Anda di halaman 1dari 4

Sistem pemberian air sebagai air irigasi juga mengembangkan sistem

jaringan irigasi sederhana menjadi sistem jaringan irigasi teknis, sehingga


pemanfaatan air dapat lebih efisien. Pengukuran dan pengontrolan terhadap debit
yang dialirkan telah dapat dikontrol dengan baik, sehingga sistem pemberian air
dapat diukur berdasarkan ketersediaan debit air.
Pada saat ketersediaan air cukup besar, maka ketinggian muka air normal
dan kecepatan air di saurian dapat mencapai petak tersier dan jika ketersediaan air
menurun, ketinggian muka air dan kecepatan air di saurian tidak dapat mencapai
petak tersier. Oleh karena itu perlu dilakukan sistem pemberian air secara giliran.
Menurut Kartasapoetra (1991) pemberian air pengairan terhadap lahan
lahan pertanaman dalam jangkauan pembasahan permukaan tananh ataupun
pembasahan tanah di bawah permukaan tanah dapat dilakukan dengan beberapa
cara sesuai dengan perancangan lahan-lahan pertanian dan kebutuhan tanaman.
Sistem pemberian air dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Sistem pemberian air secara terus-menerus
Sistem pemberian air secara terus-menerus ini dilakukan jika ketersediaan
air mencukupi atau melebihi dari kebutuhan. Debit yang dibutuhkan dalam
pemberian secara terus-menerus ini pada kondisi antara 70% sampai 100%
dari debit rencana desain saurian.
2. Sistem pemberian air secara giliran
Sistem pemberian air secara giliran dilakukan jika ketersediaan air tidak
memenuhi kebutuhan. Sistem pemberian ini dilakukan antar saluran
sekunder, antar petak tersier atau antar petak kuarter. Kadang-kadang sistem
giliran ini dilakukan antar desa. Debit yang dibutuhkan untuk pemberian
antara 40% sampai 70% dari debit rencana desain saluran.
Berdasarkan PP Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019,
pemerintah memprioritaskan pembangunan nasional untuk mencapai kedaulatan
pangan, ketersediaan energi dan pegelolaan sumber daya maritim Serta kelautan
dalam jangka lima tahun kedepan. Maka dari itu, salah satu aspek penting dalam
mencapai kedaulatan pangan dalah ketersediaan air irigasi untuk mengairi petak
atau lahan persawahan. Salah satu tujuan pemberian air irigasi pada lahan
persawahan adalah untuk meningkatkan jumlah produksi padi nasional.
Kementrian Pertanian (2014) menyatakan bahwa pemenuhan produksi padi
nasional direncanakan mengalami peningkatan produksi sebesar 1,505 setiap
tahunnya dengan sasarn produksi tahun 2015 ditaegetkan sebesar 73.400.000 ton
gabah kering giling (GKG).
Pencapaian sasaran produksi ini harus didukung oleh pemanfataan jaringan
irigasi yang optimal. Pemanfaatan jaringan irigasi optimal dapat dicapai, jika
dapat dilakukan upaya optimalisasi perpaduan antara keragaan (kondisi dan
keberfungsian) jaringan irigasi, ketersediaan air irigasi dan kebutuhan air irigasi.
Tiga parameter untuk optimalisasi jaringan irigasi tersebut belum
diinterpretasikan di wilayah layanan saluran sekunder Klampokan, saluran
sekunder Glendengan, dan saluran sekunder asem D.I Botolonggo Kabupaten
Bondowoso. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dari pengelola
jaringan irigasi di daerah layanan tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan
pengkajian mengenai potensi dan kondisi saluran sekunder Klampokan, saluran
sekunder Glendengan, dan saluran sekunder asem D.I Botolonggo Kabupaten
Bondowoso.

Perencanaan pemanfaatan jaringan irigasi Saluran Sekunder Klampokan (B.


KL 1-B. KL 10), Saluran Sekunder Glendengan (B. GL 1-B. GL 4), dan Saluran
Sekunder Asem (B. A. 1) D.I Botolonggo Kabupaten Bondowoso belum dapat
dilakukan, hal ini disebabkan oleh:
1. Jaringan irigasi belum diidentifikasi secara baik
2. Kebutuhan air belum dihitung secara agroklimatologis
3. Data debit belum diinterpretsikan sebagai ketersediaan air
Ketiga parameter tersebut mengakibatkan perencanaan pemanfaatan
jaringan irigasi Saluran Sekunder Klampokan, Saluran Sekunder Glendengan, dan
Saluran Sekunder Asem D.I Botolonggo Kabupaten Bondowoso tidak dapat
dilakukan secara optimal.

Tujuan kajian potensi dan kondisi Saluran Sekunder Klampokan, Saluran


Sekunder Glendengan, dan Saluran Sekunder Asem D.I Botolonggo Kabupaten
Bondowoso sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi jaringan irigasi Saluran Sekunder Klampokan, Saluran
Sekunder Glendengan, dan Saluran Sekunder Asem D.I Botolonggo
Kabupaten Bondowoso
2. Menghitung kebutuhan air irigasi secara agroklimatolis di Saluran Sekunder
Klampokan, Saluran Sekunder Glendengan, dan Saluran Sekunder Asem D.I
Botolonggo Kabupaten Bondowoso
3. Menghitung data andalan sebagai ketersediaan air Saluran Sekunder
Klampokan, Saluran Sekunder Glendengan, dan Saluran Sekunder Asem D.I
Botolonggo Kabupaten Bondowoso.

Manfaat kajian potensi dan kondisi Saluran Sekunder Klampokan, Saluran


Sekunder Glendengan, dan Saluran Sekunder Asem D.I Botolonggo Kabupaten
Bondowoso dibagi menjadi dua fokus, yaitu yang pertama bagi pengelola irigasi
dan petani dan yang kedua untuk ilmu teknik pertanian.
1. Bagi Pengelola Irigasi dan Petani
Sebagai dsar pertimbangan perencanaan pemanfaatan jaringan irigasi Saluran
Sekunder Klampokan, Saluran Sekunder Glendengan, dan Saluran Sekunder
Asem D.I Botolonggo Kabupaten Bondowoso
2. Bagi Ilmu Teknik Pertanian
Sebagai uji coba penerapan keilmuan keteknikan petanian. Permasalahan dan
penyelesaian permasalahan diharapkan dapat memperluas wacana keilmuan
teknik pertanian.

Anda mungkin juga menyukai