Anda di halaman 1dari 25

STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.

5 MW, KABUPATEN DONGGALA


PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

BAB VII DESAIN DASAR

7.1 LAY OUT RENCANA

Layout sebuah sistem pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) merupakan rencana
dasar untuk sebuah PLTM. Pada layout dasar digambarkan rencana untuk mengalirkan air
dari intake sampai ke saluran buang (Tail Race). Layout sistem dibuat dengan
mempertimbangkan aspek kelayakan teknik dan ekonomi.

Layout PLTM ini akan memberikan gambaran dari penempatan lokasi bangunan utama.
Skema sistem PLTM merupakan landasan dasar untuk desain lanjutan.

PLTM PONJU direncanakan memanfaatkan aliran sungai Balukang dengan system run off
river. Dalam Perencanaan PLTM PONJU ini tata letak bangunan utama ditempatkan di sisi
kanan sungai Balukang.

7.2 DESAIN DASAR PLTM

Desain dasar dari PLTM PONJU meliputi : debit air yang direncanakan dan diharapkan
dapat tersedia sepanjang tahun, tinggi jatuhan air yang diperoleh , kapasitas daya yang
dapat terbangkitkan dan produksi energi yang dapat diperoleh.

7.2.1 Debit Desain


Debit desain rencana yang digunakan merupakan hasil perhitungan debit andalan
yang telah diuraikan pada bab Hidrologi. Pada PLTM PONJU debit desain rencana
yang digunakan sebesar 2.39 m/dtk.

7.2.2 Tinggi Jatuhan Air (Head)

Pengertian dari tinggi jatuh adalah beda tinggi yang didapat dari elevasi Muka
air normal yang ada di bak penenang dengan elevasi yang ada di power house.
Beda tinggi brutto yang di dapat pada PLTM PONJU sebesar 163 m.

7.2.3 Kapasitas Daya


Kapasitas daya yang diperoleh dapat ditentukan berdasarkan data debit air dan
tinggi jatuh (head) yang didapat. Kapasitas pembangkit dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebai berikut :

P = Qd x H x g x
Dimana :

Page 7-1
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

P = Kapasitas daya (kW)


Qd = Debit desain (m/dt)
H = Head Nett (m)
g = Konstanta gravitasi (=9,81 m/dt)
= Effisiensi Turbin

7.3 KOMPONEN BANGUNAN SIPIL YANG ADA DI PLTM

Pada perencanaan sebuah PLTM, bangunan sipilnya terdiri dari Bendung, intake, sandrap,
waterway, bak penenang, penstock, power house dan tail race.

7.3.1 Bendung
Bendung merupakan bangunan air yang dibangun melintang sungai yang berfungsi
untuk meninggikan muka air sungai sehingga air dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi masuk ke intake sampai ke bak penenang yang akan digunakan
untuk menggerakan turbin.

Letak Bendung direncanakan pada ordinat 0 35' 46" LU dan 120 6' 6" BT.
Bendung terbuat dari pasangan batu kali dengan dilapisi selimut (concrete blanket)
dengan mercu berbentuk bulat.

Kolam peredam energi terletak dibagian hilir bendung yang berfungsi untuk
meredam energi air jatuhan yang melewati mercu bendung agar tidak menimbulkan
gerusan dibagian hilir. Bangunan ini direncanakan berbentuk cekungan (Bucket
Type).

Bagian hulu bendung dilengkapi dengan lantai muka yang berfungsi untuk
mencegah erosi pada bagian bawah tubuh bendung.

Pada perencanaan bangunan bendung ini juga dilengkapi dengan bangunan


pembilas yang berfungsi untuk menghindari angkutan sedimen dasar dan
mengurangi sedimen layang masuk ke intake.

Page 7-2
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Gambar 7.1 Tipe Bendung dengan peredam energi bak tenggelam

Tabel 7.1 Perhitungan perencanaan Bendung dengan peredam energi bak tenggelam

Elevasi dasar bendung : + 224.00 m.dpl


Tinggi bendung : 3 m.dpl
Elevasi mercu bendung : + 227.00 m.dpl
Lebar bendung : 15 m
Lebar Pintu bilas : 1.50 m
Jml. pintu bilas : 1.0 bh
Tebal Pilar : 0.75 m
hb (di hilir) : 2.048 m
Hi (tinggi+ energi) : 3.278 m
hd : 3.248 m
Q100 : 187.84 m3/dt

