Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN

PERLINDUNGAN PASIEN TERHADAP KEKERASAN FISIK


DAFTAR ISI

PANDUAN PERLINDUNGAN PASIEN TERHADAP KEKERASA FISIK


HALAMAN DOKUMEN... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I DEFINISI. 1
BAB II RUANG LINGKUP 2
BAB III TATA LAKSANA 3
BAB IV DOKUMENTASI. 4
PEMERINTAH KABUPATEN DOMPU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jln. Kesehatan No. 1 Dompu Telp. (0373) 21411

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOMPU


KABUPATEN DOMPU
NOMOR : / / /2016

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PENJELASAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


DALAM PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOMPU
KABUPATEN DOMPU

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOMPU


KABUPATEN DOMPU,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan hak pasien dan keluarga
yang mengacu pada akreditasi rumah sakit versi 2012, maka perlu
dibuatkan panduan penjelasan Hak Dan Kewajiban Pasien dalam
pelayanan;
b. bahwa agar Panduan Penjelasan Hak Dan Kewajiban Pasien dalam
pelayanan dapat berjalan dengan baik, perlu ditetapkan
pemberlakuan Panduan Penjelasan Hak Dan Kewajiban Pasien
dalam Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dompu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dompu;

Mengingat :
1. Undang - Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
2. Peraturan Daerah Kabupaten Dompu Nomor 3 Tahun 2006 tentang
pembentukan Rumah Sakit dan struktur Rumah sakit Umum Daerah
Dompu kabupaten Dompu (Lembaran Daerah Kabupaten Dompu
Nomor 3);
3. Peraturan Bupati Dompu Nomor 35 Tahun 2008 tentang Rincian
Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja RSUD Kabupaten Dompu
(Berita Daerah Tahun 2008 Nomor 35);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU Memberlakukan Panduan Penjelasan Hak Dan Kewajiban Pasien


Dalam Pelayana Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Kabupaten
Dompu.

KEDUA Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila


kemudian hari diletemukan kekeliruan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Dompu
Pada Tanggal :

DIREKTUR`
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN DOMPU

Dr. H. Dias Indarko, MPPM


Nip : 19650809 199603 1 003
BAB I
DEFINISI

1. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan
secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan
ada akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikehendaki
oleh korban.

2. Kekerasan adalah perbuatan yang melibatkan kontak langsung dan tidak


dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan intimidasi, cidera atau penderitaan fisik
lain atau kerusakan tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka
berat.

3. Kekerasan fisik (WHO) adalah tindakan fisik yang dilakukan terhadap orang lain atau
kelompok yang mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikologi. Tindakan itu antara
lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam, menembak, mendorong
(paksa), menjepit.

4. Kelompok pasien yang beresiko adalah kelompok yang karna keterbatasannya


secara fisik maupun psikologis, memiliki kemungkinan untuk mendapatkan perlakuan
kekerasan secara fisik, sehingga rumah sakit bertanggung jawab melindungi
kelompok pasien tersebut dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien lain dan staff
rumah sakit. Kelom[ok yang dimaksud adalah bayi, nank- anak, lanjut usia dan
lainnya yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri dan atau memberi tanda untuk
meminta bantuan.

5. Upaya pencegahan kekerasan fisik adalah seluruh upaya mencegah kekerasan yang
dilakukan oleh pihak rumah sakit melalui prosedur identifikasi seluruh pengunjung /
penghuni rumah sakit, investigasi pada setiap orang yang tidak memiliki identifikasi,
monitoring lokasi yang terpencil atau terisolasi di rumah sakit dan secara cepat
bereaksi terhadap mereka yang berada bahaya kekerasan.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Kriteria Kekerasan Fisik di Lingkungan Rumah Sakit.


Pasien mempunyai hak untuk dilindungi dari kekerasan fisik baik yang
dilakukan oleh penunggu / pengunjung pasien maupun petugas, kekerasan fisik
yang dimaksud meliputi tindakan :
1. Pelecehan seksual.
2. Pemukulan (termasuk menampar, menendang, menikam, mendorong (paksa), dan
menjepit.
3. Penelantaran.
4. Petugas kesehatan dapat melakukan pemaksaan fisik (seperti pengekangan /
restrain) sesuai standar medis dan etika rumah sakit yang berlaku.

