Anda di halaman 1dari 10

Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia

Efek Ekstrak Campuran Kulit..


Vol.6 (Putri Reno Intan,
No.2-Agustus. dkk..)
2016:79-88
p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770

Efek Ekstrak Campuran Kulit Batang Pulai (Alstonia scholaris) dan


Meniran (Phyllanthus niruri) pada Mencit Swiss Webster yang Diinfeksi
Plasmodium berghei

Effects of Mixed Extract of Alstonia scholaris Bark and Phyllanthus niruri in Swiss Webster
Mice Infected by Plasmodium berghei

Putri Reno Intan1*, M. Wien Winarno1, Nita Prihartini2


1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan
*E - mail: putrirenointan@yahoo.com

Diterima: 22 Mei 2016 Direvisi:12 Juli 2016 Disetujui:18 Agustus 2016

Abstrak
Kulit batang pulai dan meniran merupakan salah satu tanaman obat yang telah diteliti kemungkinannya sebagai
obat antimalaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antimalaria dari campuran ekstrak kulit
batang pulai dan ekstrak meniran sebagai tanaman obat antimalaria. Uji toksisitas akut menggunakan tikus wistar
jantan dan betina masing-masing 25 ekor dengan 4 dosis perlakuan. Uji antimalaria menggunakan 72 ekor mencit
yang dibagi menjadi 6 kelompok dosis yaitu kelompok CMC, DHP, dosis campuran 1330; 443,34; 147,78 mg/kg
bb dan dosis pulai 1330 mg/kgbb. Semua mencit diinfeksi dengan plasmodium berghei (D0) kemudian diberi
ekstrak peroral selama 14 hari. Ulas darah dengan perwarnaan giemsa diambil pada hari D1-D7 dan D14 untuk
dianalisa persen parasitemia, limfosit, monosit dan granulosit. Hasil uji toksisitas akut campuran ekstrak
didapatkan nilai LD50 > dari 14285 mg/kg bb (masuk dalam golongan bahan tidak beracun). Dosis yang paling
efektif pada uji antimalaria bila dilihat dari persentase parasit dan diferensial leukosit adalah dosis 147,78
mg/kgbb. Campuran ekstrak kulit batang pulai dan meniran dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pada
pengobatan malaria. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut dengan mengisolasi zat aktif yang berkhasiat
sebagai antimalaria dan karakterisasinya sebelum direkomendasikan sebagai obat antimalaria.
Kata kunci: Antimalaria; Pulai; Meniran; Plasmodium berghei; Swiss webster.

Abstract
Pulai and meniran is one of the medicinal plants that have been studied as a possible antimalarial drugs. This
study aims to evaluate the antimalarial activity of a mixture of pulai bark and meniran extracts as antimalarial
drugs. Acute toxicity tests was performed using male and female Wistar rats each 25 animals with four doses of
treatment. Antimalarial test using 72 mice were divided into six dose groups: group CMC, DHP, dose mixture of
1330; 443.34; 147.78 mg/kg bw and doses of pulai groups 1330 mg /kg bw. All the mice were infected with
Plasmodium berghei (D0) and given the extracts orally for 14 days. Giemsa blood stainning taken on days D1-D7
and D14 were analyzed for percentage of parasitaemia, lymphocytes, monocytes and granulocytes. Results of
acute toxicity test (LD50) values obtained from extract mixture was more than 14285 mg/kg bw, are classified as
non-toxic materials. The most effective dose of the test antimalarial obtained from the percentage of parasites
reducing and leukocytes differential, was 147.78 mg/kg. A mixture of pulai bark and meniran extract can be
considered to be used as an alternative drug in the treatment of malaria. Further research is needed to isolate and
characterized the active ingredients which have the effect of antimalarial to be recommended as an antimalarial
drug in the future.
Keywords: Antimalarial; Pulai; Meniran; Plasmodium berghei, Swiss Webster.

