Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ULKUS MOLE

Oleh :
dr. Dewi Mashita Arfani

Pembimbing :
dr. Aprilia Maya Putri S

1
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny.R

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 42 tahun

Alamat : Rototan rt 10/06

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : IRT

Suku Bangsa : Jawa

2.2 Anamnesis (Auto anamnesis tanggal 16 Desember 2016)

Keluhan Utama:

Luka seperti sariawan pada bibir kemaluan sejak 3 minggu.

Keluhan tambahan :

Terasa gatal, perih dan nyeri, keputihan (+) berwarna putih

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke puskesmas kecamatan cilincing dengan keluhan terdapat

luka seperti sariawan pada bibir kemaluan kanan dan kiri bagian luar dan

dalam sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya luka seperti jerawat kecil-kecil

kemudian lama-kelamaan menjadi pecah dan terasa perih dan gatal.

Terkadang keluar darah . Ukuran luka seperti ujung jarum pentul

kemerahan dan berjumlah 4-6 luka namun lama kelamaan bertambah

2
banyak. Awalnya karena adanya luka tersebut kemaluan os sempat

membengkak dan teraba panas. Keluhan semakin memberat ketika luka

kontak dengan air yaitu pada saat berkemih dan saat membersihkan daerah

kemaluan dengan air. Tidak ada luka seperti ini di bagian tubuh yang lain.

Os sebelumnya tidak mengeluhkan keluar bintil bintil berisi cairan .

Pasien mengaku tidak pernah berhubungan seksual selain dengan

suaminya. Demam, batuk dan pilek disangkal, BAB tidak ada keluhan.

Keluhan nyeri saat berkemih, keluar nanah saat berkemih, gangguan

berkemih, semuanya disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini disangkal

- Riwayat DM disangkal

- Riwayat herpes disangkal

- Alergi makanan laut, udang dan kepiting, serta kacang-kacangan. Alergi

terhadap obat-obatan disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat DM disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal, asma disangkal

- Alergi makanan dan obat-obatan disangkal

Riwayat pengobatan

Os sudah pernah berobat ke bidan dan diberikan obat namun os lupa nama

obatnya, keluhan os tidak berkurang

3
Riwayat Sosial :

- Suami pasien bekerja sebagai tukang ojek online

- Multiple sex partner disangkal

- Pasien menjaga kebersihan tubuh dengan mandi sehari 2 kali dengan air

PDAM dan mengganti celana dalam 2 kali sehari.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Composmentis

Status higienitas : Cukup

Kesan gizi : Baik

Vital sign :

Tekanan Darah : 120 / 90 mmHg

Nadi : 94 x/menit

RR : 20 x/menit

Kepala Bentuk dan ukuran kepala : Normosefali.


Permukaan Kepala : tidak tampak benjolan, lesi, malar rash,
edema, maupun hiperpigmentasi.
Ekspresi wajah normal : tidak tampak paralisis fasialis.
Rambut : berwarna hitam, tidak mudah dicabut.
Nyeri tekan kepala : negatif
Mata Bentuk : dalam batas normal
Alis : dalam batas normal
Bola mata : kesan eksoftalmus - /- dan anoftalmus - / -
Palpebra : edema - / - , ptosis - / -

4
Konjungtiva : anemis - / - , hiperemi - / -
Sklera : ikterik + / +, perdarahan - / - , pterygium -/ -
Pupil : refleks cahaya + / +, isokor +
Lensa : tampak jernih
Telinga Bentuk aurikula : normal
Lubang telinga : sekret (-)
Hidung Bentuk : normal, simetris, deviasi septum (-)

Mulut Bentuk : simetris


Bibir : sianosis (-), edema (-), perdarahan (-)
Lidah : leukoplakia (-)
Leher Tidak tampak deviasi trakea
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening.
Tidak tampak hipertrofi SCM dan SCM tidak aktif
JVP : 5 2 cm
Toraks Inspeksi:

