3. Klasifikasi Sasaran
Perorangan , Yayasan atau badan hukum yang mendirikan klinik yaitu fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan
pelayanan medis dasar dan spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tanaga
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.
4. Persyaratan
a. Surat permohonan
b. Surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Asli
c. Surat pernyataan sanggup menaati ketentuan dan peraturan yang berlaku di bidang
kesehatan
d. Fc. akte pendirian dari notaris
e. Fc. bukti kepemilikan tanah yang sah/sertifikat tanah
f. Fc. ijin gangguan (HO)
g. Struktur organisasi RS
h. Daftar tenaga medis, paramedis dan non medis
i. Data kepegawaian paramedik:
j. Asli daftar inventaris medis, penunjang medis dan non medis
k. Dokumen UKL/ UPL
5. Prosedur
a. Mengajukan surat permohonan kepada Bupati Magetan melalui Kepala KPPT
Kabupaten Magetan
b. Berkas diterima dan dipelajari sesuai ketentuan yang berlaku
c. Mengadakan peninjauan lapangan
d. Dikeluarkan ijin atau ditolak
e. Ijin yang dapat diproses diambil di KPPT Kab. Magetan di loket Pengambilan
6. Retribusi : Tidak Retribusi Ijin
7. Waktu Penyelesaian : 7 Hari kerja
8. Masa Berlaku : 5 (Lima) Tahun dapat diperpanjang
9. Pemberi Pertimbangan : Tim teknis
Setelah sebelumnya tidak ada aturan baku yang mengatur tentang perizinan klinik gigi, akhirnya
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik. Dalam peraturan baru ini keberadaan klinik gigi secara
hukum menjadi terwadahi, oleh karena itu klinik gigi yang sekarang izinnya bervariasi dari hanya
sekedar mengandalkan SIP dokter giginya saja, izin klinik spesialis, izin praktek bersama, atau izin
balai pengobatan; selambat-lambatnya 4 Januari 2013 harus sudah memilki izin klinik sesuai
peraturan baru.
Sebelumnya pemerintah tidak mengenal istilah klinik, dalam Permenkes Nomor
920/Menkes/Per/XII/1986 yang sekarang sudah dinyatakan tidak berlaku digunakan istilah balai
pengobatan. Aturan lama ini juga sama sekali tidak mengakomondasi pelayanan kesehatan gigi
sehingga tidak dikenal istilah klinik ataupun balai pengobatan gigi.
Permenkes 028/Menkes/Per/I/2011 tidak lagi menggunakan istilah balai pengobatan, digantikan
dengan istilah "klinik" yang memang lebih populer ditengah masyarakat. Aturan ini pula
memungkinkan sebuah klinik mengkhususkan diri pada disiplin ilmu, umur, organ, atau penyakit
tertentu; sehingga keberadaan klinik gigi menjadi terakomondasi. Segi positif lainnya dari
Permenkes baru adalah diperbolehkannya seorang dokter gigi untuk memimpin klinik campuran
yang di dalamnya ada dokter umum dan dokter gigi.
Menurut aturan baru, klinik dibagi menjadi dua jenis yaitu klinik pratama dan klinik utama. Klinik
pratama hanya menyelenggarakan pelayanan medik dasar sedangkan klinik utama
menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan/atau spesialistik. Untuk klinik umum kini boleh
menerima pasien rawat inap seperti layaknya rumah sakit, tetapi maksimal 5 hari perawatan.
Dari segi sumber daya manusia, di sebuah klinik harus ada lebih dari satu jenis tenaga kesehatan
serta lebih dari satu tenaga medis, jadi minimal 2 dokter gigi ditambah perawat gigi dan apoteker
yang semuanya memiliki izin praktek/kerja dari Dinas Kesehatan. Apoteker diperlukan karena
dalam aturan baru semua klinik dipersyaratkan memiliki ruang farmasi yang dipimpin seorang
apoteker. Khusus untuk Klinik Utama dari tiap macam spesialis minimal ada seorang dokter gigi
spesialis.
Izin klinik dikeluarkan oleh Bupati/Walikota dengan persyaratan utama:
1. Surat Rekomendasi Dinas Kesehatan;
2. Fotokopi Akta Badan Hukum kecuali pengaju perorangan;
3. Identitas lengkap pemohon;
4. Surat persetujuan lokasi dari pemerintah daerah;
5. Bukti kepemilikan lokasi atau bukti kontrak lokasi minimal 5 tahun;
6. Dokumen UKL/UPL (Amdal);
7. Dokumen profil klinik.
Selain syarat utama, syarat-syarat lain yang diperlukan adalah: Memenuhi ketentuan tata ruang
daerah; memenuhi ketentuan sebaran klinik (kecuali klinik perusahaan/pemerintah yang tidak
dibuka untuk umum); bangunan permanen tidak bergabung dengan tempat tinggal; memiliki
ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang administrasi, ruang tindakan, ruang farmasi, dan toilet;
memiliki peralatan medis dan non medis sesuai pelayanan yang diberikan.