79
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):79-88

PENDAHULUAN Bahan dan cara kerja


Bahan uji kulit batang pulai dan meniran
Malaria adalah penyakit infeksi parasit
didapatkan dari Balai Penelitian Tanaman
pada manusia dan menjadi masalah kesehat-
Rempah dan Obat, Bogor Jawa Barat.
an masyarakat, terutama di daerah endemis
Simplisia kulit batang pulai dan meniran
malaria karena angka kesakitan dan
diekstrak dengan cara maserasi meng-
kematiannya masih tinggi. Insiden malaria
gunakan pelarut alkohol 70%.
pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah
Campuran dibuat dengan cara men-
1,9% menurun dibanding tahun 2007
campurkan ekstrak kulit batang pulai dan
(2,9%), tetapi di Papua Barat mengalami
meniran dengan perbandingan 1:1. Pembuat-
peningkatan tajam jumlah penderita malaria.
an suspensi campuran ekstrak ini ditambah-
Dari 33 provinsi di Indonesia, 15 provinsi
kan CMC 0,5% untuk mempercepat kelarut-
mempunyai prevalensi malaria diatas angka
an.
nasional yaitu di atas 6%, dengan sebagian
Sebagai kontrol positif (pembanding)
besar berada di bagian timur Indonesia.1
digunakan obat antimalaria Dihidro-
Pengendalian malaria selalu mengalami
artemisinin Piperakuin (DHP)
perkembangan, salah satunya dalam hal
pengobatan. Telah terjadi resistensi parasit
Hewan uji
terhadap obat-obat malaria yang selama ini
Hewan uji berasal dari Laboratorium
digunakan (kloroquin) sehingga penelitian
Hewan Coba, Pusat Biomedis dan Teknologi
menggunakan obat tradisional perlu di-
Dasar Kesehatan. Hewan diberi pakan
kembangkan.
standar dalam bentuk pelet dan minum
Tanaman pulai (Alstonia scholaris)
secara ad-libitum.
termasuk dalam famili Apocynaceae dari
suku kamboja-kambojaan biasa digunakan
Uji toksisitas akut
sebagai obat berbagai penyakit seperti
Prinsip pengujian toksisitas akut adalah
mengobati deman, merangsang nafsu makan,
bahwa pemberian dosis tunggal suatu bahan
malaria, dan pembesaran limpa. Kulit batang
uji secara oral dapat memperlihatkan efek
pulai mengandung saponin, flavanoid dan
toksik. Sebanyak 50 ekor tikus terdiri dari 25
polifenol.2,3
ekor jantan dan 25 ekor betina dibagi dalam
Meniran (Phyllanthus niruri L) adalah
5 kelompok dosis. Setiap kelompok dosis
tanaman yang mempunyai aktivitas imuno-
modulator, yang membantu tubuh untuk terdiri dari 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Kelompok I diberi campuran ekstrak uji
mengoptimalkan sistem imun yang berperan
dengan dosis 3719 mg/kg bb; kelompok II:
dalam pertahanan tubuh.4
dosis 5205 mg/kg bb; kelompok III: dosis
Pada penelitian ini akan diuji campuran
7287 mg/kg bb; kelompok IV: dosis 10203
kulit batang pulai yang berperan sebagai
mg/kg bb dan kelompok V: dosis: 14285
antimalaria dengan meniran sebagai imuno-
g/kgBB.
modulator dengan harapan dapat meningkat-
Observasi dilakukan selama 6 jam
kan status kesehatan mencit yang terinfeksi
setelah pemberian bahan uji. Hewan diamati
Plasmodium berghei.
terhadap adanya gejala toksik dan kematian.
Pengamatan dilakukan sampai 24 jam dan
METODE
dilanjutkan sampai 14 hari, dilakukan
Desain penelitian penimbangan berat badan setiap hari. Pada
Penelitian ini merupakan penelitian akhir penelitian, dilakukan otopsi untuk
eksperimental laboratorium menggunakan pengamatan makroskopis.2
rancangan acak lengkap. Penelitian dilaku-
kan di Laboratorium Hewan Coba, Pusat
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
tahun 2015.