Elv garis en di hulu bendung : + 230.278 m.dpl


Tinggi ambang pengambilan renc. : 0.50 m
Elv muka air sebelum ada bendung : + 225.548 m.dpl
Elv muka air di hulu bendung : + 230.248 m.dpl
Elv garis en di hilir bendung : + 226.048 m.dpl
Z : 4.20 m
Elv muka air : + 226.079 m.dpl

MUKA AIR NORMAL

Elevasi mercu bendung : + 227.00 m.dpl


Jari-jari mercu, r : 1.639 m

Page 7-3
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

MUKA AIR BANJIR

Elv muka air di hulu : + 233.1 m.dpl


Elv muka air di hilir : + 229.1 m.dpl
Elv dasar : + 219.00 m.dpl

debit banjir rencana, Q100 : 184.84 m3/dt


lebar effektif bendung, Beff 8.89 m
debit yang melewati bendung, q : 21.13 m3/dt/m'
tinggi air diatas mercu/kedalaman air kritis , hc : 3.57 m

KEMANAN TERHADAP LONCATAN AIR

Selisih tinggi muka air banjir, H : 4.061 m


Selisih tinggi energi, DZ : 8.84 m
H / hc : 1.18 < 2.4
Kecepatan awal loncatan, V1 : 13.75 m/dt
Kedalaman air di awal loncatan, yu : 1.54 m
Bilangan Froude, F1 : 3.54
y2/yu : 4.53
Kedalaman air di atas ambang ujung, y2 : 6.97 m
Batas minimum tinggi air di hilir, Tmin : 1.95 m
Tmin : 6.95 m

Elv. dasar kolam olak : + 219.386 m.dpl


direncanakan, elevasi dasar olakan : + 219.000 m.dpl
Cek elevasi terhadap air banjir : 225.97 Aman
beda tinggi banjir hulu x hilir : 7.05 Aman

DIMENSI OLAKAN

H / hc : 1.18
Rmin/hc : 1.55
Rmin : 5.53 m
a : 0.553 m
: 0.60 m

Page 7-4
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

7.3.2 Intake

Bangunan pengambilan (Intake) yang akan direncanakan berada disebelah kanan


aliran sungai (dilihat dari arah hulu) dan mempunyai fungsi sebagai penyadap
aliran sungai dan juga mengatur masuknya air dan sedimen serta menghindarkan
sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke waterway. Dimensi pintu pengambilan
(intake gate) diperoleh dari formula dasar sebagai berikut :

Q = .A. (2gh)

dimana Q adalah debit rencana (m/dt).

Untuk keperluan pembilasan di bak pengendap, debit air yang masuk ke intake
ditambah sebesar 10% - 20% dari debit rencana. Konstanta ( ) merupakan
koefisien debit yang berfungsi untuk mengakomodir pengaruh penyempitan arah
masuk pada intake. Untuk keperluan praktis, nilai ( ) diambil sebesar 0,8.

Untuk menghalangi sedimen dan benda-benda yang melayang dipermukaan sungai


masuk ke saluran pengarah, maka dasar intake direncanakan setinggi 1 m dari
dasar sungai. Pada bukaan dilengkapi dengan saringan kasar yang terbuat dari
batang/profil baja.

Page 7-5
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Tabel 7.2 Perhitungan Perencanaan Bangunan Pengambilan ( Intake )


DIMENSI BUKAAN PENGAMBILAN
Qr debit pengambilan 2.86 m3/dt
g percepatan gravitasi 9.81 m/dt2
d diameter butiran yg diijinkan masuk 0.025 mm m
Vr kecepatan aliran masuk 1.99 m/dt
A luas penampang sebelum pintu 1.44 m2
b koef. Bentuk pelat saringan 2.24
o
d kemiringan pelat thd bid. horisontal 70
b tebal pelat 5 mm
s jarak antar pelat 75 mm
C koef. saringan 0.057
hf kehilangan energi pd saringan 0.011 m

DIMENSI BUKAAN PENGAMBILAN


Qr debit pengambilan 2.86 m3/dt
H1 ketinggian air pd hulu pengambilan 3.00 m
m koef. debit 0.8
c koef. debit 1.7
k koef. fluktuasi muka air 0.20 m
n kehilangan energi pada pintu masuk 0.10 m
z kehilangan energi pada bukaan 0.15 m
225.05
226.05
1.00 m
224.00
225.00
1.80 m
1.80 m
b lebar total bukaan pengambilan 0.80 m
0.85 m
2.00 m
1.10 m
1.10 m
1.00 bh
Vi kontrol kecepatan aliran setelah pintu 1.716 m/dt
Qi kontrol debit setelah pintu pengambilan 3.02 m3 /dt

7.3.3 Sandtrap

Bangunan Sandrap yang akan direncanakan berada disebelah kanan aliran sungai
(dilihat dari arah hulu) dan mempunyai fungsi sebagai penyadap pasir dan partikel
sedimen yang terbawa masuk ke intake.

