Anda di halaman 1dari 18

1

Mata Kuliah : Hukum Bisnis


Dosen : I Gede Bayu Suya Parwita,SE.,MM

Wanprestasi

Oleh :
I GUSTI RAH YUDI PRAMANA ( 1502612010072 )
NI KETUT DIAN PRAMESTI ( 1502612010077 )

SEMESTER IV REGULER C

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2017
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan
RahmatNya kami dapat menyusun makalah yang berjudul Wanprestasi untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung mau pun tidak langsung. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Gede Bayu Surya
Parwita,SE.,MM selaku dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang telah membimbing
kami dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan baik
dari segi bahasa maupun isi sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang
mempergunakan makalah ini sebagai acuan. Semoga bermanfaat.

Denpasar, 13 Ferbuari

2017

Penulis
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Wanprestasi..........................................................................................6
B. Sanksi akibat hukum wanprestasi..........................................................................7
C. Bentuk bentuk wanprestasi.................................................................................9
D. Sebab dan akibat dari wanprestasi.......................................................................11
E. Somasi wanprestasi..............................................................................................13
F. Penyelesaian wanprestasi di pengadilan..............................................................14
Bab III Penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................16
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
4

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial tidak ada yang bisa hidup sendiri di dunia ini.
Maka diperlukan adanya hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain berupa
perikatan, termasuk dalam pencapaian kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia satu
dan manusia lainnya berbeda sesuai usia dan status sosialnya. Dahulu kala, orang
melakukan perikatan dengan yang lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
cara barter (penukaran barang dengan barang), lalu berubah menjadi penukaran barang
dengan uang barang dan kemudian berganti menjadi barang dengan uang.
Ternyata perkembangan zaman sudah merubah peradaban cara hidup manusia
memenuhi kebutuhannya. Tidak hanya melakukan transaksi secara langsung, tapi juga
bisa dengan kredit, dan lain-lain bahkan ada perjanjian secara tertulis sebelum diadakan
perikatan pemenuhan kebutuhan tersebut. Akibat kian hari kian banyak pula kebutuhan
yang harus dipenuhi yang tidak diiringi dengan jumlah pendapatan, maka lahirlah
ingkar janji dari suatu kesepakatan yang telah dibuat yang dinamakan Wanprestasi yang
tentunya tidak lain merugikan pihak kreditur, baik perjanjian itu berupa sepihak maupun
timbal-balik (atas beban).
Suatu perjanjian dapat dilakukan dengan baik apabila semua pihak telah melakukan
prestasinya masing-masing sesuai dengan yang telah diperjanjikan tanpa ada yang
dirugikan. Tapi adakalanya perjanjian yang telah disetujui tidak berjalan dengan baik
karena adanya wanprestasi dari salah satu pihak. Dari adanya wanprestasi tersebut akan
mengalami beberapa kendala yang nantinya akan terjadi, contohnya seperti terjadi
kerugian kecil maupun besar. Oleh karena itu orang yang melakukan wanprestasi akan
menanggung resiko-resiko yang harus ditanggung, seperti mengganti kerugian yang
telah disebabkan olehnya, maupun pembatalan perjanjian yang telah disepakati tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud wanprestasi?
2. Seperti apa sanksi akibat hukum wanprestasi?
3. Apa saja bentuk bentuk wanprestasi?
4. Bagaimana sebab dan akibat dari wanprestasi?
5. Bagaimana somasi wanprestasi?
6. Bagaimana penyelesaian wanprestasi di pengadilan?
5

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang pengertian wanprestasi
2. Untuk mengetahui bentuk sanksi akibat hukum wanprestasi
3. Untuk mengetahui bentuk bentuk wanprestasi
4. Untuk mengetahui sebab dan akibat dari wanprestasi
5. Untuk mengetahui somasi wanprestasi
6. Untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi di pengadilan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wanprestasi
Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
Wanprestatie yang artinya tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban
yang telah ditetapkan terhadap pihak-pihak tertentu didalam suatu
perikatan, baik perikatan yang dilahirkan dari suatu perjanjian
ataupun perikatan yang timbul kerna undang-undang. Wanprestasi
menurut para ahli :
1. Menurut Prodjodikor, wanprestasi adalah tidak adanya suatu prestasi dalam
perjanjian, ini berarti bahwa suatu hal harus dilaksanakan sebagai isi dari
6

suatu perjanjian. Dalam istilah bahasa Indonesia dapat dipakai istilah


pelaksanaan janji untuk prestasi, sedangkan ketiadaan pelaksanaan janji
untuk wanprestasi.

2. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, wanprestasi adalah suatu perikatan


dimana pihak debitur karena kesalahannya tidak melaksanakan apa yang
diperjanjikan.

3. R. Subekti, mengemukakan bahwa wanprestasi (kelalaian) seorang debitur


dapat berupa empat macam, yaitu :
tidak melakukan apa yang seharusnya disanggupi untuk dilakukan
melaksanakan yang dijanjikan, namun tidak sebagaimana yang
diperjanjikan
melakukan apa yang telah diperjanjikan, namun terlambat pada waktu
pelaksanaannya
melakukan sesuatu hal yang di dalam perjanjiannya tidak boleh
dilakukan

4. Menurut Burght, pihak yang ditimpa wanprestasi dapat menuntut sesuatu


yang lain disamping pembatalan yaitu pemenuhan perikatan, ganti rugi atau
pemenuhan perikatan ditambah ganti rugi. Untuk menetapkan akibat-akibat
tidak dipenuhinya perikatan, perlu diketahui telebih dahulu pihak yang lalai
memenuhi perikatan tersebut. Seorang debitur yang lalai, yang melakukan
wanprestasi juga dapat digugat di depan hakim dan hakim akan menjatuhkan
putusan yang merugikan pada tergugat tersebut.
Jadi secara umum maksud dari wanprestasi itu, yaitu pengertian
yang mengatakan bahwa seorang dikatakan melakukan wanprestasi
bilamana tidak memberikan prestasi sama sekali, terlambat
memberikan prestasi, melakukan prestasi tidak menurut ketentuan
yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

B. Sanksi Akibat Hukum Wanprestasi


7

Akibat hukum dari debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman
atau sanksi berupa:

1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi)

Ganti rugi sering dirinci dalam tiga unsur:

Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata


sudah dikeluarkan oleh satu pihak. Contoh : jika seorang sutradara
mengadakan suatu perjanjian dengan pemain sandiwara untuk
mengadakan suatu pertunjukan dan pemain tersebut tidak datang
sehingga pertunjukan terpaksa dibatalkan, maka yang termasuk biaya
adalah ongkos cetak iklan, sewa gedung, sewa kursi dan lain-lain.
Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan
kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur. Misalnya : rumah
yang baru diserahkan oleh pemborong ambruk karena salah
konstruksinya, hingga merusak perabot rumah.
Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah
dibayangkan atau dihitung oleh kreditur. Misalnya : dalam hal jual beli
barang, jika barang tersebut sudah mendapat tawaran yang lebih tinggi
dari harga pembeliannya.

2. Pembatalan perjanjian

Pembatalan perjanjian, bertujuan membawa kedua belah pihak kembali


pada keadaan sebelum perjanjian diadakan. Dikatakan bahwa pembatalan itu
berlaku surat sampai pada detik pembuatan perjanjian. Kalau suatu pihak sudah
menerima sesuatu dari pihak yang lain, baik uang maupun barang, maka itu
harus dikembalikan. Intinya perjanjian itu ditiadakan.

3. Peralihan resiko.
8

Yang dimaksudkan dengan resiko adalah kewajiban untuk memikul


kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak, yang
menimpa barang yang menjadi objek perjanjian.
Peralihan resiko dapat digambarkan demikian :
resiko dalam jual beli barang tertentu dipikulkan kepada si pembeli, meskipun
barangnya belum diserahkan. Kalau si penjual itu terlambat menyerahkan
barangnya, maka kelalaian ini diancam dengan mengalihkan resiko tadi dari si
pembeli kepada si penjual

4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.

Tentang pembayaran biaya perkara sebagai sanksi keempat bagi seorang


debitur yang lalai adalah tersimpul dalam suatu peraturan Hukum Acara, bahwa
pihak yang dikalahkan diwajibkan membayar biaya perkara.