80
Efek Ekstrak Campuran Kulit.. (Putri Reno Intan, dkk..)

Uji antimalaria Perhitungan parasitemia dan diferensiasi


Parasit yang digunakan adalah leukosit
Plasmodium berghei galur ANKA yang Pemeriksaan parasitemia dilakukan pada
didapatkan dari Laboratorium Parasit Badan hari ke D1-D7 dan D-14 dengan membuat
Litbangkes Kemenkes RI. Hewan coba yang apusan tipis dengan pewarnaan Giemsa 10%
digunakan adalah mencit (Swiss webster) dan pemeriksaan mikroskop pembesaran 100
jantan, berumur 8-10 minggu dengan berat kali. Sel darah merah dihitung hingga
25-30 gram. Sebelum digunakan untuk mencapai 1000 eritrosit atau 10 lapang
penelitian, mencit diaklimatisasi selama pandang.
lebih kurang 7 hari. Proses inokulasi
Plasmodium berghei dilakukan dengan cara
diinfeksikan secara intraperitoneal (ip)
sebanyak 107 parasit dalam 0,2 ml darah per Penghitungan diferensiasi leukosit di-
ekor mencit secara ip pada 5 ekor mencit lakukan pada hari ke-1, 5 dan 14 dengan
donor. Setelah 4-5 hari, mencit yang ketentuan setiap 100 leukosit yang ditemu-
diinfeksi diperiksa darah perifer sampai kan dihitung dan dikelompokkan ke dalam
didapat angka parasitemia lebih dari 30% masing-masing jenis leukosit, yaitu
kemudian dilakukan pengambilan darah dari granulosit, limfosit, dan monosit. Nilai
jantung dengan tabung EDTA dan relatif setiap jenis leukosit yang ditemukan
diencerkan dengan PBS (Buffer Salin dinyatakan dalam satuan persen.6
Phospat) lalu diinfeksikan ke mencit secara Analisis data terhadap persen para-
ip 0,1 ml/ekor. sitemia, limfosit, monosit dan granulosit
Pada uji antimalaria, mencit dikelompok- dilakukan dengan uji anova satu arah yang
kan secara acak kemudian dibagi menjadi 6 dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil.
kelompok perlakuan, yaitu kelompok CMC
(mencit diinfeksi Plasmodium berghei dan
diterapi CMC), kelompok DHP (mencit HASIL DAN PEMBAHASAN
diinfeksi Plasmodium berghei dan diterapi
Uji toksisitas akut
DHP dosis 195 mg/kg BB selama 3 hari),
Pengaruh pemberian bahan uji dosis
kelompok DBC (mencit diinfeksi
tunggal (dosis sekali pemberian) terhadap
Plasmodium berghei dan diterapi campuran
bobot badan tikus jantan dan betina diamati
dosis 1330 mg/kgbb), kelompok DSC
melalui penimbangan hewan setiap hari
(mencit diinfeksi Plasmodium berghei dan
selama 14 hari pengamatan. Hasil
diterapi campuran dosis 443,34 mg/kgbb),
penimbangan bobot badan rata-rata dapat
kelompok DKC mencit diinfeksi
dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Plasmodium berghei dan diterapi campuran
Berdasarkan hasil penimbangan berat
dosis 147,78 mg/kg bb dan kelompok DBP
badan tikus pada uji toksisitas akut yang
(mencit diinfeksi Plasmodium berghei dan
sudah dilakukan, dapat diamati bahwa baik
diterapi ekstrak pulai dosis 1330 mg/kgbb).
pada tikus betina maupun jantan terdapat
Pada setiap kelompok perlakuan terdiri dari
kenaikan rata-rata berat badan pada semua
12 ekor mencit. Campuran ekstrak diberikan
kelompok dosis percobaan. Hal ini
peroral menggunakan sonde lambung sekali
mengindikasikan bahwa pemberian herbal
sehari selama 14 hari. Pengambilan darah
tidak memengaruhi nafsu makan hewan
dari ekor dilakukan pada hari ke-1-7 dan
coba. Pada tikus jantan terjadi pola kenaikan
hari ke-14 untuk melihat level para-
berat badan yang cukup konstan, sedangkan
sitemianya. Setelah 14 hari perlakuan semua
mencit dieuthanasia.2

81
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):79-88

pada tikus betina tampak pola kenaikan berat batang pulai dan meniran pada dosis 14285
badan yang berfluktuasi naik dan turun mg/kg bb tidak menunjukkan terjadinya
kemudian naik lagi. Fluktuasi berat badan kematian pada hewan coba sehingga LD50
yang terjadi pada tikus betina disebabkan untuk campuran ekstrak kulit batang pulai
oleh faktor hormonal yaitu saat tikus dan meniran adalah lebih dari 14285 mg/kg
betina mengalami siklus estrus sehingga bb. Dengan demikian, campuran ini
memengaruhi berat badan. Berdasarkan digolongkan sebagai bahan tidak beracun.5
penelitian LD50 oral, campuran ekstrak kulit

195
190
185 Kelompok dosis
Berat badan (gram)

180
3717 g/kgbb
175
5205 g/kgbb
170
7287 g/kgbb
165
10203 g/kgbb
160 14285 g/kgbb
155
150
1 2 3 4 5 7 9 11 14
Hari ke-

Gambar 1. Rerata perubahan berat badan tikus betina selama uji toksisitas akut

300

250 Kelompok dosis

200
3717 g/kgbb
Berat badan (gram)

