BAB 1
PENDAHULUAN
dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model
yang biasa disebut produk. Young dan Freedman (2012:1) mengatakan bahwa
fisika adalah salah satu ilmu yang paling dasar dari ilmu pengetahuan. Fisika
mendeskripsikan bagaimana perilaku dunia fisik. Selain itu, yang paling penting
dalam fisika adalah proses dalam pembelajaran. Pendidikan yang baik yang
2
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk
Mata pelajaran fisika sebagai salah satu cabang dari sains yang
mempelajari gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik yang dapat dilihat
maupun bersifat abstrak. Hal ini merupakan tantangan bagi guru yang berperan
1
sebagai moderator dan fasilitator harus mampu merancang pembelajaran yang
tepat agar siswa dapat memahami gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik yang
dapat dilihat ataupun yang bersifat abstrak. Pembelajaran fisika perlu disesuaikan
fisika harus diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu
terutama dalam mata pelajaran mata pelajaran fisika masih rendah. Adapun data
yang mendukung opini tersebut antara lain yaitu data The Trends in Internasional
3
hanya mampu menjawab konsep dasar atau hapalan dan tidak mampu menjawab
soal yang memerlukan nalar dan analisis, untuk bidang sains tahun 2003
menempati peringkat 35 dari 49 negara dan pada tahun 2011 berada di peringkat
40 dari 45 negara peserta dengan memperoleh skor 406 masih jauh dari skor
internasional yaitu 500. Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari proses
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru fisika di kelas X SMA
Negeri 1 Langsa, hasil belajar kognitif fisika siswa secara umum masih tergolong
dalam kategori rendah yaitu masih ada siswa yang memperoleh nilai 20 yang
sangat jauh dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu di bawah 75. Secara
khusus pada materi suhu dan kalor, tidak sedikit dari siswa yang masih kurang
paham terhadap konsep dari materi tersebut, sehingga diperoleh hasil belajar yang
belum sesuai dengan KKM. Sejalan dengan pendapat Silaban (2015:521) yang
mengatakan bahwa materi suhu dan kalor bersifat abstrak sehingga sulit diamati
menerjemahkan tabel, grafik dan persamaan. Materi suhu dan kalor memerlukan
menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat. Salah satu faktor yang
eksperimen
Dari hasil wawancara dapat pula dikatakan untuk hasil belajar kognitif
siswa pada materi suhu dan kalor di mana ada siswa yang paham yaitu sekitar
36% dan ada pula yang tidak yaitu sekitar 64%. Hasil tersebut dapat
informasi mengenai materi yang sedang diajarkan atau dengan kata lain masih
saja guru yang berperan sebagai pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya
dengan kemampuan kerja sama diantara siswa serta hasil belajar kognitifnya,
salah satu diantaranya adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe group
mencapai paling sedikit tiga tujuan penting; prestasi akademis, toleransi dan
2007:18). Oleh karena itu pada penelitian ini dipilih model kooperatif karena
5
melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar dan terlibat langsung
kerja sama dalam kelompok diantara siswa. kerja sama kelompok adalah satu set
adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
2007:14). Sehingga siswa harus aktif saling bekerja sama dalam merencakan topik
tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
dalam rangka memecahkan masalah yang diberikan. Namun, agar siswa dapat
kegiatan eksperimen dan dengan mengunakan suatu media LKS agar siswa dapat
sangat membantu pembelajaran fisika yang selama ini dianggap sangat sulit.
mengikuti suatu proses, mengamati suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan
atau proses sesuatu. Oleh karena itu, para guru dipandang perlu untuk
pelajaran dengan lebih menarik, sehingga memberikan dampak yang lebih efektif
fisika siswa karena membuat siswa belajar lebih aktif dengan banyak berpikir
antara lain: semua anggota kelompok wajib mendapat tugas. Hal ini menyebabkan
setiap anggota kelompok aktif, ada interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa
kemampuan akademik siswa, serta melatih siswa untuk berbicara di depan kelas.
dengan menggunakan pembelajaran yang sama yaitu model kooperatif tipe group
kerja sama awal siswa. Maka, judul dalam penelitian ini adalah Efek Model
pelajaran.
4. Siswa kurang termotivasi untuk belajar dan mengoptimalkan kemampuan
berpikirnya.
5. Pembelajaran cenderung konvensional.
8
LKS.
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini dimana yang dilakukan pada kelas
X Semester II di SMA Negeri 1 Langsa pada materi Suhu dan Kalor, yaitu :
di Laboratorium Fisika.
2. Penelitian ini akan meneliti kemampuan kerja sama siswa
3. Hasil belajar dibatasi pada hasil belajar kognitif tingkat tinggi.
4. Penelitian ini juga akan meneliti hubungan kognitif tingkat tinggi fisika
1. Apakah kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang belajar dengan
kemampuan kerja sama di atas rata-rata lebih baik daripada kemampuan kerja
fisika siswa?
9
memiliki kemampuan kerja sama di atas rata-rata dan kemampuan kerja sama
di bawah rata-rata.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi model pembelajaran kooperatif
tipe group investigation dan kemampuan kerja sama awal siswa dalam
1. Manfaat Teoritis: sebagai bahan kajian serta bahan masukan untuk penelitian
a. Bagi Sekolah
b. Bagi Mahasiswa
c. Bagi Peneliti
group investigaton.
yang dikehendaki pada penelitian ini, maka penulis membuat definisi operasional
sebagai berikut :