Pada bangunan Sandtrap ini dilengkapi dengan bangunan pelimpah samping yang
berfungsi untuk melimpahkan air yang berlebih ke saluran buang.

Page 7-6
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Ukuran sedimen minimum yang harus diendapkan pada bak adalah 0,5 mm.
Kecepatan endap (w) untuk sedimen ukuran ini diambil sebesar 0,070 m/dt.

Gambar 7.2 Grafik hubungan diameter dengan kecepatan endap

Arah vektor kecepatan endap (w) adalah ke bawah, sehingga luas permukaan bak
pengendap (Ah) dapat ditentukan dengan :

Q = Ah .w

Q = (L . B) .w

dimana Q = debit rencana dan

Ah = panjang bak (L) x lebar rata-rata bak (B).

Untuk mencegah terjadinya aliran meander pada bak, maka disyaratkan L = 8 B.


Kecepatan aliran air di bak pengendap saat eksplorasi normal (Vn) diambil
sebesar 0,6 m/dt. Jika kecepatan terlalu lambat maka dapat tumbuh vegetasi,
sebaliknya jika telalu cepat, maka sedimen akan melayang dalam bak Arah vektor
kecepatan air di bak adalah ke hilir, sehingga luas basah penampang melintang
bak (A,) dapat ditentukan dengan

Q = Av - Vn Q = (h. B) . Vn

dimana

Q = debit rencana dan AV = tinggi air bak (h) x lebar rata-rata bak (B).

Page 7-7
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Untuk keperluan pembilasan, maka debit air yang masuk ke bak harus ditambah
20% agar kebutuhan air di turbin tetap terjaga. Kantong bak didisain berdasarkan
kecepatan pembilasan yang dalam hal ini diambil sebesar 0.070 m/dt.

Tabel 7.3 Perhitungan Dimensi Sandtrap


PENAMPANG SALURAN
Qr debit pengambilan 2.86 m3/dt
d diameter butiran terkecil 0.50 mm
k kekasaran permukaan u/ pasangan Batu Kali 60
n koef.kekasaran MANNING 0.017
w kecepatan endap butiran 60 mm/dt
0.06 m/dt
hub. dimensi thd fungsi kecepatan endapan 47.72 m2
L/B perbandingan lebar vs panjang
maka diperoleh lebar teoritis : 2.44 m
selanjutnya didapat panjang saluran : 19.54 m
Ok
KEMIRINGAN DASAR SALURAN
Vc kecepatan aliran kritis 25.46 mm/dt
0.02546 m/dt
Vr kecepatan rencana 0.6 m/dt
Amin luas penampang 4.8 m2
h kedalaman rata-rata adalah : 1.95 m
P keliling basah saluran 6.35 m
R jari-jari hidrolis 0.75 m
I kemiringan saluran 0.000146

PEMBILASAN (KANTONG LUMPUR KOSONG)


Vp kecepatan pembilasan 1.5 m/dt
Qp debit pembilasan (direncanakan 2 x debit rencana) 4.77 m3/dt
Ap dimensi saluran pembilas 3.181548039 m2
jika
2.44 m
1.30 m
P keliling basah saluran 5.05 m
R jari-jari hidrolis 0.63 m
I kemiringan saluran 0.0012

KONTROL KARAKTERISTIK ALIRAN


Syarat Fr < 1 0.42 <1

7.3.4 Saluran Pembawa (Water way)

Saluran pembawa pada PLTM PONJU ini direncanakan berada disebelah kanan
aliran sungai (dilihat dari arah hulu) dan mempunyai fungsi penyalur air dari intake
ke bak penenang.

Page 7-8
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Panjang saluran pembawa 2650 m. Saluran ini di desain untuk mampu mengalirkan
debit sebesar 2.62 m/dt dan direncanakan menggunakan saluran terbuka.

Penampang saluran terbuka direncanakan terbuat dari pasangan batu Lebar dan
tinggi air di saluran dari lebar dengan Formula berikut :

Q =AxV

V = K x I^0.5 x R^(2/3) dan

Untuk mencegah tumbuhnya vegetasi dan aliran yang terlalu deras di bak
penenang, maka kecepatan air disaluran dijaga berkisar antara 1 m/dt.