150 5205 g/kgbb


7287 g/kgbb
100
10203 g/kgbb

50 14285 g/kgbb

0
1 2 3 4 5 7 9 11 14
Hari ke-

Gambar 2. Rerata perubahan berat badan tikus jantan selama uji toksisitas akut

82
Efek Ekstrak Campuran Kulit.. (Putri Reno Intan, dkk..)

Pengamatan selama 6 jam setelah dalam menurunkan jumlah parasitemia


pemberian bahan obat terhadap hewan coba dibandingkan dengan DBC dan dengan
meliputi: tingkah laku (aktivitas spontan, semua kelompok perlakuan lainnya karena
peka sentuhan, rasa nyeri) dan eksitasi jika dibandingkan dengan DBC, maka
sistem syaraf pusat (gejala straub, melompat, dengan dosis yang kecil (DKC) saja sudah
tremor, konvulsi). Pada pemberian dosis dapat menekan nilai persen parasit.
besar pada semua campuran, hewan dalam Pada hari ke-14 semua kelompok
keadaan normal, yaitu peka terhadap perlakuan ekstrak memiliki nilai persen
sentuhan dan rasa nyeri. Gejala straub, parasitemia sebesar 0% yang artinya terjadi
melompat, tremor dan konvulsi dan gejala kesembuhan terhadap infeksi Plasmodium
toksisitas pada tidak terlihat pada hewan berghei. Tidak terdapat perbedaan yang
coba. signifikan antara kelompok DHP dan semua
kelompok perlakuan ekstrak (p 0.05).
Uji Antimalaria Persentase parasitemia kelompok CMC terus
Persentase parasitemia mencit selama naik sampai dengan 78,75%. Dalam 10 hari
infeksi P. berghei dapat dilihat Tabel 1. Dari pertama infeksi, terdapat peningkatan enzim
Tabel 1 terlihat bahwa pada awal infeksi NADPH oksidase dan NO pada serum
yaitu hari ke-1 belum terlihat peningkatan mencit percobaan. Enzim NADPH oksidase
yang signifikan pada nilai persentase parasit. memberikan elektron dari NADPH yang
Puncak infeksi terlihat pada hari ke-5, berada pada membran sitoplasma bagian
dimana terdapat perbedaan yang signifikan dalam ke ekstraseluler menghasilkan O2-
(p0.05) pada persen parasitemia antara (superoksida). NO bereaksi dengan O2-
semua kelompok perlakuan dengan kelom- menghasilkan peroksinitril yang dapat
pok DHP. Hal ini menunjukkan bahwa DHP berinteraksi dengan berbagai molekul
dapat menekan jumlah parasit dibandingkan biologi dan bersifat merusak.7
kelompok lainnya. Bila dilihat antara Mekanisme kerja Artemisinin menurun- kan
kelompok perlakuan, terdapat perbedaaan derajat parasit sangat berkaitan dengan
persentase parasit yang signifikan (p 0.05) struktur molekulnya. Radikal-radikal
pada semua kelompok perlakuan kecuali Artemisinin menghambat dan memodifikasi
antara DSC dengan DKC yang tidak berbeda berbagai macam molekul dalam Plasmodium
signifikan (p0.05). Pada semua kelompok yang mengakibatkan Plasmodium tersebut
perlakuan terjadi penurunan jumlah parasit mati.8
di hari ke-14 setelah pemberian campuran Efek antimalaria yang ditimbulkan pada
ekstrak yang tidak berbeda signifikan antar kelompok campuran ekstrak kulit batang
semua kelompok perlakuan (p0.05). pulai dan meniran diduga disebabkan oleh
Pada puncak infeksi (hari ke-5) dosis senyawa aktif yang terkandung di dalam
DBC memperlihatkan nilai persen parasit kedua tanaman ini. Dalam kulit batang
yang paling kecil diantara kelompok per- pohon pulai terkandung flavonoid, saponin
lakuan lainnya. Akan tetapi, dari Hasil uji U dan alkaloid steroid dan triterpenoid serta
Mann Withney yang dilakukan, terlihat fenolik.9
bahwa Dosis DBC dan DKC tidak memiliki Efek anti malaria juga kemungkinan
perbedaan yang signifikan (p 0.05). Hal ini ditimbulkan oleh kandungan senyawa dalam
menunjukkan bahwa dosis DBC dan dosis meniran yang hampir serupa dengan
DKC dapat menekan jumlah parasit kandungan kulit batang pulai. Meniran
dibandingkan dengan kelompok dosis DSC mengandung lignan (filantin dan
dan dosis DBP. Jadi, dosis DKC lebih baik hipofilantin), triterpenoids dan tanin.10