Disamping debitur harus menanggung hal tesebut diatas, maka yang dapat
dilakukan oleh kreditur dalam menghadapi debitur yang wanprestasi ada lima
kemungkinan sebagai berikut (Pasal 1276 KUHPerdata) :

1. Memenuhi / melaksanakan perjanjian

2. Memenuhi perjanjian disertai keharusan membayar ganti rugi

3. Membayar ganti rugi

4. Membatalkan perjanjian

5. Membatalkan perjanjian disertai dengan ganti rugi

Kewajiban membayar ganti rugi tersebut tidak timbul seketika terjadi kelalaian,
melainkan baru efektif setelah debitur dinyatakan lalai dan tetap tidak melaksanakan
prestasinya. Yang dimaksud kerugian tidak hanya biaya-biaya yang sungguh-sungguh
telah dikeluarkan atau kerugian yang sungguh-sungguh menimpa benda si berpiutang,
9

tetapi juga berupa kehilangan keuntungan, yaitu keuntungan yang didapat seandainya si
berhutang tidak lalai.

C. Bentuk bentuk Wanprestasi

Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu:

oTidak memenuhi prestasi sama sekali


Sehubungan dengan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka
dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.
oMemenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya
Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur
dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
oMemenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak
dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.

Jika debitur tidak melaksanakan prestasi-prestasi tersebut yang merupakan


kewajibannya, maka perjanjian itu dapat dikatakan cacat atau katakanlah prestasi yang
buruk. Wanprestasi merupakan suatu prestasi yang buruk, yaitu para pihak tidak
melaksanakan kewajibannya sesuai isi perjanjian. Wanpestasi dapat terjadi baik karena
kelalaian maupun kesengajaan. Wanprestasi seorang debitur yang lalai terhadap janjinya
menurut Subekti, bentuk wanprestasi ada empat macam yaitu:
Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan
Contoh: A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor dengan merek Snoopy dengan
harga Rp 13.000.000,00 yang penyerahannya akan dilaksanakan pada Hari Minggu,
Tanggal 25 Oktober 2011 pukul 10.00. Setelah A menunggu lama, ternyata si B
tidak datang sama sekali tanpa alasan yang jelas.
Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya
Contoh: Si B datang tepat waktu, tapi membawa motor Mio bukan merk Snoopy
yang telah diperjanjikan sebelumnya.
Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat
10

Contoh: Si B datang pada hari itu membawa motor Snoopy, namun datang pada jam
14.00.
Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
Contoh: Si B datang tepat pukul 10.00 pada hari itu dan membawa motor Snoopy,
namun menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang sudah jelas-jelas dilarang dalam
kesepakatan kedua belah pihak sebelumnya.
Untuk mengatakan bahwa seseorang melakukan wanprestasi dalam suatu
perjanjian, kadang-kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan
dengan tepat kapan suatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang diperjanjikan.
Dalam hal bentuk prestasi debitur dalam perjanjian yang berupa tidak berbuat sesuatu,
akan mudah ditentukan sejak kapan debitur melakukan wanprestasi yaitu sejak pada
saat debitur berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam perjanjian.
Sedangkan bentuk prestasi debitur yang berupa berbuat sesuatu yang
memberikan sesuatu apabila batas waktunya ditentukan dalam perjanjian maka debitur
dianggap melakukan wanprestasi dengan lewatnya batas waktu tersebut. Dan apabila
tidak ditentukan mengenai batas waktunya maka untuk menyatakan seseorang debitur
melakukan wanprestasi, diperlukan surat peringatan tertulis dari kreditur yang diberikan
kepada debitur. Surat peringatan tersebut disebut dengan somasi.
D. Sebab dan akibat dari wanprestasi
Dalam pelaksanaan isi perjanjian sebagaimana yang telah
ditentukan dalam suatu perjanjian yang sah, tidak jarang terjadi
wanprestasi oleh pihak yang dibebani kewajiban (debitur) tersebut.
Tidak dipenuhinya suatu prestasi atau kewajiban ini dapat
dikarenakan oleh dua kemungkinan alasan. Dua kemungkinan alasan
tersebut antar lain:
a. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan
ataupun kelalaiannya.
Kesalahan disini adalah kesalahan yang menimbulkan
kerugian. Dikatakan orang mempunyai kesalahan dalam
peristiwa tertentu kala ia sebenarnya dapat menghindari
terjadinya peristiwa yang merugikan itu bak dengan tidak
11

berbuat atau berbuat lain dan timbulnya kerugian itu dapat


dipersalahkan kepadanya, dimana tentu kesemuanya dengan
memperhitungkan keadaan dan suasana pada saat peristiwa itu
terjadi.
Kerugian itu dapat dipersalahkan kepada debitur jika ada
unsur kesengajaan yang merugikan itu pada diri debitur yang
dapat dipertanggungjawabkan kepadanya.Kita katakana debitur
sengaja kalau kerugian itu memang diniati dan dikehendaki
oleh debitur. Sedangkan kelalaian adalah peristiwa dimana
seorang debitur seharusnya tahu atau patut menduga, bahwa
dengan perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan timbul
kerugian.
b. Karena Keadaan Memaksa, diluar kemampuan debitur,
debitur tidak bersalah
Keadaan memaksa adalah kegiatan yang tidak dapat
diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan. Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak
dapat dipersalahkan karena keadaan memaksa tersebut timbul
diluar kemauan dan kemampuan debitur, wanprestasi yang
diakibatkan oleh keadaan memaksa bisa terjadi karena benda
yang menjadi objek perikatan itu binasa atau lenyap, bisa juga
terjadi karena perbuatan debitur untuk berprestasi itu terhalang
seperti yang telah diuraikan diatas. Keadaan memaksa yang
menimpa benda objek perikatan bisa menimbulkan kerugian
sebagian dan dapat juga menimbulkan kerugian total.
Sedangkan keadaan memaksa yang menghalangi perbuatan
debitur memenuhi prestasi itu bisa bersifat sementara maupun
bersifat tetap.
Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa itu
adalah :
12

Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang


membinasakan benda yang menjadi objek perikatan, ini
selalu bersifat tetap.
Tidak dapat dpenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang
menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi, ini
dapat bersifat tetap atau sementara.
Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi
pada waktu membuat perikatan baik oleh debitur maupun
kreditur. Jadi bukan karena kesalahan pihak-pihak
khususnya debitur.

Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut :


Wanprestasi tetap ada
Kreditur masih dapat menuntut kepada debitur
pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi
prestasi. Disamping itu, kreditur berhak menuntut ganti
rugi akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal
ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila
debitur melaksanakn prestasi tepat pada waktunya.
Debitur harus membayar ganti rugi kepada debitur
Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan
itu timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada
kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak kreditur.
Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk
berpegang pada keadaan memaksa.
Jika wanprestasi lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur
dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberikan
kontrak prestasi
Pada umumnya, suatu wanprestasi baru terjadi jika debitur
dinyatakan telah lalai untuk memenuhi prestasinya, atau dengan kata
lain, wanprestasi ada kalau debitur tidak dapat membuktikan bahwa
ia telah melakukan wanprestasinya itu diluar kesalahannya atau
karena keadaan memaksa. Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan
13

prestasi tidak ditentukan tenggang waktunya, maka seorang kreditur


dipandang perlu untuk memperingatkan atau menegur debitur agar ia
memenuhi kewajibannya.

E. Somasi Wanprestasi
Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur yang
berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam
jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu dengan kata lain somasi
adalah peringatan agar debitur melaksanakan kewajibannya sesuai dengan tegoran
kelalaian yang telah disampaikan kreditur kepadanya.
Menurut pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:
Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah
jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan.
Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan
wanprestasi apabila sudah ada somasi

Adapun bentuk-bentuk somasi menurut pasal 1238 KUH Perdata adalah:i[ii][8]


a. Surat perintah
Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk
penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara lisan
kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini biasa
disebut exploit juru Sita
b. Akta sejenis
Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta notaris.
c. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri
Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan
saat adanya wanprestasi.
Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur yang
melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk mempermudah
pembuktian dihadapan hakim apabila masalah tersebut berlanjut ke pengadilan maka
sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis.
14

Dalam keadaan tertentu somasi tidak diperlukan untuk dinyatakan bahwa


seorang debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam
perjanjian, prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu, debitur mengakui
dirinya wanprestasi.