Tabel 7.4 Perhitungan Saluran Pembawa

SALURAN PERSEGI
digunakan saluran persegi empat, terbuka, pas. Batu

Lw panjang saluran pembawa 2347 m


Qr Debit pengambilan 2.86 m3/dt
k koef. Kekasaran permukaan 60
Vr kecepatan rencana 1.00 m/dt
A luas penampang basah 2.86 m2
jika digunakan persamaan b = 2h, --> A = 2h2 shg 1.20 m
2.39 m
225.80
P keliling basah saluran 4.79 m
R jari-jari hidrolis 0.60 m
I kemiringan saluran 0.000551
f tinggi jagaan 0.50 m
hg tinggi kotor saluran 1.70 m

7.3.5 Bak Penenang

Bangunan ini terletak dibagian hulu Penstock dan berfungsi untuk mereduksi
turbulensi air dari water way sehingga air yang akan masuk ke penstock menjadi
tenang.

Untuk mendapat tinggi air di bak penenang, dilakukan terlebih dahulu perhitungan
jarak sisi atas pipa pesat ke muka air normal (d). Perhitungan jarak (d) ini
diperlukan untuk mengantisipasi positif dan negative surge akibat penutupan dan

Page 7-9
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

pembukaan pipa pesat pada turbin. Formula empiris yang digunakan adalah
Tinggi muka air di bak (H) diperoleh dari :

h min = C x V x ID

h tot = hmin + diameter pipa pesat + 0,5 (meter)

Nilai Konstanta ( C ) diambil 0,54.

Lebar bak (B) diambil dari Luas penampang (Ab) dibagi H. Lebar bak harus sama
dengan saringan halus yang dipasang didepan lubang masuk pipa pesat. Bak
penenang direncanakan terbuat dari beton bertulang

B = Ab/h tot

Tabel 7.5 Perhitungan Bak Penenang


Qi Debit pengambilan 2.86 m3/dt
Vp kecepatan rencana pada pipa pesat 2.46 m/dt
Ap luas penampang pipa pesat 1.17 m2
ID diameter sisi dalam pipa pesat 1.11 m
Cek diameter pipa (pakai yg terbesar)
1.22 m
VORTICES
hmin kedalaman pipa pesat dr muka air
C koefisien arah sumbu pipa pesat
- searah sumbu BAK PENENANG 1.87 m
- tidak searah sumbu BAK PENENANG 1.40 m
hs tinggi ambang inlet Pipapesat 0.50 m
htotal kedalaman dasar BAK PENENANG 3.70 m
223.30
DIMENSI BAK PENENANG
Vr kecepatan aliran rencana pd BP 0.15 m/det
Ab luas penampang basah BP 19.09 m2
B lebar BAK PENENANG 7.18 m
L panjang BAK PENENANG 14.36 m

7.3.6 Penstock

Penstock ini adalah pipa yang berfungsi untuk menyalurkan air dari bak penenang
ke turbin yang ada di power house. Pada perencanaan pipa pesat mencakup:
pemilihan material, penentuan diameter dan penentuan tebal pipa. Pada PLTM
PONJU direncanakan memakai dua penstock.

Page 7-10
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Sebagai penyangga pipa ini diperkuat dengan struktur pondasi (Anchor block) dan
struktur penumpu (saddle Suport) yang terbuat dari konstruksi beton bertulang.
Anchor Block akan di letakan pada belokan Penstock dan Saddle support
diletakan setiap jarak 6 m.

Tabel 7.6 Perhitungan Dimensi Pipa Pesat ( Penstock )


Qi Debit pengambilan 2.39 m3/dt
Vp kecepatan rencana pada pipa pesat 2.46 m/dt
Ap luas penampang pipa pesat 0.97 m2
ID diameter sisi dalam pipa pesat 1.11 m
Cek diameter pipa (pakai yg terbesar)
1.11 m
L panjang tailrace 58 m
tmin tebal minimum kulit PIPA PESAT 4.780 mm
tk tebal akibat korosi 3 mm
tr penebalan akibat kekakuan 2 mm
St 10 mm
OD diameter luar PIPAPESAT 1.12 m
Pp panjang pipa pesat 30 m
A Luas 0.97 m2
Vr Qr/A 2.46 m/dt

BERAT PIPA PESAT


gsteel berat jenis besi baja 7849 kg/m3
Anett luas dr tebal penampang bersih 0.017 m2
wp berat pipa pesat 134.1 kg/m1
0.134 T/m1
hs harga besi baja / kg 12,500 / kg
hp harga pipa pesat '/ m' 1,676,438 / m1

7.3.7 Power House

Power House PLTM PONJU direncanakan berada pada ordinat 0 35' 59.55" LU
dan 120 4' 55.43" BT. Komponen di dalam Gedung Sentral sendiri adalah turbin
beserta komponen-komponennya (Generator, Coupling System, Inlet Valve dan
Governor) yang ditopang oleh pondasi masiv terbuat dari beton yang
direncanakan mampu menopang berat turbin dan perlengkapan pada saat
beroperasi serta beban akibat getaran mesin. Selain peralatan untuk turbin sendiri,
masih di dalam gedung sentral terdapat ruangan untuk system control panel, ruang
operator, ruang baterai, sistem pengaman serta Overhead Crane yang digunakan
untuk mempermudah mobilisasi peralatan dari luar gedung sentral menuju bagian
dalam.

