Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANALISA ULKUS PEPTIK

dosen pengampu: Dhanang Prawira N.S.farm., Apt

Oleh:

1. Dyah Arum Anggreani (1413206016)


2. Efi Ratna Sari (1413206018)
3. Fahima Ariani (1413206019)
4. Sintya Larasati (14132060

S1 FARMASI

STIKES KARYA PUTRA BANGSA


TULUNGAGUNG

1
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena dengan izin-Nya kita


masih di beri kesempatan dalam menyelesaikan tugas farmakoterapi I.
Dan tak lupa pula penulis haturkan salawat dan salam atas junjungan
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para
pengikutnya sampai akhir zaman amin.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas


akhir mata kuliah Farmakoterapi I yang dibimbing Oleh Bapak Danang
Prawira Nugraha S.Farm.,Apt.

Pada kesempatan ini pula kami menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Danang Prawira Nugraha S.farm.,Apt yang telah memberikan


materi farmakoterapi selama 1 semester ini.
2. Staf Perpustakaan yang telah membantu untuk pengadaan buku-buku
yang menunjang penyelesaian makalh ini.

Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaa, sehingga penyusun memohon kritik dan sarannya yang
sifatnya dapat membangun guna kesempurnaan makalah ini, dimasa
yang akan dating. Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Tulungagung, 30 November 2016

2
Penyus
un

3
Definisi

Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema


disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (1)

Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa biasanya dilambung


atau duodenum(2). Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya
kontinuitas mukosa yang meluas di bawah epitel atau kerusakan
pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan otot dari suatu
daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan lambung
asam/pepsin.(3)

Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui. Ada dua pendapat yang


ekstrim, apakah

penyakit ini adalah suatu kelainan setempat atau merupakan bagian


dari suatu kelainan sistemik dimana tukak hanya merupakan tanda/
gejala(4). Tukak peptik terjadi karena pengeluaran asam-pepsin oleh H.
Pylory, NSAID atau faktor-faktor lain yang menyebabkan
ketidakseimbangan pertahanan mukosal lambung. Lokasi tukak
menghubungkan dengan jumlah faktor-faktor etiologi. Tukak dapat
terjadi di perut bagian manapun seperti bagian distal, antrum dan
duodenum (5)

Patofisiologi

Permukaan epitelium dari lambung atau usus rusak dan berulkus


dan hasil dari inflamasi menyebar sampai ke dasar mukosa dan
submukosa. Asam lambung dan enzim pencernaan memasuki jaringan
menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada pembuluh darah dan jaringan
disekitarnya (6)

Diagnosis

4
Endoskopi merupakan referensi standar untuk diagnosis dari ulkus
peptikum. Salah satu kekurangan utamanya adalah biaya yang tinggi
di beberapa negara seperti A.S Keputusan untuk melakukan endoskopi
pada pasien yang diduga menderita ulkus peptikum didasarkan pada
beberapa faktor. Pasien dengan komplikasi ulkus peptikum seperti
pendarahan memerlukan evaluasi endoskopi untuk mendapatkan
diagnosis

yang akurat agar pengobatannya berhasil.

Radiografi

Pemeriksaan radiografi pada saluran gastrointestinal bagian atas


juga bisa menunjukkan ulkus peptikum. Salah satu kekurangannya
adalah paparan radiasi. Keuntungan endoskopi bisa melakukan biopsi
mukosa untuk mendiagnosa Helicobacterpylori, sedangkan radiografi
terbatas dalam praktik dunia kedokteran modern(7)

STUDI KASUS ULKUS PEPTIK

DATA PASIEN

Nama Pasien : Ny. Ds

Jenis Kelamin : W

Usia : 35 Tahun

Berat Badan : 75 Kg

Tinggi Badan : 173 cm

5
Riwayat Alergi : Ciprofloxacin

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Riwayat Keluarga : -

Riwayat Sosial

SUBJEKTIF Pasien mengalami nyeri di ulu hati seperti terbakar serta pasien
mengalami mual muntah
OBJEKTIF mengalami penurunan natrium dari kadar normal 135-145 mg/dl
menjadi 3,0 mg/dl ; kalium dari kadar normal 3,6-5,0 mg/dl menjadi
3,0 mg/dl ; klorida dari kadar normal 97-107 mg/dl menjadi 96
mg/dl. Terdeteksi positif bakteri H.pilorry
ASSESME PROBLEM MEDIS TERAPI ANALISIS
N
Ulkus peptic lapraz, 30 mg 2x1 Pasien mengalami tukak
yang diinduksi diminum pada pagi lambung karena asam
Hpylori hari dan malam hari lambung meningkat
Clafexim 2x1 pada yang diinduksi
pagi dan malam H.pilorry(8).
acitral 3x1diminum
,
pada siang hari,sore
dan malam hari
Nucral 4x1 pada
pagi,siang,sore dan
malam hari
Ranitidine inj 3x2 IV
pada pagi, siang
dan malam