B. Kriteria kelompok yang beresiko mendapatkan kekerasan fisik


Rumah sakit mengidentifikasi kelompok pasien yang lemah dan yang beresiko
serta mendapatkan proses untuk melindungi hak dari kelompok pasien tersebut.
Kelompok pasien yang lemah dan tanggung jawab rumah sakitdapat tercantum
dalam undang undang atau peraturan. Staf rumah sakit memahami tanggung
jawabnya dalam proses ini. Pasien pasien yang beresiko dan harus dilindungi dari
kekerasan fisik antara lain :
1. Bayi dan anak anak.
2. Pasien yang cacat.
3. Lanjut usia (>60 tahun).
4. Pasien dengan gangguan jiwa/mental atau emosional.
5. Pasien koma
6. Populasi pasien yang beresiko :
a. Pasien dalam pengaruh obat/sedasi.
b. Pasien dengan sakit terminal atau stadium akhir.Wanita bersalin dan wanita
yang mengalami terminasi kehamilan.
c. Pasien korban KDRT, penganiayaan, dan penelantaran.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pencegahan dan Perlindungan Kekerasan fisik pada Pasien


1. Identifikasi pasien beresiko terhadap kekerasan dimulai dari IGD dan loket rawat
jalan.
2. Permintaan perlindungan dari kekerasan fisik bisa dilakukan atas permintaan
keluarga pasien atau lembaga tertentu.
3. Perawat diruangan rawat inap melakukan sensus harian untuk mengidentifikasi
pasien pasien yang beresiko dan segera merespon bila pasien btutuh bantuan
dengan koordinasi dengan pihak terkait.
4. Koordinator keamanan melaksanakan koordinasi terhadap petugas satpam
dalam penjagaan khusus terkait ancaman kekerasan fisik.
5. Setiap penunggu pasien mendapat kartu penunggu dan pembesuk menunjukkan
identitas dan harus seijin dari penunggu pasien.
6. Pengunjung pasien diluar jam berkunjungdiperiksa identitasnya dan akan dicatat
dalam buku kunjungan dan mendapat kartu pengunjung.
7. Lokasi terpencil dan terisolasi dilakukan penjagaan dan pengawasan dengan
kamera CCTV.

B. Penanganan Kejadian Kekerasan Fisik Terhadap Pasien (Black Code)


1. Prosedur I : Orang pertama yang menemukan kasus
a. Petugas segera menghubungi line 231 informasikan Black Code sebutkan
nama, lokasi kejadian dan hal hal yang terkait.
b. Ingat keselamatan anda adalah yang utama, bersikaplah setenang mungkin.
c. Jangan melakukan gerakan yang gegabah dan tiba tiba.
d. Ajak bicara dan menjawab percakapan, lakukan apa yang mereka inginkan
dan jangan lebih.
e. Bila memungkinkan cari tau penyebab / alasan tindakannya.
f. Ingat apa yang menjadi ciri pelaku (pakaian, penampilan, umur, dll).
g. Jika penyerang melarikan diri, catat rute yang diambil, nomor dan jenis
kendaraan dan informasikan lainnya.
h. Berikan informasi saat anggota satpam tiba. Tunggu instruksi lebih lanjut.
2. Prosedur II : Pusat Informasi Pos Satpam
a. Satpam mengkonfirmasi informasi yang masuk terkait Black Code baik
nama, tempat dan detail kejadian.
b. Setelah mendapat kepastian, informasikan lewat pengeras suara sebagai
berikut, contoh : Perhatian untuk seluruh staf, Respon Black Code di Ruang
ulangi sebanyak 3 (tiga) kali.
c. Satpam menghubungi komandan regu jaga satpam.
d. Komandan regu jaga satpam yang berada dilokasi kejadian menghubungi
pihak kepolisian.
e. Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat pengeras suara,
sebagai berikut, contoh : Perhatian untuk seluruh staf, Black Code di ruang.
Telah terkendali , Ulangi sebanyak 3 (tiga) kali.

