengan anak anaknya.
4. Pemeriksaan Fisik
26
hidungnya bersih, tidak ada lendir, tidak ada polip, telinganya ada serumen,
bentuk simetris, mukosa bibir kering, pucat, gigi tidak lengkap, tidak ada
perdarahan gusi, di leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid tidak ada
pembesaran vena jugularis, thoraks payudara simetris, jantung, denyut jantung
tidak tampak, tidak ada pergeseran ictus curdis, bunyi redup dan S1 > S2.
Pada pemeriksaan dada dan paru didapatkan, normal chest, tidak ada lesi,
simetris, tidak ada nyeri tekan, redup dan auskultasi vesikuler. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan hasil abdomen simetris, tidak ada luka/
ruam, bissing usus 18x/mnt, timpani dan terdapat nyeri tekan di kw 4.
Pada pemeriksaan ektremitas atas tangan kiri terpasang infuse NaCl dan
transfuse darah, dan tangan kanan terdapat bekas pengambilan darah.
Ekstremitas bawah tidak terdapat edema.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
L 2,5
g/dL
14.0
18.0
Leukosit
L 1700
/uL
4.800 10.800
Hematokrit
L7
%
42
52
Eritrosit
L 1.0
^
10 6/uL
4.7
6.1
MCV
L 73.9
fL
79.0
99.0
MCH
L 25.0
pg
27.0
31.0
RDW
H 26.5
%
11.5
14.5
MPV
-
fL
7.2 11.1
Basofil
H 1.5
%
0.0
1.0
Basinofil
H 6.2
%
2.0
4.0
Segmen
L 13.8
%
40.0
70.0
Limfosit
H 57.7
%
25.0
40.0
27
Monosit
H 18.5
%
2.0
8.0
SGOT
L 11
u/L
15
37
SGPT
L9
u/L
30
65
Sinus takikardia
Analisa Data
No.
Data
Etiologi
Problem
1.
Ds : pasien mengatakan lemas
Penurunan
Ketidakefektif
pusing.
konsentrasi Hb
an
perfusi
perifer.
TD 110/60mmHg,
konjungtiva anemis.
2.
Ds : pasien mengatakan nafsu
Anoreksia
Resiko
ketidakseimba
ngan
nutrisi
kurang
dari
muntah.
kebutuhan
Do : A : lingkar lengan 20
tubuh
28
B : Hb 2.5, leukosit 1700,
SGPT 9.
D : Nasi biasa.
3.
Ds : pasien mengatakan lelah
Kelemahan
Intoleransi
ketika melakukan
umum
Aktivitas
aktivitas
keluarga pasien.
4.
Ds : pasien mengatakan
Status kesehatan
Ancietas
sakitnya.
dengan keluarganya,
diri sendiri.
Diagnosa Keperawatan
29
dan jika makan selalu muntah. A : lingkar lengan 20 cm, lingkar perut 72 cm. B :
Hb 2.5, leukosit 1700, eritrosit 1.0, SGOT 11, SGPT 9. C : terlihat pucat, lemas. D
: Nasi biasa.
Indikator
Awal
Tuj
1.
Membrane mukosa warna merah muda
2
5
2.
Tidak ada sesak
5
5
3.
Tidak ada sianosis
5
5
4.
Akral hangat
2
5
Keterangan:
Keluhan ekstra
Keluhan Berat
Keluhan Sedang
Keluhan Ringan
30
INTERVENSI
Indikator
Awal
Tuj
1.
BB ideal sesuai dengan tinggi badan
2
5
2.
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
3
5
3.
Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
2
5
Keterangan :
Keluhan ekstrim
Keluhan berat
Keluhan sedang
Keluhan ringan
INTERVENSI
31
3) Diagnosa keperawatan 3 ( intoleransi aktivitas berhubungan
Indicator
Awal
Tuj
1.
Mampu melakukan aktivitas sehari hari
2
5
2.
Tanda tanda vital normal
3
5
Keterangan :
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
Tidak ada keluhan
INTERVENSI
Indikator
Awal
Tuj
1.
Vital sign dalam batas normal
2
5
2.