Pada keadaan statis, bentuk dinding dada kanan dan kiri terlihat
simetris. Bentuk dan ukuran dinding dada kanan dan kiri terlihat
sama.
Pada keadaan dinamis, dinding dada kanan dan kiri terlihat simetris dan
tidak terlihat pergerakan dinding dada kanan maupun kiri tertinggal
pada waktu pernafasan.
Tidak terdapat retraksi atau penggunaan otot pernapasan tambahan.
Pada permukaan dada : massa (-), jaringan sikatrik (-), jejas (-), spider
naevi (-)
Fossa supraklavikula dan infraklavikula tidak cekung dan simetris.
Fossa jugularis : tidak tampak deviasi trakea.
Pulsasi ichtus kordis tidak tampak
Tipe pernafasan : torako-abdominal dengan frekuensi nafas 18 kali/
menit

Palpasi:

Pergerakan dinding dada simetris.


Vokal fremitus dinding dada kiri dan kanan teraba dan simetris.

5
Ichtus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra.
Nyeri tekan (-), massa (-), thrill (-), krepitasi (-)

Perkusi:

Pada kedua lapangan paru sonor +/+.


Batas Paru Hati :
- Inspirasi : ICS IV linea midklavikula dextra
- Ekspirasi : ICS V linea midklavikula dextra
- Ekskursi : 1 ICS
Batas Paru-Jantung :
- Batas atas : ICS 2
- Batas bawah : ICS 5
- Batas kanan : ICS 5 linea parasternal dextra
- Batas kiri : ICS 5 linea midclavikula sinistra
Auskultasi:

Bunyi paru vesikuler +/-, ronki -/-, wheezing -/-.


Bunyi jantung S1dan S2 tunggal, murmur(-), gallop (-).
Abdomen Inspeksi :

Dinding abdomen simetris, massa (-), distensi (-), vena kolateral (-),
caput medusa (-), jaringan sikatrik (-)

Auskultasi :

Bising Usus (+) normal, metalic sound ( -), bising aorta (-)

Palpasi :

Turgor : Normal
Tonus : Normal
Nyeri tekan (-), Murphy sign (+), distensi abdomen (-), defense
muscular (-), Nyeri tekan mac burney (-), rovsing sign (-), psoas sign
(-), obturator sign (-), Hepar / Lien / Ren : tidak teraba

6
- - -

- - -
-
Perkusi : - -

Timpani di seluruh lapangan abdomen


Nyeri ketok CVA (-)

Punggung Tampak dalam batas normal.


Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang.
Ekstremitas atas
+ +
dan bawah + +
Akral hangat

Deformitas
- an direct meningkatium dextra, serta murphy sign positif.eri tekan ejak 4 hari SMRS. sar 2 kali/hari, padat, nyeri saa
- -

Sianosis - -
- -

- -
Edema
- -

7
Kelenjar getah Tidak ada pembesaran
bening

Status Dermatologis :

Lokasi :

Labium mayor dan minor vagina dekstra dan sinistra

Efloresensi :

Ulkus multiple dengan diameter 5mm, tepi ulkus sedikit menggaung,

dasar kotor , kulit disekitar ulkus tampak radang akut , lunak dan nyeri pada

perabaan, tidak terdapat indurasi. fluor albus (+) , pembesaran kelenjar KGB

inguinal (-), krusta (-).

Foto diambil pada tanggal 16 desember 2016

2.4 Pemeriksaan penunjang

Tes VCT : Non reaktif

2.5 Saran Pemeriksaan Penunjang

8
Pemeriksaan pengecatan gram: tidak dilakukan

Pemeriksaan kultur: tidak dilakukan

Pemeriksaan histopatologi: tidak dilakukan

2.6 Resume

Wanita, 42 tahun datang ke puskesms kecamatan cilincing dengan

keluhan terdapat luka di daerah bibir kemaluan kanan dan kiri bagian

dalam sejak 3 minggu, luka seperti jerawat yang pecah kadang keluar

darah terasa sangat nyeri, panas dan perih, ukuran luka seperti ujung jarum

pentul kemerahan dan berjumlah 4-6 luka. Awalnya karena adanya luka

tersebut kemaluan os sempat membengkak dan teraba panas. Keluhan

memberat ketika luka kontak dengan air yaitu pada saat berkemih dan saat

membersihkan daerah kemaluan dengan air. Awalnya luka seperti jerawat

kecil-kecil kemudian lama-kelamaan menjadi pecah dan terasa perih dan

gatal.