Dehidrasi trovensis 2 mg 3x1 Pasien mengalami mual


secara IV pada muntah berat sampa
pagi,siang dan sore terjadi gaangguan
hari. keseimbangan cairan.
Gangguan NaCl 20 tpm infus Pasien mengalami
keseimbangan diberikan pada penurunan kadar kalium,
elektrolit pagi,siang,sore dan natrium klorida karena
malam hari mual muntah yang berat
6
DRP

problem Causes Intervensi outcomes

Pasien Induksi Hpylori Penulis resep tidak


mengalami ulkus menuliskan diketahui
peptic. resep yang tidak
perlu

Pasien Terjadi gangguan


mengalami kesetimbangan
penurunan kadar elektrolit
kalium, natrium
klorida

Terjadi
Pasien karena
mengalami pasien mengalami
dehidrasi mual muntah

Penggunaan Penggunaan
ndansentron ondansentron lebih
kepada mual
tidak adekuat
muntah karena
kemoterapi (8)

Penggunan . Karena golonngan


H2RA hanya
ranitidine
menekan asam
golonga H2RA lambung hanya
pada reseptornya
yang tidak
saja
adekuat
PLAN
Monitoring

7
Efektivitas Efek Samping
Perbaikan tanda tanda vital Efek samping lapraz diare, nyeri perut,
Penurunan suhu sembelit, mual
Memantau kadar kalium, Efek samping acitral gangguan
natrium, klorida dalam tubuh pencernaan
Penurunan intensitas muntah Efek samping Clafexim anafilaksis dan
Penurunan asam pada lambung urtikaria
penyebab nyeri Efek samping Nacl iritasi, demam,
Penurunan akitivitas bakteri
Hpylori

Rekomendasi Konseling

Untuk nyerinya pada pasien Nama obat, jumlahnya dan


ulkus peptic karena peningkatan indikasinya
asam lambung yang diinduksi Aturan pakai, cara dan lama
Hpylori dapat diberi PPIAC pemakaian
dengan pemberian selama 10-14 Interaksi obat
hari. Efek samping obat
Penggunaan lapraz lebih efektif Pengaruh terhadap pola hidup,
dalam pengobatan peptic ulcer pola makan
karena mampu menekan Cara penyimpanan
produksi asam lambung langsung
pada pangkalnya.(dipertukaran
H+/K+ATPase Sedangkan jika
ranitidine hanya pada
reseptornya saja.
Lansoprazole dapat diberikan 2
kali sehari selama 1 bulan untuk
mengobati peptic ulcer.
Dikarenakan pasien mengalami
mual muntah yang diakibatkan
produksi asam lambung
meningkat karena diinduksi
Hpylori maka dapat diberikan

8
metoclopramide 10 mg/2ml
melalui injeksi
Rekomendasi Terapi

Terapi non Farmakologi Terapi Farmakologi

1. Mengurangi atau 1. Sebaiknya penggunaan acitral


menghilangkan stress digunakan sebelum makan
psikologis, kebiasaan merokok 2. Sebaiknya sukralfat diminum
dan management penggunaan sebelum diberikan acitral
AINS karena sukralfat hanya bekerja
2. Menghindari makanan atau
pada pH asam, untuk melapisi
minuman tertentu yang dapat
lambung jadi sukralfat
merangsang ulkus, seperti
diminum terlebih dulu 1 2
makanan pedas, kafein dan
alcohol. jam baru kemudian acitral.
3. Sebaiknya pemberian
ranitidine dihentikan karena
hanya menekan asam
lambung pada reseptornya
saja jadi, cukup dengan
diberikan lapraz (lanzoprazol)
yang merupakan golongan PPI.
4. Sebaiknya untuk mengatasi nyeri
dikarenakan oleh bakteri H.
Pylorry diberikan obat PPIAC,
yang merupakan combinasi dari
PPI, Amoksilin dan clarithromycin
yang memiliki keefektifan 90-95
% dalam eradikasi H. pylory.
5. Sebaiknya untuk menekan
mual muntah karena ulkus
peptic diberikan
metoclopramide 10mg/2ml
melalui injeksi.
6. Sebaiknya untuk
menyeimbangkan elektrolit
dapat digunakan infus Nacl 20

9
tpm

TINJAUAN OBAT

1. lapraz (Lazoprazol)
Indikasi : Tukak duodenum dan tukak lambung ringan, refluks
esofagitis.

Dosis : Tukak lambung, 30 mg sehari pada pagi hari selama 8 minggu. Tukak
duodenum, 30 mg sehari pada pagi hari selama 4 minggu;
pemeliharaan 15 mg sehari. Tukak lambung atau tukak duodenum
karena AINS, 15-30 mg sekali sehari selama 4 minggu, dilanjutkan
lagi selama 4 minggu jika tidak sepenuhnya sembuh; profilaksis, 15-
30 mg sekali sehari. Tukak duodenum atau gastritis karena H. pylori
menggunakan regimen eradikasi. Sindroma Zollinger-Ellison (dan
kondisi hipersekresi lainnya), dosis awal 60 mg sekali sehari,
selanjutnya disesuaikan dengan respons; dosis harian sebesar 120 mg
atau lebih dibagi menjadi 2 dosis. Refluks gastroesofagal, 30 mg
sehari pada pagi hari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu berikutnya
bila tidak sepenuhnya sembuh; pemeliharaan 15-30 mg sehari.
Dispepsia karena asam lambung, 15-30 mg sehari pada pagi hari
selama 2-4 minggu. Anak. Belum ada data yang cukup mengenai
penggunaan lansoprazol pada anak.

Efek Samping : lihat keterangan di atas; juga dilaporkan alopesia, paraestesia,


bruising, purpura, petechiae, lelah, vertigo, halusinasi, bingung; jarang
terjadi: ginekomastia, impotensi.(8)

2. Clafexim (9,10)
Indikasi : Aminoglikosida, probenesid, saluretik kuat.
Dosis : Dws &; anak >12 thn Infeksi tak terkomplikasi 1 g IM/IV
tiap 6-8 jam. Maks: 12 g/hari. Infeksi sedang s/d berat 1-
2 g IM/IV tiap 8 jam atau 2 g tiap 6-8 jam. Infeksi yang
mengancam jiwa 2 g IV tiap 4 jam. GO 500 mg IM dosis
tunggal. Dpt ditingkatkan mjd 1 g. Anak 1 bln-12 tahun
dengan BB >50 kg Dosis dws. Maks: 12 g/hari, BB <50
kg 50-180 mg/kg BB/hari secara IM/IV dalam 4-6 dosis

10
terbagi.Neonatus 1-4 minggu 50 mg/kg BB IV tiap 8
jam, 0-1 minggu 50 mg/kg BB IV tiap 12 jam.
Kontra indikasi : Hipersensitivitas.
Efek Samping :Reaksi hipersensitivitas, gangguan GI misalnya mual,
muntah, diare, kolitis. Pemberian secara IV dapat
menyebabkan trombositopenia, agranulositosis,
vaginitis, pusing. Peningkatan SGOT &; SGPT.
3. acitral (11,12)
Indikasi : Ulkus peptik Hiperasiditas Gastritis Flatulen Displasia
Hiatus hernia
Kontra Indikas : Mengganggu absorpsi tetrasiklin, Fe, Penghambat
H2, warfarin, kuinidin
Dosis : 5-10ml atau 1-2 tablet dikunyah
Efek Samping : Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan
baik. Simethicone tidak diserap oleh tubuh ke dalam
aliran darah, oleh karena itu dianggap relatif aman. Efek
samping yang bisa terjadi diantaranya berkurangnya
kepadatan tinja. Magnesium hydroxide bisa
menyebabkan diare, sedangkan Aluminium hydroxide
menyebabkan konstipasi. Kombinasi keduanya bisa
meminimalisir efek samping tersebut. Magnesium
hydroxide bisa mengganggu penyerapan asam folat dan
zat besi.