Menunjukan teknik untuk mengontrol cemas
2
5
3.
Klien tampak nyaman
2
5
32
Keterangan :
Keluhan ekstrim
Keluhan berat
Keluhan sedang
Keluhan ringan
: melakukan TTV
33
Diagnosa 1 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
gol. Darah AB
7%.
Diagnosa 4 ancietas
Diagnosa 4 ancietas
34
Diagnosa 2 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Do : KU sedang.
Evaluasi
O : pasien tampak pucat, akral masih dingin, Hb masih 2,5 dan masih
terpasang transfuse darah 1 kolf. TD 120/80mmHg.
Indicator
Awl
Tuj
Akhr
35
2.
Tidak ada sesak
5
5
5
3.
Tiadak ada sianosis
5
5
5
4.
Akral hangat
2
5
2
P : lanjutkan intervensi
muntah
menjadi 48 kg).
belum teratasi.
Indicator
Awl
Tuj
Akhr
1.
BB ideal sesuai dengan TB
2
5
2
2.
Tidak ada tanda tanda mal nutrisi
3
5
4
3.
Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
2
5
3
P : lanjutkan intervensi
36
Indicator
Awl
Tuj
Akhr
1.
Mampu melakukan aktivitas sehari
2
5
3
2.
Tanda tanda vital normal
3
5
3
P : lanjutkan intervensi
Indicator
Awl
Tuj
Akhr
1.
Vital sign dalam batas normal
2
5
3
2.
Menunjukan teknik untuk mengontrol
2
5
3
cemas
3.
Klien tampak nyaman
2
5
3
P : lanjutkan intervensi
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis membahas kesenjangan yang ada pada teori dengan kasus
nyata yang ada pada Tn. T dengan anemia di ruang Cendana RSU Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
A. Pengkajian
Pengkajian yaitu pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenai masalah masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik
fisik, mental, social dan lingkungan.
38
dokumentasi, selain itu juga mempelajari rekam medic pasien atau buku status
catatan keperawatan pasien.
1. Makanan / Cairan
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono ditemukan perbedaan yaitu nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring) dan dyspepsia.
Dyspepsia menurut Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia terjadi disfungsi
motalitas gastrointestinal, yang disebabkan karena ostipasi sehingga peristaltic
usus menurun dan aliran darah ke gastrointestinal juga menurun, yang
merangsang system saraf simpatis dan terjadi hipoksia sel dan jaringan yang
mengakibatkan kebutuhan O2 tidak terpenuhi sehingga transportasi O2
menurun dan terjadi dyspepsia.
2. Eliminasi
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono ditemukan perbedaan yaitu distensi abdomen.
39
Distensi abdomen menurut Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia terjadi
peningkatan tekanan abdominal yang menghasilkan peningkatan tekanan
dalam perut dan menekan dinding perut. Distensi abdominal yang mungkin
dihasilkan dari cairan dan gas normal berada dalam gastrointestinal tetapi
tidak dalam ruangan peritoneal. Jika cairan atau gas tidak dapat keluar secara
bebas distensi abdominal dapat terjadi. Dalam ruangan peritoneal, distensi
dapat menyebabkan perdarahan akut, akumulasi dari cairan asites atau udara
dari perforasi dari organ dalam perut.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono ditemukan tidak ada perbedaan.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono ditemukan ada perbedaan yaitu dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat.
40
meningkatkan haterate sehingga kerja jantung meningkat dan beban jantung
meningkat dalam waktu yang lama juga otot mengalami hipertrofi dan
kemampuan kompensasi menurun sehingga terjadi dispnea.
5. Kognitif
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono ditemukan ada perbedaan yaitu terjadi penurunan penglihatan
dan bayangan pada mata.
6. Persepsi Diri
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono ditemukan tidak ada perbedaan.
7. Seksualitas
41
Peran Dan Hubungan
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono ditemukan ada perbedaan yaitu terjadi depresi.
Depresi menurut Price, Sylivia (1994) yaitu karena factor kurang pengetahuan
yang menyebabkan penderita menjadi gelisah dan depresi pada saat pemberian
transfuse darah.
Dari data data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan sehingga penulis
dapat mengelompokan diagnosa keperawatan berdasarkan kebutuhan menurut
Maslow. Selain dari pasien, data juga diperoleh dari keluarga, perawat dan
catatan medic. Semua data yang diperoleh tersebut digunakan dalam usaha
mengelola masalah Tn. T. dari data itu muncul beberapa masalah yang
merupakan gambaran respon pasien terhadap keadaan. Gambaran respon
tersebut dinamakan diagnosa keperwatan. Dalam pengkajian penulis tidak
mengalami kesulitan karena pasien dan keluarga kooperatif.
42
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori, tetapi tidak muncul dalam kasus.
Gangguan rasa nyaman nyeri adalah merasa kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social (NANDA 2013),
didukung dengan batasan karakteristik : menangis, iritabilitas, merintih,
melaporkan rasa lapar, melaporkan rasa gatal dan berkeluh kesah. Tetapi dalam
pengakajian padan Tn. T tidak ditemukan batasan karakteristik dari gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Hal ini dikarenakan perhatian
dan keaktifan dari keluarga maupun orang lain dalam pemenuhan kebutuhan ADL
pasien sehari hari dan juga diperlihatkan dengan banyaknya saudara dan
tetangga yang menjenguk.
43
pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat, prosedur invasive, dan
mal nutrisi. Tetapi dalam pengakajian padan Tn. T tidak ditemukan factor
factor resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
Hal ini dikarenakan tidak ada tanda
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data data yang sangat
mendukung untuk dimunculkannya diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer karena adanya hasil laboratorium yang menyatakan hasil Hb 2.5g/dl.
Dan jika tidak diatasi maka akan terjadi penurunan Hb.
44
pasien tampak lemas dan pucat, berbaring ditempat tidur, BB 48 kg,
(sebelum sakit 50 kg), makan habis porsi.
45
yang memperingatkan individu atau adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA 2013). Diagnosa didukung
dengan batasan karakteristik perilaku: penurunan produktivitas, gelisah, insomnia,
kontak mata yang buruk, mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup. Affektif : gelisah, berfokus pada diri sendiri, ketakutan, perasaan
tidak adekuat. Simpatik : anoreksia, eksitasi kardiovaskuler, mulut kering. Dari
data pengkajian Tn. T diperoleh data pasien mengatakan cemas terhadap rasa
sakitnya, tampak gelisah, menarik diri, insomnia, berfokus pada diri sendiri.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data data yang sangat
mendukung untuk dimunculkannya diagnosa ancietas, dan penulis
memprioritaskan diagnosa ini karena penulis menganggap bahwa ancietas sangat
mendukung terhadap kasus keperawatan, dan apabila ancietas tidak ditangani
maka akan memperlambat kesembuhan pasien.
C. Intervensi
46
Tujuan dan criteria hasil yang diharapkan penulis pada pasien adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam adalah ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer teratasi, membrane mukosa warna merah muda, tidak
ada sesak, tidak ada sianosis dan akral hangat.
Tujuan dan criteria hasil yang diharapkan penulis pada pasien adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam adalah resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan criteria
hasil pasien makan habis 1 porsi, pasien tampak segar, tidak mual, muntah, Hb
dalam batas normal.
47
kalori rasionalnya memberikan suplemen asam folat yang dapat merangsang
pembentukan sel darah merah dan memberikan diit kaya zat besi untuk
mengembalikan zat besi yang hilang, anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe rasionalnya agar tidak terjadi kehilangan komponen pembentuk
eritrosit sehingga eritrosit terbentuk sempurna dan tidak mudah pecah juga
tidak mengalami hemolisis, berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
rasionalnya untuk menurunkan kelemahan, sehingga dapat meningkatkan
pemasukkan dan mencegah terjadinya distensi gaster, monitor kadar albumin,
total protein, Hb rasionalnya karena albumin merupakan protein yang berperan
penting untuk menahan cairan supaya tetap berada didalam pembuluh darah,
bila kadar albumin berkurang maka cairan dalam pembuluh darah akan keluar
menuju jaringan yang dapat mengakibatkan bengkak. Jika kekurangan albumin
dapat terjadi pada kekurangan gizi, monitor mual dan muntah rasionalnya
untuk meminimalkan peningkatan isi lambung dan mengurangi peristaltic usus
dan aliran darah kegastrointestinal dapat menjadi normal, sehingga tidak
terjadi hipoksia sel dan jaringan, monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva rasionalnya agar tidak terjadi degenerasi eritrosit
sehingga eritrosit tidak mudah rapuh dan tidak terjadi hemolisis, yang
kemudian transport O2 terpenuhi.