Riwayat social, suami pasien bekerja sebagai sopir mobil, multiple sex

partner disangkal, pasien menjaga kebersihan tubuh dengan mandi sehari

2 kali dengan air PDAM dan mengganti celana dalam 2 kali sehari.

Status Dermatologis:

Pada regio labium mayor dan minor vagina dekstra dan sinistra terdapat

ulkus multiple dengan diameter 5mm, tepi ulkus sedikit menggaung, dasar

kotor , kulit disekitar ulkus tampak radang akut , lunak dan nyeri pada

perabaan, fluor albus (+)

9
Diagnosis

Ulkus Mole.

2.7 Diagnosis Banding

- Ulkus durum (sifilis stadium I)

- Herpes genitalis

- Limfogranuloma venereum

- Granuloma inguinal

2.8 Planning

1. Diagnosis : pengecatan Gram / Unna-Pappenheim, kultur biakan kuman dan

sensitivitas antibiotika.

2. Terapi:

a. Medikamentosa

Oral : Ciprofloxacine 500 mg 2ddI selama 3 hari , Asam Mefenamat

3ddI pc, Cetirizin 10 mg 0-0-1.

b. Non Medikamentosa

- Menjaga kebersihan badan, utamanya area genital untuk

meminimalkan risiko infeksi sekunder.

- Hindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik

maupun kimiawi.

- Tidak boleh berhubungan seksual dengan pasanganya

- Jika ingin berhubungan gunakan kondom

- Minum obat teratur

- 1 minggu control

10
2.9 Edukasi

a. Pasien diberi penjelasan mengenai penyakit yang diderita,

penyebabnya, dan pengobatannya.

b. Menyarankan pasangan pasien untuk ikut memeriksakan diri.

c. Memotivasi pasien untuk menghindari gaya hidup tidak sehat

(multiple sex partner) dan motivasi perilaku monogami.

d. Pasien diberi penjelasan aturan minum obat

2.10 Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanactionam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

11
I. Definisi

Ulkus mole adalah penyakit infeksi akut pada alat kelamin, setempat,

disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducreyi) dengan gejala

klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi dan

sering disertai pernanahan kelenjar getah bening regional. 1,3

II. Sinonim

Ulkus mole juga dikenal dengan nama: soft chancre, chancroid, soft sore. 1,3,4

III. Epidemiologi

Ulkus mole bersifat endemik dan tersebar di daerah tropis dan subtropis,

terutama kota dan pelabuhan. Banyak ditemukan di Afrika, Kepulauan Karibia,

dan barat daya Asia. Perbaikan tingkat ekonomi mempengaruhi berkurangnya

frekuensi penyakit ini di negara-negara yang lebih maju. Selain ditularkan melalui

hubungan seksual, dapat juga melalui kontak langsung (misal pada jari dokter /

perawat). Frekuensi pada wanita lebih rendah (1:3-25) dan lebih banyak pada

golongan kulit berwarna. Beberapa faktor menunjukkan bahwa wanita tuna susila

biasanya merupakan carrier basil Ducrey. 1,4

WHO dan UNAIDS melaporkan sedikitnya ditemukan 6 juta kasus ulkus

mole per tahun, dan lebih banyak dijumpai pada negara berkembang dikarenakan

banyaknya wanita tuna susila, yang tercatat atupun tidak. Ulkus mole

meningkatkan kerentanan terhadap masuknya / transmisi HIV sampai 8%.

