Anda di halaman 1dari 15

Bab 1.

Latar belakang

Syariat secara etimologis bermakna jalan yang lempeng (lurus-pen) atau jalan
yang dilalui air terjun. Sedangkan pengertian terminologisnya syariat didefinisikan
sebagai jalan yang harus ditempuh (oleh semua umat islam). Islam yakni keseluruhan
dari perintah-perintah tuhan. Syariat islam berkembang dan terus menjadi panduan
hukum di berbagai Negara.

Hal itu karena syariat islam melengkapi hokum dunia, syariat islam juga
memenuhi persyaratan untuk melindungi manusia (HAM). Syariat islam pun tidak
hanya meliputi hokum-hukum di dunia, tetapi banyak hal di dunia ini seperti
ekonomi, pembelajaran, pernikahan, dan seluruh kegiatan.

Sebagian dari syariat terdapat peraturan tentang ibadah, sumber syariat adalah
al-quran dan al-hadis. Sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti, didalam
kedua sumber tersebut digunakan ijtihad. Syariat dapat dilaksanakan apabila
didalam diri seseorang telah tertanam akidah atau keimanan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Syariat Islam

Syariat secara etimologis bermakna jalan yang lempeng (lurus-pen) atau jalan
yang dilalui air terjun. Sedangkan pengertian terminologisnya syariat didefinisikan
sebagai jalan yang harus ditempuh (oleh semua umat islam). Islam yakni keseluruhan
dari perintah-perintah tuhan.

2.2 Pembagian Syariat Islam.


Hukum yang diturunkan Allah swt melalui Nabi Muhammad saw untuk segenap
manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

2.2.1 Ilmu Tauhid, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasar-dasar


keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-benar menjadi
keimanan kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan dengan Dzat dan Sifat Allah
swt. Yang harus iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan
dan siksa, serta iman kepada qadar baik dan buruk. Ilmu tauhid ini dinamakan juga
Ilmu Aqidah atau Ilmu Kalam.

2.2.2 Ilmu Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan


dan penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada
perlindungan keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus
berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta dan
berkhianat.

2.2.3 Ilmu Fiqh, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh mengandung dua
bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hukum hubungan manusia
dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat.
Contoh ibadah misalnya shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalat, yaitu bagian
yang menjelaskan tentang hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ilmu
Fiqh dapat juga disebut Qanun (undang-undang).

2.3 tujuan syariat islam

Tujuan syarI dalam merealisasikan kemaslahatan manusia dengan menjamin


kebutuhan pokoknya (dharuriyah) dan memenuhi kebutuhan sekunder (hajiyah) serta
kebutuhan pelengkap (tahsiniyah). Ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan
utama dari Syariat Islam, yaitu:

1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)

Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab
yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan
kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia telah ber-pegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Mahamendengar lagi
Mahamengetahui. (QS. 2:256)
Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lilalamin,
maka Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat
musyrik dan murtad:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang
siapa yang mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(QS An-Nisaa [4]: 48).

Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.

2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)

Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah 4
qishash yang merupakan suatu bentuk pembalasan. Seseorang yang telah membunuh
orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai,
seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal.
Dengan demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Firman Allah swt
menegaskan:

Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash (pembalasan)


pada orang-orang yang dibunuh (QS Al-Baqarah [2]: 178).
Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan,
atau daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal
ini :

Barang siapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara


yang baik dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang
5ocial maaf dengan cara yang baik (pula) (QS Al-Baqarah [2]: 178).

Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para
calon pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai
taruhannya. Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.

3. Memelihara akal (Hifzh al-aqli)

Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia
dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah
(sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam
memelihara akan adalah dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi.
Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:

Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman


keras) dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya. (QS
Al-Baqarah [2]: 219).
Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan dan dosa
perjudian.

4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)

Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat
Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak
boleh dinikahi. Al-Quran telah mengatur hal-hal ini:

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.


Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun
dia menarik hatimu. (QS Al-Baqarah [2]: 221).

Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah
kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (QS An-Nur [24]: 2).
Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan
emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.

5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)

Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih
aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki.
Seperti yang tertulis di dalam Al-Quran:

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana
(QS Al-Maidah [5]: 38).

Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan
yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta
merta dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya
serta kadarnya. Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir
buah untuk mengganjal laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda
dengan para koruptor yang sengaja memperkaya diri dengan menyalahgunakan
jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti buatnya. Dengan demikian Syariat
Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib masyarakat terhadap
berbagai tindak pencurian.