4. Nucral (Sukralfat)(13)
Indikasi : Tukak lambung dan tukak duodenum
Kontra Indikas: PEMBENTUKAN BEZOAR. Adanya laporan mengenai
pembentukan bezoar pada penggunaan sukralfat. Oleh
sebab itu penggunaan sukralfat harus berhati-hati pada
pasien dengan penyakit yang serius, terutama jika secara
bersamaan juga mendapat nutrisi enteral atau pasien
mengalami gangguan pengosongan lambung.
Dosis : Tukak lambung dan duodenum serta gastritis kronis, 2 g
2 kali sehari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4
kali sehari 1 jam sebelum makan dan sebelum tidur
malam, diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus
yang resisten, bisa hingga 12 minggu; maksimal 8 g
sehari; Profilaksis tukak akibat stres (suspensi), 1 g 6 kali
sehari (maksimal 8 g sehari). Anak di bawah 15 tahun,
tidak dianjurkan. Saran: tablet dapat dilarutkan dalam
10-15 mL air, antasida tidak boleh diberikan setengah
jam sebelum atau sesudah pemberian sukralfat.
Efek Samping : Konstipasi, diare, mual, gangguan pencernaan,
gangguan lambung, mulut kering, ruam, reaksi

11
hipersensitifitas, nyeri punggung, pusing, sakit kepala,
vertigo, dan mengantuk, pembentukan bezoar
5. Metoclopramide(14)
Indikasi : Untuk meringankan (mengurangi simptom diabetik
gastroparesis akut dan yang kambuh kembali). - Juga
digunakan untuk menanggulangi mual, muntah
metabolik karena obat sesudah operasi. - Rasa terbakar
yang berhubungan dengan refluks esofagitis. - Tidak
untuk mencegah motion sickness.
Kontra Indikas : Penderita gastrointestinal hemorrhage, obstruksi
mekanik atau perforasi. - Penderita pheochromocytoma. -
Penderita yang sensitif terhadap obat ini. - Penderita
epilepsi atau pasien yang menerima obat-obat yang dapat
menyebabkan reaksi ekstrapiramidal.
Dosis : Di atas 18 tahun 10 sebanyak 1 hingga 3 kali sehari, 15-
18 tahun 0,1-0,5 untuk tiap kilogram berat badan
sebanyak 1 hingga 3 kali sehari. Dosis maksimal per hari
sebanyak 30 mg atau 0,5 mg per kilogram berat badan.
Bagi pasien di bawah 15 tahun, dosis metoclopramide
harus dikonsultasikan dengan dokter. Obat ini juga
sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak dengan berat
badan di bawah 61 kg.
Efek Samping : Pusing, Mengantu, Diare (pada pengguna dosis tinggi),
Sakit kepala, Mulut kering, Ruam pada kulit, Payudara
terasa nyeri, menstruasi yang tidak teratur, Detak jantung
yang cepat, Gangguan motorik pada otot wajah, mata,
serta tubuh.

6. PPIC
a. Amoxcilin(15,16)
Indikasi : Amoksisilina efektif terhadap penyakit: Infeksi
saluran pernafasan kronik dan akut: pneumonia,
faringitis (tidak untuk faringitis gonore), bronkitis,
langritis. Infeksi sluran cerna: disentri basiler.
Infeksi saluran kemih: gonore tidak terkomplikasi,
uretritis, sistitis, pielonefritis. Infeksi lain:
septikemia, endokarditis.
Kontra Indikas : Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.
Dosis : Dokter yang akan menentukan dosis dan lama
konsumsi amoxicillin berdasarkan infeksi yang
terjadi, tingkat keparahannya, dan respons tubuh.
Umumnya dosis amoxicillin per hari berkisar antara
500-1500 mg untuk 7-14 hari. Khusus untuk infeksi
gonore, 3 gram amoxicillin hanya perlu diminum