Tujuan dan criteria hasil yang penulis harapkan adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah intoleransi
aktivitas dapat secara mandiri dengan criteria hasil sebagai berikut: mampu
melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri dan tanda tanda vital
normal.
48
aktivitas yang mampu dilakukan rasionalnya menunjukan perubahan neurology
karena defisiensi vitamin B12 yang mempengaruhi keamanan pasien, dan
observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas rasionalnya manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
Tujuan dan criteria hasil yang penulis harapkan adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ancietas dapat berkurang
dengan criteria hasil sebagai berikut: vital sign dalam batas normal, menunjukan
teknik untuk mengontrol cemas, klien tampak nyaman.
D. Implementasi
49
penulis dapat dilaksanakan dengan baik, dalam melaksanakan implementasi
penulis tidak mencantumkan intervensi tambahan atau modifikasi, prosedur
yang dilaksanakan sesuai dengan teori.
Dari intervensi diatas penulis dapat dilaksanakan oleh penulis, mengakaji mual
dan muntah, menganjurkan kepada keluarga dan pasien untuk diberi asupan
nutrisi kepada pasien. Serta dimana dalam melaksanakan tindakan keperawatan
juga melibatkan pihak lain seperti keluarga, ahli gizi dan tim meedis lainnya.
Dari intervensi diatas dapat dilaksanakan oleh penulis memonitor tanda tanda
vital pasien, membantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasikan kekurangan
dalam beraktivitas dan membantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan. Tetapi disini penulis berkolaborasi dengan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari hari pasien (ADL), maka penulis
mendelegasikan kepada keluarga karena keluarga lebih dekat dengan pasien.
Dari intervensi diatas dapat dilaksanakan oleh penulis memotivasi pasien untuk
istirahat dan menganjurkan keluarga tetap bersama pasien. Disini juga penulis
berusaha menciptakan lingkungan yang tenang agar pasien dapat beristirahat
dengan nyaman.
50
yang terbuka dan mau membantu penulis dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Yang kedua factor penghambat dalam melaksanakan implementasi
keperawatan yaitu ketidakfokusan penulis dan keterbatasan waktu.
E. Evaluasi
Tahap penilaian dan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Dari empat permasalahan yang ditemui oleh penulis saat pengkajian, kemudian
disusun perencanaan tindakan untuk menyelesaikan maslaah tersebut, selanjutnya
diimplementasikan secara langsung kepada pasien. Pada tahap ini penulis akan
membahas tentang apakah tujuan dan criteria hasil asuahan keperawatan yang
telah dicapai, dan bila ternyata pencapaian tidak sesuai dengan yang diharapkan
maka kemungkinannya adalah mengakaji ulang rencana asuhan keperawtan dan
memodifikasi asuhan keperawatan tersebut dengan melihat situasi dan kondisi
psaien.
Untuk mengetahui apakah tujuan dan criteria hasil asuhan keperawatan yang telah
tercapai, evaluasinya adalah sebagai berikut:
Evaluasi pada tanggal 20 Februari 2015 adalah sebagai berikut ditemukan data
subjektif pasien mengatakan pusing dan masih lemas, data objektif Hb 2.8g/dl
(sebelum tranfusi 2.5g/dl), TD 110/60 mmHg dan
51
konjungtiva anemis. Maka penulis menyimpulkan masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer belum teratasi karena ada kelainan pada darah pasien,
yaitu talasemia mayor. Sehingga penulis mendelegasikan untuk melanjutkan
intervensi dalam pemberian tranfusi darah.