Page 7-11
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

7.3.8 Tail Race

Tail Race berfungsi sebagai saluran pembuangan air yang berasal dari turbin ke
sungai sebagai pembuangan akhir. Saluran ini merupakan satu kesatuan dengan
power house. Kontruksi tail race direncanakan terbuat dari pasangan batu kali
dengan bagian permukaannya dilapisi dengan plesteran.

Tabel 7.7 Perhitungan Saluran Pembuang ( Tailrace )


Qps debit pd masing2 outlet PipaPesat 1.19 m3/dt
Vtr kecepatan aliran pd tailrace 1.5 m/dt
K koef. Kekasaran permukaan 40
Atr luas penampang 1 tailrace 0.80 m2
htr tinggi basah air pd tailrace 0.63 m
btr lebar saluran 1.26 m
P keliling basah 2.52 m
R jari-jari hidrolis 0.32 m
I kemiringan saluran 0.0066 m
Qps debit outlet PipaPesat 2.39 m3/dt
Vtr kecepatan aliran pd tailrace 1.5 m/dt
K koef. Kekasaran permukaan 40
Atr luas penampang 1 tailrace 1.59 m2
htr tinggi basah air pd tailrace 0.89 m
btr lebar saluran 1.78 m
P keliling basah 3.57 m
R jari-jari hidrolis 0.45 m
I kemiringan saluran 0.0041 m

7.4 DESAIN KOMPONEN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

7.4.1 Turbin

Turbin air berperan untuk mengubah energi air menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran poros. Putaran poros turbin ini diubah oleh generator menjadi
tenaga listrik.

Berdasarkan prinsip kerjanya turbin air dibagi menjadi dua kelompok:

1. Turbin impuls (cross-flow, pelton & turgo)

Turbin Impuls ini mempunya karakteristik sebagai berikut :


- Ruangan roda tidak penuh berisi air
- Tekanan pada setiap sisi sudut/bagian turbin yang berputar sama

Page 7-12
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

- Hanya energi kinetis yang dipergunakan oleh roda


- Air masuk pada satu tempat atau dua pada lingkaran roda

2. Turbin reaksi (Francis, Pelton, Kaplan/Propeller)

Turbin reaksi mempunyai karakteristik sebagai berikut:


- Ruangan roda penuh berisi air.
- Air yang bekerja pada seku-sekup roda tekanannya lebih besar dari
tekanan udara.
- Energi potensial dan kinetis dipergunakan oleh roda.
- Air masuk dari segala arah dari sekitar lingkaran roda.
Untuk daerah kerja operasi turbin menurut Keller dikelompokan menjadi:
1. Low head power plant : dengan tinggi jatu (head) <= 10 m

2. Medium head power plant : dengan tinggi jatuh antara low head
dan high head

3. High head power plant : dengan tinggi jatuh H >= 100(Q)^0,33


Dimana :
H = Head (m)
Q = Debit Rencana (m/s)
Kriteria pertama dalam penentuan jenis turbin adalah dengan menggunakan besar
net head, Tabel di bawah ini menjelaskan kisaran nett head tiap turbin.

Tabel 7.8 kisaran Net-Head

Dalam pemilihan jenis turbin menggunakan Grafik pemilihan turbin bergantung dari
besaran debit dan tinggi jatuh. Untuk PLTM PONJU dengan head nett 159.9 m dan
debit desain 2.39 m/s maka didapat jenis turbin yang sesuai antara lain jenis

Page 7-13
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

turbin Francis atau Turgo. Grafik pemilihan turbin dapat dilihat seperti pada
gambar di bawah ini:

Gambar 7.3 Grafik perbandingan karekteristik Turbin

Dari hasil analisa Grafik pemilihan turbin di atas pada studi ini digunakan turbin
jenis francis

Gambar 7.4 Turbin

Page 7-14
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

7.4.1.1 Daya Output Turbin


Daya output turbin dihitung dengan rumus :

