BANDARLAMPUNG Kementrian Perhubungan (Kemenhub) dan
Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan target baru untuk status Bandara Radin Inten II menjadi Bandara Internasional pada 2017.
Asistem I Sekprov Lampung, Rifki Wiryawan, mengatakan guna
mewujudkan hal tersebut harus dilakukan perluasan landasan pacu. Perluasan landasan pacu itu telah dilakukan beberapa tahun lalu dan disempurnakan pada 2015, landasan pacu akan diperluas dari sebelumnya 2.500 meter menjadi 3.000 meter agar pesawat berbadan lebar bisa masuk.
Oleh karena itu dibutuhkan lahan seluas 78 hektare dan
pembebasannya dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama akan dibebaskan seluas 36 hektare pada tahun 2015 ini dan sisanya 42 hektare akan dibebaskan pada tahun 2016 mendatang. Kementerian Perhubungan juga telah menyiapkan anggaran untuk pengembangan bandara Radin Inten II sebesar Rp100 miliar melalui APBN 2015.
Melalui Surat Nomor PL.102/908/II/CT-2015 disebutkan bahwa aset
yang diusulkan untuk dihibahkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan RI berupa Gedung CIP, selasar dan pagar pengatur arus parkir.
Setalah pembahasan beberapa kali, Gubernur menerbitkan Surat
Keputusan pada tanggal 29 Juli 2015 Nomor: G/366/B.XI/HK/2015 tentang hibah Gedung CIP, selasar dan lahan parkir milik Pemerintah Provinsi Lampung. Surat itu merupakan persetujuan Pemprov Lampung untuk melepas aset kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
"Dalam pelaksanaannya Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandara
Udara Radin Intan II mengusulkan agar aset dihapuskan dengan cara pemusnahan seperti dibongkar," terang Hamartoni.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Idrus Effendi
mengatakan, pengembangan Bandara Raden Intan II telah tercantum dalam RPJMD Provinsi Lampung. Ia menjelaskan, proses pengadaan tanah mengacu pada Undang Undang No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Sumber: Republika, 14 Oktober 2015 (http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/10/14/nw6mjl383-bandara- lampung-jadi-bandara-internasional)
2. Komentar dan Solusi
a. Komentar Menurut saya pengembangan Bandara Radin Inten II menjadi bandara internasional memiliki dampak positif yaitu: akan mengembangkan ekonomi nasional; meningkatkan arus transportasi barang bagi usaha kargo dan transportasi manusia bagi sektor pariwisata; akan terdapat perubahan pada lingkungan fisik seperti pelebaran jalan dan penerangan lampu jalan yang akan lebih baik dari sebelumnya; dan akan terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat baik dalam sektor formal maupun informal. Dari sektor formal yaitu terbukanya kesempatan untuk masyarakat yang ingin bekerja di Bandara Radin Inten, baik itu sebagai porter, satpam, cleaning service, maskapai penerbangan dan lain sebagainya, sedangkan dari sektor informal seperti menjadi tukang ojek dan berdagang disekitar bandara. Selain akan diperoleh dampak positif, pengembangan Bandara Radin Inten II juga akan menimbulkan dampak negatif yaitu: masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani tidak bisa lagi bekerja sebagai petani karena tanah yang dijadikan sumber penghidupan telah dibeli oleh pemerintah yang kemudian dijadikan lahan untuk pembangunan Bandara Internasional tersebut. Kebanyakan warga sekarang menjadi pengangguran dan hanya menonton para pekerja yang sedang mengerjakan proyek bandara. Pemerintah berharap agar dari hasil pembebasan tanah dimanfaatkan untuk berusaha dan menciptakan lahan baru untuk bekerja namun warga yang notabenenya berasal dari tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya pengetahuan sangat sulit untuk berpindah profesi ke profesi lain. b. Saran Pemerintah harus merencanakan dengan matang pembangunan dan pengembangan bandara internasional tersebut terutama berkaitan dengan aspek-aspek sosial ekonomi masyarakat. Alangkah bijaksana apabila sebelum melakukan pembebasan lahan, pemerintah terlebih dahulu mempersiapkan lahan relokasi untuk masyarakat sekitar pengembangan bandara internasional tersebut. Pemerintah juga perlu mempersiapkan pembekalan bagi masyarakat di sekitar lokasi pembangunan bandara yang notabenenya adalah petani, agar mereka tidak menganggur setelah pembebasan lahan yang merupakan sarana untuk mereka bekerja.