83
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):79-88

Tabel 1. Rerata persen parasitemia pada mencit terinfeksi Plasmodium berghei


Hari ke- Kelompok dosis Mean% SD
CMC DHP DBC DSC DKC DBP
1 0,017 0,000 0,017 0,000 0,008 0,000
0,039a 0,000b 0,058a 0,000bc 0,029d 0,000be
2 0,692 0,175 0,583 0,667 0,708 0,692
0,540a 0,176a 0,513a 0,387ac 0,401a 0,408a
3 3,667 0,000 3,950 4,067 4,008 2,742
1,342a 0,000b 2,041a 1,454a 0,306c 2,030a
4 7,117 0,000 5,533 5,192 6,967 6,867
1,211a 0,000b 1,168a 1,766a 2,085a 1,265a
5 15,387 0,000 6,237 10,262 7,812 14,850
1,348a 0,000b 1,208c 1,492d 2,890cde 1,755a
6 35,7500 0,000 7,412 12,512 6,462 10,837
5,523a 0,000b 0,356c 0,730d 0,674ec 0,875f
7 39,875 0,000 18,750 1,800 1,800 2,037
4,015a 0,000b 6,386c 1,127d 0,725ed 0,957df
14 78,750 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
2.5b 0,000a 0,000a 0,000a 0,000a 0,000a
Ket: Huruf yang berbeda pada hari yang sama menyatakan perbedaan yang signifikan (p0.05)
CMC: Carboxymethyl cellulose 0,5%; DHP: Dihidroartemisinin piperakuin (Dihidroartemisinin 15,6mg; Piperakuin
124,5mg/kgbb); DBC: Pulai 1330 mg/kgbb + meniran 1330 mg/kgbb; DSC: Pulai 443,34 mg/kgbb + meniran
443,34 mg/kgbb; DKC: Pulai 147,78 mg/kgbb + meniran 147,78 mg/kgbb; DBP: Pulai 1330 mg/kgbb

Persen parasitemia pada semua kondisi kehilangan banyak darah, kanker


kelompok percobaan mulai menurun pada dan pada kebanyakan infeksi. Aktivitas
hari ke-6 hal ini menunjukkan bahwa proliferasi sel leukosit diteliti dengan
campuran ekstrak alkohol kulit batang pulai mengamati perubahan jumlah sel selama
dan meniran menghambat pertumbuhan terjadinya infeksi. Perubahan sel yang
Plasmodium berghei pada fase kizon sehing- diidentifikasi meliputi sel limfosit, monosit,
ga skizon tidak dapat menghasilkan mero- dan granulosit. Peningkatan leukosit (white
zoit-merozoit untuk menginfeksi eritrosit. blood cell) juga bisa terjadi pada penderita
Mekanisme kerja tubuh terhadap parasit malaria. Pada keadaan malaria akut jumlah
malaria sangat kompleks karena melibatkan leukosit pada umumnya akan tetap normal
hampir semua komponen imun, baik imuni- atau rendah.12 Parasit yang masuk ke dalam
tas yang timbul secara alami maupun didapat sirkulasi darah direspons oleh sistem imun
akibat adanya infeksi yang spesifik maupun tubuh secara non spesifik dan selanjutnya
non spesifik, humoral maupun seluler. secara spesifik.
Toksin malaria yang dominan berupa Respons imun non spesifik merupakan
Glucose Phosphate Isomerase (GPI) efektor pertama dalam memberikan per-
merupakan komponen dari protein membran lawanan terhadap infeksi. Sel limfosit
Plasmodium yang dapat mengaktifkan merupakan jenis sel darah putih yang agra-
makrofag dan endotelium vaskuler dalam nulosit. Di dalam apusan darah sel limfosit
merangsang TNF-, IL-1, NO dan ekspresi mempunyai inti bulat yang kadang-kadang
ICAM (Inter-Cellular Adheson Molecule). sedikit bertakik. Limfosit merupakan unsur
Hal ini mengakibatkan timbulnya berbagai kunci pada proses kekebalan. Beberapa lim-
mekanisme patogenesis malaria.11 fosit dibentuk di sumsum tulang, tetapi
Leukosit berfungsi sebagai sistem imun bagian terbesar dibentuk di dalam kelenjar
guna melawan penyakit di dalam tubuh. limfe, timus dan limpa dari sel prekursor
Nilai leukosit akan normal pada beberapa yang berasal dari sumsum tulang.13
kondisi seperti terluka dan kehamilan. Pada Tabel 2, terlihat bahwa pada awal
Jumlah leukosit akan tidak normal dalam infeksi nilai limfosit masih dalam kisaran