Penularan ulkus mole dari wanita ke pria 45%, sedangkan sebaliknya sebesar

70%. 2,5

IV. Etiologi

12
Haemophilus ducreyi adalah obligat bakteri patogen pada manusia, tidak

ada laporan tentang reservoir lain selain manusia. 2 Dikelompokkan dalam genus

Haemophilus karena ukuran mikroskopis dan pleiomorfik, dan kebutuhannya


6
akan faktor X dan derivatnya untuk tumbuh. H. ducreyi adalah basil pendek

gram negatif, fakultatif anaerobik, yang membutuhkan hemin (faktor X) untuk

pertumbuhan, ramping dengan ujung membulat, tidak bergerak dan tidak

membentuk spora, mereduksi nitrat menjadi nitrit, memiliki DNA berisi

guanosine-sitosin fraksi 0.38 mole,1 sekuetrasi RNA terdiri atas 1.7Mb kromosom

dan 1693 fragmen terbuka, dapat mengeluarkan toksin hemolysin dan cytolethal
2
distending toxin (CDT), thermolabil (mati pada suhu di atas 35C). Basil

seringkali berkelompok, berderet membentuk rantai, terutama dapat dilihat pada

biakan sehingga disebut juga Streptobacillus. Basil ini pada lesi terbuka di sekitar

genital sukar ditemukan karena tertutup oleh infeksi sekunder, lebih mudah dicari

bila bahan pemeriksaan berupa nanah yang diambil dengan cara aspirasi abses

kelenjar inguinal. Basil ini susah dibiak. 1

Dalam beberapa literatur penyebab penyakit ini diragukan, apakah

disebabkan oleh satu organisme (H. ducreyi) atau disebabkan lebih dari satu

organisme, karena pada beberapa kasus ulkus ditemukan mengandung flora

polimikrobial. Karena kesukaran menemukan penyebab dan organisme multipel

yang ditemukan pada isolasi, timbul pula kesukaran dalam mencari hubungan

antara gambaran klinis dan penemuan laboratoris. 1,2

V. Patogenesis

13
Belum diselidiki secara mendalam. Adanya trauma atau abrasi, penting

untuk organisme melakukan penetrasi epidermis. Jumlah inokulum untuk

menimbulkan infeksi tidak diketahui. Pada lesi, organisme terdapat dalam

makrofag dan neutrofil atau bebas berkelompok dalam jaringan interstitial.1

Tiga faktor penting yang mempengaruhi patogenesis dari ulkus mole adalah

kemampuan organisme Ducrey aderens / menempel pada permukaan epidermis,

kecepatan penghasilan eksotoksin (CDT), dan resistensi terhadap mekanisme

pertahanan tubuh host.5

Pada percobaan kelinci, seperti pada manusia, beberapa galur H. ducreyi

diketahui virulen, beberapa yang lain avirulen. Virulensi dapat hilang dengan

kultivasi serial sehingga kuman kehilangan kemampuan untuk menimbulkan lesi

pada kulit. Organisme yang avirulen dilaporkan lebih rentan terhadap antimikroba

terutama polimiksin. Limfadenitis yang terjadi pada infeksi H. ducreyi diikuti

dengan proses inflamasi sehingga terjadi suppurasi. Kemungkinan terdapat sifat-

sifat H. ducreyi yang unik yang menimbulkan suppurasi. Respon imun yang

berhubungan dengan patogenesis dan kerentanan penyakit tidak diketahui.

Penyelidikan sebelumnya menemukan respon hipersensitivitas tipe lambat dan

respon antibodi pada para penderita dengan chancroid dan pada binatang coba.

Antibodi ditemukan dengan cara fiksasi komplemen, aglutinasi, presipitasi, dan

tes fluoresens antibodi indirek. Reaktivitas silang antara anti sera yang dihasilkan

terhadap antigen H. ducreyi murni dan ekstrak antigen dari spesies Haemophilus

lain sudah ditemukan.1

VI. Gejala Klinis

14
Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7

hari. Lesi kebanyakan multipel, bisa soliter, biasanya pada daerah genital, jarang

ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudian berubah menjadi

vesiko-pustul pada tempat inokulasi, dan cepat pecah menjadi ulkus.1,2,3,4,5,7

Ulkus kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk

cawan, pinggir tidak rata, sering bergaung dan dikelilingi halo yang eritematosa.