F. Penyelesaian wanprestasi di pengadilan


Karena wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus
ditetapkan lebih dahulu apakah si berutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan kalau
hal itu disangkal olehnya, maka harus dibuktikan di muka hakim. Pengajuan ke
pengadilan tentang wanprestasi dimulai dengan adanya somasi yang dilakukan oleh
seorang juru sita dari pengadilan, yang membuat proses verbal tentang pekerjaannya itu,
atau juga cukup dengan surat tercatat atau surat kawal
Kadang-kadang juga tidak mudah untuk mengatakan bahwa seseorang lalai atau
alpa, karena seringkali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak
diwajibkan melakukan wanprestasi yang dijanjikan.
Di pengadilan, kreditur harus sebisaFY mungkin membuktikan bahwa debitur
tersebut telah melakukan wanprestasi, bukan overmacht atau cara memaksa. Begitu pula
dengan debitur, debitur harus meyakinkan hakim jika kesalahan bukan terletak padanya
dengan pembelaan seperti berikut:
1. Overmacht ( memaksa )
2. Menyatakan bahwa kreditur telah melepaskan haknya
3. Kelalaian kreditur.
Jika debitur tidak terbukti melakukan wanprestasi, maka kreditur tidak bisa
menuntut apa-apa dari debitur tersebut, Tetapi jika yang diucapkan kreditur di muka
pengadilan terbukti, maka kreditur dapat menuntut:
1. Menuntut hak pemenuhan perjanjian;
2. Menuntut hak pemenuhan perjanjian berikut dengan ganti rugi sesuai
Pasal 1246 KUHPerdata yang menyatakan, biaya, ganti rugi dan
bunga, yang boleh dituntut kreditur, terdiri atas kerugian yang telah dideritanya
dan keuntungan yang sedianya dapat diperolehnya.

3. Pembatalan perjanjian
15

Dalam hal pembatalan perjanjian, banyak pendapat yang mengemukakan bahwa


pembatalan ini dilakukan oleh hakim dengan mengeluarkan putusan yang bersifat
declaratoir, artinya ia berwenang untuk menilai wanprestasi debitur. Apabila kelalaian
itu dianggapnya terlalu kecil, hakim berwenang untuk menolak pembatalan perjanjian
meski ganti rugi yang diminta harus dituluskan.
4. Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi;
5. Meminta/ menuntut ganti rugi saja.
Jika debitur tidak bisa membuktikan bahwa ia tidak melakukan wanprestasi
tersebut, maka biaya perkara seluruhnya dibayar oleh debitur.

BAB III
PENUTUP
16

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa wanprestasi yaitu pengertian yang
mengatakan bahwa seorang dikatakan melakukan wanprestasi
bilamana tidak memberikan prestasi sama sekali, terlambat
memberikan prestasi, melakukan prestasi tidak menurut ketentuan
yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Wanprestasi memberikan
akibat hukum tehadap pihak yang melakukannya dan membawa
konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk
menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan
ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak
pun yang dirugikan oleh wanprestasi tersebut.

B. Saran
Dalam melakukan suatu transaksi antara debitur dengan keditur harus sesuai dengan
perjanjian yang dilakukan agar tidak terjadi suatu wanprestasi, dimana hal ini akan
berakibat fatal bagi satu pihak karena wanprestasi yang berat akan dilakukan di
pengadilan yang menimbulkan kerugian yang mengakibatkan semua kesepakatan
hilang. Diharapkan kepada semua pihak yang telah melakukan perjanjian untuk tidak
melakukan wanprestasi yang telah nyata menimbulkan kerugian pada kreditur
umumnya dan hakim diharapkan mampu untuk bersikap bijak dalam mencari keadilan
pada perkara wanprestasi
17

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhay, Marhainis, . 2004 .Hukum Perdata Materil. Jakarta : Pradnya Paramita


Pramono, Nindyo, 2003 . Hukum Komersil . Jakarta: Pusat Penerbitan UT
Subekti, 1991 . Hukum Perjanjian . Jakarta: PT. Intermasa
Subekti, 2005 . Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita
Subekti, 2002. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Intermasa
Sudarsono, 2007. Kamus Hukum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
i

Anda mungkin juga menyukai