2.4 Keistimewaan Syariat Islam


Maka Kami jadikan yang demikian itu hukuman yang berat bagi orang-orang pada
masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi peringatan bagi
orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah [2]: 66).

Ada beberapa ciri khas keistimewaan syariat islam yang membedakan dari agama,
faham atau berbagai aliran filsafat maupun pemikiran lainnya adapun ciri khasnya
adalah:

Rabbaniyah (ketuhanan)

Islam menjadikan tujuan ahir dan sasarannya yang jauh ke depan, yaitu menjaga
hubungan dengan Allah secara baik dan mencapai ridhanya QS. Al-insyiqaq 84:6/ an-
najm 53:42. Sasarannya yang bersifat social humanity dan sosial kemanusiann dalam
rangka memenuhi sasaran yang lebih besar yaitu mardhotillah dan pahal baikNya
Manhaj (sistem/metode) yang telah ditetapkan oleh Islam guna mencapai sasaran dan
tujuan itu adalah manhaj robbani yang murni, karena sumbernya adalah wahyu Allah
kepada Rosul pamungkas, Muhammad saw.
Manhaj ini tidak lahir sebagai sebuah hasil rekayasa dari ambisi pribadi, keluarga,
golongan, partai atau ambisi dari bangsa tertentu. Tetapi manhaj ini datang dari iradat
Allah yang menginginkannya sebagai hidayat dan nur (cahaya penerang), penjelas
dan kabar gembira, penawar atau obat dan rahmat bagi hamba-hamba-Nya, QS. An
Nisa 4: 174 / 10: 57 / 21: 107 / 16: 89 / 14: 1.
Allahlah Dzat pemilik manhaj ini dan Dia juga yang menjadikan tujuan finalnya.
Adapun Rosululloh adalah dai yang menyeru pada manhaj itu, sebagai penjelas
perintah-Nya yang masih samara bagi manusia, QS. Asy Syuara 26: 52-53 / 10: 15-16
/ 53: 1-4.
Insaniyah(Kemanusiaan)
Bagi orang yang mempelajari Islam melalui Kitabullah Al Quran dan Sunnah Rosul-
Nya, akan tampak jelas dan gamblang bahwa Islam itu telah mengarahkan
kepeduliannya yang sangat pada sisi kemanusiaan.
Dalam Fiqh Islam Bab Ibadat itu hanya hanya sekitar 1/3 atau 1/4 nya selebihnya
berkaitan dengan permasalahan manusia, baik yang menyangkut syakhshiyah
(kepribadian), muamalat (etika pergaulan), jinayah (hukum pidana), dan lain-lain.
Keistemewaan Insaniyah dalam Islam
Agama-agama dan aliran aliran yang ada walau berusaha menaruh perhataian pada
masalah kemanusiaan namun tidak dapat meletakkkan manusia dengan pengakuan
yang menyeluruh, namun hanya melihatnya dari sudut tertentu atau aspek khusus.
Ada agama atau filsafat yang melihat manusia dari sisi rohaninya saja.
Ada madzab (aliran) dan filsafat yang tidak melihat manusia saelain dari aspek
materialnya saja makhluk ekonomis/hewan produktif.
Islam mengakui seluruh eksistensi manusia sebagaimana Allah ciptakan: jasad, ruh,
akal, hati, keinginan, naluri dan lain sebagainya.
Islam tidak mengenyampingkan satu aspek untuk memenuhi hak satu aspek yang
lain.
Islam sangat berbeda dengan aliran, agama dan filsafat manapun: yaitu dengan
pandangannya yang menyeluruh tentang hakekat manusia, memberi peluang yang
seluas-luasnya untuk melaksanakan peran, fungsi dan karakteristiknya tanpa harus
cenderung pada aspek-aspek tertentu secara berlebih-lebihan atau tidak juga
menyepelekan. Tidak memilah-milah manusia dan mempertentangkannya.
Buah-buah Insaniyah dalam Islam:
Prinsip Persaudaraan Manusia
Yang termasuk buah insaniyah dalam Islam adalh ukhuwah (persaudaraan),
persamaan atau kebebasan. Ini berangkat dari prinsip bahwa semua manusia itu adlah
anak-anak keturunan dari satu bapak dan satu ibu: Adam dan Hawa.Satujenis
keturunan ini terjalin dalam hubungan silaturrahmi, QS. An Nisa 4: 1.
Persaudaraan ini akan bertambah kuat dan kokoh bila disertai dengan unsur iman,
sehingga terpadulah ukhuwah diniyah(keagamaan) kedalam ukhuwah insaniyah, QS.
Al Hujurat 49: 10.
Prinsip Emansipasi (Persamaan) Manusia, QS. 49: 113.
Prinsip ritual Islam membuktikan makna emansipasi
Emansipasi di hadapan undang-undang
Bagaimana emansipasi dalam peradaban ummat, ketika islam tampil ke permukaan
Persia, Brahma
Islam menghapuskan perbedaan-perbedaan jenis kelas, warna kulit maupun ras dalam
jiwa setiap pemeluknya.