P=xgxQxxH
E = Cf x 24 x 365 x P
CF = (Energi yang dihasilkan dalam 1 tahun)/(Kapasitas terpasang (KW)
x 8760 jam/tahun)
Dimana:
P = Daya Output turbin (kW)

= masa jenis air ( 1.000 kg/m)


H = Tinggi Jatuh effektif (m)
g = Gravitasi (9,81 m/dt)
Q = Debit rencana ( m/dt)

= Efisiensi Turbin (0.83)


P = 2 x (1.000 x 9.81 x 2.39 x 0.75 x 159.90)
= 2 x 1500 kW

7.4.1.2 Kecepatan Rotasi

Poros turbin akan dihubungkan ke poros generator dengan system kopling ,


sehingga kecepatan putar turbin sama dengan kecepatan putar generator.
Kecepatan putar generator dapat di hitung berdasarkan persamaan berikut:

n = (60 . f)/p

dimana:

n = kecepatan rotasi generator (rpm)

f = frekuensi, 50 Hz diterapkan di Indonesia

p = jumlah kutub

Page 7-15
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Tabel 7.9 Tabel perhitungan kecepatan putar generator


jumlah pasang kecepatan
Frekuensi (f)
kutub (p) putar (n)
1 50 3000
2 50 1500
3 50 1000
4 50 750
5 50 600
6 50 500
7 50 429
8 50 375
9 50 333
10 50 300

Tabel 7.10 Tabel kecepatan putar normal Turbin


No Type Turbin Kecepatan Normal (rpm)
1 Francis 500 - 1500
2 Kaplan 75 - 150

7.4.1.3 Kecepatan spesifik

Kecepatan spesifik merupakan kriteria utama yang menunjukan pemilihan jenis


turbin yang tepat berdasarkan karakteristik sumber air. Tabel di bawah ini
menjelaskan kisaran kecepatan spesifik untuk beberapa turbin.

Tabel 7.11 Tabel kisaran Kecepatan Spesifik Turbin Air


Turbin Pelton 12 Ns 25
Turbin Francis 60 Ns 300
Turbin Cross Flow 40 Ns 200
Turbin Propeller 250 Ns 1000
Turbin Turgo 20 Ns 80

Kecepatan spesifik juga merupakan titik awal dari analisa desain dari sebuah
turbin baru. Setelah kecepatan spesifik yang diinginkan diketahui, dimensi dasar
dari bagian-bagian turbin dapat dihitung.

Page 7-16
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Kecepatan Spesifik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut:

Ns = (n . P)/(H^(5/4))

DImana Ns : Kecepatan spesifik turbin

n : Kecepatan Putar Turbin (rpm)

P : Power Out put (hp)

H : Tinggi (head) efektif

Hasil perhitungan kecepatan spesifik dengan mengasumsikan jumlah pasang katup


dan menghitung kecepatan putar dapat di lihat pada table dibawah ini.

Tabel 7.12 Tabel perhitungan Kecepatan spesifik


Jumlah Kutub Frekuensi Kecepatan Putar (n) Kecepatan spesifik (Ns)
1 50 3000 288.98
2 50 1500 144.49
3 50 1000 96.33
4 50 750 72.25
5 50 600 57.80
6 50 500 48.16
7 50 429 41.28
8 50 375 36.12
9 50 333 32.11
10 50 300 28.90
20 50 150 14.45
40 50 75 7.22

Berdasarkan parameter tersebut untuk PLTM PONJU, turbin yang direkomendasikan


yaitu Turbin Francis dengan Kecepatan spesifik 144.49 dengan kecepatan putar
1500 rpm.

7.4.1.4 Kavitasi

Untuk menghindari kavitasi yang besar, maka dalam perencanaan turbin dapat
menggunakan perhitungnan telah ditentukan dengan memasukan harga harga
keamanan dan harga harga yang berdasarkan pengalaman, untuk itu dalam

Page 7-17
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

pengaturan level turbin penentuan tiggi hisap (Hs) yang di ijinkan untuk menghindari
kavitasi adalah:

Hs Hb p H net

Hb = 10 h/900

Dimana:

Hs = Tinggi hisap turbin

Hb = tekanan barometrik lokal

p = koefisien kavitasi (bilangan Thahoma)

h = ketingian dari permukaan laut

dengan menggunakan rumus di atas dan dengan memasukan nilai tekan


barometric ( h = 114) nilai Tahoma dapat di hitung dengan rumus berikut:

p = 7.54 x 10^-5 x Ns ^1.41

hasil perhitungan angka Tahoma dan tinggi hisap dijelaskan pada table di bawah
ini:

Tabel 7.13 Tabel Perhitungan Angka Thoma dan Tinggi Hisap


jumlah kecepatan Kecepatan Bilangan Tekanan
Frekuensi Tinggi hisap
kutub putar spesifikasi Tahoma barometrik
(p) (f) (n) (Ns) () (Hb) (Hs)
1 50 3000 288.98 0.222 9.822 -0.632
2 50 1500 144.49 0.084 9.822 5.888
3 50 1000 96.33 0.047 9.822 7.601
4 50 750 72.25 0.031 9.822 8.342
5 50 600 57.80 0.023 9.822 8.742
6 50 500 48.16 0.018 9.822 8.987
7 50 429 41.28 0.014 9.822 9.150
8 50 375 36.12 0.012 9.822 9.265
9 50 333 32.11 0.010 9.822 9.350
10 50 300 28.90 0.009 9.822 9.416

Untuk menghindari kavitasi maka PLTM ini dipilih bahwa kecepatan putar optimum
yaitu 1500 rpm dengan tinggi hisap turbin 5.888 m.

Page 7-18
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

7.4.1.5 Jenis Turbin

Dari pertimbangan analisa di atas maka jenis turbin yang sesuai untuk PLTM PONJU
ini adalah turbin Francis dengan spesifikasi:

1. Type : Francis (horizontal Type)


2. Putaran Turbin : 1500 rpm
3. Putaran generator : 1500 rpm
4. Jumlah kutub :2
5. Frekuensi : 50 Hz
6. Kecepatan Spesifik : 281.49
7. Jumlah unit : 2 x 1500 KW
8. Net Head : 159.90 m
9. Tinggi Isap : 5.888

7.4.2 Generator dan Govenor

Generator berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik.


Pemilihan jenis generator yang sesuai dengan kapasitas minihydro adalah jenis
generator synchronous dengan eksitasi sendiri yang memiliki poros horizontal.
Kecepatan putar generator disesuaikan dengan kecepatan turbin. Kecepatan
standar yang tersedia di pabrik adalah 500, 600, 750, 1000 dan 1500 rpm.
Pembangkit medan listrik dioda berputar tanpa sikat dipilih karena pemeliharaan
yang mudah dan keandalan yang tinggi.

Untuk menjaga frekuensi keluaran generator yang stabil, maka pada PLTM ini
biasanya dilengkapi dengan sistem governor.

Sistem governor akan mengatur bukaan guide vane turbin. Sistem operasi governor
didesain untuk dapat merespon penutupan guide vane dalam rentang waktu tertentu
(fully close) pada saat terjadi rejected load, untuk menghindari run away speed pada
generator. Spesifikasi umum dari governor adalah :

Hydroulik governor didisain untuk kerja parallel (interkoneksi dengan Grid


PLN)
Pengoperasian guide vane turbin untuk flow control menggunakan mekanikal
governor

Page 7-19
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Pengoperasian bukaan guide vane menggunakan tekanan oil atau batang


tarik
Spesifikasi generator adalah putaran 1500 rpm, 50 Hz, 3 phase dengan keluaran
teganan 220 V/380 V. Effesiensi generator secaraumum adalah:

Aplikasi < 10 KVA efesiensi 0.7 0.8

Aplikasi 10 20 KVA efisiensi 0.9 0.85

Aplikasi 20 50 KVA efisiensi 0.85

Aplokasi 50 100 KVA efisiensi 0.85 0.9

Aplikasi > 100 KVA efisiensi 0.9 0,95

Daya keluaran Generator (pg) diperoleh dari output turbin dan batas efisiensi
generator serta power foktor adalah seperti di bawah ini:

Pg = Pt x (1/ cos )

Dimana,

Pg = Output turbin 1500 KW ( 2 turbin)

cos = 0.8

Pg = daya keluaran generator (KVA) = 1875.34 KVA

Spek generator yang sesuai untuk PLTM SAMPAGA ini adalah turbin Francis dengan
spesifikasi:

Jumlah unit = 2 unit

Tipe = horizontal shaft, convensional-type, tiga phasa, synchronous

Kapasitas = 2 unit x 1875.34 KVA

Frekuensi = 50 Hz

Power Faktor = 0.8

Page 7-20
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Gambar 7.5 Generator

7.4.3 Transformer

Tipe transformer yang digunakan adalah Out Door dengan pendingin Oli (ONAN),
hemetic seal . Transformer harus dilengkapi dengan relay, alarm petunjuk
temperatur minyak dan penyangganya (peralatan penyangga dapat dihilangkan
untuk transformer kurang dari 1.000 kVA). Apabila diperlukan, penyangga
transformer ditempatkan pada bagian dalam gedung pembangkit dan diproteksi
dengan pemutus primer.

Spesifikasi umum transformer yang digunakan adalah sebagi berikut:

a. Tipe Transformer-Step Up

Oil Immersed self cooled untuk aplikasi di dalam/luar ruangan. Tipe Core
hermetically sealed/ONAN.

b. Kondisi operasi dibawah ketinggian 1000 meter dari permukaan laut dengan
temperature lingkungan kerja tidak lebih dari 40C.

c. Standar desain, manufaktur, dan pengetesan sesuai dengan SPLN50/1997.

d. Efesiensi pada berbagai variasi beban dan factor daya (PF 1/PF 0.8) berkisar
98.5%.

Page 7-21
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Kapasitas trafo yang kelaziman umum adalah diambil dari besarnya kapasitas
generator.

Dari analisa generator di diatas, maka ditentukan jumlah tipe dan rated trafo
sebagai berikut:

Jumlah trafo : 2 unit

Phase :3

Frekuensi : 50 Hz

Tipe : outdoor

Rate Power : 2 unit x 1875.34 KVA

7.4.4 Jaringan Transmisi

Sistem transmisi mengikuti standard sistem kelistrikan di Indonesia. Tiang besi/Tiang


Beton dipasang pada jalur transmisi dengan jarak antar tiang 50 m.

Page 7-22
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

7.5 RINGKASAN TEKNIS

PARAMETER SIPIL & HASIL


NO SAT
ELEKTRO MEKANIK STUDI
A DATA UMUM
PLTM
1 Nama Proyek
PONJU
2 Lokasi Administratif
- Desa Balukang
- Kecamatan Sojol
- Kabupaten Donggala
Sulawesi
- Provinsi
Tengah
3 Nama Sungai Balukang
4 Tipe pengembangan Run off River
5 Debit desain (Q 58) 2.39 m/dt
6 Debit Banjir Rencana 100 tahun 187.84 m/dt
B DATA TEKNIS
1 Tinggi Jatuh brutto 163 m
2 Tinggi Jatuh netto 159.9 m
2 Debit Desain 2.39 m/dt
3 Kapasitas rencana 2999 kW
4 Produksi Energi/th 18.39 Gwh
C PEKERJAAN SIPIL
1 Bendung
- Kordinat Bendung 0 35' 46" LU
120 6' 6" BT
Mercu
- Lebar Bendung 15 m
- Tinggi Mercu 3 m
- Elevasi Mercu 227 mdpl
- Jumlah Pintu Penguras 1 Bh
2 Pengambilan (Intake)
- Jumlah Pintu 1 Bh
- Lokasi Intake Kanan
- Lebar Pintu Bangunan Pengambil 1.1 m
3 Pengendap Sedimen (Sandtrap)
- Penampang Saluran

Page 7-23
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

- Panjang Sandtrap 19.54 m


- Lebar Sandtrap 2.44 m
4 Saluran Pembawa (Water way)
- Tipe Sal. Pembawa Terbuka
- Panjang Sal. Pembawa 2400 m
- Lebar Sal. Pembawa 2.39 m
- Kedalaman 1.2 m
5 Bak Penenang (Headpond)
- Penampang Persegi
- Lebar 7.17 m
- Panjang 14.35 m
- Kedalaman 3.7 m
- Jumlah Pintu Penstock 1 Bh
6 Pipa Pesat (Penstock)
- Panjang 232 m
- Diameter Sisi Dalam ( Pipa Induk ) 1.11 m
- Tebal ( Pipa Induk ) 10 mm
- Diameter Sisi Dalam ( Pipa Cabang ) 0.79 mm
- Tebal ( Pipa Cabang ) 9 mm
7 Power House
0 35'
- Koordinat LU
59.55"
120 4'
BT
55.43"
- Elevasi 64 m
- Lebar Bangunan Power House 15.7 m
- Panjang Bangunan Power House 26.2 m
8 Saluran pembuang (Tail Race)
- Penampang Persegi
- Lebar 1.78 m
- Kedalaman 0.63 m
- Panjang 38 m
9 Turbin
- Jenis Turbin Francis
- Jumlah 2 Unit
- Frekuensi 50 Hz
- Kapasitas 2 x 1500 Kwh
- Putaran turbin 1500 rpm

Page 7-24
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

10 Generator
- Jumlah 2 Unit
- Kapasitas 2 x 1875.34 KVA
- Frekuensi 50 Hz

Page 7-25

Anda mungkin juga menyukai