Ulkus sering tertutup jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan granulasi

yang mudah berdarah, dan pada perabaan terasa nyeri. Tempat predileksi pada

laki-laki adalah permukaan mukosa preputium, sulkus coronarius, frenulum penis,

korpus penis, dan dapat juga timbul di uretra, skrotum, perineum, atau anus. Pada

wanita ialah labia, klitoris, vestibulum, anus, dan serviks.1,2,3,4,5,7

Lesi ekstragenital bisa terdapat pada lidah, jari tangan, bibir, payudara,

umbilikus, abdomen, pubis, paha, dan konjungtiva. Karena inokulasi sendiri,

dengan cepat dapat timbul lesi multipel. Gejala sistemik jarang timbul, kalaupun

ada hanya demam ringan dan malaise.1,2,5

Jenis-jenis bentuk klinis:1,3,5,8

1. Ulkus mole folikularis

Timbul pada folikel rambut, pada pemeriksaan menyerupai folikulitis

yang disebabkan oleh coccus, namun segera berubah menjadi ulkus.

Lesi seperti ini dapat timbul pada vulva dan pada daerah genital yang

berambut dan superfisial.

2. Dwarf chancroid

Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, dasarnya

tidak teratur dan tepi berdarah.

15
3. Transient chancroid (chancre mou valant)

Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetapi 2-3minggu kemudian

diikuti timbulnya limfadenitis inguinal. Gambaran ini mirip

limfogranuloma venereum.

4. Papular chancroid (ulkus mole elevatum)

Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada

tepinya. Gambaran mirip kondiloma lata pada sifilis stadium II.

5. Giant chancroid

Mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan

menutupi satu daerah. Sering mengikuti abses inguinal yang pecah,

dan dapat meluas ke daerah suprapubis bahkan daerah paha dengan

cara autoinokulasi.

6. Phagedenic chancroid

Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang

luas. Genitalia eksterna dapat hancur. Akibat superinfeksi dengan

organisme fusospirochetes

7. Ulkus mole serpiginosa

Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama

ke daerah lipat paha atau paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat

menetap berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

16
Gambar ulkus mole pada labia minor wanita

Sumber : Tropical Dermatology, 2001, p : 188

17
Sumber : Sexually Transmitted Diseases, 2008, p.690

VII. Diagnosis 1,5

Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang

lain. Harus dipikirkan juga kemungkinan infeksi campuran. Pemeriksaan serologis

untuk menyingkirkan sifilis juga harus ditegakkan. Pemeriksaan diagnostik:

1. Pemeriksaan sediaan hapus

Diambil bahan pemeriksaan dari tepi ulkus yang tergaung, dibuat

hapusan pada gelas objek, kemudian dibuat pewarnaan Gram, Unna-

Pappenhein, Wright, atau Giemsa. Hanya pada 30-50% kasus

ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti rantai.

2. Biakan kuman

Bahan diambil dari pus suppurasi limfadenitis atau lesi, yang kemudian

ditanam pada pembenihan / pelat agar khusus yang ditambahkan darah

kelinci yang sudah didefibrinasi. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa

pembenihan yang mengandung serum darah penderita yang sudah

diinaktifkan memberikan hasil yang memuaskan. Inkubasi

membutuhkan waktu 48 jam. Medium yang mengandung gonococcal

medium base, ditambah dengan hemoglobin 1%, Iso-Witalex 1%, dan

vancomycin 3mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang timbul.

3. Immunofluorosensi (ELISA) dan PCR test. 1,9,10

Untuk menemukan antibodi.

18
4. Biopsi 1,11

Dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pada gambaran

histopatologik ditemukan:

- Daerah superfisial pada dasar ulkus neutrofil, fibrin, eritrosit, dan

jaringan nekrotik.

- Daerah tengah, pembuluh darah kapiler baru dengan proliferasi sel

endotel sehingga lumen tersumbat dan menimbulkan trombosis.

Terjadi perubahan degeneratif pada dinding pembuluh darah.

- Daerah dalam, infiltrat padat terdiri atas sel plasma dan limfoid.

5. Tes Ito-Reenstierna

Sekarang sudah tidak dipakai lagi karena tidak spesifik. Vaksin yang

dipakai (Dmelcos) terdiri atas 225 juta kuman mati / ml. Disuntikkan

intradermal 0.1 ml pada lengan bawah bagian fleksor, sebagai kontrol

disuntikkan cairan pelarut intradermal di sisi lain. Dinilai positif bila

timbul infiltrat dengan diameter minimal 0.5 cm setelah 48 jam,

sedangkan kontrol negatif. Tes ini menjadi positif 6-10 hari setelah

timbulnya ulkus mole, dan tetap positif sampai beberapa tahun, bahkan

sampai seumur hidup.