84
Efek Ekstrak Campuran Kulit.. (Putri Reno Intan, dkk..)

normal, kemudian sedikit menurun dan per- tahanan seluler terhadap invasi jasad
meningkat kembali pada puncak infeksi renik karena dapat memfagosit partikel kecil
(hari ke-5). dengan aktif.13
Pada hari pertama infeksi terlihat Neutrofil adalah tipe leukosit yang
perbedaan yang signifikan antara kelompok penting dalam tubuh pada proses inflamasi,
DHP dengan DBC (p 0.05). Di hari ke-5, terutama yang disebabkan oleh mikroba.
dan hari ke-14 nilai limfosit tampak terus Pemusnahan mikroba oleh neutrofil
meningkat namun secara statistik tidak dilakukan dengan cara endositosis
terdapat perbedaan yang signifikan pada (fagositosis) dan eksositosis. Sumsum tulang
nilai limfosit di antara kelompok percobaan. akan dirangsang untuk menghasilkan dan
Kecuali antara DHP dengan DBP (p0.05). melepaskan sejumlah besar neutrofil jika
Kulit batang pulai mengandung alkaloid dicurigai ada sel tubuh yang rusak. Sel-sel
sehingga jumlah parasit yang terdapat di tubuh yang rusak atau dirusak oleh mikroba
dalam tubuh dapat ditekan dengan akan membebaskan sinyal kimiawi yang
pemberian tanaman ini. Rata-rata persentase menarik neutrofil dari darah untuk datang
limfosit kelompok perlakuan ekstrak yang (kemotaksis). Neutrofil akan memasuki
tinggi pada hari-hari terakhir pengamatan jaringan yang terinfeksi, merusak, dan
dapat disebabkan oleh kandungan flavonoid menelan mikroba.13Pada hari pertama,
pada kulit batang pulai dan meniran yang persentasi granulosit pada perlakuan
masih ada pada tubuh mencit. Flavonoid menunjukkan peningkatan dibandingkan
dapat meningkatkan aktivitas proliferasi kelompok DHP. Hal ini dikarenakan
limfosit karena bersifat immunomodulator neutrofil berperan sebagai basis pertahanan
yang mampu menangkal serangan virus, pertama dalam menghancurkan atau
bakteri dan mikroba lainnya.4 Adanya benda mengeliminasi benda asing yang masuk
asing (P. berghei) akan merangsang kedalam tubuh.12 Benda asing tersebut akan
terbentuknya antigen precenting cell (APC), mengeluarkan bahan kemotaktik yang dapat
APC ini akan meransang tubuh untuk menarik neutrofil untuk datang, kemudian
membentuk sel limfosit T. IL-2 akan neutrofil akan datang ke daerah asal
diproduksi dengan adanya sel limfosit T. kemotaktik tersebut dan melakukan
IL-2 ini akan meransang sel T sitotoksik fagositosis.14
untuk menghancurkan benda asing (P. Parasit akan dicerna oleh enzim lisozim
berghei) yang masuk ke dalam tubuh.1 yang terdapat di dalam neutrofil, kemudian
Pemberian ekstrak dapat meningkatkan neutrofil akan mengalami otolisis setelah
jumlah limfosit sehingga kerjasama antara proses fagositosis selesai. Histamin dan
sistem kekebalan tubuh dan ekstrak dalam faktor leukopoietik (sitokin dan interleukin)
tubuh mencit dapat mengeliminasi jumlah yang dilepaskan setelah lisisnya neutrofil
parasit yang ada. akan merangsang sumsum tulang melepas-
Penilaian persentase granulosit juga kan cadangan neutrofil sehingga produksi
dihitung pada hari ke-1, 5 dan hari ke-14. neutrofil akan meningkat.15
Hasil perhitungan persen granulosit pada Pada hari ke-5 nilai granulosit mulai
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. menurun. Rendahnya rata-rata persentase
Terlihat bahwa pada awal infeksi nilainya granulosit mencit kelompok ekstrak pada
masih normal, kemudian mulai menurun hari-hari terakhir ini dapat disebabkan oleh
pada hari ke-5 dan 14. fungsi neutrofil yang berperan sebagai
Granulosit merupakan jenis sel leukosit pemberi tanda pertama untuk membunuh
yang mempunyai granula spesifik. Di antara parasit hanya memiliki paruh waktu selama
granulosit, neutrofil merupakan jenis sel 2 hari dan hanya efektif pada hari-hari
yang terbanyak dan merupakan garis depan pertama terjadinya serangan parasit.13

85
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):79-88

Tabel 2. Perubahan persentase limfosit, monosit dan granulosit mencit


selama infeksi P. berghei
Limfosit(%) Granulosit (%) Monosit(%)
MeanSD
Hari ke-1 Hari ke-5 Hari ke-14 Hari ke-1 Hari ke-5 Hari ke-14 Hari ke-1 Hari ke-5 Hari ke-14

CMC 38.57 57.67 43.20 58.57 33.67 52.13 2.86 8.67 4.68
12.95a 2.52a 3.80a 12.61a 5.13a 3.85a 1.35a 2.89a 1.40a
DHP 64.33 54.75 61.65 31.33 37.25 35.63 4.33 8.00 2.73
9.37b 8.06a 8.25b 10.46b 9.81a 8.02b 1.63a 3.37a 2.03a
DBC 48.00 60.00 66.15 46.57 34.60 32.43 4.86 5.60 1.43
6.22a 9.64a 13.49bc 7.25ab 8.82a 13.13b 2.90a 3.13a 0.53acf
DSC 48.67 58.75 76.98 48.67 36.13 22.63 2.67 5.13 0.40
13.54ab 2.87a 10.70bc 13.72ab 2.95a 10.49b 1.37a 0.83a 0.26de
DKC 46.71 61.75 69.28 49.57 34.63 30.33 3.71 5.88 0.40
12.22ab 3.92a 18.25bc 13.24ab 5.83a 18.40ab 1.60a 1.25a 0.24ef
DBP 56.57 57.75 73.53 38.86 36.75 25.38 4.57 5.50 1.10
12.18ab 4.20a 3.11c 12.75ab 4.50a 3.78b 1.62a 0.93a 0.71f
Ket: Huruf yang berbeda pada hari yang sama menyatakan perbedaan yang signifikan (p0.05)

Dari Tabel 2 terlihat bahwa pada awal menunjukkan terjadinya respon imun. Sel
infeksi nilai monosit masih dalam rentang makrofag berperan menyampaikan antigen
normal, kemudian terjadi sedikit pola naik kepada limfosit untuk bekerjasama dalam
dan turun setelah hari pertama infeksi, dan sistem imun. Tingginya rata-rata persentase
pada akhir nya dihari ke-14 infeksi nilai ini dapat disebabkan oleh senyawa flavonoid
persen monosit masih berada dalam rentang yang terkandung di dalam kulit batang pulai
normal. dan meniran. Flavanoid berpotensi bekerja
Pada semua kelompok, jumlah terhadap sistim imunitas sehingga akan
monosit hari pertama nilainya masih normal. merangsang sel-sel fagosit (monosit) untuk
Pada hari ke-5, nilai monosit meningkat dan melakukan respon fagositosis.17 Dengan
pada hari ke-14 mulai menurun. adanya flavonoid, jumlah monosit di dalam
Monosit merupakan jenis sel fagosit tubuh akan meningkat. Monosit tersebut
yang akan menghancurkan antigen dengan akan memfagosit parasit yang ada sehingga
cara menelannya. Monosit mampu mengada- jumlah parasit di dalam tubuh dapat
kan gerakan dengan jalan membentuk menurun.
pseudopodia sehingga dapat bermigrasi Monosit merupakan salah satu sel yang
menembus kapiler untuk masuk ke dalam berperan penting dalam respon imun, baik
jaringan pengikat. Dalam jaringan pengikat, berperan fungsional dalam fagositosis
monosit berubah menjadi sel makrofag atau maupun sebagai antigen presenting cells
sel-sel lain yang diklasifikasikan sebagai sel (APC).18 Dengan demikian, pemberian eks-
fagositik. Di dalam jaringan, sel ini masih trak dapat meningkatkan jumlah monosit di
membelah diri. Selain berfungsi fagositosis, dalam tubuh.
makrofag dapat berperan dalam
menyampaikan antigen kepada limfosit. Me- KESIMPULAN
ningkatnya jumlah sel monosit yang cukup Pemeriksaan toksisitas akut campuran
tinggi pada mencit yang diinfeksi me- dengan formula ekstrak kulit batang pulai
nunjukkan terjadinya fagosit parasit sebagai dan meniran (1:1) menunjukkan bahwa
mekanisme pertahanan tubuh.16 pemberian ekstrak hingga dosis 14285
Dalam penelitian ini kenaikan jumlah mg/kg bb tidak menimbulkan kelainan dan
monosit yang tinggi pada kelompok yang
kematian.
diberi ekstrak, terutama dosis sedang,