Risalah Untuk Semua Zaman


Islam adalah risalah untuk semua zaman dan generasi, bukan risalah yang terbatas
oleh masa tertentu dimana implementasinya berakhir seiring dengan berakhirnya
zaman tadi. Sebagaimana risalah-risalah Nani-nabi sebelum Muhammad SAW. Setiap
Nabi sebelum beliau di utus untuk marhalah (periode) tertentu dan zaman yang
terbatas, sehingga bila sudah berakhir periode itu, maka Allah pun mengutus Nabi
lain.
Adapun Muhammad adalah Khatamun Nabiyyin, risalahnya adlah risalah abadi yang
Allah takdirkan akan tetap bertahan sampai hari kiamat dimana Allah akan melipat
dan menggulung bentangan alam semesta ini. Maka tak ada syariat lagi setelah Islam
dan tidak ada kitab suci lagi setelah Al Quran dan tidak ada Nabi lagi setelah Nabi
Muhammad.
Jadi tidak diragukan lagi Islam adalah risalah masa depan, begitu juga pula Islam
adalah risalah masa lalu. Secara substansial dasar-dasar akidah dan moralnya
Islam adalah risalah setiap Nabi yang diutus dan risalah (misi) setiap kitab suci yang
di turunkan, menyerukan tauhih dan menjauhi thagut, QS. Al Anbiya 21: 25 / 16: 36 /
10: 72 & 84 / 2: 128
Tawazun (Al Wasthiyyah)
Keseimbangan antara dua jalan atau dua arah yang saling berhadapan/ bertentangan,
dimana salah satu dari dua jalan tadi tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya dan
mengabaikan yang lain (tidak dapat mengambil hak lebih banyak & melampaui yang
lainnya). Contoh: Ruhiyah(spiritualisme) X maddiyah(materialisme),
fardiyah(individu) X jamaiyah(kolektif), waqiiyah (realitas) X
mitsaliyah(idealisme).

Fenomena Tawazun di selluruh Alam Semesta


Gelap X terang, siang X malam, panas X dingin, air dan darat dan berbagai macam
gas yang kesemuanya dengan kadar dan mizan dan perhitungan yang sangat rapi, Qs.
Al Qamar, 54: 49/ 67:3/ 36:40/ 55: 5-7.
Sesuai dengan Risalah Abadi
Adil
QS. 2: 143, pertengahan antara dua sisi yang berlawanan.
Istiqomah
QS. 1: 6-7, manhaj yang jauh dari kecenderungan dan penyimpangan yang bahasa
Quranishirathal mustaqim
Bukti Kebaikan
Keamanan
Bukti Kekuatan
Pusat Kesatuan

Fenomena-fenomena Al Wasthiyyah dalam Islam


Ideologi, QS. 2: 111
Ibadah, QS. 62: 9
Akhlak, QS. 91: 7-9/ 6: 29/ 47: 12/ 7: 31-32.0
V. Al Waqiiyyah (kontekstual)
Arti Al Waqiiyyah
Tidak sebagaimana faham orang-orang Barat yang mendefinisikan waqiiyah adalah
sesuatu yang bisa dilihat atau dirasa. Waqiiyah yang di maksud oleh Islam adalah
mengakui realitas alam sebagai suatu hakikat yang faktual dan memiliki eksistensi
yang terlihat. Hakikat disini menunjuk pada sebuah hakikat yang jauh lebih besar,
yang menunjukkan Wujud yang jauh lebih abadi daripada wujud alam ini. Realistis
tapi tidak meninggalkan idealisme.
Sikap-sikap Agama Bumi yang Temporer
Punya keterbatasan dalam penguasaan menyeluruh terhadap realitas alam, kehidupan
dan manusia. Punya keterbatasan untuk mengungkap sisi manusia di segala tempat,
zaman dan kondisi yang melingkupinyatidak bebas dari pengaruh lingkungan dan
situasi. Hanya dapat memberikan perbaikan sementara pada situasi khusus, masa
tertentu bersifat terbatas dan temporer.
Keistimewaan Islam
Islam senantiasa menjaga & memelihara realita dari setiap aspek yang
didakwahkannya, sehingga ajarannya selalu sesuai dengan kondisi umat dimana saja,
kapan saja dan bagi segala jenis.
Al Waqiiyah dalam Aqidah Islam
Mengungkap serangkaian haikat yang telah terbukti di alam wujud bahkan
seperangkat khayalan yang masih terbersit dalam benak juga pemikiran . Akidah
islam menyuguhkan hakikat hakikat yang :
~ Dapat terima oleh akal ( tentunya akal sehat )
~ Membawa ketenangan jiwa
~ Tidak bertentangan dengan fitrah salimah
BAB 3. PEMBAHASAN