12
sekali. Bagi anak-anak, dosis juga akan
berdasarkan berat badan.
Efek Samping : Mual dan muntah, Mengalami diare, Sakit kepala,
Ruam
b. Clarithromycin(17)
Indikasi : Kegunaan Clarithromycin adalah untuk pengobatan
infeksi oleh kuman yang peka terhadap antibiotik
ini, seperti :
Infeksi saluran pernapasan (faringitis, tonsilitis,
sinusitis, sinusitis maksilaris akut, eksaserbasi
akut bronkitis obstruktif kronik, otitis media
akut, pneumonia).
Clarithromycin juga digunakan untuk mengobati
penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak.
Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk
eradikasi Helicobacter pylori, bakteri penyebab
gastritis.
Kontra Indikas : Clarithromycin tidak boleh diberikan pada pasien
yang memiliki riwayat hipersensitifitas pada
Clarithromycin dan antibiotika macrolide lainnya.
Obat ini juga dikontraindikasikan untuk pasien
dengan fungsi hati dan ginjal yang rusak. Antibiotik
ini sebaiknya tidak digunakan jika pasien memiliki
masalah jantung atau sedang memakai obat-
obatan yang dapat menyebabkan masalah jantung
tertentu (misalnya, perpanjangan QT atau
bradycardia), atau terjadinya ketidakseimbangan
elektrolit (misalnya, level kalium atau natrium yang
rendah). Tidak boleh digunakan oleh pasien yang
memiliki riwayat ikterus kolestatik atau disfungsi
hati yang terkait dengan penggunaan antibiotik ini
sebelumnya. Tidak boleh digunakan oleh pasien
yang sedang menggunakan obat-obat lain seperti,
terfenadine, astemizole, pimozide, cisapride,
ergotamine atau dihydroergotamine.

Dosis : Dewasa : 500 mg 2 x sehari, dalam kombinasi dengan antibakteri


lain dan salah satu dari obat-obat Penghambat Pompa Proton
(omeprazole, Lansoprazole) atau H2-reseptor antagonis
(cimetidine, ranitidine) selama 7-14 hari. Anak : 1 tahun 7,5 mg
/ kg berat badan, 2 x sehari. Dapat diberikan dalam kombinasi
dengan antibakteri lain dan Penghambat Pompa Proton selama 7
hari.

13
Efek Samping : Batuk, demam atau kedinginan, suara serak,
punggung bawah atau nyeri sisi, nyeri buang air
kecil atau sulit

Diagnosis

Kriteria terpenting pada diagnosis tukak duodenum adalah nyeri


khas yang hilang oleh akanan. Anamnesis tidak begitu informatif
seperti pada penderita tukak lambung sebab gejala tidak enak pada
epigastrum lebih sering timbul. Biasanya tidak mungkin untuk
membedakan antara tukak lambung dan duodenum hanya dari
anamnesis saja (18)

Diagnosis tukak peptik biasanya dipastikan dengan


pemeriksaan barium radiogram. Bila radiografi barium tidak berhasil
membuktikan adanya tukak dalam lambung atau duodenum tetapi
gejala-gejala tetap ada, maka ada indikasi untuk melakukan
pemeriksaan endoskopi. Peneraan kadar serum gastrin dapat
dilakukan jika diduga ada karsinoma lambung atau sindrom Zolliger
Ellison (18)

14
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta

Anwar, Sanusi. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Berardy, R., & Lynda, S., 2005, Peptic Ulcer Disease dalam Pharmacotherapy a
Pathophysiologic Approach, Sixth Edition McGraw -Hill,Medical Publishing
Division by The McGraw-Hill Companies

Elizabeth J. Corwin.(2009).Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:Aditya Media

Keshav, Satish., 2004.The Gastroinstestinal System at a Glance.Oxford: Blackwell Publishing


Ltd..

Lindseth, G.N., 2005. Gangguan Usus Besar. In : Price, S.A., dam Wilson, L.M.
Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 6th Edition, Volume 1, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.,

Simadibrata M., 2009. Dyspepsia and Gastroesophageal Refluks Disease (GERD) Is There
Any correlation?. Original Article. Acta Med Indones-Indones J Intern Med.Volume
4. Number 4. P. 223

15
Tarigan, Henry Guntur. 2009. PengkajianPragmatik. Bandung: Angkasa.

Vakil, N., 2010. Peptic Ulcer Disease. Dalam: Feldman, M., Friedman, L.S., Brandt .,L.J.,
(eds).Sleisenger and Fodtrans Gastrointestinal and Liver Disease:Pathophysiology/
Diagnosis/Management.Philadelphia: Saunders Elsevie

http://www.farmasi-id.com/clafexim/

http://pionas.pom.go.id/obat/clafexim

http://pionas.pom.go.id/monografi/sukralfat

http://dechacare.com/Metoclopramide-Hcl-P759-1.html

http://www.alodokter.com/amoxicillin

http://dechacare.com/Amoxicillin-P523-1.html

http://www.farmasiana.com/clarithromycin/clarithromycin/

16

Anda mungkin juga menyukai