Bagi klinik lama yang izinnya masih berlaku, Permenkes 028/Menkes/Per/I/2011 memberi waktu
sampai tanggal 4 Januari 2013 untuk mengajukan perbaharuan izin disesuaikan dengan
persyaratan baru ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.
*Dentamedia No 4 Vol 15 Okt-Des 2011
KLINIK kesehatan di Kota Banjarmasin ternyata masih minim. Menurut Kasi
Perizinan dan Kefarmasian Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, H Khairil Fuad,
kemungkinan karena persyaratan pendiriannya yang 'berat'.
Disebutkan dia, pertama bangunan harus permanen dan tidak bergabung
dengan tempat tingga atau unit kerja lainnya. "Bangunannya juga harus
memenuhi persyaratan lingkungan sehat sesuai ketentuan perundang-undangan
atau izin HO," katanya.
Selain itu, lanjut Fuad, bangunan klinik paling sedikit terdiri atas ruang
pendaftaran atau ruang tunggu, ruang konsultasi dokter, ruang administrasi,
ruang tindakan, ruang farmasi, kamar mandi dan WC serta ruang lainnya sesuai
kebutuhan pelayanan. Kemudian pimpinan klinik pratama terdiri atas seorang
dokter atau dokter gigi. Tenaga medisnya minimal dua orang dokter dan atau
dokter gigi.
"Pada klinik utama ada dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang memiliki
kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya. Klinik utama minimal terdiri atas satu
orang dokter spesialis dari masing-masing spesialis sesuai jenis pelayanan yang
diberikan," tambah Fuad yang didampingi stafnya, Rahman Ansyari.
Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik, sambung Fuad, harus
mendapat izin dari pemerintah daerah setelah ada rekomendasikan dari
DinasKesehatan Kota Banjarmasin. Selanjutnya Dinas kesehatan mengeluarkan
rekomendasi setelah klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik.
Adapun permohonan izin klinik dengan melampirkan surat rekomendasi dari
dinas kesehatan, salinan fotokopi badan akta yayasan/badan
hukum/instansi/organisasi sosial, melengkapkan SIP dokter, kelengkapan SIP
perawat/SIK Asisten Apoteker/SIP Bidan, struktur organisasi kepengurusan.
Kemudian daftar ketenagaan, daftar sarana dan prasarana, daftar peralatan,
daftar pelayanan yang diberikan, bukti kepemilikan sarana (badan hukum atau
perorangan), surat kontrak bangunan (bila sarana bukan milik sendiri), fotokopi
IMB/IPB, surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat.
Selanjutnya, dokumen upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya
pemantauan lingkungan (UPL) Izin klinik diberikan untuk jangka waktu lima tahun
dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan perpanjangan enam
bulan sebelum habis masa berlakunya izinnya.
Secara terpisah, pemilik Klinik Erika, H Amanul Yakin mengungkapkan,
sebenarnya mengurus izin klinik tak begitu sulit, asalkan segala persyaratan
lengkap. "Hanya beberapa hari sudah selesai izin Klinik Pratama kami. Surat izin
klinik kami nomor: 503/4298/KL/VII.12/Dinkes," ujar Amanul.
Klinik Erika memiliki tiga dokter, memiliki ruang konsultasi, ruang administrasi
dan sebagainya. "Nanti ada dokter spesialis gigi merawat gigi. Saya akan
mempersiapkan peralatannya, sedangkan dokter spesialis giginya sudah ada,"
jelasnya.
Dokter Erika Dewi Essary menambahkan, di kliniknya ada dokter praktik gigi,
praktik umum kesehatan ibu dan anak, konsultasi ibu menyusui dan ada
perawatan kecantikannya. "Jumlah dokter yang menangani di sini ada tiga orang
dengan pasien tiap harinya antara 15-20 orang. Bahkan selama bulan puasa
meningkat," sebut Erika yang juga menantu Amanul Yakin.
Pada Ramadan kliniknya buka pukul 13.00 Wita sampai sore dan dilanjutkan
sesudah Salat Tarawih. (mtb)
Dasar Hukum
Permenkes Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik