Layout sebuah sistem pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) merupakan rencana
dasar untuk sebuah PLTM. Pada layout dasar digambarkan rencana untuk mengalirkan air
dari intake sampai ke saluran buang (Tail Race). Layout sistem dibuat dengan
mempertimbangkan aspek kelayakan teknik dan ekonomi.
Layout PLTM ini akan memberikan gambaran dari penempatan lokasi bangunan utama.
Skema sistem PLTM merupakan landasan dasar untuk desain lanjutan.
PLTM PONJU direncanakan memanfaatkan aliran sungai Balukang dengan system run off
river. Dalam Perencanaan PLTM PONJU ini tata letak bangunan utama ditempatkan di sisi
kanan sungai Balukang.
Desain dasar dari PLTM PONJU meliputi : debit air yang direncanakan dan diharapkan
dapat tersedia sepanjang tahun, tinggi jatuhan air yang diperoleh , kapasitas daya yang
dapat terbangkitkan dan produksi energi yang dapat diperoleh.
Pengertian dari tinggi jatuh adalah beda tinggi yang didapat dari elevasi Muka
air normal yang ada di bak penenang dengan elevasi yang ada di power house.
Beda tinggi brutto yang di dapat pada PLTM PONJU sebesar 163 m.
P = Qd x H x g x
Dimana :
Page 7-1
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Pada perencanaan sebuah PLTM, bangunan sipilnya terdiri dari Bendung, intake, sandrap,
waterway, bak penenang, penstock, power house dan tail race.
7.3.1 Bendung
Bendung merupakan bangunan air yang dibangun melintang sungai yang berfungsi
untuk meninggikan muka air sungai sehingga air dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi masuk ke intake sampai ke bak penenang yang akan digunakan
untuk menggerakan turbin.
Letak Bendung direncanakan pada ordinat 0 35' 46" LU dan 120 6' 6" BT.
Bendung terbuat dari pasangan batu kali dengan dilapisi selimut (concrete blanket)
dengan mercu berbentuk bulat.
Kolam peredam energi terletak dibagian hilir bendung yang berfungsi untuk
meredam energi air jatuhan yang melewati mercu bendung agar tidak menimbulkan
gerusan dibagian hilir. Bangunan ini direncanakan berbentuk cekungan (Bucket
Type).
Bagian hulu bendung dilengkapi dengan lantai muka yang berfungsi untuk
mencegah erosi pada bagian bawah tubuh bendung.
Page 7-2
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Tabel 7.1 Perhitungan perencanaan Bendung dengan peredam energi bak tenggelam
Page 7-3
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
DIMENSI OLAKAN
H / hc : 1.18
Rmin/hc : 1.55
Rmin : 5.53 m
a : 0.553 m
: 0.60 m
Page 7-4
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
7.3.2 Intake
Q = .A. (2gh)
Untuk keperluan pembilasan di bak pengendap, debit air yang masuk ke intake
ditambah sebesar 10% - 20% dari debit rencana. Konstanta ( ) merupakan
koefisien debit yang berfungsi untuk mengakomodir pengaruh penyempitan arah
masuk pada intake. Untuk keperluan praktis, nilai ( ) diambil sebesar 0,8.
Page 7-5
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
7.3.3 Sandtrap
Bangunan Sandrap yang akan direncanakan berada disebelah kanan aliran sungai
(dilihat dari arah hulu) dan mempunyai fungsi sebagai penyadap pasir dan partikel
sedimen yang terbawa masuk ke intake.
Pada bangunan Sandtrap ini dilengkapi dengan bangunan pelimpah samping yang
berfungsi untuk melimpahkan air yang berlebih ke saluran buang.
Page 7-6
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Ukuran sedimen minimum yang harus diendapkan pada bak adalah 0,5 mm.
Kecepatan endap (w) untuk sedimen ukuran ini diambil sebesar 0,070 m/dt.
Arah vektor kecepatan endap (w) adalah ke bawah, sehingga luas permukaan bak
pengendap (Ah) dapat ditentukan dengan :
Q = Ah .w
Q = (L . B) .w
Q = Av - Vn Q = (h. B) . Vn
dimana
Q = debit rencana dan AV = tinggi air bak (h) x lebar rata-rata bak (B).
Page 7-7
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Untuk keperluan pembilasan, maka debit air yang masuk ke bak harus ditambah
20% agar kebutuhan air di turbin tetap terjaga. Kantong bak didisain berdasarkan
kecepatan pembilasan yang dalam hal ini diambil sebesar 0.070 m/dt.
Saluran pembawa pada PLTM PONJU ini direncanakan berada disebelah kanan
aliran sungai (dilihat dari arah hulu) dan mempunyai fungsi penyalur air dari intake
ke bak penenang.
Page 7-8
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Panjang saluran pembawa 2650 m. Saluran ini di desain untuk mampu mengalirkan
debit sebesar 2.62 m/dt dan direncanakan menggunakan saluran terbuka.
Penampang saluran terbuka direncanakan terbuat dari pasangan batu Lebar dan
tinggi air di saluran dari lebar dengan Formula berikut :
Q =AxV
Untuk mencegah tumbuhnya vegetasi dan aliran yang terlalu deras di bak
penenang, maka kecepatan air disaluran dijaga berkisar antara 1 m/dt.
SALURAN PERSEGI
digunakan saluran persegi empat, terbuka, pas. Batu
Bangunan ini terletak dibagian hulu Penstock dan berfungsi untuk mereduksi
turbulensi air dari water way sehingga air yang akan masuk ke penstock menjadi
tenang.
Untuk mendapat tinggi air di bak penenang, dilakukan terlebih dahulu perhitungan
jarak sisi atas pipa pesat ke muka air normal (d). Perhitungan jarak (d) ini
diperlukan untuk mengantisipasi positif dan negative surge akibat penutupan dan
Page 7-9
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
pembukaan pipa pesat pada turbin. Formula empiris yang digunakan adalah
Tinggi muka air di bak (H) diperoleh dari :
h min = C x V x ID
Lebar bak (B) diambil dari Luas penampang (Ab) dibagi H. Lebar bak harus sama
dengan saringan halus yang dipasang didepan lubang masuk pipa pesat. Bak
penenang direncanakan terbuat dari beton bertulang
B = Ab/h tot
7.3.6 Penstock
Penstock ini adalah pipa yang berfungsi untuk menyalurkan air dari bak penenang
ke turbin yang ada di power house. Pada perencanaan pipa pesat mencakup:
pemilihan material, penentuan diameter dan penentuan tebal pipa. Pada PLTM
PONJU direncanakan memakai dua penstock.
Page 7-10
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Sebagai penyangga pipa ini diperkuat dengan struktur pondasi (Anchor block) dan
struktur penumpu (saddle Suport) yang terbuat dari konstruksi beton bertulang.
Anchor Block akan di letakan pada belokan Penstock dan Saddle support
diletakan setiap jarak 6 m.
Power House PLTM PONJU direncanakan berada pada ordinat 0 35' 59.55" LU
dan 120 4' 55.43" BT. Komponen di dalam Gedung Sentral sendiri adalah turbin
beserta komponen-komponennya (Generator, Coupling System, Inlet Valve dan
Governor) yang ditopang oleh pondasi masiv terbuat dari beton yang
direncanakan mampu menopang berat turbin dan perlengkapan pada saat
beroperasi serta beban akibat getaran mesin. Selain peralatan untuk turbin sendiri,
masih di dalam gedung sentral terdapat ruangan untuk system control panel, ruang
operator, ruang baterai, sistem pengaman serta Overhead Crane yang digunakan
untuk mempermudah mobilisasi peralatan dari luar gedung sentral menuju bagian
dalam.
Page 7-11
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Tail Race berfungsi sebagai saluran pembuangan air yang berasal dari turbin ke
sungai sebagai pembuangan akhir. Saluran ini merupakan satu kesatuan dengan
power house. Kontruksi tail race direncanakan terbuat dari pasangan batu kali
dengan bagian permukaannya dilapisi dengan plesteran.
7.4.1 Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran poros. Putaran poros turbin ini diubah oleh generator menjadi
tenaga listrik.
Page 7-12
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
2. Medium head power plant : dengan tinggi jatuh antara low head
dan high head
Dalam pemilihan jenis turbin menggunakan Grafik pemilihan turbin bergantung dari
besaran debit dan tinggi jatuh. Untuk PLTM PONJU dengan head nett 159.9 m dan
debit desain 2.39 m/s maka didapat jenis turbin yang sesuai antara lain jenis
Page 7-13
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
turbin Francis atau Turgo. Grafik pemilihan turbin dapat dilihat seperti pada
gambar di bawah ini:
Dari hasil analisa Grafik pemilihan turbin di atas pada studi ini digunakan turbin
jenis francis
Page 7-14
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
P=xgxQxxH
E = Cf x 24 x 365 x P
CF = (Energi yang dihasilkan dalam 1 tahun)/(Kapasitas terpasang (KW)
x 8760 jam/tahun)
Dimana:
P = Daya Output turbin (kW)
n = (60 . f)/p
dimana:
p = jumlah kutub
Page 7-15
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Kecepatan spesifik juga merupakan titik awal dari analisa desain dari sebuah
turbin baru. Setelah kecepatan spesifik yang diinginkan diketahui, dimensi dasar
dari bagian-bagian turbin dapat dihitung.
Page 7-16
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Ns = (n . P)/(H^(5/4))
7.4.1.4 Kavitasi
Untuk menghindari kavitasi yang besar, maka dalam perencanaan turbin dapat
menggunakan perhitungnan telah ditentukan dengan memasukan harga harga
keamanan dan harga harga yang berdasarkan pengalaman, untuk itu dalam
Page 7-17
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
pengaturan level turbin penentuan tiggi hisap (Hs) yang di ijinkan untuk menghindari
kavitasi adalah:
Hs Hb p H net
Hb = 10 h/900
Dimana:
hasil perhitungan angka Tahoma dan tinggi hisap dijelaskan pada table di bawah
ini:
Untuk menghindari kavitasi maka PLTM ini dipilih bahwa kecepatan putar optimum
yaitu 1500 rpm dengan tinggi hisap turbin 5.888 m.
Page 7-18
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Dari pertimbangan analisa di atas maka jenis turbin yang sesuai untuk PLTM PONJU
ini adalah turbin Francis dengan spesifikasi:
Untuk menjaga frekuensi keluaran generator yang stabil, maka pada PLTM ini
biasanya dilengkapi dengan sistem governor.
Sistem governor akan mengatur bukaan guide vane turbin. Sistem operasi governor
didesain untuk dapat merespon penutupan guide vane dalam rentang waktu tertentu
(fully close) pada saat terjadi rejected load, untuk menghindari run away speed pada
generator. Spesifikasi umum dari governor adalah :
Page 7-19
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Daya keluaran Generator (pg) diperoleh dari output turbin dan batas efisiensi
generator serta power foktor adalah seperti di bawah ini:
Pg = Pt x (1/ cos )
Dimana,
cos = 0.8
Spek generator yang sesuai untuk PLTM SAMPAGA ini adalah turbin Francis dengan
spesifikasi:
Frekuensi = 50 Hz
Page 7-20
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
7.4.3 Transformer
Tipe transformer yang digunakan adalah Out Door dengan pendingin Oli (ONAN),
hemetic seal . Transformer harus dilengkapi dengan relay, alarm petunjuk
temperatur minyak dan penyangganya (peralatan penyangga dapat dihilangkan
untuk transformer kurang dari 1.000 kVA). Apabila diperlukan, penyangga
transformer ditempatkan pada bagian dalam gedung pembangkit dan diproteksi
dengan pemutus primer.
a. Tipe Transformer-Step Up
Oil Immersed self cooled untuk aplikasi di dalam/luar ruangan. Tipe Core
hermetically sealed/ONAN.
b. Kondisi operasi dibawah ketinggian 1000 meter dari permukaan laut dengan
temperature lingkungan kerja tidak lebih dari 40C.
d. Efesiensi pada berbagai variasi beban dan factor daya (PF 1/PF 0.8) berkisar
98.5%.
Page 7-21
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Kapasitas trafo yang kelaziman umum adalah diambil dari besarnya kapasitas
generator.
Dari analisa generator di diatas, maka ditentukan jumlah tipe dan rated trafo
sebagai berikut:
Phase :3
Frekuensi : 50 Hz
Tipe : outdoor
Page 7-22
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Page 7-23
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
Page 7-24
STUDI KELAYAKAN PLTM PONJU 2 x 1.5 MW, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH - INDONESIA
10 Generator
- Jumlah 2 Unit
- Kapasitas 2 x 1875.34 KVA
- Frekuensi 50 Hz
Page 7-25