6. Autoinokulasi

Bahan diambil dari lesi yang dicurigai, diinokulasikan pada kulit yang

sehat daerah lengan bawah atau paha penderita digores lebih dahulu.

Pada tempat tersebut akan muncul ulkus mole. Sekarang sudah tidak

dipakai lagi.

19
20
VIII. Diagnosis Banding 1,2,3,5,6

1. Herpes genitalis

Pada herpes effloresensinya adalah vesikel berkelompok dan jika

memecah menjadi erosi, tidak terjadi ulkus seperti ulkus mole. Tanda-

tanda radang lebih tampak pada ulkus mole. Pada hapusan dasar ulkus

mole tidak ditemukan sel raksasa berinti banyak.

2. Sifilis stadium I

Pada ulkus durum, bersih, indolen, terdapat indurasi, dan tanda-tanda

radang akut tidak terdapat. Jika pun terjadi pembesaran kelenjar getah

bening regional tidak disertai tanda-tanda radang akut, seperti

perlunakan atau periadenitis. Pada ulkus mole, hasil pemeriksaan

sediaan hapus dengan mikroskop lapangan gelap sebanyak 3x berturut-

turut negatif. Tes serologi sifilis yang diperiksa tiap minggu sampai

satu bulan, kemudian tiap bulan sampai tiga bulan, tetap negatif.

3. Limfogranuloma venereum

Pada LGV, afek primer tidak spesifik dan cepat hilang. Terjadi

pembesaran kelenjar getah bening inguinal perlunakannya tidak

serentak. Titer tes ikatan komplemen untuk LGV kurang dari 1/16 dan

tes ulangan tidak meninggi.

4. Granuloma inguinal

Yang khas pada penyakit ini adalah ulkus dengan granuloma. Pada

sediaan tidak tampak badan Donovan.

21
IX. Penatalaksanaan

A. Sistemik 1,2

1. Sulfonamida

Misalnya sulfathiazol, sulfadiazine, atau sulfadimidine, diberikan

dengan dosis pertama 2-4 gram dilanjutkan dengan 1 gram tiap 4

jam sampai sembuh sempurna (kurang lebih 10-14 hari).

Tablet kotrimoksasol, sulfamethoksasol 400 mg dengan

trimetoprim 80 mg, diberikan dengan dosis 2x2 tablet selama 10

hari. Bila pengobatan berhasil, perlu dilakukan drainase,

dorsumsisi pada preputium. Pada limfadenitis suppuratif dilakukan

aspirasi melalui kulit yang sehat. Pemberian kotrimoksasol dinilai

sangat efektif untuk ulkus mole.

2. Streptomycin

Obat ini efektif tanpa mengganggu diagnosa sifilis. Disuntikkan

tiap hari 1 gram selama 7-14 hari, dapat juga dikombinasikan

dengan sulfonamida. Kombinasi ini perlu, apabila terdapat

limfadenitis suppuratif, atau lesi genitalia tidak sembuh hanya

dengan sulfonamida.

3. Penicillin

Hanya sedikit efektif.

4. Tetrasiklin atau oksitetrasiklin

Efektif kalau diberikan dengan dosis 4x500 mg/hari selama 10-20

hari, antibiotik golongan ini menutupi gejala-gejala sifilis stadium

22
I. Di beberapa negara H. ducreyi sudah resisten terhadap antibiotik

ini.

5. Kanamycin

Disuntikkan 2x500mg selama 6-14 hari. Obat ini tidak punya efek

terhadap Treponema pallidum.

6. Chloramphenicol

Efektif terhadap H. ducreyi tetapi karena efek toksik tidak

digunakan lagi.

7. Eritromycin

Diberikan 4x500 mg sehari, selama seminggu.

8. Quinolone

Ofloksasin cukup dosis tunggal 400 mg.

B. Lokal 1,2

Jangan diberikan antiseptik karena akan mengganggu pemeriksaan

mikroskop lapangan gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium I.