86
Efek Ekstrak Campuran Kulit.. (Putri Reno Intan, dkk..)

Campuran dengan formula ekstrak kulit Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan
batang pulai dan meniran (1:1) dosis 147,78 Makanan; 2014.
mg/kg bb yang diberikan pada mencit 6. Moll K, Ljungstrm I, Perlmann H, Scherf
terinfeksi Plasmodium berghei setiap hari A, Wahlgren M, editors. Methods In
selama 14 hari menunjukkan efektivitas Malaria Research. Fifth Edition. Glasgow:
EVIMalaR; 2008.
penurunan persen parasitemia dan nilai 7. Tripathy S, Prasad S, Chakraborty, Roy S.
diferensial leukosit, baik itu limfosit, Superoxide radical generation mediated
monosit maupun granulosit memperlihatkan Plasmodium berghei infection in Swiss
nilai yang hampir sama dengan kelompok Mice. Al Ameen Journal Of Medical
DHP. Science. 2012;5(1):69-81.
8. Simamora D, Fitri LE. Resistensi obat
UCAPAN TERIMA KASIH malaria: Mekanisme dan peran obat
kombinasi obat antimalarial untuk
Penulis mengucapkan terima kasih mencegah. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
kepada Dra. Ani Isnawati, M.Kes, Apt dan 2007;23(2):82-91.
Dr. Drs. Amrul Munif, M.Sc. APU sebagai 9. Christina C, Kumar SP, Beula JM, Lekha
pembina Risbinkes 2015, serta tim teknis NC, Jeyaraj N, Ravikumar S. Innovative in
Risbinkes 2015 atas masukan dan nasehat vitro antiplasmodial activity of Kani herb
selama melakukan penelitian. Penulis juga Alstonia scholaris against Plasmodium
berterima kasih atas bantuan teman-teman falciparum. Innovative Journal of Medical
tim di laboratorium hewan coba Puslitbang and Health Science. 2015;5(4):166-9.
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, 10. XinMao, Ling-Fang Wu, Hong-Ling Guo,
Wen-Jing Chen. The Genus Phyllanthus:
Badan Litbangkes Kemenkes RI. Penelitian
An ethnopharmacological, phytochemical,
ini terlaksana atas pendanaan dari Risbinkes and pharmacological review.
Badan Litbangkes Kemenkes RI 2015. evidence-based complementary and
alternative medicine. 2016:1-36.
DAFTAR RUJUKAN 11. Sanjeev Kumar, Nagaraj M. Gowda,
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Xianzhu Wu, Ranjita N. Gowda, and D
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Tahun Channe Gowda. CD36 modulates
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan proinflammatory cytokine responses to
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI; Plasmodium falciparum
2013. glycosylphosphatidyl inositols and
2. Sumaha LHM, Nindatu M, Kakisina P. merozoites by dendritic cells. Parasite
Efek pemberian ekstrak metanol kulit Immunol. 2012;34(7):37282.
batang pohon Pulai (Alstonia Scholaris L. 12. Cyril-Olutayol MC, Omonkhua AA,
R. Br.) terhadap hasil diferensiasi leukosit Akanbi OM. Effects of Anogeissus
mencit (Mus musculus) yang diinfeksi leiocarpus on haematological parameters
Plasmodium berghei Anka. Molucca of mice infected with Plasmodium berghei.
Medica. 2012;5(1):39-53. Journal of Plant Studies. 2013;2(2):13-21.
3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit 13. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi
dan Penyehatan Lingkungan. Departemen Kedokteran. Edisi Ke-24. Jakarta: EGC
Kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan Penerbit Buku Kedokteran; 2015.
kasus malaria di Indonesia. Jakarta: 14. Tizard I. Veterinary Immunology. 9th
Departemen Kesehatan RI; 2008. Edition. W. B. Saunders co. 2013.
4. Suhirman S, Winarti C. Prospek dan fungsi 15. Hafizhiah NH. Total leukosit dan
tanaman obat sebagai imunomodulator. diferensiasinya pada kambing peranakan
Jurnal Balai Penelitian Tanaman Obat dan Etawa (Capra Aegagrus Hircus) di Cariu,
Aromatik. 2010:123-31. Bogor dan Cipanas-Cianjur, Jawa Barat.
5. Republik Indonesia. Peraturan Kepala [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Hewan, Institut Pertanian Bogor; 2008.
No. 7 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji 16. Jiyeon Yang, Lixiao Zhang, Caijia Yu,
Toksisitas Nonklinik secara In Vivo. Xiao-Feng Yang and Hong Wang.
Monocyte and macrophage differentiation:

87
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):79-88

circulation inflammatory monocyte as and Practice. Springer Science+Business


biomarker for inflammatory diseases. Media, LLC. 2000.
Biomarker Research. 2014;2(1):1-9. 18. Bratawidjaja Gg. Imunologi Dasar. Ed
http://www.biomarkerres.org/content/2/1/1 Ke11. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
17. Eric Gershwin, Bruce German and Keen Kedokteran UI; 2014.
CL. Nutrition and Immunology Principles

88

Anda mungkin juga menyukai