3. Prosedur III : Penanggung jawab Ruangan


a. Pastikan telah menghubungi line 231 untuk menyatakan kondisi Black Code
.
b. Bantu persiapkan jalur masuk ke lokasi kejadian agar memudahkan bantuan
dating.
c. Jika berada dilokasi yang berdekatan dengan tempat kejadian berlangsung,
amankan area anda dan keluar dari area berbahaya.

4. Prosedur IV : Komandan Regu Jaga Satpam


a. Segera merespon informasi Black Code dengan menuju kelokasi kejadian.
b. Pastikan pos induk telah menghubungi Komandan Regu Jaga.
c. Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan untuk memahami situasi
dan rencana penanganan.

d. Informasikan ke pos induk untuk prosedur evakuasi bila diperlukan.


e. Tetap tenang dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan agar tidak
membahayakan diri sendiri atau orang orang di sekitar lokasi kejadian.
f. Amankan area kejadian dari orang orang yang tidak berkepentingan.
g. Berikan informasi lengkap apabila komandan regu jaga atau pihak kepolisian
tiba di lokasi kejadian.
h. Hubungi pos induk satpam bila diperlukan tenaga bantuan.
i. Upaya memperkecil akses pelaku dengan mengatur penempatan anggota.
j. Kenakan alat pelindung diri dan siapkan perlengkapan pengamanan.
k. Bertindak secara tim, bila dipelrukan untuk melumpuhkan.
l. Bila pihak kepolisian telah tiba di lokasi serahkan komando kepada polisi,
namun tetap melakukan koordinasi dengan anggota lain di lokasi kejadian.
m. Informasikan kepada pos jaga satpam, bila kondisi telah ditangani.
n. Buat laporan kronologis penanganan kasus.

5.Prosedur V : Koordinator Satpam


a. Segera merespon informasi Black Code dengan menuju ke lokasi kejadian.
b. Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan dan komandan regu jaga
satpam untuk memahami situasi dan membuat rencana penanganan.
c. Informasikan ke pos induk untuk prosedur evakuasi bila diperlukan.
d. Pastikan anggota telah mengenakan alat pelindung diri.
e. Beriakan informasi lengkap apabila pihak kepolisian tiba di lokasi kejadian.
f. Instruksiakn komandan jaga regu satpam dan anggotanya untuk memperkecil
akses pelaku dengan mengatur penempatan anggota.
g. Informasikan kepada pos induk satpam, bila kondisi telah biasa ditangani
h. Bila pelaku di amankan pihak kepolisian, instruksikan agar penanggung jawab
ruangan dan komandan regu jaga satpam untuk mendampingi pihak
kepolisisan sebagai saksi.
i. Melaporkan kejadian dan penanganan yang dilakukan kepada Direktur.
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Sensus Harian Pasien Rawat Inap


1. Identifikasi dilakuksn oleh perawat ruangan terhadap pasien pasien yang
termasuk kelompok beresiko yang di catat setiap hari dalam formulir status
pasien.
2. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam melaksanakan pengawasan terhadap
pasien yang memiliki resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan fisik dan atau
berkoordinasi dengan petugas satpam jika diperlukan.

B. Laporan Kejadian Tindakan Kekerasan (Black Code)


1. Setiap kejadian Black Code di catat dalam buku kejadian di pos induk satpam
dan dilaporkan kepada koordinator satpam.
2. Koordinator satpam mempunyai tanggung jawab untuk membuat kronologis
kejadian, berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan melaporkan kejadian Black
Code kepada Direktur.
LAMPIRAN

Standar Prosedur Operasional Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik


Standar Prosedur Operasional Black Code
1.1.3.45 PERLINDUNGAN DARI KEKERASAN FISIK
PERLINDUNGAN DARI KEKERASAN FISIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1.1.3.45 00 1/2