Dari semua rencana tindakan yang telah penulis laksanakan evaluasi Tn. T
pada tanggal 20 Februari 2015 adalah sebagai berikut data subjektif pasien
mengatakan masih mual dan muntah jika makan, data objektif Tn. T tampak
lemas dan pucat, infuse NaCl mengalir 12 tetes/menit, makan hanya habis
porsi. Maka penulis menyimpulkan masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi, karena pasien belum bisa
menghabiskan makan dalam 1 porsi, dan disini penulis berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk memberikan diit kaya zat besi dengan tujuan untuk membantu
mengembalikan eritrosit yang hilang. Penulis mendelegasikan untuk
melanjutkan inrvensi dalam pemberian asupan nutrisi yang kaya akan zat besi
dan kalori.
Evaluasi Tn. T pada tanggal 20 Februari adalah sebagai berikut data subjektif
pasien mengatakan lelah setelah aktivitas, data objektif Tn. T tampak
kelelahan saat beraktivitas, Hb 2.8 g/dl dan tampak pucat, dari data hasil yang
ada maka penulis menyimpulkan bahwa intoleransi aktivitas belum teratasi,
karena pasien belum bisa ADL secara mandiri dan terjadi hipoksia dalam sel
dan jaringan yang mengakibatkan metabolosme anaerob sehingga terjadi
penumpukan asam laktat yang mengakibatkan kelelahan. Penulis
mendelegasikan pada perawat untuk mempertahankan intervensi.
Evaluasi tn. T pada tanggal 20 Februari 2015 adalah sebagai berikut data
subjektif pasien mengatakan susah tidur, data objektif Tn.T
52
tampak gelisah dan menarik diri, mata sembab, terdapat lingkar hitam disekitar
mata dan konjungtiva anemis, tidur hanya 3 jam. Dari data yang sudah ada
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masalah ancietas belum teratasi,
karena pasien belum bisa tidur secara nyaman dan karena factor kurang tidur
yang berpengaruh pada hormone eritopoentin yang bekerja pada waktu tidur,
sedangkan tidur pasien hanya 3 jam sehingga mengakibatkan produksi
hormone tersebut tidak bekerja maksimal, hal ini menjadi salah satu
penghambat produksi Hb. Penulis mendelegasikan kepada perawat untuk
mengkondusifkan lingkungan yang tenang agar pasien dapat istirahat dengan
nyaman.
PENUTUP
A. Kesimpulan
54
Margono Soekarjo Purwokerto hinga didapatkan perencanaan keperawatan
yang tepat.
55
menurun, dan terjadi hipoksia sel dan jaringan dan terjadi penumpukan asam
laktat pada jaringan, sehingga terjadi kelemahan dan terjadi intoleransi aktivitas
lanjutkan intervensi bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas, bantu klien untuk mendintifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan. Ancietas berhubungan dengan status kesehatan belum teratasi, karena
kurangnya pengetahuan yang menyebabkan kecemasan terhadap pasien, lanjutkan
intervensi instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi, jelaskan semua
prosedur dan apa yang akan dirasakan selama prosedur, tingkatkan istirahat.
B. Saran
Bagi perawat
56
sarung tangan, masker dalam melakukan tidakan keperawatan
Bagi pasien
Penulis memberikan saran kepada pasien untuk menghindari hal hal yang
dapat memperberat keadaan anemia yang dialaminya sekarang seperti :
mengkonsumsi makanan yang dapat menurunkan tekanan darah sepeti timun,
labu siam, dll.
Perry , A.G dan Potter, P.A. (1993) fundamental of nursing : consept, process, and
practice.
Mansjoer. 2003. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2. Jakarta : FKUI
Smeltzer. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung
Waluyo, dkk. Editor Monika Ester, dkk edisi 8. Jakarta : EGC
Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah ( Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Medical Book
Bangkit
DepKes RI., 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia
Subur (WUS). Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas. Jakarta
58
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta Waryana.
2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
59