TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Benzen
Benzen (C6H6) adalah hidrokarbon aromatik paling sederhana dan paling banyak
dimanfaatkan. Sebelum 1940, sumber utama benzen adalah tar batubara. Saat ini, Benzen
kebanyakan diperoleh dari proses catalytic reforming. Sumber lainnya berasal dari pirolisis
gasoline dan coal liquid (Matar and Hatch, 1994).
2.1.2 Toluen
Toluen (metilbenzen) memiliki kemiripan dengan benzen sebagai aromatik
mononuklear, tetapi lebih aktif karena adanya donor elektron dari gugus metil. Sebagian besar
toluen dikonversi menjadi benzen melalui proses dealkilasi atau disproporsionasi untuk
keperluan bahan baku kimia. Sisanya digunakan untuk menghasilkan sejumlah bahan
petrokimia. Toluen secara umum diproduksi bersama dengan Benze, xylene, dan senyawa
aromatik C9 melaui proses catalytic-reforming dari nafta. Struktur toluen seperti pada gambar 2.2
berikut ini merupakan senyawa turunan benzen dengan gugus metana berada pada cincin Benze
(Matar and Hatch, 1994).
Reaksi utama yang berkaitan dengan penggunaan bahan kimia toluena (Selain
konversi ke benzena) adalah oksidasi substituen metil dan hidrogenasi gugus fenil. Substitusi
elektrofilik hanya sebatas proses nitrasi toluen untuk memproduksi mononitrotoluene dan
dinitrotoluenes. Senyawa ini merupakan bahan intermediet sintetis yang penting. Penggunaan
utama dari toluen adalah sebagai campuran yang ditambahkan ke bensin untuk meningkatkan
nilai oktan. Toluena juga digunakan untuk memproduksi benzena dan sebagai pelarut dalam
2.1.3 Xilen
Xilen (dimetilbenzen) adalah campuran aromatik yang terdiri dari tiga isomer (o-, m-,
dan p-xilena). Xilen biasanya diperoleh dari katalitik reforming dan cracking unit dengan
aromatik lainnya (C6, C7, dan C8). Pemisahan campuran aromatik dari reformate dilakukan
dengan ekstraksi-distilasi dan proses isomerisasi. Para-xylene adalah yang paling banyak
digunakan dari ketiga isomer lainnya untuk memproduksi asam tereftalat pada manufaktur
poliester. Sekitar 65% dari xilen digunakan untuk membuat bahan kimia. sisanya digunakan
sebagai pelarut atau dicampur dengan bensin (Matar and Hatch, 1994).
Xylen dapat digunakan sebagai bahan kimia dasar di industri. Xylen dapat teroksidasi
dimana gugus metil berubah menjadi gugus karboksilat. Orto-xylen akan membentuk phthalic
acid sedangkan para-xylene akan membentuk terephthalic acid. Terephthalic acid merupakan
salah satu bahan dalam pembuatan polyesters. Terephthalic acid dapat bereaksi dengan
ethylene glycol membentuk ester polyethylene terephthalate (PET). Bahan PET meerupakan
bahan plastik yang digunakan sebagai wadah makanan. Perkiraan penggunaan xylen diseluruh
2.3 Nafta
Nafta adalah istilah generik yang biasa digunakan dalam industri pengilangan
petroleum untuk fraksi cairan atas yang didapatkan dari unit distilasi atmosferik. Rentang
pendidihan nafta straight-run ringan (LSR = light straight-run naphtha) adalah 35-90o C,
sedangkan nafta straight-run berat (HSR = heavy straight-run naphtha) adalah 80-200o C.
Nafta juga dihasilkan dari unit-unit pemrosesan kilang lain seperti perengkahan katalitik,
perengkahan-hidro, dan unit coking. Komposisi nafta sangatlah beragam, terutama tergantung
pada jenis minyak bumi dan apakah nafta itu dihasilkan dari distilasi atmosferik atau dari unit-
unit pemroses lain. Nafta dari distilasi atmosferik ditandai oleh tak adanya senyawa olefinik.
Komponen utamanya adalah parafin rantai lurus dan bercabang, sikloparafin (naftena), dan
aromatik, dan perbandingan komponen-komponen ini terutama merupakan fungsi dari tempat
asal minyak buminya.
Pemakai utama nafta dalam industri petroleum adalah untuk produksi bensin. Nafta
ringan normalnya dicampurkan dengan bensin reformata (dari unit reforming katalitik) untuk
meningkatkan volatilitasnya dan untuk mengurangi kadar aromatik dari produk bensin. Nafta
berat dari unit distilasi atmosferik atau dari unit perengkahan-hidro memiliki tingkat oktana
rendah, sehingga digunakan sebagai bahan baku unit reforming katalitik. Reforming katalitik
adalah proses peningkatan nafta beroktana rendah menjadi reformata beroktana-tinggi dengan
memperkayanya dengan aromatik dan parafin bercabang.
Nafta adalah juga bahan baku utama bagi unit perengkahan kukus untuk produksi
bahan petrokimia. Rute untuk pembuatan olefin ini sangatlah penting terutama di tempat-
tempat seperti Eropa, yang etana tidak tersedia sebagai bahan baku karena kebanyakan
cadangan gasnya merupakan gas alam non-asosiasi dengan kadar etana rendah. Nafta juga dapat
bertindak sebagai bahan baku bagi unit reforming kukus untuk memroduksi gas sintesa untuk metanol
(Matar and Hatch, 1994).
(b
)
Pada proses steam cracking, nafta dalam fasa cair dikontakkan dengan gas hidrogen
pada hidrogenasi tahap pertama dengan suhu reaksi rata-rata sekitar 225 sampai 500 F
dengan katalis sulfided nickel tungsten untuk menghasilkan fraksi nafta terhidrogenasi parsial
yang bebas dari diolens dan gum. Keluaran dari proses hidrogenasi tahap pertama
mengandung olefin, hidrokarbon aromatic dan sulfur yang mendidih pada suhu 100-430 F.
Produk kemudian masukproses hidrogenasi tahap kedua pada suhu di atas 400 F, dengan gas
hidrogen dan katalis (komponen logam yang dipilih dari kelompok kobalt, molibdenum, nikel
dan tungsten) untuk mengubah alkana menjadi alkena dan untuk menghilangkan sulfur tanpa
menjenuhkan hidrokarbon aromatik. Senyawa aromatic yang telah bebas sulfur kemudian
diekstraksi dengan menggunakan pelarut (Lewis, 1970).