RSUD DOMPU
KABUPATEN
DOMPU
Tanggal Terbit Diterbitkan
Direktur RSUD DOMPU
STANDAR Kabupaten Dompu
PROSEDUR
OPERASIONAL
HAK PASIEN DAN
KELUARGA Dr. H. Dias Indarko, MPPM
Nip : 19650809 199603 1 003
Pengertian Perlindungan pasien dan kekerasan fisik adalah tanggung jawab
rumah sakit dalam melindungi pasien dari penganiayaan fisik
terutama bagi bayi, anak anak, orang tua, dan pasien lain yang
tidak mampu melindungi dirinya sendiri atau memberi sinyal
butuh bantuan
Tujuan 1. Melindungi pasien bayi, anak anak, orang tua, dan pasien
lain yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri.
2. Sebagai pedoman tindakan responsive terkait perlindungan
pasien dari kekerasan fisik.
Kebijakan SK Direktur No : / / RSUD/ /2016 tentang Pemberlakuan
Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga di RSUD Dompu
Kabupaten Dompu.
Prosedur 1. Pasien beresiko terhadap kekerasan fisik diidentifikasi dan ini
dilakukan atas permintaan keluarga atau lembaga/instansi
tertentu.
2. Permintaan perlindungan pasien dari kekerasan fisik bias
dilakukan atas permintaan keluarga atau lembaga/instansi
tertentu.
3. Ruang ruang perawatan segera merespon sinyal butuh
bantuan dan pasien bila hal tersebut terjadi saat pasien telah
berada di ruang perawatan, dan berkoordinasi dengan unit
terkait.
4. Satpam RSUD Dompu Kabupaten Dompu melaksanakan
penjagaan khusus terkait perlindungan dari ancaman
kekerasan fisik terhadap pasien.
5. Penunggu pasien diberikan kartu penunggu dan pembesuk
harus menunjukkan identitas serta mendapat izin dari
penunggu pasien.
6. Pengawasan terhadap lokasi terpencil dan terisolasi dilakukan
dengan penjagaan oleh anggota satpam dan kamera CCTV.
7. Lokasi terpencil harus dibunyikan di panduan dan SPO.
8. Penanganan kejadian kekerasan fisik terhadap pasien sesuai
alur dan instruksi kerja Black Code
Unit Terkait RM IGD, IRJ, IRNA, ICU, IIDB, RADIOLOGI, LABORATORIUM,
IBS,SATPAM
1.1.3.49 BLACK CODE
BLACK CODE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1.1.3.49 00 1/3