Lesi dini yang kecil dapat sembuh sendiri setelah diberi NaCl fisiologik.

Regimen penatalaksanaan yang direkomendasikan oleh Centers for

Disease Control and Prevention (CDC), WHO, dan International

Guidelines of STI adalah sebagai berikut: 3,5,6,7,8,9,10

1. Ciprofloxacine, 500 mg, 2 x 500, selama 3 hari. Atau;

2. Erithromycine, 500 mg, 4 x 500 mg, selama 7 hari. Atau;

23
3. Azithromycine, 1 gr, per oral, dosis tunggal. Atau;

4. Ceftriaxone, 250 mg, injeksi intramuskular, dosis tunggal.

X. Komplikasi

1. Bubo 1,2,3,4,5,7,8,9,10

Adenitis daerah inguinal timbul pada setengah kasus ulkus mole. Sifatnya

unilateral, eritematosa, membesar, dan nyeri. Timbul selama beberapa hari

sampai 2 minggu setelah lesi primer. Lebih daripada setengah kasus

adenitis sembuh tanpa suppurasi.

2. Mixed chancre 1,2,3,5

24
Bila disertai sifilis stadium I. Mula-mula lesi khas ulkus mole, tetapi

setelah 15-20 hari menjadi manifest, terutama jika diobati dengan

sulfonamida.

3. Abses kelenjar inguinal bila tidak diobati dapat memecah menimbulkan

sinus yang kemudian menjadi ulkus. Ulkus kemudian membesar

membentuk giant chancroid.

4. Phimosis dan paraphimosis bila lesi pada preputium.

5. Fistel uretra

Timbul karena ulkus pada glans penis yang bersifat destruktif. Dapat

mengakibatkan nyeri pada waktu buang air kecil dan pada keadaan lanjut

dapat menjadi striktur uretra.

6. Infeksi campuran

Dapat disertai infeksi organisme Vincent sehingga ulkus makin parah dan

bersifat destruktif. Di samping itu juga dapat disertai LGV.

Gambar ulkus mole disertai bubo

25
Sumber : Andrews Diseases of the Skin, Clinical Dermatology, 2006, p.274

XI. Prognosis

Ulkus mole punya resolusi yang sempurna dengan diagnosa dini dan

pemilihan antibiotik yang tepat. 2,5

DAFTAR PUSTAKA

26
1. Judanarso, J., dalam: Djuanda Adhi, Prof.Dr.dr.editors. 2009. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta : Balai penerbit FKUI. p. 418-

422.

2. Pedoman Nasional penanganan infeksi menular seksual 2015

3. Spinola, Stanley M. In: Holmes, King.K., et al. 2008. Sexually

Transmitted Diseases. 4th ed. USA : Mc.Graw Hill. p. 689-699.

4. Martodihardjo, Sunarko., dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi

Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Surabaya : Rumah

Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. p. 147-149.

5. Sterry, W., Paus, R., Burgdorff, W. 2006. Dermatology. Stuttgart : Thieme.

p. 150-151.

6. Wolff, K.., Goldsmith, L.A., et al. 2008. Fitzpatricks Dermatology in


General Medicine. 7th ed. USA : Mc.Graw Hill. p. 1983-1986.

7. Brooks, Geo. F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005. Medical Microbiology.

USA : Mc.Graw Hill. p. 395-400.

8. Shimizu, Hiroshi. 2007. Shimizus Textbook of Dermatology. Nakayama :

Hokkaido University Press. p. 497-498.

9. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2006. Andrews Diseases of The
Skin Clinical Dermatology, Tenth Edition. Canada : W.B. Saunders
Company. p. 274-275.

10. Arenas, R., Estrada, R. 2001. Tropical Dermatology. USA : Landes

Bioscience. p. 187-189.

11. Cowan, Frances. In: Adler, M., French, P., et al. 2004. ABC of Sexually

Transmitted Infections. 5th ed. London : BMJ Books. p. 44.

27
12. Sanchez, R.L., Raimer, S.S. 2001. Dermatopathology. USA : Landes

Bioscience. p. 128.

28

Anda mungkin juga menyukai