Syariat islam secara etimologis dapat diartikan sebagai sebuah jalan yang
lurus. Secara terminologis merupakan jalan yang harus di tempuh oleh manusia
sebagai hamba Allah. Dalam arti lain, syariat merupakan hukum atau aturan yang
telah diberikan allah kepada manusia yang harus dilakukan dan ditaati oleh
manusia.Allah SWT telah menurunkan hokum islam melalui nabi Muhammad yang
ditujukan untuk manusia seperti Ilmu tauhid, ilmu akhlak, dan ilmu Fiqh. Ilmu tuhid
adalah semua peraturan dan dasar-dasar keyakinan manusia kepada ajaran Islam serta
tidak boleh meragukan kebenaran tentang ajaran dan peraturan tersebut. Ilmu tauhid
meliputi iman kepada Allah, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan
siksa, serta iman kepada qadar baik dan buruk. Ilmu akhlak adalah peraturan-
peraturan yang berhubungan dengan moral tingkah laku manusia seperti harus
menepati janji, berkata jujur dn tidak berkhianat. Sedangkan ilmu fiqh adalah
peraturan-peraturan yang mengatur tentang bagaimana hubungan manusia dengan
allah maupun hubungan manusia dengan manusia. Misalkan sholat yang merupakan
cara manusia berhubungan atau berkomunikasi dengan allah.

Syariat Islam bertujuan untuk memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din),


Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi), memelihara akal (Hifzh al-aqli) memelihara
keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli) dan memelihara harta benda (Hifzh al-
mal) mengatur dan menata hubungan manusia dengan tuhan dan rasa syukur yang
harus kita tunjukkan adalah berusaha semaksimal mungkin untuk muslim sejati
dengan memahami dan mengamalkan bahkan memperjuangkan atau menegakkan
agar tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang murtad dengan cara
memilihara diri bahwa islam juga mewajibkan manusia untuk mencegah sesuatu yang
membahayakan jiwa dan di sinilah islam melarang para kaumnya untuk
menghilangkan nyawa orang lain tanpa alasan yang bisa di benarkan dan bila ini di
lakukan maka akan mendapatkan dosa besar dosa yang bagaikan membunuh semua
manusia serta manusia diwajibkan memelihara akal karna apabila pemikiran akalnya
baik maka tentu berperilaku yang baik karna itu harus di jaga dengan sebaik-baiknya
dan terhindar dari hal-hal yang memabukkan sehingga tidak dapat berpikir secara
rasional. Manusia juga diwajibkan memelihara keturunan bahwa islam amat menekan
kepada umatnya untuk menjaga kehormatannya agar tidak jatuh dan tidak rendah
martabatnya maka di syariatkanlah manusia untuk menikah agar tidak terjadi
kesalahan seperti terhindar dari perbuatan zina. Dan yang terakhir menjaga harta
bahwa kita umat islam haruslah menjaga hartanya masing-masing tidak melakukan
perbuatan yang di larang oleh agama maupun di larang oleh negara dan mencari
dengan cara yang halal yang menjadi suatu keharusan berdasarkan syariat islam.
Daftar pustaka

http://tafsiralquran2.wordpress.com/2012/11/26/2-219/. [05 November 2014].

http://tafsiralquran2.wordpress.com/2012/11/25/2-178/[05 November 2014].

http://tafsiralquran2.wordpress.com/2012/11/27/2-221[05 November 2014].

http://www.tafsir.web.id/2013/02/tafsir-al-maidah-ayat-38-47.html[10 November
2014] .

https://idarosana.wordpress.com/2014/06/26/keistimewaan-syariat-islam/[05
November 2014] .

Anda mungkin juga menyukai