RSUD DOMPU
KABUPATEN
DOMPU
Tanggal Terbit Diterbitkan
Direktur RSUD DOMPU
STANDAR Kabupaten Dompu
PROSEDUR
OPERASIONAL HAK
PASIEN DAN
KELUARGA Dr. H. Dias Indarko, MPPM
Nip : 19650809 199603 1 003
Pengertian Black Code merupakan suatu pernyataan kondisi darurat
internal dirumah sakit terkait tindakan agresif atau perilaku
kekerasan yang dilakukan oleh orang luar atau anggota
masyarakat terhadap pasien, staff maupun fasilitas rumah sakit.
Tujuan 1. Sebagai kewajiban hokum dan moral rumah sakit untuk
menyediakan kebijakan dan prosedur untuk menciptakan
rumah sakit yang aman bagi pasien dan karyawan dari
agresif atau perilaku kekerasan.
2. Sebagai pedoman tindakan responsive terhadap tindakan
agresif atau perilaku kekerasan yang terjadi di RSUD Dompu
Kabupaten Dompu.
Kebijakan SK Direktur No : / /RSUD/ /2016 tentang Pemberlakuan
Kebijakan Hak pasien dan Keluarga di RSUD Dompu
Kabupaten Dompu.
Prosedur 1 Orang 1. Petugas segera menghubungi line 231 informasikan Black
pertama yang Code sebutkan nama, lokasi kejadian, dan hal hal lainnya
menemukan kasus. yang terkait.
2. Ingat Keselamatan anda adalah hal yang utama, bersikaplah
setenang mungkin.
3. Jangan melakukan gerakan yang gegabah dan tiba tiba.
4. Ajak bicara dan menjawab percakapan, lakukan apa yang
mereka inginkan dan jangan lebih.
5. Bila memungkinkan cari tau penyebab / alasan
tindakannya.
6. Ingat apa yang menjadi ciri pelaku (pakaian, penampilan,
umur, dll).
7. Jika penyerang melarikan diri, catat rute yang diambil,
nomor dan jenis kendaraan dan informasikan lainnya.
8. Berikan informasi saat anggota satpam tiba. Tunggu
instruksi lebih lanjut.
Prosedur 2 Pusat 1. Satpam mengkonfirmasi informasi yang masuk terkait Black
Informasi Pos Code baik nama, tempat dan detail kejadian.
2. Setelah mendapat kepastian, informasikan lewat pengeras
Satpam
suara sebagai berikut, contoh : Perhatian untuk seluruh staf,
Respon Black Code di Ruang. ulangi sebanyak 3 (tiga)
kali.
3. Satpam menghubungi komandan regu jaga satpam.
4. Komandan regu jaga satpam yang berada dilokasi kejadian
menghubungi pihak kepolisian.
5. Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat
pengeras suara, sebagai berikut, contoh : Perhatian untuk
seluruh staf, Black Code di ruang. Telah terkendali ,
Ulangi sebanyak 3 (tiga) kali.
Prosedur 3 1.Pastikan telah menghubungi line 231 untuk menyatakan
Penanggung Jawab kondisi Black Code .
2.Bantu persiapkan jalur masuk ke lokasi kejadian agar
Ruangan
memudahkan bantuan dating.
3.Jika berada dilokasi yang berdekatan dengan tempat
kejadian berlangsung, amankan area anda dan keluar dari
area berbahaya.
Prosedur 4 1. Segera merespon informasi Black Code dengan menuju
Komandan Regu kelokasi kejadian.
2. Pastikan pos induk telah menghubungi Komandan Regu
Jaga Satpam
Jaga.
3. Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan untuk
memahami situasi dan rencana penanganan.
4. Informasikan ke pos induk untuk prosedur evakuasi bila
diperlukan.
5. Tetap tenang dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan
agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang orang di
sekitar lokasi kejadian.
6. Amankan area kejadian dari orang orang yang tidak
berkepentingan.
7. Berikan informasi lengkap apabila komandan regu jaga atau
pihak kepolisian tiba di lokasi kejadian.

8. Hubungi pos induk satpam bila diperlukan tenaga bantuan.


9. Upaya memperkecil akses pelaku dengan mengatur
penempatan anggota.
10. Kenakan alat pelindung diri dan siapkan perlengkapan
pengamanan.
11. Bertindak secara tim, bila dipelrukan untuk melumpuhkan.
12. Bila pihak kepolisian telah tiba di lokasi serahkan komando
kepada polisi, namun tetap melakukan koordinasi dengan
anggota lain di lokasi kejadian.
13. Informasikan kepada pos jaga satpam, bila kondisi telah
ditangani.
14. Buat laporan kronologis penanganan kasus.
Prosedur 5 1. Segera merespon informasi Black Code dengan menuju
Koordinator Satpam ke lokasi kejadian.
2. Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan dan
komandan regu jaga satpam untuk memahami situasi dan
membuat rencana penanganan.
3. Informasikan ke pos induk untuk prosedur evakuasi bila
diperlukan.
4. Pastikan anggota telah mengenakan alat pelindung diri.
5. Beriakan informasi lengkap apabila pihak kepolisian tiba di
lokasi kejadian.
6. Instruksiakn komandan jaga regu satpam dan anggotanya
untuk memperkecil akses pelaku dengan mengatur
penempatan anggota.
7. Informasikan kepada pos induk satpam, bila kondisi telah
biasa ditangani
8. Bila pelaku di amankan pihak kepolisian, instruksikan agar
penanggung jawab ruangan dan komandan regu jaga
satpam untuk mendampingi pihak kepolisisan sebagai
saksi.
9. Melaporkan kejadian dan penanganan yang dilakukan
kepada Direktur.
Unit Terkait Direktur, Satpam, Orang Pertama Yang Menemukan Kasus,
IGD, IRJ, IRNA, IBS, ICU, IIDB, RADIOLOGI,
LABORATORIUM, Farmasi, Laundry, Gizi, Bidang Pelayan,
Bidang penunjang Medik, Bidang Dklat, Bagian Umum dan
Kepegawaian.

Anda mungkin juga menyukai